Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

A. Definisi

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih

tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan

(Sidarta Ilyas, 2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra

okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah

sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler.(

Long Barbara, 1996)

Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma

merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler

(TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik

sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam

pengelihatan.

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata

meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan

fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009)

Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang

meningkat mendadak sangat tinggi. (Mansjoer, Arif : 2001)

Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata

sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. (Mansjoer, Arif :

2001).

1. Klasifikasi glaukoma

Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :


1. Glaukoma Primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu

timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit

pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM

Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif

dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)

Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang

meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut sudut

terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.

Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem,

dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejalaawal

biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior

normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul

b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior

secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan

trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan

iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang

posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan

yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan kabur.

Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi

kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma Sekunder
Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola

mata, yang menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume cairan dari dalam

mata . Misalnya glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi lensa,

katarak instrumen, oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.

3. Glaukoma Kongenital

Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap

kelainan mata sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran

mata (bulfamos), lakrimasi.

4. Glaukoma absolut

Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan

total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma

absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi

glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta

ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit

berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat

timbulnya glaukoma hemoragik.

Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar,

alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak

berfungsi dan memberikan rasa sakit.

2. Berdasarkan lamanya glaukoma dibedakan menjadi:

a. Glaukoma akut

penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak

sangat tinggi.

b. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi

kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

3. Anatomi dan Fisiologi

Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu:

1. Aqueus humor

Cairan ini berada di depan lensa.

2. Vitreus humor

Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada dibelakang

mata, mulai dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini ciran yang

mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah aqueus

humor, dimana cairan ini berasal dari badan sisiari mengalir kea rah bilik anterior

melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran darah pada sudut antara iris

dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran schlemm. ( Evelin C.

Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya hambatan abnormal

terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier sehingga

terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-70

mmHg.

B. Etiologi

1. Glaukoma primer terdiri dari :

a. Akut: dapat disebabkan karena trauma.

b. Kronik : dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: diabetes mellitus,

arterisklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, myopia tiggi dan progresif.

2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain, seperti: katarak, perubahan lensa kelainan uvea

pembedahan.

C. Manifestasi klinik

1. Glaukoma primer

a. Glaukoma sudut terbuka

 Kerusakan visus yang serius

 Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas

 Perjalanan penyakit progresif lambat

b. Glaukoma sudut tertutup

 Nyeri hebat didalam dan sekitar mata

 Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya

 Pandangan kabur

 Sakit kepala

 Mual, muntah

 Kedinginan

 Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat sedemikian

kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu

dirasakan oleh klien.

2. Glaukoma sekunder

 Pembesaran bola mata

 Gangguan lapang pandang

 Nyeri didalam mata

3. Glaukoma kongential

Gangguan penglihatan
D. Pemeriksaan Penunjang

1. Glaukoma Akut

Pengukuran dengan tonometrischiotz menunjukkan peningkatan tekanan, parimetri

genioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.

2. Glaukoma Kronik

Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonomebri menunjukkan

peningkatan, nilai dianggap mencurigakan bila berkisar antara 21 – 25 mmHg dan

dianggap patologik bila berada diatas 25 mmHg.

Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding
cekungan bergaung, warna memucat dan terdapat perdarahan pada pupil.
3. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian
nasal, tangga rone, atau stroma busur.
Uji provokasi minum air, uji variasi diurnal dan ujian provokasi steroid dilakukan pada
kasus-kasus yang meragukan.
4. Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer), pemeriksaan keadaan sudut bola
mata dengan genioskopi. Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat
perimetri.
5. Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg Retinal
Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau meningkatkan keluarnya
cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat menurunkan tekanan bagi bola mata
sehingga dicapai tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan
secara terus menerus dan teratur.
6. Pemasangan keran Ahmed Valve
Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran
buatan yang populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya,
yakni Ahmed, warga Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali
menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini terbuat dari bahan polymethyl
methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada
bola mata dengan cara operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka
klep tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar, sehingga
tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila
tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.

E. Penatalaksanaan Medis
1. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
a. Obat-obat miotik
 Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,75–3 %)
 Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %)
b. Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
 Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
 Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
c. Carbonucan hidrase intibitor
 Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
 Diklorfenamid (metazolamid)
d. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung kejaringan
trabekuler untuk merubah susunan jaringan dan membuka aliran dari humor Aguos dan
iridektomi.
e. Tindakan bedah trabeculectomy.

F. Patofisiologi
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/

bermuara aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous

humor diproduksi secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian

posterior irisdan mengalir melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous

humordisalurkan melalui canal Schlemm disekitar mata dan berada pada bagian sudut

camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris perifer dan kornea dalam keadaan

normal terjadi keseimbangan antara produksi dan penyerapanaqueous humor, akan

menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative konstan. TIO berkisar 10-

20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan naik sampai

5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat menimbulkan

kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan abstruksi/sumbatan

dari penyerapan aqueous humor.

G. Pathway

Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi jaringan peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepan


Cairan humor aqueous
Nyeri

TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan saraf optik tindakan operasi

Perubahan penglihatan perifer


Trabekulectomy

- Nyeri
- Resikocedera
resiko infeksi

angguan persepsi sensori penglihatan

Anxietas
interpretasi salah

Kurangnya Resiko cedera


pengetahuan

H. Komplikasi

Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola

mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea

terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)

glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan

mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa


neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan

kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk

menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola

mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identifikasi Klien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa

medis, suku bangsa, status perkawinan.

2. Keluhan Utama

Terjadi tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi, nyeri hebat di

kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri hebat di

kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat

hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau

horisontal memiliki penyakit yang serupa.


4. Pola – pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang

diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam

pemeliharaan kesehatan.

b. Pola nutrisi dan metabolik

Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola nutrisi

dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa

banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.

c. Pola eliminasi

Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap dikaji

konsestansi, banyaknya warna dan baunya.

d. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri / sakit

hebat menjalar sampai kepala.

e. Pola aktivitas

Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien mengalami

penurunan.

f. Pola persepsi konsep diri

Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap

penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.

g. Pola sensori dan kognitif

Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan pada

kongnitif tidak mengalami gangguan.


Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan

penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).

Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan

air mata.

h. Pola hubungan dan peran

Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga

dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang dideritanya.

i. Pola reproduksi

Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.

j. Pola penanggulangan stress

Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi penglihatannya

serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya klien tidak mengalami gangguan.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan TTV.

b. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala, mata

merah, edema kornea, mata terasa kabur.

c. Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang
pandang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan
optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada
hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau
hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

B. Diagnosa Keperawatan
 Pre operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh
karena peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan :
a. Penurunan ketajaman penglihatan
b. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
 Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi.

C. Analisa Data
No Data Fokus Penyebab/ Etiologi Masalah
keperawatan
1 Ds : Obtruksi jaringan Gangguan rasa
Mengatakan mata trabekuler
nyaman nyeri

tegang. Nyeri hebat,
berhubungan dengan
Hambatan pengaliran
aqueus humor meningkatan TIO
lebih sakit untuk ↓
melihat. TIO meningkat

Do :
Nyeri
 Meringis, menangis
menahan nyeri.
 Sering memegangi
mata.

2 Ds: TIO meningkat Penurunan persepsi


sensori
Menyatakan ↓
visual/penglihatan
penglihatan kabur, Gangguan saraf optik berhubungan dengan
serabut saraf oleh
tidak jelas, penurunan ↓
karena peningkatan
area penglihatan. Perubahan penglihatan TIO
perifer
Do: ↓
 Pemeriksaan lapang Gangguan persepsi
pandang menurun.
sensori penglihatan
 Penurunan
kemampuan
identifikasi lingkungan
(benda, orang, tempat

3 Ds: TIO meningkat Cemas berhubungan


dengan penurunan
 Mengatakan takut ↓
penglihatan/ kurang
dioperasi
Gangguan saraf optik pengetahuan tentang
 Sering menanyakan prosedur
tentang operasi ↓
pembedahan
Perubahan penglihatan
perifer
Do: ↓
 Perubahan tanda vital
peningkatan nadi, Cemas
tekanan darah,
frekuensi pernapasan
 Tampak gelisah, wajah
murung, sering
melamun

4 Ds: Peningkatan tekanan Gangguan rasa


vitreus nyaman (nyeri)
Mengatakan ↓ berhubungan dengan
nyeri/tegang. Pergerakan iris kedepan post tuberkulectomi
↓ iriodektomi.
Do: Gelisah, TIO meningkat
kecenderungan ↓
memegang daerah Tindakan operasi
mata. ↓
trabekulectomy

Nyeri

5 Ds: TIO meningkat Resiko infeksi


 Keinginan untuk ↓ berhubungan dengan
memegang mata
Tindakan operasi luka insisi operasi.
 Menyatakan nyeri
sangat ↓
trabekulectomy
Do: - Perilaku tidak ↓
terkontrol Resiko infeksi
- Kecenderungan
memegang darah
operasi

D. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan rasa Tujuan : a. Kaji tingkat nyeri. a. Memudahkan
nyaman tingkat nyeri untuk
Nyeri hilang atau
(nyeri) intervensi
berhubungan berkurang dalam selanjutnya.
dengan
waktu 1x24 jam.
peningkatan b. Pantau derajat nyeri
TIO Kriteria hasil: mata setiap 30
mentit selama masab. Untuk
 Klien dapat akut. mengidentifikasi
mengidentifikasi kemajuan atau
penyebab nyeri. penyimpanan dari
 Klien hasil yang
menyebutkan diharapkan.
faktor-faktor yang
dapat c. Siapkan pasien
meningkatkan untuk pembedahan
nyeri. sesuai peranan. c. Setelah TIO pada
 Klien mampu glaukoma sudut
melakukan terbuka,
tindakan untuk pembedahan harus
mengurangi nyeri. segera dilakukan
d. Pertahankan tirai secara permanent
baring ketat pada menghilangkan
posisi semi fowler. blok pupil.

e. Berikan d. Pada tekanan mata


lingkungan gelap sudut ditingkatkan
dan terang. bila sudut datar.

f. Berikan analgesic
yang diresepkan e. stress dan sinar
peran dan evaluasi menimbulkan TIO
efektifitasnya yang mencetuskan
nyeri.

f. untuk mengontrol
nyeri, nyeri berat
menentukan
menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
2 Penurunan Tujuan: a. Kaji dan catat a. Menentukan
ketajaman kemampuan visual.
persepsi Peningkatan
penglihatan
sensori visual / persepsi sensori
b. Kaji tingkat
penglihatan dapat berkurang
deskripsi b. Memberikan
berhubungan dalam waktu 1 x fugnsional keakuratan
terhadap terhadap
dengan serabut 24 jam
penglihatan dan penglihatan dan
saraf oleh kriteria hasil : perwatan perawatan.
karena  klien dapat c. Sesuaikan
meneteskan obat
peningkatan lingkungan
mata dengan
dengan c. Meningkatkan self
tekanan intra benar kemampuan care dan
okuler.  Kooperatif dalam penglihatan. mengurangi
tindakan ketergantungan.
 Menyadari d. Kaji jumlah dan
hilangnya tipe rangsangan
pengelihatan yang dapat d. Meningkatkan
secara permanen diterima Klien. rangsangan pada
 Tidak terjadi waktu kemampuan
penurunan visus e. Observasi TTV. penglihatabn
lebih lanjut menurun.
e. Mengetahui
kondisi dan
f. Kolaborasi perkembangan
dengan tim klien secara dini.
medis dalam
pemberian f. Untuk
terapi. mempercepat
proses
penyembuhan
3 Cemas Tujuan : a. Hati-hatia. Jika klien belum
berhubungan Cemas klien dapat penyampaian siap akan
dengan berkurang dlam hilangnya menambah
waktu 1 x 24 jam penglihtan secara kecemasan.
penurunan
Kriteria Hasil : permanen.
penglihatan,
 Berkurangnya
kurang perasaan gugup
pengetahuan  Posisi tubuh b. Berikan
tentang rileks kesempatan b. Mengekspresikan
pembedahan  Mengungkapkan klien perasaan
pemahaman mengekspresikan membantu Klien
tentang rencana tentang mengidentifikasi
tindakan kondisinya. sumber cemas.

