Definisi
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
baik yang berasal dari paru maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di
paru). Yang dimaksud dengan keganasana dari paru sendiri adalah kanker paru
primer, yaitu tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus =
bronchogenic carcinoma).1
Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui. Dilaporkan bahwa
etiologi kanker paru sangat berhubungan erat dengan kebiasaan merokok.
Dikatakan bahwa 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru.
Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen
terhadap organ tubuh.1,4,5
Etiologi lain yang pernah dilaporkan :
-
Genetik, perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru adalah Proto oncogene, Tumor suppressor gene, Gene encoding
enzyme 4
1
-
Diet, rendahnya konsumsi betakarotene, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. 4,5
-
Paparan zat karsinogen, seperti asbestos, radiasi ion, rodon, arsen,
kromium, nikel, silica, polisiklik, hidrokarbon, vinil klorida. 4,5
-
Polusi udara, dilaporkan penderita kanker paru lebih banyak di daerah
urban yang banyak polusi udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah
rural. 4,5
-
Teori Onkogenesis, kanker paru di dasari dari perubahan tampilnya gen
supresor tumor dalam genom (onkogen). 4
Klasifikasi
Tumor paru dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan gambaran
histologi nya, yaitu Small Cell Lung Carcinoma (SCLC, 15 % kasus kanker paru)
dan Non-Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC, 85 % kasus kanker paru). Non-
Small Cell Lung Carcinoma secara umum dibagi menjadi 3 subkategori, yaitu
Adenokarsinoma paru, Squamous Cell Carcinoma (SqCC), dan Large Cell
Carcinoma. Adenokarsinoma paru merupakan jenis tersering dari kasus kanker
paru. Berdasarkan tingkat invasinya, WHO tahun 2015 membagi menjadi
adenocarcinoma in situ (AIS, lesi preinvasif), minimally invasive
adenocarcinoma (MIA), dan (overt) invasive adenocarcinoma. 1,3,4,6
Diagnosis
1. Anamnesis
Manifestasi klinis
Pada fase awal kanker paru sering tidak menunjukkan gejala klinis, bila
sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. 4
2
- Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan regional, seperti efusi pleura,
efusi perikard, sindroma vena cava superior, disfagia, sindrom Pancoast,
paralisis diafragma, sindroma horner, suara serak karena penekanan pada
nervus laryngeal recurrent.
- Gejala klinis sistemik, berupa penurunan berat badan dalam waktu yang
singkat, penurunan nafsu makan, dan demam hilang timbul.
- Gejala metastasis :
Gejala neurologis (nyeri kepala, lemah/ parese) jika penyebaran ke
otak dan tulang belakang
Nyeri tulang jika penyebaran ke tulang
- Gejala lain : sindrom paraneoplastik (nyeri musculoskeletal, hematologi,
vascular, neurologi dan lain-lain).1,4
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Pemeriksaan Pencitraan
- Foto toraks AP/ Lateral adalah pemeriksaan awal sederhana
mendeteksi adanya kanker paru. Studi dari Mayo Clinic USA,
menemukan 61% tumor paru terdeteksi dengan pemeriksaan ini.
- CT scan torak lebih sensitif dari pada pemeriksaan foto toraks biasa,
karena bisa mendeteksi kelainan atau nodul dengan diameter minimal 3
mm. CT scan dilakukan sebagai evaluasi lanjut dan diperluas hingga
kelenjer adrenal untuk menilai metastasis.
- USG Abdomen dilakukan untuk menilai kemungkinan metastasis.
3
- Pemeriksaan Bone Scaning, diperlukan untuk mendeteksi metastasis
tulang.
- PET-scan untuk menilai hasil pengobatan. 1,4
4
- Pemeriksaan molekuler marker (gen EGFR, gen KRAS, fusigen
EML-ALK), digunakan untuk pemilihan obat sistemik, berupa terapi
target pada jenis adenokarsinoma.1,7,8
5
ke mediastimum, trakea, jantung, pembuluh darah besar, karina,
nervus laring, esophagus, vertebral body. Lebih dari satu nodul
berbeda lobus pada sisi yang sama dengan tumor (ipsilateral)
- Metastasis (M)
- Pengelompokan Stadium
Occult Tx N0 M0
Carcinoma
Stadium 0 Tis N0 M0
T1a N0 M0
Stadium IA T1b N0 M0
Stadium IB T2a N0 M0
6
Stadium IIA T1a N1 M0
T1b N1 M0
T2a N1 M0
Stadium IIB T2b N1 M0
T3 (>7cm) N0 M0
Stadium IIIA T1a N2 M0
T1a N2 M0
T2a N2 M0
T2b N2 M0
T3 N1 M0
T4 N0 M0
T4 N1 M0
Stadium IIIB T4 N2 M0
Sembarang T N3 M0
Stadium IVA Sembarang T Sembarang N M1a (pleura, paru
kontralateral)
Stadium IVB Sembarang T Sembarang N M1b (metastasis
jauh)
Penatalaksanaan
Penatalaksaaan kanker paru didasarkan pada jenis selnya yaitu Non Small
Cell Lung Carcinoma dan Small Cell Lung Carcinoma.
