Anda di halaman 1dari 14

Karya tulis b.

indonesia tentang puisi


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atas izin
dan kehendak Nya jualah karya tulis ilmiah sederhana ini dapat saya selesaikan tepat pada
waktunya.

Penulisan dan pembuatan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun yang Saya bahas dalam makalah sederhana ini mengenai
“PUISI”.
Dalam penulisan makalah ini saya menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya Ilmu Pengetahuan saya mengenai hal yang berkenan dengan penulisan karya tulis
ilmiah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya saya berterima kasih kepada para berbagai pihak
yang telah membantu kami sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari akan kemampuan saya yang masih kurang. Dalam karya tulis ilmiah
ini saya sudah berusaha semaksimal mungkin.Tapi saya yakin karya tulis ilmiah ini masih
banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan juga kritik
membangun agar lebih maju di masa yang akan datang.

Penulis ,
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata
sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil
sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan
bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah
karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan
manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia
untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang
termasuk dalam kategori Sastra adalah: Puisi, Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair,
pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna
membantu para pembaca yang ingin menekuni dunia puisi. Selain tentang pengertian
dan unsur – unsur puisi, makalah ini juga memuat catatan tentang ragam dan teknik
membaca puisi serta dilengkapi juga dengan panduan untuk membuat puisi agar
menarik untuk dibaca.

1.2. Tujuan Penulisan


Agar pembaca lebih mudah memahami karena dalam makalah ini dibuat
semudah mungkin untuk dipahami oleh pembaca.

1.3. Rumusan Masalah


1. Sarana apa yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi?
2. Menurut zamannya, puisi dibedakan menjadi?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PUISI


Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang
artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry
yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan,
1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau
mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui
imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka
kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang
sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran
yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan definisi puisi yang
pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris sebagai berikut.
(1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah
dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun
secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur
lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
(2) Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair
menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam
puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian
bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
(3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang
imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden
mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang
bercampur-baur.
(4) Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara
konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan,
dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan
kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama
seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).
(5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah
dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan
menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak,
percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya
merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

2.2.UNSUR-UNSUR PUISI
Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu
kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan
sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi)
yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-
kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.
Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa.
Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada
puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru
tak ada batasan.
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah
biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait
biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi
yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama
(ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan
bunyi.
Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait.
Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi
penulis puisi disampaikan.
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua
struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal
sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait,
maupun makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan
pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya
bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan
dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan
masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan
rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong
penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan
puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.
Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah
sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi.
Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi
kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat
menentukan pemaknaan terhadap puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam
puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh
(imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar,
dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata
kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan
kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi,
kehidupan, dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek
dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya
akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-
amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,
eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire,
pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi
pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope
(tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji
C.B.), (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan
awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan
sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah
tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam
pembacaan puisi.

2.3.RAGAM DAN JENIS PUISI


1) Berdasarkan Zaman
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
PUISI LAMA
Ciri-ciri puisi lama:
 Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
 Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
 Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku
kata maupun rima.
Yang termasuk puisi lama adalah:
 Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
 Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap
baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris
berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun
anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
 Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
 Seloka adalah pantun berkait.
 Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat.
 Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris,
bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
 Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
PUISI BARU
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima. Menurut isinya, puisi baru dibedakan atas:
 Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
 Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
 Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
 Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
 Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
 Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
 Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
2) Berdasarkan Sudut Pandang Penulis
Ada bermacam-macam jenis puisi yang ditulis para penyair Indonesia. Karya
sastra tidak bersifat otonom. Dalam memahami makna karya sastra, kita mengacu
pada beberapa hal yang erat hubungannya dengan puisi tersebut. Dalam pemahaman
puisi, hal yang dipandang erat hubungannya adalah jenis puisi itu sendiri dan sudut
pandang penyair. Sebenarnya ada banyak sekali macam-macam puisi, dan bagaimana
penyair dalam menyampaikan inspirasinya, serta bagaimana menafsirkan makna puisi
dengan mudah. Sehingga mudah mengklasifikasikan, termasuk jenis puisi apakah yang
kita ciptakan.
Ada juga parable atau alegori. Sedangkan istilah ode, himne, puisi kamar, dan
puisi auditorium juga sering kita jumpai.
1. Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif
Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan
yang hendak disampaikan.
a. Puisi Narataif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif
yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi-puisi naratif,
misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.
b. Puisi Lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Ia
tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnya: elegi, ode, dan serenada.
Elegi adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya "Elegi
Jakarta" karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di kota
Jakarta.
Serenada adalah Sajak percintaan yang bisa dinyanyikan. Kata serenada berarti
nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak menciptakan
serenada dalam 'Empat Kumpulan Sajak'. Misalnya Serenada hitam, Serenada Biru,
serenade Merah Jambu, serenade ungu, Serenada Kelabu, dan sebagainya. Warna-
warna dibelakang serenada itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang
bahagia, sedih, kecewa, dan seterusnya.
Ode adalah Puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, sesuatu
keadaan. Yang banyak ditulis adalah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang dikagumi.
“Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro” Chairil Anwar, dan “Ode Buat Proklamator”
Leon Agusta merupakan contoh ode yang bagus.
c. Puisi Deskriptif.
Didepan telah dinyatakan bahwa dalam puisi deskriptif, penyair bertindak
sebagai pemberi kesan terhadap keadaan / peristiwa, benda, atau suasana dipandang
menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat diklasifikasikan dalam puisi
deskriptif, misalnya puisi satire, kritik sosial, dan puisi-puisi impresionitik.
2. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium
Istilah puisi kamar dan puisi auditorium juga kita jumpai dalam buku
kumpulan puisi ‘Hukla’ karya Leon Agusta. Puisi-puisi auditorium disebut juga puisi
Hukla (puisi yang mementingkan suara atau serangakaian suara).
Puisi Kamar ialah Puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua
pendengar saja di dalam kamar.
3. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal
Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sifat dari isi yang
dikemukakan dalam puisi itu.
Puisi Fisikal adalah Puisi bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan
apa adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang
didengar, dilihat, atau dirasakan merupakan obyek ciptaannya. Puisi-puisi naratif,
balada, impresionistis, juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal.
Puisi Platonik adalah Puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat
spiritual atau kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah 'Cinta Platonis' yang
berarti cinta tanpa nafsu jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-cita, religius, ungkapan
cinta luhur seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya dapat dimasukkan ke
dalam klasifikasi puisi platonik.
Puisi Metafisikal adalah Puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca
merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius disatu pihak dapat
dinyatakan puisi platonic (menggambarkan ide atau gagasan penyair), dilain pihak
dapat disebut sebagai puisi metafisik (menagjak pembaca merenungkan hidup,
kehidupan, dan Tuhan), karya-karya mistik Hamzah Fansuri seperti Syair Dagang,
Syair Perahu, dan Syair Si Burung Pingai dapat dipandang sebagai puisi metafisikal.
Kasidah-kasidah “Al-Barzanji” karya Ja'far Al-Barzanji dan tasawuf karya Jalaludin
Rumi dapat diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal.
4. Puisi Subyektif dan Puisi Obyektif
Puisi Subyektif disebut juga Puisi Personal, yakni puisi yang mengungkapkan
gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi-puisi yang
ditulis kaum ekspresionis dapat diklasifikasikan sebagai puisi subyektif, karena
mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Demikian pula puisi lirik dimana aku
lirik bicara kepada pembaca.
Puisi Obyektif berarti Puisi yang mengungkapkan hal-hal diluar diri penyair itu
sendiri. Puisi obyektif disebut juga puisi impersonal.
5. Puisi Konkret
Puisi konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak tahun
1770-an. X.J.Kennedy memberikan nama jenis puisi tertentu dengan nama puisi
konkret, yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari
sudut pandang (poem for the eye). Kita mengenal adanya bentuk grafis dari puisi,
kaligrafi, ideogramatik, atau puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan
pengimajian lewat bentuk grafis. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf
sangat potensial membentuk gambar. Gambar wujud fisik yang 'kasat mata' lebih
dipentingkan dari pada makna yang ingin disampaikan.
6. Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis.
Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan
pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative, sehingga puisinya mirip dengan
bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan sangat muda dihayati maknanya. Puisi-
puisi anak-anak atau puisi karya mereka yang baru belajar menulis puisi dapat
diklasifikasikan puisi diafan. Mereka belum mampu mengharmoniskan bentuk fisik
untuk mengungkapkan makna.
7. Puisi Pernasian, dan Puisi Inspirati.
Pernasian adalah sekelompok penyair Prancis pada pertengahan akhir abad 19
yang menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi pernasian
diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh
inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi-puisi yang ditulis oleh
ilmuwan yang kebetulan mampu menulis puisi, kebanyakan adalah puisi pernasian.
Puisi-puisi Rendra dalam “Potret Pembangunan” dalam puisi yang banyak berlatar
belakang teori ekonomi dan sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi pernasian.
Demikian juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat dengan
pertimbangan keilmuan.
Puisi Inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar
masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar
terlibat kedalam puisi itu. Dengan mood, puisi yang diciptakan akan memiliki tenaga
gaib, sekali baca habis. Pembaca memerlukan waktu cukup untuk menafsirkan puisi
prosaic seperti karya penyair-penyair tahun 1970-an.
8. Stansa
Jenis puisi yang bernama stanza kita jumpai dalam Empat Kumpulan Sajak
karya Rendra. Stanza artinya puisi yang tediri atas 8 baris. Stanza berbeda dengan
oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24 baris. Aturan pembarisan dalam oktaf
adalah 8 baris untuk tiap bait, sedangkan dalam setanza seluruh puisi itu hanya terdiri
atas 8 baris.
9. Puisi Demonstrasi dan Pamflet
Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan mereka yang
oleh Jassin disebut angkatan 66. puisi ini melukiskan dan merupakan hasil refleksi
demonstrasi para maha siswa dan pelajar sekitar tahun 1966. Menurut subagio
Sastrowardoyo, puisi-puisi demonstrasi 1966 bersifat ke-kita-an, artinya melukiskan
perasaan kelompok, bukan perasaan individu. Puisi-puisi mereka adalah endapan dari
pengalaman fisik, mental, dan emosional selama penyair terlibat dalam demonstrasi
1966. gaya paradoks dan ironi banyak kita jumpai.
10. Alegori
Puisi sering-sering mengungkapakan cerita yang isinya dimaksudkan untuk
memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis alegori yang terkenal
adalah parable yang juga disebut dongeng perumpamaan. Dalam kitab suci banyak
kita jumpai dongeng-dongeng perumpamaan yang maknanya dapat kita cari dibalik
yang tersurat. Puisi "Teratai" karya Sanusi Pane boleh dikatakn sebagai puisi alegori,
karena kisah bunga teratai itu digunakan untuk mengisahkan tokoh pendidikan.
2.4.Teknik Pembuatan Puisi
Sampai saat ini, barangkali berjuta puisi telah dituliskan, baik yang
dipublikasikan di buku, di koran, di internet, maupun yang masih tetap mengendap di
tangan penulis atau bahkan sudah hilang, entah ke mana rimbanya.
Berbagai ragam tema bahasan juga pernah diungkapkan lewat puisi, mulai dari
kehidupan sehari-hari, budaya, sains, politik dan tentu saja tentang cinta yang banyak
sekali ditemukan, khususnya puisi yang dituliskan oleh kaum remaja.
Tentu, puisi-puisi ini dilahirkan dari berbagai macam proses kelahiran.
Sebenarnya, jika dicermati, menurut pengalaman, puisi itu merupakan ungkapan kata
bermakna yang dihasilkan dari berbagai macam proses kelahiran masing-masing.
2.5.Teknik Pembacaan Puisi
Bagaimana kita membaca puisi dengan baik dan sampai sasaran/tujuan makna
dari puisi yang kita baca sesuai maksud Sang Penyair? Ada beberapa tahapan yang
harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi, antara lain:

Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)


Dalam proses ini diperlukan ketajaman visi dan emosi dalam menafsirkan dan
membedah isi puisi. Memahami isi puisi adalah upaya awal yang harus dilakukan oleh
pembaca puisi, untuk mengungkap makna yang tersimpan dan tersirat dari untaian
kata yang tersurat.
1. Vocal Artikulasi Pengucapan kata yang utuh dan jelas, bahkan di setiap hurufnya.
2. Diksi Pengucapan kata demi kata dengan tekanan yang bervariasi dan rasa.
3. Tempo Cepat lambatnya pengucapan (suara). Kita harus pandai mengatur dan
menyesuaikan dengan kekuatan nafas. Di mana harus ada jeda, di mana kita harus
menyambung atau mencuri nafas.
4. Dinamika Lemah kerasnya suara (setidaknya harus sampai pada penonton, terutama
pada saat lomba membaca puisi). Kita ciptakan suatu dinamika yang prima dengan
mengatur rima dan irama, naik turunnya volume dan keras lembutnya diksi, dan yang
penting menjaga harmoni di saat naik turunnya nada suara.
5. Modulasi Mengubah (perubahan) suara dalam membaca puisi.
6. Intonasi Tekanan dan laju kalimat.
7. Jeda Pemenggalan sebuah kalimat dalam puisi.
8. Pernafasan. Biasanya, dalam membaca puisi yang digunakan adalah pernafasan perut.
9. Penampilan Salah satu factor keberhasilan seseorang membaca puisi adalah
kepribadian atau performance diatas pentas. Usahakan terkesan tenang, tak gelisah,
tak gugup, berwibawa dan meyakinkan (tidak demam panggung).
10. Gerak Gerakan seseorang membaca puisi harus dapat mendukung isi dari puisi yang
dibaca. Gerak tubuh atau tangan jangan sampai klise.
11. Komunikasi Pada saat kita membaca puisi harus bias memberikan sentuhan, bahkan
menggetarkan perasaan dan jiwa penonton.
12. Ekspresi Tampakkan hasil pemahaman, penghayatan dan segala aspek di atas dengan
ekspresi yang pas dan wajar.
13. Konsentrasi Pemusatan pikiran terhadap isi puisi yang akan kita baca.
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan.
- Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya
berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang
erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4)
menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau
mencipta.
- Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair, tapi kita juga
harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus menyelami dan memahami proses
kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya puisi.

3.2 Saran
 Hendaknya pihak sekolah memberikan bimbingan (kurikulum) kepada siswa yang
memiliki potensial di bidang fisika instrument.
 Hendaknya pihak sekolah mengadakan lomba karya tulis ilmih, agar para penuis puisi
akan lebih kompetitif.
DAFTAR PUSTAKA

http://definisi.net/story.php?title=puisi
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-unsurnya/
http://duniapuisi.110mb.com/jenis-jenis%20puisi.htm
http://www.kapasitor.net/community/post/2920
http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembuatan%20puisi.htm
http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembacaan%20puisi.htm

Anda mungkin juga menyukai