Anda di halaman 1dari 4

Yang disebut ilmu bintang, horoskop, zodiak dan rasi bintang termasuk di antara amalan

jahiliyah. Ketahuilah bahwa Islam datang untuk menghapus ajaran tersebut dan menjelaskan
akan kesyirikannya. Karena di dalam ajaran tersebut terdapat ketergantungan pada selain
Allah, ada keyakinan bahwa bahaya dan manfaat itu datang dari selain Allah, juga terdapat
pembenaran terhadap pernyataan tukang ramal yang mengaku-ngaku mengetahui perkara
ghaib dengan penuh kedustaan, inilah mengapa disebut syirik. Tukang ramal benar-benar
telah menempuh cara untuk merampas harta orang lain dengan jalan yang batil dan mereka
pun ingin merusak akidah kaum muslimin. Dalil yang menunjukkan perihal tadi adalah hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab sunannya dengan sanad yang shahih dari Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫س شُ ْعبَةً ِمنَ ال ِسِّحْ ِر زَ ا َد َما زَ ا َد‬ ِ ‫س ع ِْل ًما ِمنَ النُّ ُج‬
َ َ‫وم ا ْقتَب‬ َ َ‫َم ِن ا ْقتَب‬

“Barangsiapa mengambil ilmu perbintangan, maka ia berarti telah mengambil salah satu
cabang sihir, akan bertambah dan terus bertambah.”[1]

Begitu pula hadits yang diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan sanad yang jayyid dari ‘Imron bin
Hushoin, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

ُ ‫سح ََّر أ َ ْو‬


ُ‫س ِح َِّر لَه‬ َ ‫طي ََّر أ َ ْو تُطُيِ َِّر لَه ُ أ َ ْو ت َ َك َّهنَ أ َ ْو تُكُ ِ ِّهنَ لَه ُ أ َ ْو‬
َ َ ‫ْس ِمنَّا َم ْن ت‬
َ ‫ل َي‬

“Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang beranggapan sial atau membenarkan orang
yang beranggapan sial, atau siapa saja yang mendatangi tukang ramal atau membenarkan
ucapannya, atau siapa saja yang melakukan perbuatan sihir atau membenarkannya.”[2]

Siapa saja yang mengklaim mengetahui perkara ghaib, maka ia termasuk dalam
golongan kaahin (tukang ramal) atau orang yang berserikat di dalamnya. Karena ilmu ghaib
hanya menjadi hak prerogatif Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat,

ُ‫َللا‬ َ ‫ض ْالغَي‬
َّ ‫ْب إِ ََّل‬ ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
ِ ‫اوا‬ َّ ‫قُ ْل ََل يَ ْعلَ ُم َم ْن فِي ال‬
َ ‫س َم‬

“Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang
ghaib, kecuali Allah” (QS. An Naml: 65).

Nasehatku bagi siapa saja yang menggantungkan diri pada berbagai ramalan bintang,
hendaklah ia bertaubat dan banyak memohon ampun pada Allah (banyak beristighfar).
Hendaklah yang jadi sandaran hatinya dalam segala urusan adalah Allah semata, ditambah
dengan melakukan sebab-sebab yang dibolehkan secara syar’i. Hendaklah ia tinggalkan
ramalan-ramalan bintang yang termasuk perkara jahiliyah, jauhilah dan berhati-hatilah dengan
bertanya pada tukang ramal atau membenarkan perkataan mereka. Lakukan hal ini dalam
rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dalam rangka menjaga agama dan akidah.

(Dinukil dengan perubahan redaksi dari Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 2: 123)

Syaikh Sholih Alu Syaikh –hafizhohullah– mengatakan, “Jika seseorang membaca halaman
suatu koran yang berisi zodiak yang sesuai dengan tanggal kelahirannya atau zodiak yang ia
cocoki, maka ini layaknya seperti mendatangi dukun. Akibatnya cuma sekedar membaca
semacam ini adalah tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari. Sedangkan apabila
seseorang sampai membenarkan ramalan dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah kufur
terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” (Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid oleh Syaikh Sholih Alu Syaikh pada Bab “Maa
Jaa-a fii Tanjim”, hal. 349)

Intinya, ada dua rincian hukum dalam masalah ini.

Pertama: Apabila cuma sekedar membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun tidak
mempercayai ramalan tersebut atau tidak membenarkannya, maka itu tetap haram. Akibat
perbuatan ini, shalatnya tidak diterima selama 40 hari.

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

ً‫صالَة ٌ أ َ ْربَعِينَ لَ ْيلَة‬


َ ُ‫ش ْىءٍ لَ ْم ت ُ ْقبَ ْل لَه‬ َ ُ ‫سأَلَه‬
َ ‫ع ْن‬ َ ‫َم ْن أَت َى‬
َ َ‫ع َّرافًا ف‬

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.”
(HR. Muslim no. 2230). Ini akibat dari cuma sekedar membaca.

Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 hari dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun maksud
tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang
ia lakukan tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk
mengulangi shalatnya.” (Syarh Muslim, 14: 227)

Kedua: Apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap telah
mengkufuri Al Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah pengetahuan ilmu ghoib.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ص َّدقَهُ بِ َما يَقُو ُل فَقَ ْد َكف ََر بِ َما أ ُ ْن ِز َل‬


‫علَى ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫َم ْن أَت َى كَاهِنا ً أ َ ْو‬
َ َ‫ع َّرافا ً ف‬

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia
berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no.
9532, hasan)

Namun jika seseorang membaca ramalan tadi untuk membantah dan membongkar
kedustaannya, semacam ini termasuk yang diperintahkan bahkan dapat dinilai wajib. (Al
Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, 1: 330)

Syaikh Sholih Alu Syaikh memberi nasehat, “Kita wajib mengingkari setiap orang yang
membaca ramalan bintang semacam itu dan kita nasehati agar jangan ia sampai terjerumus
dalam dosa. Hendaklah kita melarangnya untuk memasukkan majalah-majalah yang berisi
ramalan bintang ke dalam rumah karena ini sama saja memasukkan tukang ramal ke dalam
rumah. Perbuatan semacam ini termasuk dosa besar (al kabair) –wal ‘iyadzu billah-. …

Oleh karena itu, wajib bagi setiap penuntut ilmu agar mengingatkan manusia mengenai akibat
negatif membaca ramalan bintang. Hendaklah ia menyampaikannya dalam setiap
perkataannya, ketika selesai shalat lima waktu, dan dalam khutbah jum’at. Karena ini adalah
bencana bagi umat. Namun masih sangat sedikit yang mengingkari dan memberi peringatan
terhadap kekeliruan semacam ini.” (Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid, hal. 349)
Dari sini, sudah sepatutnya seorang muslim tidak menyibukkan dirinya dengan membaca
ramalan-ramalan bintang melalui majalah, koran, televisi atau lewat pesan singkat via sms.
Begitu pula tidak perlu seseorang menyibukkan dirinya ketika berada di dunia maya untuk
mengikuti berbagai ramalan-ramalan bintang yang ada. Karena walaupun tidak sampai
percaya pada ramalan tersebut, tetap seseorang bisa terkena dosa jika ia bukan bermaksud
untuk membantah ramalan tadi. Semoga Allah melindungi kita dan anak-anak kita dari
kerusakan semacam ini.

Nasehat

Ramalan bukan hanya datang dari tukang ramal dengan bertanya langsung, namun saat ini
bisa masuk ke rumah-rumah kaum muslimin dengan begitu mudah, baik lewat media cetak,
TV, atau pun internet. Kita berlindung kepada Allah semoga diri kita, anak-anak kita, kerabat-
kerabat kita terbebas dari membaca dan mempercayai ramalan bintang, serta dijauhi segala
bentuk perbuatan syirik. Jadikanlah satu-satunya sandaran dalam segala urusan adalah
Allah Ta’ala semata,

َّ ‫علَى‬
ُ‫َللاِ فَ ُه َو َح ْسبُه‬ َ ‫َو َم ْن يَت ََو َّك ْل‬

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3). Al Qurtubi mengatakan, ”Barangsiapa menyerahkan
urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.” (Al Jami’
Liahkamil Qur’an, 18: 161). Jika Allah jadi satu-satunya sandaran, maka rizki, jodoh, dan
segala urusan akan dimudahkan oleh Allah Ta’ala.

ُ‫علَ ْي ِه ت ََو َّك ْلتُ َوإِلَ ْي ِه أُنِيب‬


َ ‫ط ْعتُ َو َما ت َْوفِيقِي إِ ََّل بِاللَّـ ِه‬
َ َ ‫ص َال َح َما ا ْست‬ ِ ْ ‫إِ ْن أ ُ ِر ي ُد ِإ ََّل‬
ْ ‫اْل‬

“Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku
bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud: 88)

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 7 Shofar 1433 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


Artikel www.muslim.or.id

[1] HR. Abu Daud no. 3905, Ibnu Majah no. 3726 dan Ahmad 1: 311. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits tersebut hasan.

[2] HR. Al Bazzar dalam musnadnya.

Penulis Fathul Majid, Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh berkata, “Siapa saja yang
menerjangi perkara-perkara yang disebutkan dalam hadits tersebut, berarti Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam telah berlepas diri darinya. Bisa saja perkara yang dilakukan adalah
kesyirikan seperti beranggapan sial. Bisa pula kekufuran seperti mempercayai tukang ramal
dan melakukan sihir. Siapa saja yang ridho dan mengikuti hal-hal tadi, maka ia dihukumi
seperti pelakunya karena ia menerima dan mengikuti hal yang batil.” (Fathul Majid, 316)

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/7970-hukum-membaca-ramalan-bintang-


zodiak-dan-shio.html

Anda mungkin juga menyukai