Penatalaksanaan Non Small Cell Lung Carcinoma : 1,4,8
a. Bedah
Modalitas ini merupakan terapi utama pada kanker paru stadium awal,
stadium I-II, dan stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah
kemoterapi neoadjuvan. Dapat dilakukan lobektomi, segmentektomi dan
reseksi lobaris.1,4
b. Radiasi
Radioterapi dapat sebagai terapi kuratif definitif pada stadium awal
(stadium I) yang inoperabel atau yang menolak dilakukan operasi dan
7
pada stadium lokal lanjut (stadium II dan III) secara konkuren dengan
kemoterapi. Pada pasien stadium IIIA resektabel, kemoterapi preoperasi
dan radiasi pasca operasi merupakan pilihannya. Pada pasien Stadium IV,
radioterapi diberikan sebagai paliatif atau pencegahan gejala (nyeri,
perdarahan, obstruksi).1,4
c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai terapi neoadjuvan pada stadium dini,
atau sebagai adjuvan pasca pembedahan. Terapi adjuvan dapat diberikan
pada stadium IIA, IIB dan IIIA sedangkan pada stadium lanjut,
kemoterapi dapat diberikan jika tampilan umum pasien baik (Karnofsky
>60%) sebagai terapi paliatif. Ada beberapa jenis kemoterapi yang dapat
diberikan :
Lini pertama
Diberikan kepada pasien yang belum pernah menerima pengobatan
kemoterapi sebelumnya. Kelompok ini terdiri dari kemoterapi berbasis
platinum dan yang tidak mengandung platinum (obat generasi baru).
Pilihan utama obat berbasis platinum adalah sisplatin, pilihan lainnya
dengan karboplatin. Obat kemoterapi lini pertama tidak berbasis
platinum adalah etoposid, gemsitabin, paklitaksel, dan vinoralbin.
Lini kedua
Diberikan kepada pasien yang pernah mendapat kemoterapi lini
pertama namun tidak memberikan respon setelah 2 siklus, atau
menjadi lebih progresif setelah kemoterapi selesai. Obat-obat
kemoterapi lini kedua adalah dosetaksel dan pemetreksed. 4
d. Terapi target
Terapi ini diberikan pada penderita stadium IV dangan mutasi
EGFR positif yang sensitif dengan EGFR-TKI (Gefitinib, erlotinib, atau
afatinib).7
8
ILUSTRASI KASUS
Telah dirawat seorang pasien Laki-laki usia 46 tahun di bagian Penyakit Dalam RSUP
Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 10 Juni 2019 pukul 14.00 WIB dengan :
Keluhan Utama :
Nyeri dada kiri dirasakan meningkat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri dada kiri dirasakan meningkat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, nyeri seperti ditusuk-tusuk hilang timbul,
meningkat terutama saat bernafas dalam dan batuk, nyeri dada tidak menjalar ke
punggung maupun lengan kiri.
Sesak nafas hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Sesak nafas dirasakan terutama
saat nyeri dada kiri timbul, tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca, dan makanan.
Batuk sejak 3 bulan yang lalu. Batuk berdahak, warna putih. Batuk darah tidak
ada.
Suara serak dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, volume suara semakin berkurang sejak
1 bulan ini.
Penurunan berat badan sejak 3 bulan yang lalu, penurunan berat badan sekitar 12 kg.
Penurunan nafsu makan sejak 2 bulan yang lalu. Pasien makan 2-3 kali sehari,
hanya menghabiskan 1/2 porsi setiap kali makan.
Demam tidak ada.
Nyeri dan sukar menelan tidak ada.
Benjolan di daerah leher tidak ada.
Riwayat banyak berkeringat pada malam hari tidak ada.
Riwayat trauma dada tidak ada.
