Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“TANDA BAHAYA NIFAS”

Pokok Bahasan : Tanda Bahaya pada Ibu Nifas

Sub Pokok bahasan :

1) Pengertian Tanda Bahaya Nifas secara Umum


2) Jenis-jenis Tanda Bahaya Nifas beserta Penjelasan
3) Pencegahan dan Penatalaksanaan Tanda Bahaya
Nifas

Sasaran : Ibu Hamil Trimester III dan Pendamping

Tempat : Ruang Poli KIA

Hari/Tanggal : 10 Mei 2019

Waktu : 20 menit

Penyuluh : Siti Jaitun Suhartinah

I. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Tanda Bahaya Nifas diharapkan
klien yang merupakan para ibu hamil trimester III dan pendamping
mengerti dan memahami dapat memahami hal-hal mengenai tanda
bahaya masa nifas dan pencegahannya.

II. TUJUAN KHUSUS


1. Peserta mengerti tanda bahaya di masa nifas
2. Peserta mengerti dan memahami secara dini tanda dan gejala bahaya
masa nifas
3. Peserta mengerti dan memahami pencegahan bahaya yang mungkin
terjadi di masa nifas
4. Peserta mengetahui penatalaksanaan tanda bahaya masa nifas
III. MATERI
(Terlampir)
1) Pengertian Tanda Bahaya Nifas secara Umum
2) Jenis-jenis Tanda Bahaya Nifas beserta Penjelasan
3) Pencegahan dan Penatalaksanaan Tanda Bahaya Nifas

IV. METODE
1) Presentasi
2) Tanya Jawab

V. MEDIA
Leaflet tentang Tanda Bahaya Masa Nifas

VI. RINCIAN KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Pemateri Kegiatan Klien Media


Kegiatan
Pendahuluan 3  Persiapan  Mendengarkan -
menit  Memperkenalkan diri  Bertanya
 Menyapa dan mengenai
menyatakan tentang perkenalan dan
tujuan pokok tujuan jika ada
yang kurang
jelas
Penyajian 10  Menyajikan materi  Mendengarkan Leaflet
menit berupa Pengertian dengan
Tanda Bahaya Nifas seksama
secara Umum, Jenis-
jenis Tanda Bahaya  Bertanya
Nifas beserta mengenai hal-
Penjelasan, hal yang
Pencegahan dan kurang jelas
Penatalaksanaan dan belum
Tanda Bahaya Nifas dimengerti
Penutup 7  Melakukan evaluasi  Peserta dapat -
menit dengan memberikan menjelaskan
pertanyaan sederhana kembali poin-
 Menyampaikan poin materi
ringkasan materi dan yang telah
simpulan dijelaskan
 Mengakhiri pertemuan  Mendengarkan
dan mengucapkan terima
kasih atas perhatian para
peserta

VII. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi struktur
 Kesiapan materi
 Kesiapan SAP
 Kesiapan media : Leaflet
 Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan dilakukan sebelum
kegiatan
2. Evaluasi proses
 Kegiatan dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan
 Peserta antusias terhadap materi
 Peserta aktif dalam proses diskusi
VIII. LAMPIRAN

TANDA BAHAYA MASA NIFAS

A. Pengertian Tanda Bahaya Nifas


Tanda Bahaya Nifas adalah tanda-tanda bahaya yang terjadi pada masa nifas yang
perlu diketahui oleh ibu post partum terutama yang dapat mengancam
keselamatan ibu. Pengetahuan tentang tanda bahaya masa nifas adalah
pengetahuan ibu tentang tanda bahaya yang terjadi pada masa nifas yang perlu
diketahui karena dapat mengancam keselamatan ibu. ( Rustam Mochtar , 2012).

B. Jenis-jenis Tanda Bahaya Nifas beserta Penjelasan

Tanda-tanda bahaya masa nifas antara lain:

1. Perdarahan postpartum
2. Lochea yg berbau busuk
3. Subinvolusi uterus
4. Nyeri pada perut dan pelvis
5. Pusing dan lemas berlebihan
6. Suhu tubuh >38
7. Sakit kepala hebat
8. Pembengkakan wajah, tangan, kaki
9. Payudara merah, panas, terasa sakit
10. Nyeri berkemih
11. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
12. Merasa sangat letih atau nafas terengah engah (Bahiyatun, 2018.)
1. Perdarahan Post Partum

Menurut Bahiyatun, (2018) perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah
bersalin didefinisikan sebagai perdarahan parca persalinan.Terdapat beberapa
masalah mengenai perdarahan per vaginam, antaralain :

a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,


kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur
cairan amnion atau urine. Darah tersebar pada spon, handuk, dan kain di
dalam ember dan lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi. Kekuatan darah dapat diketahui
dari kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar hb normal dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang mungkin dapat
menyebabkan anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat
mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan postpartum dapat terjadi secara lambat dalam jangka waktu
beberapa jam dan kondisi ini mungkin tidak dikenali hingga terjadi syok.

Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan terjadinya


perdarahan pascapersalinan. Oleh sebab itu penanganan aktif kala III sebaiknya di
lakukan pada semua wanita bersalin. Karena hal ini dapat menurunkan insiden
perdarahan pascapersalinan akibar atonia uteri. Oleh karena itu semua ibu nifas
harus dipantau ketat untuk kemungkinan persalinan.

Penanganan yang dapat dilakukan kepada pasien adalah menstabilkan terlebih


dahulu dengan memberikan cairan, menghentikan perdarahan dan rujukan.

2. LOCHEA BERBAU BUSUK (PURULENTA)

Selama proses involusi, lochia (cairan yang mengandung darah) mengalir


dari Rahim dan keluar dari vagina. Selama beberapa hari pertama sesudah
melahirkan, aliran lochia yang berwarna merah umumnya cukup banyak.
Mengeluarkan bekuan darah seperti jelly, khususnya pada hari-hari pertama
sesudah melahirkan adalah normal. Lochia sering kali memiliki bau seperti ikan
yang kuat. Jumlah aliran dapat berubah sesuai dengan aktivitas dan posisi tubuh
anda. Lochia umumnya akan banyak keluar jika anda berganti posisi seperti berdiri
atau duduk sehabis berbaring, saat anda menyusui, atau buang air besar. Juga
menjadi banyak karena gerak berlebihan. Dalam waktu sepuluh hari, lochia akan
berkuarang dan menjadi berwarna pink pucat atau berbau tidak sedap. Selama
beberapa minggu kemudian, lochia menjadi berwarna putih kekuningan, putih, atau
coklat. Lochia dapat terus ada hingga 6 minggu.

Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa
nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya
placenta).

Menurut Rustam Mochtar (2012), Lochea dibagi dalam beberapa jenis,:


a) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-
7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas
kemungkinan adanya :
a) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang
baik.
b) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak karena
kontraksi uterus dengan cepat.
c) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama
mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis,
syok septik (Mochtar, 2012).
3. Sub Involusi

Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim
dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila
pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub-involusi (Mochtar, 2012).
Sub involusi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan kemunduran
yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif,kadang lebih banyak
mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah ke ukurannya
(Varney, 2017).

Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis,
adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2010).

Tanda dan gejala

a) Letak fundus uteri tetap tinggi atau penurunan fundus uteri lambat
b) Pengeluaran lochea seringkali gagal berubah
c) Terdapat bekuan darah
d) Lochea berbau menyengat
e) Uterus tidak berkontraksi
f) Terlihat pucat
g) Tekanan darah rendah serta suhu tubuh tinggi
h) lemah

4. Nyeri perut dan pelvis


Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas seperti :
Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum dapat
menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.

Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera


dalam rongga perut.

Menurut Rustam Mochtar (2012) gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :

a) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis

Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap
baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada abses.

b) Peritonitis umum

Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat
muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.

5. Pusing dan Lemas yang berlebih

Menurut Manuaba (2007), pusing merupakan tanda bahaya pada nifas ,


Pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah. Pusing dan lemas yang
berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin 9 . Lemas
yang berlebihan juga merupakan tanda tanda bahaya , dimana keadaan lemas
disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu
kelihatan pucat , tekanan darah rendah .

Pencegahan dan penanganan

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari


b) Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
vitamine yang cukup.
c) Minum sedikit 3 liter setiap hari
d) Pil Zat besi harus diminum untuk menambah zat setidaknya selama 40 hari
pasca persalinan
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan kadar
vitamin kepada bayinya
f) Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan berlebih
g) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi asi dan memperlambat
proses involusi uterus
6. Suhu Tubuh ibu > 38◦C

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara
37,2 ˚C -37,8 ˚C oleh karena reabsopsi benda benda dalam rahim dan mulainya
laktasi , dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal. Namun bila
terjadi peningkatan berlebih 38˚C secara berturut turut selama 2 hari kemungkinan
terjadi infeksi . (Mochtar , 2012).

Penyebab demam di masa puerperium yang berkaitan dengan persalinan dibagi


menjadi 2 yaitu penyebab infeksius dan non infeksius

 Penyebab Infeksius
1. Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang terjadi setiap
saat pada awitan pecah ketuban (rupture membrane) atau persalinan dan
lebih dari 42 jam postpartum atau lebih dimana terdapat 2 atau lebih gejala
berikut:
a. Nyeri pelvik
b. Demam 38,5 C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja.
c. Rabas-vagina yang abnormal
d. Rabas vagina yang berbau busuk.
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
2. Infeksi pada payudara, seperti mastitis atau stadium lanjut , abses payudara
3. Infeksi saluran kemih
4. Infeksi luka ( jaringan parut pada SC)
5. Gangguan pada tromboembolik , temasuk tromboflebitis superficial dan
thrombosis vena dalam
 Penyebab Non-infeksius

Peningkatan suhu badan yang tidak banyak merupakan hal yang sangat
umum selama periode post partum terutama dalam 24 jam pertama. Penyebab
demam seperti antara lain dehidrasi , luka / trauma pada jaringan , reaksi terhadap
protein janin , pembengkakan payudara . Meskipun demam yang terjadi dalam 24
jam pertama setelah persalinan dianggap tidak berkaitan dengan infeksi , suhu
sekitar 38,5⁰C atau lebih selama 24 jam pertama harus menyiagakan bidan akan
kemungkinan terjadinya sepsis puerperalis

Penanganan umum bila terjadi demam :

a) Istirahat baring
b) Rehidrasi per pral / infuse
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d) Jika ada syok segera beri pengobatan , untuk menilai berkala karena kondisi
ini dapat memburuk dengan cepat (WHO, 2012)
7 Sakit kepala

Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau
penglihatan kabur. Penanganan terhadap gangguan ini meliputi:

1. Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan pernapasan.


2. Jika ibu tidak bernapas, periksa dan lakukan ventilasi dengan masker dan balon.
Lakukan intubasi jika perlu. Dan jika pernapasan dangkal, periksa dan bebaskan
jalana napas serta beri oksigen 4-6 liter per menit.
3. Jika pasien tidak sadar atau koma, bebaskan jalan napas, baringkan miring, ukur
suhu tubuh, periksa apakah ada kaku tengkuk (Bahiyatun, 2009).
Nyeri kepala pada masa nifas dapat merupakan gejala preeklampsia, jika tidak
diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke,koagulopati dan kematian.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah:

1. Sakit kepala hebat

2. Sakit kepala yang menetap

3. Tidak hilang dengan istirahat

4. Depresi post partum

Kadang - kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan
bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat
disebabkan karena terjadinya edema pada otak dan meningkatnya resistensi otak
yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral
(nyeri kepala, kejang) dan gangguan penglihatan.

8. Pembengkakan wajah atau ekstermitas

Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan


pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki
mengalami oedema (Bahiyatun, 2009). Udem adalah tertimbunnya cairan
dalam jaringan , akibat adanya gannguan keseimbangan.

