Anda di halaman 1dari 2

Green construction ialah sebuah konsep berkelanjutan yang mencita - citakan terciptanya

konstruksi dari tahap perencanaan dan pelaksanaan yang pemakaian produk konstruksinya
ramah lingkungan dan efisien dalam pemakaian energi serta sumber daya. Penelitian ini di
fokuskan kepada perhitungan perbandingan biaya dan dampak lingkungan yang terjadi
dengan membandingkan penerapan konsep green construction dan non green construction.
Tahapan metodologi yang digunakan terdiri dari tahap perumusan masalah, tahap
tinjauan pustaka, tahap pengumpulan data,tahap evaluasi(mengevaluasi indikator green
construction PT.PP terhadap GBCI), tahap analisa datadengan perhitungan RAB dan
dampak lingkungan yang terjadi, tahap pembahasan, dan tahap akhir. Berdasarkan analisa
yang dilakukan maka konsep green constructiondapat diterapkan karena menghemat biaya
dan memberikan dampak positif bagi lingkungan

Dalam proses pembangunan bangunan gedung, desain memiliki kedudukan yang krusial,
terlebih untuk bangunan hijau. Hal ini dikarenakan perlu adanya kolaborasi antardisiplin
keahlian agar dapat menghasilkan bangunan yang sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Target gedung untuk mencapai sertifikasi sebaiknya berangkat dari pemilik gedung. Hal ini
dikarenakan dalam proses sertifikasi dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mewujudkan
gedung yang ramah lingkungan.

Perbedaan signifikan yang terjadi pada gedung dengan desain atau yang sudah tersertifikasi
Green Building adalah gedung yang sudah tersertifikasi akan memakan biaya lebih banyak di
awal namun akan memberikan saving sebesar 5 – 20% dari biaya pemeliharaan gedung. Hal
ini dikarenakan gedung tersebut mengedepankan efisiensi di energi, air serta material
sehingga biaya yang dikeluarkan per bulan akan lebih murah.

Salah satu contoh Bangunan Gedung Hijau adalah Gedung Kementerian Pekerjaan Umum
Jakarta. Gedung Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta ini merupakan gedung kementerian
pertama di Indonesia yang berkonsep Green Building. Gedung Kementerian Pekerjaan
Umum Jakarta dalam setahun mampu menghemat ±50,4% dalam penggunaan energi

dapat dilihat bahwa gedung yang sudah memiliki sertifikasi atau predikat sebagai Green
Building memiliki pemakaian energi jauh lebih kecil dibandingkan gedung yang tidak
didesain untuk hemat energi walaupun memiliki luas yang lebih besar

Green Construction memperhatikan beberapa faktor, meliputi:

1. Pemanfaatan lampu hemat Energi (LHE) dan lampu LED yang hemat energi untuk
penerangan.
2. Pemanfaatan Daylighting (Natural Lighting) untuk keperluan penerangan di ruangan
keet.
3. Penggunaan sensor cahaya untuk menghemat pemakaian listrik.
4. Pemantauan penggunaan listrik di proyek dengan mewajibkan pemasangan meteran
listrik dan melakukan pencatatan rutin.
5. Penggunaan air dewatering untuk digunakan di lokasi proyek
6. Kendaraan Operasional dan Alat berat harus lolos Uji Emisi Gas Buang. Pengujian
dapat dilakukan oleh Instansi /Lembaga Terkait ataupun Internal Perusahaan.
7. Setiap Kendaraan Operasional dan Alat Berat yang digunakan harus dapat
menunjukkan Surat Keterangan Lolos Uji Emisi Gas Buang.
8. Minimasi Limbah, dengan cara memanage penggunaan material agar tidak
menimbulkan bahan sisa.
9. Pemilahan Jenis limbah, dengan mengelompokkan limbah padat ke dalam limbah
organik dan non organik
10. Pemanfaatan kembali limbah padat untuk keperluan lain, misalnya pemanfaatan
sekam sisa gergaji untuk bahan bakar pembuatan bata.
11. Pengolahan limbah cair, dengan melakukan filterisasi air buangan proyek sebelum
dibuang ke saluran kota.

Pada bangunan baru, penerapan konsep ramah lingkungan tidak hanya memperhatikan tahap
desain dan perencanaan, tetapi juga harus mencakup proses konstruksi. Seiring dengan
pergerakan konsep gedung ke arah Bangunan Hijau, implementasi Green Construction juga
harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan Green Construction memiliki peranan penting untuk
menciptakan gedung dengan konsep Hijau sehingga akan terciptanya suatu proses
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai