Anda di halaman 1dari 16

BAB I Konsep Wilayah dan Tata Ruang

A. Wilayah dan Tata Ruang

Di Indonesia, pengertian suatu wilayah adalah secara administratif melingkupi suatu negara,
provinsi, atau kabupaten. Dalam Undang-undang No. 24 tahun 1992, ditegaskan bahwa ruang
adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai suatu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan mahluk hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta
memelihara kelangsungan hidupnya. Dapat dikatakan wilayah di Indonesia berarti memiliki
kesatuan yang di dalamnya berisi manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan lainnya yang
menjadi sumber daya bagi kelangsungan pengembangannya.

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan
pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan
fungsional.

Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan sehingga perlu lebih
diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah perkotaan dibagi dalam
beberapa zona sebagai berikut.

1. Perumahan dan permukiman 6. Terminal

2. Perdagangan dan Jasa 7. Wisata dan Taman Rekreasi

3. Industri 8. Pertanian dan Perkebunan

4. Pendidikan 9. Tempat Pemakaman Umum


5. Perkantoran dan Jasa 10. Tempat Pembuangan Sampah
B. Pembangunan dan Pertumbuhan Wilayah

Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkotaan yang tidak dijalankan dengan benar
adalah kesemrawutan kawasan, berkembangnya kawasan kumuh yang berdampak kepada
gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya mengatasi dampak lingkungan yang berimplikasi
kepada kesehatan, sulitnya mengatasi kebakaran bila terjadi kebakaran.

Konsep pokok dalam pembangunan adalah berorientasi pada kebutuhan dan


keterbatasan, artinya pembangunan harus mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang.

Tujuan Pembangunan tersebut, dapat dicapai dengan memperhatikan berbagai


permasalahan, antara lain:

1. Pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia;

2. Pemeliharahaan daya dukung lingkungan;

3. Pengendalian ekosistem dan jenis spesies sebagai sumber daya bagi pembangunan;

4. Pengembangan industry

5. Mengantisipasi krisis energi sebagai penopang utama industrialisasi.

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang,


Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002), Prinsip-prinsip dasar dalam
pengembangan wilayah adalah:
1. Sebagai growth center di mana pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal
wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spred effect) pertumbuhan yang
dapat ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional;
2. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerja sama pengembangan antardaerah dan
menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah;
3. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi dari daerah-daerah
yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan.
C. Perencanaan Tata Ruang Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Kota

D. Permasalahan dalam Penerapan Tata Ruang Wilayah

Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkotaan yang tidak dijalankan dengan benar,
yaitu kesemrawutan kawasan. Berkembangnya kawasan kumuh yang berdampak kepada
gangguan terhadap sistem transportasi, sulitnya mengatasi dampak lingkungan yang berimplikasi
kepada kesehatan, sulitnya mengatasi kebakaran bila terjadi kebakaran

Di dalam suatu ekosistem, setiap individu diartikan sebagai satuan makhluk hidup tunggal,
misalnya seekor ayam, seekor tikus, dan sebatang pohon pisang.

Populasi adalah kumpulan dari individu sejenis yang secara bersama menempati suatu
habitat yang sama pada waktu yang sama. Beberapa populasi yang menempati habitat yang sama
dan pada waktu yang sama akan membentuk suatu komunitas.

Dalam suatu komunitas terjadi suatu bentuk hubungan atau interaksi, baik antara individu
sejenis (intraspesies) maupun antara jenis yang berbeda (antarspesies).

E. Pembangun Wilayah

Modal dasar pembangunan wilayah antara lain sumber daya manusia yang berkualitas dan
sumber daya alam yang melimpah. Pelaku dan pencipta kegiatan wilayah adalah seluruh
masyarakat yang ada di wilayah tersebut dan pihak luar yang ingin melakukan kegiatan di
wilayah tersebut. Perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu pemanfaatan ruang wilayah
dengan cara mengoptimalkan aktivitas serta fungsi wilayah tersebut untuk melakukan suatu
pengembangan potensi wilayah tersebut.

Pendekatan wilayah bertujuan untuk mencapai perbaikan kondisi sosial ekonomi melalui
intervensi terhadap aspek yang relevan dengan memanfaatkan sumber daya setempat

Tujuan pembangunan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan


sektor dan wilayah sehingga pemanfaatan ruang dan sumber daya dapat dioptimalkan dan
mendukung peningkatan kehidupan masyarakat sesuai tujuan pembangunan yang diharapkan.

Faktor-faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi wilayah pertumbuhan adalah sebagai


berikut :

1. Pertumbuhan ekonomi
dengan melihat angka pertumbuhan ekonomi suatu daerah dari waktu ke waktu
2. Laju pertumbuhan penduduk
dengan melihat angka pertumbuhan penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu
3. Perkembangan permukiman

dengan melihat perkembangan perubahan penggunaan lahan menjadi permukiman

4. Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat


dengan cara melihat perkembangan tingkat pendidikan
5. Penggunaan teknologi

dengan cara melihat perkembangan kemampuan teknologi yang digunakan

6. Budaya dalam masyarakat

dengan cara melihat budaya yang berkembang di masyarakat

a. Pembangunan Perdesaan

Terdapat beberapa konsep pembangunan wilayah perdesaan menggunakan pendekatan


spasial (ruang), antara lain Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D) dan Agropolitan distrik
Dalam pengembangan wilayahnya, pembangunan perdesaan harus memiliki tiga unsur
penting, yaitu adanya pusat, wilayah pengaruh dan jaringan transportasi.

Desa yang memiliki potensi, diberikan fungsi sebagai pusat pertumbuhan disebut DPP,
desa-desa yang termasuk dalam jangkauan pengaruh pusat pertumbuhan disebut Desa
Hinterland.

Jangkauan pelayanan pembangunan dari DPP ke DH dalam wilayah pengaruh disebut


Kawasan Pusat Pertumbuhan Desa (KPPD). Karena jumlah desa yang difungsikan sebagai DPP
terpilih maka kawasan pusat pengembangan desanya terbatas dan terpilih sehingga disebut
Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D)

Agropolitan yaitu desa yang berada di lahan pertanian. Merupakan kawasan pertanian yang
melayani pemasaran produksi pertanian untuk dikirim ke luar daerah.

Pembangunan perdesaan seharusnya diarahkan pada hal hal berikut ini :

 Pemantapan ketahanan pangan, bertujuan meningkatkan produksi dan produktivitas


pertanian. Perwujudannya membutuhkan sarana dan prasarana

 Penciptaan kegiatan ekonomi lokal secara beragam

 Peningkatan dan memperluas lapangan kerja

 Penguatan kelembagaan pedesaan, baik kelembagaan ekonomi dan sosial

 Peningkatan partisipasi masyarakat

 Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup perdesaan

b) Pembangunan Perkotaan

Kota merupakan pusat pertumbuhan. Kota senantiasa mengalami perkembangan dari


waktu ke waktu. Indikator keberhasilan pembangunan kota, yaitu tingkat perekonomian yang
merata, kelestarian lingkungan hidup, keseimbangan pembangunan dan optimalisasi
pemanfaatan ruang. Konsep Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) sebagai
upaya sistematis dan menyeluruh untuk mewujudkan fungsi dan peran kota. Adanya program
perbaikan kampung ( Kampong Improvement Program ).
Pola pembangunan kota didasarkan atas hal hal berikut ini :

 Aspek topografi ( kota pegunungan, kota dataran tinggi, kota dataran rendah dan pesisir ).

 Aspek kegiatan ekonomi yang menonjol ( kota pariwisata, kota industri, dan kota
perdagangan ).

 Aspek tingkat perkembangan kota.

F. Pengertian Pusat Pertumbuhan


Konsep pusat pusat pertumbuhan mengandung pengertian adanya suatu hubungan saling
memengaruhi secara timbal balik antara pusat pusat tersebut dengan daerah pengaruhnya Dalam
pengembangan daerah melalui pusat pusat pertumbuhan, kegiatan akan disebar melalui pusat
pusat pertumbuhan sesuai dengan hierarki dan fungsinya.

Pada skala regional dikenal tiga orde, yaitu sebagai berikut :

 Pusat Pertumbuhan Primer (utama)


Dihubungkan dengan tempat pemusatan penduduk terbesar, kelengkapan fasilitas dan
potensi aksesibilitas terbaik, mempunyai daerah belakang terluas serta lebih multifungsi
dibandingkan dengan pusat pusat lainnya
 Pusat Pertumbuhan Sekunder (kedua)
Pusat dari subdaerah, seringkali pusat ini diciptakan untuk mengembangkan subdaerah
yang jauh dari pusatnya
 Pusat Pertumbuhan Tersier (ketiga)

Titik pertumbuhan dari daerah pengaruhnya. Fungsinya menumbuhkan dan memelihara


kedinamisan terhadap daerah pengaruh yang dipengaruhinya (Friedman,1966)

Secara umum fungsi pusat pertumbuhan yaitu :

 Memudahkan koordinasi dan pembinaan

 Melihat perkembangan wilayah, maju atau mundur

 Meratakan pembangunan di seluruh wilayah

G. Pertumbuhan Wilayah
Pusat pertumbuhan (growth pole) adalah suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhan
pembangunannya sangat pesat, terdapat aktivitas ekonomi yang komersial, dan produktivitas
tinggi sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah lain di sekitarnya.

Daerah yang menjadi pusat pertumbuhan dapat berupa wilayah kecamatan, kabupaten
maupun ibu kota provinsi. Tingkatan skala tersebut dari skala nasional sampai regional.

Contohnya yang berskala regional yaitu Jabodetabek , Jakarta dijadikan pusat pertumbuhan
sehingga Jakarta dapat diharapkan dapat memengaruhi pertumbuhan sosial ekonomi terhadap
daerah sekitarnya.

Pertumbuhan yang terjadi di setiap wilayah tidaklah merata karena adanya perbedaan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, jaringan transportasi dan komunikasi,
aksesibilitas, serta keadaan dan letak wilayah yang berbeda.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan antara lain :

 Faktor alam

Kota yang terletak didaerah dataran rendah akan cepat berkembang dari pada kota yang
treletak di daerah dataran tinggi, contoh Surabaya, Jakarta dan Medan dijadikan pusat
pertumbuhan di Indonesia

 Faktor ekonomi

Wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah perkembangannya lebih pesat bila
dibandingkan dengan yang SDA nya sedikit, karena yang melimpah akan memengaruhi aktivitas
perekonomian

 Faktor industri

Pertumbuhan industri yang pesat diikuti dengan berkembangnya bermacam-macam


kegiatan

 Faktor sosial

Indikatornya kehidupan sosial yang maju : mencakup pendidikan, kesehatan, pendapatan


dan mata pencaharian
 Faktor transportasi

Tersedianya sarana dan prasarana transportasi akan berpengaruh pada kelancaran proses
interaksi antar daerah yaitu aktivitas ekonomi dalam pendistribusian barang maupun jasa.

H. Teori Pusat Pertumbuhan


1. Teori Potensial Wilayah

Dalam mengidentifikasi potensi suatu wilayah agar menjadi pusat pertumbuhan, dapat
dilakukan dengan cara menginventarisasi potensi utama yang ada di daerah tersebut. Misalnya
Pulau Bali meupakan suatu wilayah yang memiliki potensi utama wisata alam dan wisata sosial
budaya. Pulau Bali dapat berkembang menjadi pusat pertumbuhan dengan cara memacu
perkembangan sektor lainnya, terutama industri hiasan, perdagangan, transportasi, perhotelan
dan usaha-usaha lainnya. Pulau Bali juga diharapkan dapat memacu perkembangan wilayah
wilayah sekitarnya seperti NTB dan NTT.

2. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)

Walter Christaller, seorang ahli geografi Jerman mengemukakan tentang teori Tempat yang
Sentral. Tempat sentral pada umumnya berupa ibu kota provinsi dan kabupatenyang dilengkapi
dengan saran dan prasarana yang memadai sehingga dapat menarik penduduk sekitar untuk
mengunjunginya. Sebagai contoh ibu kota provinsi menjadi daya tarik penduduk kota kabupaten,
kota kabupaten menjadi daya tarik bagi kecamatan, dst. Tempat sentral seperti ibu kota provinsi,
kota kabupaten dengan berbagai sarana dan prasarananya mempunyai pengaruh yang berbeda-
beda sesuai besar kecilnya wilayah tersebut sehingga terdapat hierarki tempat sentral.

3. Teori Sektor

August Losch seorang ahli ekonomi asal Jerman mengemukakan teori Sektor yang
mempertimbangkan pada daerah-daerah ekonomi. Bertolak dari kesamaan topografi sebuah
tempat yang berada di dataran sama seperti dikemukakan Christaller dan mempelajari faktor-
faktor yang menyebabkan terbentuknya daerah-daerah ekonomi tersebut. Berdasarkan
pengangkutan, biaya dan permintaan akan barang sehingga dapat dilakukan pembagian wilayah
homogen menjadi daerah-daerah yang spesifik. Bentuk optimal pembagian ini adalah heksagon.
Menurut Losch, munculnya daerah pasar disekeliling setiap tempat sentraljuga
dipengaruhioleh adanyajaringan daerah daerah pasar untuk setiap kelompok barang.

4. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Poles Theory)

Sering disebut juga teori pusat pertumbuhan, kali pertama diperkenalkan oleh Perroux
1955, menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan hasil dari suatu
proses dan tidak terjadi secara serentak melainkan muncul ditempat tempat tertentu dengan
kecepatan dan intensitas yang berbeda. Kota pada umumnya merupakan pusat pertumbuhan yang
terus mengalami perkembangan. Dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesai Bappenas
membagi beberapa kota besar di Indonesia yang memiliki letak sentral sebagai pusat
pertumbuhan yaitu Medan, Jakarta, Surabaya dan Makassar, dibagi lagi menjadi wilayah
pembangunan dengan pusat pusat kota yang terdekat.

I. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Wilayah


 SDA

Daerah yang memiliki kekayaan SDA berpotensi menjadi pusat pertumbuhan, contohnya
kota Bontang di Kalimantan Timur yang dahulu hanya menjadi wilayah eksplorasi minyak bumi
dan gas kini telah berkembang menjadi kota yang tumbuh pesat

 SDM

Kualitas dan kuantitas manusia sangat penting untuk mengelola suatu daerah. Produktivitas
manusai yang tinggi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan menjadi pusat
pertumbuhan

 Kondisi Fisiografis/lokal

Lokasi yang strategis memudahkan transportasi dan angkutan barang sehingga pusat
pertumbuhan berkembang dengan cepat. Contohnya daerah dataran rendah yang dapat
berkembang lebih cepat karena reliefnya yang rata

 Fasilitas Penunjang
Beberapa fasilitas penunjang yaitu jalan, jaringan lsitrik, jaringan telepon, pelabuhan laut
dan udara, fasilitas air bersih, penyediaan bahan bakar serta prasarana kebersihan. Fasilitas
tersebut merupakan modal utama dalam membangun sebuah daerah yang besar.

Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah lokasi yang terkonsentarsinya suatu industri
atau kegiatan ekonomi karena sifatnya yang dinamis sehingga mampu merangsangkehidupan
ekonomi ke dalam maupun ke luar wilayah. Secara geografis, pusat pertumbuhan merupakan
lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi daya tarik bagi manusia.

Tidak semua wilayah dapat disebut pusat pertumbuhan karena setidaknya harus memiliki empat
ciri berikut :

 Adanya hubungan yang internal dan aktivitas yang beragam

Kota menjadi hidup dengan berjalannya berbagai aktivitas seperti perdagangan, wisata,
bisnis dan pendidikan dll pertumbuhan tidak terlihat pincang karena ada sektor yang
berkembangpesat dan sektor lain terhambat.

 Adanya efek pengganda (multiplier effect)

Karena adanya kegiatan produksi yang meningkat sehingga kapasitas produksi diperbesar
dan kadang sampai memacu pertumbuhan daerah belakang yang menjadi sumber bahan baku
dan tenaga kerja

 Adanya konsentrasi grafis

Terjadi karena berkumpulnya titik titik fasilitas penunjang di daerah tersebut. Orang akan
datang ke sana untuk belanja, sekolah, berwisata dll.

 Mendorong ke daerah belakang

Pusat pertumbuhan harus dinikmati pula oleh daerah belakang /penyuplai sehingga
mengurangi adanya ketimpangan wilayah.

