Anda di halaman 1dari 7

EKSKRESI

Oleh: Henry Cendana, Jessica Sunardi, Theophilus Sophiano, Valerie


Vidian, & Wendy Angelita

Hasil dan Pembahasan


Pada praktikum, dilakukan percobaan dan pengamatan ekskresi urin dari
beberapa jenis sampel, yaitu 600 mL air mineral, 600 mL air mineral dengan 6 g
garam, 600 mL air mineral dengan 4 g kopi hitam, dan 600 mL air mineral dengan
8,4 g gula terhadap masing-masing 2 subjek penelitian yang berbeda. Sebelum
perlakuan setiap subjek diminta untuk berpuasa selama 3 jam. Frekuensi ekskresi
urin, volume urin, dan waktu ekskresi urin dari 8 subjek penelitian dicatat selama
2 jam setelah subjek meminum masing-masing jenis sampel. Urin selama durasi
penelitian ditampung dan diukur berat jenisnya dengan urinometer. Korelasi
antara waktu dengan volume urin pada Gambar 1, dan korelasi waktu dengan
berat jenis urin pada Gambar 2.

Gambar 1 Grafik korelasi antara waktu dengan volume urin

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada saat mengkonsumsi kopi


dan air volume urin meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena kopi memiliki
kafein yang bersifat diuretik, sehingga dapat meningkatkan frekuensi buang air
kecil jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Kafein dianggap memiliki
efek langsung pada otot polos kandung kemih dan dapat mengiritasi jaringan
kandung kemih, sehingga berpotensi menyebabkan kontraksi kandung kemih yang
tidak disengaja (Lohsiriwat ​et al.​, 2011). Pada perlakuan meminum air garam
volume urin yang dikeluarkan berkurang. Hal tersebut disebabkan karena
terjadinya perubahan keseimbangan natrium atau ion Na​+ pada ginjal, sehingga

1
ginjal memakai kembali air yang akan dikeluarkan sebagai usaha untuk
mempertahankan tekanan osmosis dan mengakibatkan air yang keluar lebih
sedikit (Marunaka, 1997). Pada perlakuan meminum air gula, terlihat bahwa
terjadi penurunan volume urin. Hal tersebut tidak sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa gula merupakan diuretik alami, sehingga mengkonsumsi gula
dalam jumlah yang berlebih dapat mengurangi jumlah air yang diserap kembali
oleh ginjal dan dapat meningkatkan frekuensi dan volume dari urin (Jacoby &
Youngson, 2004 ). Ketidaksesuaian data dapat disebabkan oleh perbedaan
perlakuan terhadap sampel. Sampel dengan perlakuan meminum air gula
melakukan aktivitas yang lebih berat dibandingkan dengan sampel-sampel
lainnya. Hal ini dapat menyebabkan penurunan frekuensi buang air dan volume
dari urin.

Gambar 2 Grafik korelasi antara waktu dengan berat jenis urin

Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan berat jenis


kencing pada setiap perlakuan yang berbeda-beda. Pada perlakuan meminum air
gula, terlihat bahwa berat jenis urin relatif lebih tinggi, yaitu sekitar 1.100. Hal
tersebut diakibatkan oleh nefron memiliki kapasitas penyerapan yang
berbeda-beda. Beberapa nefron dapat menyekresi glukosa, sehingga pada praktik
klinis didapatkan tingkat ambang batas penyerapan nefron sekitar 1.1 hingga 1.2
mmol/menit (200 hingga 220 mg/menit). Gula darah di atas nilai tersebut
disekresi di dalam urin dan setiap 35 hingga 40 mmol/kg kenaikan osmolalitas
menaikkan berat jenis urin sebanyak 0.001, sehingga setiap kenaikan 0.005 mmol
(10 mg) glukosa/liter pada urin menaikkan berat jenis urin sebanyak 0.004. Maka,
konsumsi larutan gula dengan konsentrasi yang tinggi dapat menaikan berat jenis