Buang air kecil tidak ada keluhan.
Buang air besar konsistensi dan frekuensi normal.
Pasien telah dirawat di Jambi dan dirujuk untuk tatalaksana selanjutnya.
9
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit keganasan tidak ada
Riwayat tekanan darah tinggi tidak ada
Riwayat sakit gula tidak ada
Riwayat TB paru tidak ada
Riwayat penyakit asma tidak ada
Pemeriksaan umum :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 94 x/menit, teratur, pengisian cukup
Nafas : 22 x/menit
Suhu : 37 0C
SaO2% : 98%
VAS : 4
10
Keadaan gizi : Baik
Tinggi badan : 169 cm
Berat badan : 53 kg
Edema : Tidak ada
Anemis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
BMI : 18,59 kg/m2 (normoweight)
Pemeriksaan fisik :
Kulit : Turgor kulit normal, akral hangat
Kelenjar getah Bening : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Regio colli, axila, dan inguinal.
Kepala : Normocephal
Rambut : Tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-) , sclera ikterik (-)
Reflek cahaya (+/+), diameter pupil 3mm/3 mm
Telinga : Deformitas (-), tanda-tanda radang (-)
Hidung : Deviasi septum (-), tanda-tanda radang (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, candidiasis (-)
Gigi dan Mulut : carries (-), kandidiasis oral (-), hipertrofi gingiva (-),
atrofi papil lidah (-),
Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar
Thorax :
Paru
Paru depan
o Inspeksi : Simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
o Palpasi : Fremitus sulit dinilai
o Perkusi : Pekak setinggi RIC I-III sinistra, batas pekak hepar setinggi
RIC V
o Auskultasi :
Paru kanan : Vesicular, ronki -/-, wheezing -/-
Paru kiri : Suara nafas melemah setinggi RIC I-III
11
Paru belakang
o Inspeksi : Simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
o Palpasi : Fremitus sulit dinilai
o Perkusi : Pekak setinggi RIC I-III sinistra
o Auskultasi :
Paru kanan : Vesicular, ronki -/-, wheezing -/-
Paru kiri : Suara nafas melemah setinggi RIC I-III
Jantung
o Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V, luas 1 jari
tidak melebar, tidak kuat angkat
o Perkusi : Batas kanan LSD, batas atas RIC II kiri, batas kiri 1 jari
medial LMCS RIC V
o Auskultasi : Bunyi jantung murni reguler, M1> M2, P2< A2, bising (-)
Abdomen
o Inspeksi : Tampak membuncit
o Palpasi : Supel, hepar dan lien tak teraba
o Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
Punggung : CVA : nyeri tekan dan nyeri ketok tidak ada
Alat kelamin : tidak ada kelainan
Anggota gerak : Reflek fisiologis +/+, Reflek patologis -/-, edema -/-
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin
Hb : 13,7 g/dl
Leukosit : 9.970 /mm3
Trombosit : 400.000 mm3
Ht : 42 %
Hitung Jenis : 0/3/1/70/23/3
LED : 113 mm
12
Gambaran Darah Tepi :
Eritrosit : jumlah normal
Leukosit : jumlah normal
Trombosit : jumlah normal, morfologi normal
Kesan : LED meningkat
Urinalisis
Makroskopis Mikroskopis Kimia
Warna Kuning Leukosit 0-1 /LPB Protein Negatif
Kekeruhan Negatif Eritrosit 0-1 /LPB Glukosa Negatif
BJ 1.015 Silinder Negatif Bilirubin Negatif
pH 5,0 Kristal Negatif Urobilinogen Positif
Epitel Gepeng (+)
Kesan : Hasil dalam batas normal
Feses Rutin
Makroskopis Mikroskopis
Warna Coklat Leukosit 0-1/LPB
Konsistensi Lunak Eritrosit 0-1/LPB
Darah Negatif Amuba Negatif
Lendir Negatif Telur Cacing Negatif
Kesan : Hasil dalam batas normal
13
EKG :
Index Brinkman
MASALAH
Nyeri dada
Dispnea
Disfonia
Diagnosis Kerja :
Diagnosa Primer :
Tumor paru sinistra
Diagnosa Sekunder :
Disfonia ec suspect parese pita suara
14
Diagnosis Banding :
TB Paru
Disfonia ec suspect laryngitis TB
Disfonia ec suspect tumor laring
Terapi :
Istirahat/ Diet MB TKTP (1900 kkal : karbohidrat 1045 kal, lemak 475 kal,
protein 380 kal)/ O2 3 L/menit
IVFD NaCl 0,9% 8 jam /kolf
Paracetamol 3 x 1000 mg PO
N-Acetylsistein 3 x 200 mg PO
Anjuran :
Sitologi sputum
Tes Cepat Molekuler
Rontgen thoraks proyeksi PA dan lateral
USG Thoraks
CT Scan Thorax
TTNA
Konsul Spesialis THT-KL
Follow Up
11 Juni 2019
S/
Nyeri dada kiri (+), sesak nafas (-), batuk (+)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T VAS
Sedang CMC 120/80 82 19 36,8oC 3
Keluar Hasil Pemeriksaan Tes Cepat Molekular :
MTB Not Detected
Rif Resistance Not Detected
15
Hasil foto rontgen thoraks proyeksi PA dan Lateral
- Tampak massa di lapangan atas paru kiri dengan batas sebagian tidak tegas
disertai pendorongan trakea ke kanan.