c. Pertahankan
kondisi yang
rileks. c. Rileks dapat
menurunkan
cemas.
d. Observasi TTV.

d. Untuk mengetahui
TTV dan per-
e. Siapkan bel kembangannya.
ditempat tidur
dan instruksi e. Dengan
Klien memberikan
memberikan perhatian akan
tanda bila mohon menambah
bantuan kepercayaan klien.

f. Kolaborasi
dengan tim
medis dalam f. Diharapkan dapat
pemberian terapi mempercepat
proses
penyembuhan
4 Gangguan rasa Nyeri berkurang, a. Kaji derajat a. Normalnya, nyeri
nyeri setiap hari. terjadi dalam
nyaman hilang, dan
waktu kurang dari
(nyeri) terkontrol. 5 hari setelah
operasi dan
berhubungan Kriteria hasil :
berangsur
dengan post  Klien menghilang. Nyeri
mendemonstrasi- dapat meningkat
tuberkulectomi
kan teknik sebab peningkatan
iriodektomi. penurunan nyeri TIO 2-3 hari pasca
 Klien melaporkan operasi. Nyeri
nyeri berkurang mendadak
atau hilang. menunjukan
peningkatan TIO
masif.

b. Meningkatkan
kolaborasi ,
b. Anjurkan untuk
memberikan rasa
melaporkan
aman untuk
perkembangan
peningkatan
nyeri setiap hari
dukungan
atau segera saat
psikologis.
terjadi
peningkatan
nyeri mendadak.

c. Anjurkan pada
klien untuk tidak
c. Beberapa kegiatan
melakukan
klien dapat
gerakan tiba-tiba
meningkatkan
yang dapat
nyeri seperti
memicu nyeri.
gerakan tiba-tiba,
membungkuk,
mengucek mata,
batuk, dan
d. Ajarkan teknik
mengejan.
distraksi dan
relaksasi.
d. Mengurangi
ketegangan,
e. Lakukan
mengurangi nyeri.
tindakan
kolaboratif
e. Mengurangi nyeri
dalam pemberian
dengan
analgesik
meningkatan
topikal/ sistemik.
ambang nyeri.
5 Resiko infeksi Tujuan : a. Diskusikan a. Meningkatkan
berhubungan tentang rasa kerjasama dan
Tidak terjadi
dengan luka sakit, pembatasan yang
cedera mata pembatasan diperlukan.
insisi operasi
aktifitas dan
pascaoperasi
pembalutan
Kriteria Hasil : mata.
 Klien b. Tempatkan klienb. Istirahat mutlak
menyebutkan pada tempat diberikan 12-24
faktor yang tidur yang lebih jam pasca operasi.
menyebabkan rendah dan
cedera.
anjurkan untuk
 Klien tidak membatasi
melakukan pergerakan
aktivitas yang mendadak/ tiba-
meningkatkan tiba serta
resiko cedera menggerakkan
kepala berlebih.

c. Bantu aktifitas
selama fase
istirahat. c. Mencegah/
Ambulasi menurunkan risiko
dilakukan komplikasi cedera.
dengan hati-hati.d. Tindakan yang
dapat
d. Ajarkan klien meningkatkan TIO
untuk dan menimbulkan
menghindari kerusakan struktur
tindakan yang mata pasca operasi
dapat antara lain:
menyebabkan  Mengejan (
cedera. valsalva maneuver)
 Menggerakan
kepala mendadak
 Membungkuk
terlalu lama
 Batuk

e. Berbagai kondisi
seperti luka
e. Amati kondisi menonjol, bilik
mata : luka mata depan
menonjol, bilik menonjol, nyeri
mata depan mendadak,
menonjol, nyeri hiperemia, serta
mendadak, nyeri hipopion mungkin
yang tidak menunjukan cedera
berkurang mata pasca operasi.
dengan
pengobatan,
mual dan
muntah.
Dilakukan setiap
6 jam asca
operasi atau
seperlunya.

Anda mungkin juga menyukai