Udem dapat terjadi oleh :

1. Adanya tekanan hidrostatik yang sangat tinggi pada pembuluh kapiler seperti
misalnya bila aliran darah vena tersumbat

2. Tekanan osmotik terlalu rendah, karena kadar protein plasma, terutama albumin
sangat rendah

3. Sumbatan pada aliran limfe

4. Kerusakan dinding kapiler sehingga plasma dapat merembes keluar dan masuk
ke dalam jaringan serta menimbulkan tekanan osmotik yang melawan tekanan
osmotik protein dalam aliran darah
Udem juga terlihat pada adanya trombosis pada vena – vena betis yang terletak
dalam, biasanya merupakan komplikasi berbahaya akibat berbaring yang terlalu
lama, yang menyebabkan aliran dalam darah vena menjadi lambat sehinga
membeku. Trombosis seperti ini terjadi akibat infeksi.

Keadaan pembengkakan wajah dan ekstremitas, sering menyertai kelainan –


kelainan pada masa nifas, sebagai berikut

1. Preeklampsi

2. Syndrom Nefrotik

9. Payudara bengkak

Menurut Bahiyatun (2009) payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat
dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, dan akhirnya
terjadi mastitis. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak. BH/bra yang terlalu ketat mengakibatkan engorgement
segmental. Bila payudara ini tidak disusukan dengan adekuat, dapat terjadi mastitis.
Kelainan pada payudara pada masa nifas diantaranya:

 Bendungan ASI
Disebabkan oleh pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi
atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosngkan secara sempurna atau karena
kelainan pada putting susu. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas
sampai suhu badan meningkat. Penanganan sebaiknya dimulai sejak hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelianan-kelainan. Bila terjadi juga
berikan terapi simtomatis untuk sakitnya (analgetika), sebelum menyusukan
pengurutan dahulu atau dipompa sehingga sumbatan hilang.
 Mastitis dan abses mamae
Adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan kuman, terutama
staphylococcus aureus melalui luka pada puttimng susu, atau melalui peredaran
darah. Mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara yang
bisa pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya
adalah payudara membesar, keras, nyeri kulit memerah, dan membisul (abses), dan
akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur dengan air
susu.

Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami
infeksi. Gejala gangguan ini meliputi :

1. Bengkak dan nyeri pada seluruh payudara atau lokal


2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol
4. Panas badan dan rasa sakit umum
C. Pencegahan dan Penatalaksanaan Tanda Bahaya Nifas

1. Stabilisasi pasien dalam mengatasi masalah masa nifas


2. Kolaborasi yaitu pertolongan pertama pada kegawatdaruratan baik dengan kien
atau keluarga
3. Rujukan ke fasilitas yang lebih tinggi dan memadai untuk mengatasi masalah
pasien masa nifas (Bahiyatun,2009)
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun, Buku Ajar asuhan Kebidanan nifas normal / penulis, bahiyatun; editor.
Monica ester. – Jakarta : EGC, 2009.

Benson,Ralph C dan Martin L . Pernoll.2018.Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.


EGC.

Krisnadi, Sofie. 2015. Obstetri Patologi ilmu kesehatan Reproduksi Edisi 2 FK


UniversitasPadjadjaran. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri : Obstetri fisiologi, Obstetri Patologi Jilid
1 Edisi 3. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo.

Joseph, H. K dan Nugroho. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri


(Obsgyn).Yogayakarta: Nuha Medika.

Dewi, N. V., & Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta
Selatan: Salemba Medika

Ambarwati, R. E., & Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Mitra
Cendikia Offset

WHO, 2012. Modul Sepsis Puerperalis. Jakarta : EGC Penerbit Buku


Kedokteran

Sulaiman, Sastrawinata, 2014.Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Edisi 2 .


Jakarta : EGC
Varney, Helen. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta :EGC
DAFTAR HADIR
PESERTA PENYULUHAN
Nama Alamat TTD

Anda mungkin juga menyukai