- Jantung posisi normal, ukuran tidak membesar (CTR <50%), mengisi <1/3 ruang
retrosternal, ruang retrocardial baik.
- Kedua diafragma licin, diafragma kiri letak tinggi.
- Kedua sinus costofrenicus lancip
Kesimpulan : Tumor lobus superior paru kiri diafragma kiri letak tinggi
Kesan :
Tumor paru sinistra
Anjuran :
Sitologi sputum
USG thoraks
CT scan thorax
16
Anjuran :
FOL (Fiber Optic Laringoscopy)
A/
Tumor paru sinistra
Disfonia ec parese pita suara kiri
P/
Sitologi sputum
USG thorax
CT scan thorax
Fiber optic laryngoscopy
Follow Up
12 Juni 2019
S/
Nyeri dada kiri (+), sesak nafas (+), batuk (+)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T VAS
Sedang CMC 110/70 95 22 37oC 4
Rongga pleura Efusi (-), fibrin/sekat (-) Efusi (-), fibrin/sekat (-)
(+), atelectasis (+) (+), atelectasis (-)
Kesan : Massa paru kiri atas
Hasil sitologi sputum : Tidak tampak sel tumor ganas dalam sediaan ini
17
Konsul Konsultan Pulmonologi
Kesan :
Bronkoskopi
A/
Tumor paru sinistra
Disfonia ec parese pita suara kiri
P/
Bronkoskopi
Follow Up
14 Juni 2019
S/
Nyeri dada kiri (+), sesak nafas (-), batuk (+)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T VAS
Sedang CMC 120/80 78 20 36,9oC 3
18
Tidak tampak kelainan pada jaringan lunak dan skeletal dinding thorax maupun
pada vertebre torakalis yang terscanning
Tidak tampak infiltrate pada kedua lapangan paru
Tidak tampak nodul hipodens/ hiperdens pada kedua lapangan paru
Kesimpulan : Tumor paru kiri dengan pembesaran KGB prevaskuler dan
paraorta
A/
Tumor paru sinistra
Disfonia ec parese pita suara kiri
P/
Terapi lanjut
Follow Up
17 Juni 2019
S/
Nyeri dada kiri (+), sesak nafas (+), batuk (+)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T VAS
Sedang CMC 120/70 80 23 37oC 4
Hasil Bronkoskopi
19
LaKi : hiperemis, secret (+), edema, massa (+) kemerahan terbuk
Kesan :
A/
Tumor paru sinistra
Disfonia ec parese pita suara kiri
P/
Sitologi cairan bronkus
TTNA
Follow Up
18 Juni 2019
S/
Nyeri dada kiri (+) meningkat saat batuk, sesak nafas (-), batuk (+)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T VAS
Sedang CMC 120/70 72 20 36,5oC 4
Hasil Sitologi Bilasan Bronkus : Tidak tampak sel-sel tumor ganas dalam sediaan ini
20
Hasil Fiber Optic Laringoscopy
Nasofaring tenang
Kesan :
TTNA
A/
Tumor paru sinistra
Disfonia ec parese plika vokalis kiri tipe abductor ec tumor paru
P/
TTNA
Follow Up
20 Juli 2019
S/
Nyeri dada kiri (+) berkurang, sesak nafas (-), batuk (+) berkurang
21
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T VAS
Sedang CMC 110/80 82 20 36,7oC 2
Mikroskopik :
Dalam sediaan apus slide TTNA (10 slide) mikroskopik tampak sebaran dan
kelompokan sel-sel dengan N/C ratio meningkat dengan inti sebagian besar bulat-
oval, beberapa agak pleomorfik, vesikuler, kromatin kasar, nukleoli sebagian nyata,
sitoplasma sedikti, inti ada yang terletak eksentrik, sel-sel ini ada yang membentuk
struktur kelenjar.