J. Daya Dukung Pertumbuhan Wilayah

Daya dukung wilayah (carrying capacity) merupakan daya tampung maksimum wilayah
yang mampu mendukung kehidupan manusia. Daya tampung tersebut mencakup populasi
manusia yang mampu didukung secara optimal tanpa merusak lingkungan. Salah satu unsur
parameter daya dukung wilayah adalah lahan yang digunakan untuk mengetahui tingkat
penggunaan lahan di suatu wilayah dan acuan untuk mengetahui pemanfaatan potensi wilayah.

K. Wilayah Pembangunan dan Pertumbuhan Indonesia

Pembangunan dan
pengembangan wilayah di Jakarta , awalnya merupakan kota Perkembangan pusat-pusat
Indonesia harus disesuaikan administrasi, pelabuhan dan pertumbuhan di Indonesia banyak
dengan kondisi geografis dan perdagangan bertumpu pada sektor industri
kondisi sosial masyarakat

Pertumbuhan ekonomi yang


tinggi berpengaruh pada Wilayah indonesia yang luas
peningkatan pembangunan terdiri atas banyak pulau
wilayah, peningkatan wilayah berpengaruh pada kelancaran
berpengaruh pada kesejahteraan pelaksanaan pembangunan,
penduduk yang semakin baik

Pembangunan nasional Indonesia dilaksanakan dengan sistem perwilayahan


(regionalisasi) dan kota-kota utama yang ada dijadikan sebagai pusat pertumbuhan. Bappenas (
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) telah membagi wilayah Indonesia menjadi empat
pusat pertumbuhan. Dengan kota utamanya Medan, Jakarta, Surabaya dan Makassar ,
membawahi beberapa wilayah. Setiap wilayah terdiri atas beberapa wilayah.

Secara geografis, kesenjangan terjadi antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan
Kawasan Barat Indonesia (KBI). Usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi
kesenjangan, yaitu dengan pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
di KTI melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 150 tahun 2000. Pengembangan KAPET
tersebar di Manado, Bitung, Batui, Bukari, Bima, Seram, Mbay, Biak, Sanggau, Das kakab,
Batulicin, Sasamba dan Sabang.

Tujuan penyebaran pusat pusat pertumbuhan ke luar Jawa, terutama KTI, yaitu :

 Pemanfaatan sumber daya alam


 Peningkatan dan pemerataan kegiatan ekonomi
 Peningkatan pendapatan daerah
 Memperkuat ketahanan dan posisi geografis
Konsep dasar wilayah pusat pembangunan dan pertumbuhan

Istilah yang dimaksud adalah pertumbuhan pembangunan, baik pembangunan fisik wilayah
maupun pembangunan sosial budaya. Setiap wilayah pembangunan mempunyai sebuah kota
yang menjadi pusat pertumbuhan yang disebut kutub pertumbuhan.

Wilayah pusat pertumbuhan di Indonesia

Bappenas membagi menjadi empat buah pusat pertumbuhan wilayah :

L. Kaitan wilayah pusat pertumbuhan dan pengaruh pusat pertumbuhan


a) Pengaruh pusat wilayah pertumbuhan terhadap pemusatan dan persebaran sumber daya
 Menarik jumlah tenaga kerja yang banyak
 Pendapat penduduk menjadi meningkat
 Pendidikan masyarakat meningkat
 Teknologi dan transportasi berkembang peaat
 Terpenuhinya kebutuhan akan barang dan jasa
b) Pengaruh pusat wilayah pertumbuhan terhadap perkembangan ekonomi
 Peluang kerja di berbagai sektor menjadi lebih terbuka
 Adanya gerakan arus barang
 Sektor ekonomi non formal juga ikut berkembang
c) Pengaruh pusat wilayah pertumbuhan di bidang sosial dan lingkungan hidup
 Terbukanya lapangan pekerjaan
 Melatih masyarakat disiplin, hemat dan tidak konsumtif
 Memotivasi masyarakat untuk haus ilmu pendidikan
 Menimbulkan akulturasi dan asimilasi nilai budaya
 Terbukanya arus informasi dan komunikasi
 Lingkingan hidup mengalami perubahan

K. Perencanaan Tata Ruang Indonesia

Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang nasional yang di susun guna menjaga intergritas nasional, keseimbangan dan keserasian
perkembangan antar wilayah dan antar sektor, serta keharmonisan antar lingkungan alam dengan
lingkungan buatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyusunan perencanaan tata
ruang harus memperhatikan :