2
urin yang disekresi (Akarsu ​et al.​ , 2006). Pada perlakuan meminum kopi, air
garam, dan air, terlihat bahwa berat jenis urin mendekati berat jenis urin normal.
Pada perlakuan kopi, berat jenis urin yang menyerupai air diakibatkan karena
adanya kandungan kafein yang bersifat diuretik atau menyebabkan peningkatan
volume urin. Peningkatan volume urin berarti semakin banyak air yang
diekskresikan sehingga konsentrasi kafein menjadi lebih kecil dari air sehingga
berat jenis urin mendekati atau kurang lebih sama dengan berat jenis air (Killer ​et
al.​ , 2014; Zhang ​et al.​ , 2015). Pada perlakuan meminum air garam, berat jenis
urin terlihat menyerupai berat jenis normal. Hal ini dapat disebabkan karena Na​+
digunakan dalam berbagai proses regulasi fungsi tubuh serta ginjal yang sehat
meregulasi keseimbangan Na​+​, K​+​, dan air dalam tubuh, sehingga meminum
larutan garam dengan konsentrasi yang tidak terlalu tinggi tidak mempengaruhi
berat jenis urin (Miller ​et al.​ , 1941; Shirreffs & Maughan, 1998; Logan-Sprenger
& Spriet, 2013). Pada perlakuan meminum air, berat jenis urin yang menyerupai
air diakibatkan oleh jumlah air yang diminum dan jumlah zat yang terlarut pada
urin. Semakin banyak zat terlarut yang terdapat dalam urin dapat meningkatkan
berat jenis dari urin. Sebaliknya, semakin banyak air yang diminum, urin yang
dikeluarkan mengandung lebih sedikit zat dan semakin banyak air, sehingga berat
jenis urin lebih rendah dan mendekati berat jenis air (Benioff Children’s Hospital,
2011; The Children’s Hospital at Montefiore, 2019). Berat jenis urin yang
terdeteksi dari perlakuan yang meminum air, larutan gula, dan kopi menunjukkan
angka 1.000, yang seharusnya terdapat sedikit penaikan karena urin tidak hanya
mengandung air murni (seharusnya terdapat zat lain yang meningkatkan berat
jenis urin, misalnya hingga 1.003). Hal ini dapat disebabkan karena urinometer
yang digunakan lebih sederhana dan konvensional, sehingga hasil yang terlihat
hanya bersifat mendekati berat jenis urin sesungguhnya. Perhitungan yang lebih
akurat dapat dilakukan dengan menggunakan refraktometer (Stuempfle & Drury,
2003).

Pertanyaan
1. Jelaskan hubungan antara jenis minuman dan waktu sekresi urin!
Frekuensi buang urin serta volume urin dapat dipengaruhi oleh apa
yang dimakan atau diminum. Minuman yang mengandung kafein atau
bersifat diuretik yang artinya menghasilkan peningkatan frekuensi buang
air kecil. Ini juga dapat meningkatkan keinginan untuk buang air kecil jika
dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Kafein dianggap memiliki efek
langsung pada otot polos kandung kemih. Ini dapat mengiritasi jaringan
kandung kemih dan berpotensi menyebabkan kontraksi kandung kemih
yang tidak disengaja (Lohsiriwat ​et al.​, 2011).

3
Minuman yang mengandung gula dapat menyebabkan volume dari
urin meningkat. Gula adalah diuretik alami. Mengkonsumsi gula
mengurangi jumlah air yang diserap oleh ginjal, sehingga menyebabkan
lebih banyak kencing untuk dihasilkan (). Sedangkan minuman yang
mengandung garam dapat mengubah keseimbangan natrium di dalam
ginjal dan menyebabkan ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga
ginjal akan menghilangkan lebih sedikit air yang mengakibatkan tekanan
darah lebih tinggi ().
2. Jelaskan hubungan antara jenis minuman dan berat jenis urin!
a. Air
Berat jenis urin normal, sesuai dengan berat jenis air, yaitu sekitar
1.003 hingga 1.030. Pengecekan berat jenis urin berarti memeriksa jumlah
zat pada urin, sehingga semakin tinggi berat jenis urin yang terdeteksi
mengindikasikan semakin banyak zat yang terlarut dalam urin. Sebaliknya,
semakin banyak air yang diminum, urin yang dikeluarkan mengandung
lebih sedikit zat dan semakin banyak air, sehingga berat jenis urin lebih
rendah dan mendekati berat jenis air (Benioff Children’s Hospital, 2011;
The Children’s Hospital at Montefiore, 2019).
b. Larutan garam
Meminum larutan garam tidak mengubah berat jenis urin. Hal ini
karena Na​+ digunakan dalam berbagai proses regulasi fungsi tubuh serta
ginjal yang sehat meregulasi keseimbangan Na​+​, K​+​, dan air dalam tubuh,
sehingga meminum larutan garam dengan konsentrasi yang tidak terlalu
tinggi tidak menaikkan berat jenis urin. Namun, penurunan konsumsi
garam dapat menyebabkan variasi atau perubahan berat jenis urin,
sehingga konsumsi natrium diperlukan untuk mengembalikan
keseimbangan cairan tubuh (Miller ​et al.​ , 1941; Shirreffs & Maughan,
1998; Logan-Sprenger & Spriet, 2013).
c. Kopi
Menurut Killer ​et al​. (2014), meminum kopi dengan kadar 4 mg
per hari tidak mengubah berat jenis urin. Berat jenis urin dapat tidak
berubah karena terdapat senyawa kafein dalam kopi yang bersifat diuretik
atau menyebabkan peningkatan volume urin. Peningkatan volume urin
berarti semakin banyak air yang diekskresikan sehingga konsentrasi kafein
menjadi lebih kecil dari air sehingga berat jenis urin mendekati atau
kurang lebih sama dengan berat jenis air (Zhang ​et al.​ , 2015).
d. Larutan gula
Berdasarkan teori, manusia dengan ginjal yang normal menyerap
glukosa yang terdapat di dalam plasma yang melewati glomerulus pada
sistem transpor tubulus di masing-masing nefron dengan kecepatan

4
rata-rata maksimum 1.7 mmol/menit (320 mg/menit). Namun nyatanya,
penyerapan maksimal tidak pernah dicapai oleh semua nefron dan
masing-masing nefron memiliki kapasitas penyerapan yang berbeda-beda.
Beberapa nefron dapat menyekresi glukosa, sehingga pada praktik klinis
didapatkan tingkat ambang batas penyerapan nefron sekitar 1.1 hingga 1.2
mmol/menit (200 hingga 220 mg/menit). Gula darah di atas nilai tersebut
disekresi di dalam urin dan setiap 35 hingga 40 mmol/kg kenaikan
osmolalitas menaikkan berat jenis urin sebanyak 0.001, sehingga setiap
kenaikan 0.005 mmol (10 mg) glukosa/liter pada urin menaikkan berat
jenis urin sebanyak 0.004. Maka, konsumsi larutan gula dengan
konsentrasi yang tinggi dapat menaikan berat jenis urin yang disekresi
(Akarsu ​et al​., 2006).
3. Jelaskan hubungan antara waktu sekresi urin dan berat jenis urin
Berat jenis urin berhubungan dengan diuresis. Diuresis adalah
peningkatan urinasi yang disebabkan oleh keberadaan substrat-substrat
tertentu di dalam cairan yang difiltrasi oleh ginjal. Keberadaan
substrat-substrat tersebut pada akhirnya menyebabkan peningkatan jumlah
air yang ada pada urin. Semakin besar volume urin yang diproduksi, maka
frekuensi urinasi juga akan meningkat. Oleh karena itu diuresis akan
meningkatkan frekuensi sekresi urin. Semakin besar diuresis, maka berat
jenis urin akan semakin rendah, dan demikian sebaliknya (Dugdale, 2011;
Gandasoebrata, 2013).

Daftar Pustaka
Akarsu, E., Buyukhatipoglu, H., Aktaran, S., & Geyik, R. (2006). The value of
urine specific gravity in detecting diabetes insipidus in a patient with
uncontrolled diabetes mellitus. ​Journal of General Internal Medicine,​
21(11), C1-C2. doi: 10.1111/j.1525-1497.2006.00454.x
Benioff Children’s Hospital. (2011). ​Urine Concentration Test.​ Retrieved from
https://www.ucsfbenioffchildrens.org/tests/003608.html
Jacoby, D. B., & Youngson, R. M. (2004). ​Encyclopedia of Family Health.
Singapore: Marshall Cavendish.
Dugdale, D. C. (2011). ​Osmotic Diuresis.​ Retrieved from
https://cybercemetery.unt.edu/archive/oilspill/20120925010834/http://ww
w.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001266.htm
Gandasoebrata, R. (2013). ​Penuntun Laboratorium Klinik.​ Jakarta: Dian Rakyat.
p. 78.
Killer, S. C., Blannin, A. K., & Jeukendrup, A. E. (2014). No evidence of
dehydration with moderate daily coffee intake: a counterbalanced

5
cross-over study in a free-living population. ​PLoS ONE,​ 9(1), e84154.
doi:10.1371/journal.pone.0084154
Logan-Sprenger, H. M., & Spriet, L. L. (2013). The acute effects of fluid intake
on urine specific gravity and fluid retention in a mildly dehydrated state.
Journal of Strength and Conditioning Research,​ 27(4), 1002–1008. doi:
10.1519/jsc.0b013e31826052c7
Lohsiriwat, S., Hirunsai, M., & Chaiyaprasithi, B. (2011). Effect of caffeine on
bladder function in patients with overactive bladder symptoms. ​Urology
Annals,​ 3(1), 14. doi:10.4103/0974-7796.75862
Marunaka, Y. (1997). Hormonal and osmotic regulation of NaCl transport in renal
distal nephron epithelium. ​The Japanese Journal of Physiology,​ 47(6),
499-511.
Miller, M., Price, J. W., & Longley, L. P. (1941). Effect of varying intake of
protein and salts on the composition and specific gravity of urine. ​The
Journal of Clinical Investigation,​ 20(1), 31-38. doi: 10.1172/JCI101192
Shirreffs, S. M., & Maughan, R. J. (1998). Volume repletion after exercise
induced volume depletion in humans: Replacement of water and sodium
losses. ​The American Journal of Physiology,​ 274(5), F868–F875. doi:
10.1152/ajprenal.1998.274.5.F868
Stuempfle, K. J., & Drury, D. G. (2003). Comparison of 3 methods to assess urine
specific gravity in collegiate wrestlers. ​Journal of Athletic Training​, 38(4),
315-319.
The Children’s Hospital at Montefiore. (2019). ​Urine Test.​ Retrieved from
https://www.cham.org/HealthwiseArticle.aspx?id=hw6580
Zhang, Y., Coca, A., Casa, D. J., Antonio, J., Green, J. M., & Bishop, P. A.
(2015). Caffeine and diuresis during rest and exercise: A meta-analysis.
Journal of Science and Medicine in Sport​, 18(5), 569–574.
doi:10.1016/j.jsams.2014.07.017

6
7

Anda mungkin juga menyukai