1. Wawasan nusantara dan ketahanan nasional


2. Pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi
3. Perkembangan permasalahan regional dan global, serta hasil pengkajian implikasi penataan
ruang nasional

Perencanaan tata ruang tingkat provinsi adalah rencana kebijakan operasional dari
RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) nasional yang berisi strategi pengembangan wilayah
provinsi, melalui optimasi pemanfaatan sumber daya , sinkronisasi pengembangan sektor ,
koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor serta pembagian peran dan fungsi
kabupaten/kota di dalam pemgembangan wilayah secara keseluruhan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman


Penyusunan Rencana Tata Ruang wilayah merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan ketentuan
pasal 11 ayat (2) UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dimaksud sebagai acuan dalm kegiatan penyusunan
rencana tata ruang kabupaten oleh pemerintah daerah kabupaten dan para pemangku
kepentingan.

Skema alur perencanaan tata ruang tingkat kabupaten

RTRW PULAU
RPJP NASIONAL RTRW NASIONAL RTRW KAWASAN
STRATEGI NAIONAL

RPJM NASIONAL

RTR KAWASAN
RPJP PROVINSI RTRW PROVINSI STRATEGI PROVINSIC

RPJM PROVINSI
RTDRKABUPATEN
RTR KAWASAN
STRATEGI KABUPATEN
RPJP RTRW KABUPATEN
KABUPATEN/KOTA RTRW KOTA RDTR KOTA
RTR KAWASAN
STRATEGIS KOTA
RPJM
KABUPATEN/KOTA

Kawasan strategis adalah kawasan yang penataan ruangannya diprioritaskan karena


memiliki pengaruh penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
pertumbuhan ekonomi, sosioal, budaya dan/atau lingkungan termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia.
Rencana Tata Ruang Kawasan strategis adalah upaya penjabaran rencana umum tata
ruang ke dalam arahan pemanfaatan ruang yang lebih spesifik sesuai dengan aspek utama yang
manjadi latar belakang pembentukkan kawasan strategis tersebut.

M. PERMASALAHAN DALAM PENERAPAN TATA RUANG WILAYAH


1. Terjadinya konflik kepentingan antarsektor
Misalnya: antarsektor kehutanan dan pertambangan, antarsektor kehutanan dan
perkebunan. Contohnya izin pertambangan di kawasan hutan, alih fungsi lahan pertanian
menjadi kawasan industry.
2. Terjadinya ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang
Maksudnya antara kepentingan manusia dalam pembangunan dan daya dukung lingkungan
alam pada suatu wilayah. Kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Karena
kurangnya kontrol dalam pengawasan pelaksanaan pembangunan.
3. Terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang
Akibat tidak konsisten dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Bentuk pengendalian :
pengaturan zonasi pemanfaatan ruang, peraturan perizinan, sanksi administrasi dan
pelanggaran. Disebabkan kebutuhan ruang yang tinggi, rendahnya penegakan hukum dan
meaknisme belum jelas.
4. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam penataan ruang

Masyarakat harus dilindungi dari berbagai tekanan dan paksaan dari pelaksanaan
pembangunan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Masyarakat juga harus mendukung
pemerintah jika dalam pemanfaatan ruang memiliki tujuan pembangunan yang
berkelanjutan. Misalnya pengembangan desa wisata atau wisata agro.
N. Dampak permasalahan dalam pemanfaatan ruang, yaitu :

a. Kerusakan Lingkungan
Cth : banjir, longsor kebakaran
hutan, kekeringan dll

d. Konversi
b. Ketimpangan
lahan
wilayah
Berubahnya
Cth : antara
fungsi sebagian
desa dan kota,
atau seluruh
Pulau Jawa dan
kawasan dari
Pulau Luar Jawa
fungsi semula

c. Kesenjangan sosial ekonomi


Cth : orang kaya semakin kaya,
dan orang miskin semakin
miskin

O. Sebuah pembangunan harus menggunakan pendekatan wilayah (regional)

Pendekatan regional merupakan pendekatan yang terintegrasi antarsektor dalam suatu


wilayah sehingga tidak muncul adanya kepentingan antarsektor. Ketegasan dalam penegakkan
hukum dan perlu konsistensi dalam pelaksanaan rencana tata ruang wilayah.

Anda mungkin juga menyukai