Diagnosa : Adenocarcinoma
A/
Adenokarsinoma paru sinistra
Disfonia ec parese plika vokalis kiri tipe abductor ec tumor paru
P/
Cek EGFR mutasi
USG abdomen
22
Bone survey
Konsul hematologi untuk kemoterapi
Follow Up
21 Juli 2019
S/
Nyeri dada kiri (+) hilang timbul, sesak nafas (-), batuk (+) berkurang
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T VAS
Sedang CMC 120/70 84 19 36,9oC 2
Kesan :
A/
Adenokarsinoma paru sinistra
Disfonia ec parese plika vokalis kiri tipe abductor ec tumor paru
P/
Menunggu hasil EGFR mutasi
Persiapan Kemoterapi
Rawat Jalan
Follow Up
10 Juli 2019, Poli Paru
S/
Nyeri dada kiri (+), sesak nafas (-), batuk (+) sesekali
23
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T VAS
Sedang CMC 110/70 82 20 36,6oC 3
Hasil Echocardiografi
Fungsi sistolik global LV baik, EF 65%
Global normokinetik
LVH konsentrik remodeling dengan fungsi diastolik LV baik
Katup-katup baik
Kontraktilitas RV baik
Efusi perikard (-)
24
Konsul Konsultan Pulmonologi
Kesan :
Adenokarsinoma paru sinistra stadium IV B (T4N1M1b)
Anjuran :
Konsul hematologi untuk kemoterapi
A/
Adenokarsinoma paru sinistra stadium IV B (T4N1M1b)
Disfonia ec parese plika vokalis kiri tipe abductor ec tumor paru
P/
Konsul hematologi untuk kemoterapi
Follow Up
16 Juli 2019, Poli khusus Hematologi onkologi medik
S/
Nyeri dada kiri (+) meningkat, sesak nafas (-), batuk (+)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T VAS
Sedang CMC 120/70 78 20 36,5oC 7
25
Konsul Konsultan Hemato onkologi medik
Kesan :
Adenokarsinoma paru sinistra stadium IV B (T4N1M1b) dengan Cancer Pain
Anjuran :
Drip Morfin 10 mg dalam 49 cc NaCl 0,9% dengan kecepatan 2cc/ jam
Kemoterapi
A/
Adenokarsinoma paru sinistra stadium IV B (T4N1M1b) dengan Cancer Pain
Disfonia ec parese plika vokalis kiri tipe abductor ec tumor paru
P/
Drip Morfin 10 mg dalam 49 cc NaCl 0,9% dengan kecepatan 2cc/ jam
Kemoterapi
26
DISKUSI
29
(Jepang) mendekati 30%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan populasi kulit
putih yang sebesar 20%. Mutasi EGFR lebih sering didapat pada wanita Asia
dan tidak merokok. Dalam studi PIONEER yang merupakan studi prospektif
tentang epidemiologi EGFR, khususnya pasien dari Asia (China, Hong Kong,
India, Filipina, Taiwan, Thailand, dan Vietnam), diperoleh frekuensi EGFR
mutasi secara keseluruhan untuk populasi Asia sebesar 51,4%. Data lain
menunjukkan mutasi EGFR paling rendah adalah India (22,2%). Angka ini
mendekati frekuensi EGFR mutasi pada ras kulit putih. Secara berurutan, data
EGFR mutasi untuk China 50,2%; Hong Kong 47,2%; Filipina 52,3%; Taiwan
62,1%; Thailand 53,8%; dan Vietnam 64,2%. Salah satu pertimbangan adanya
EGFR mutasi dan respons terhadap EGFR-tirosin kinase yaitu berjenis kelamin
perempuan, adenokarsinoma, tidak pernah merokok, dan ras Asia. Pemeriksaan
EGFR merupakan salah satu cara untuk dapat memberikan terapi yang tepat
terhadap pasien NSCLC.13 Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan EGFR dengan
hasil no mutation identified sehingga terapi target tidak diberikan dari pasien ini.
Untuk mengetahui metastasis kanker paru pada pasien ini dianjurkan
pemeriksaan USG Abdomen dan Bone Survey. Pada pemeriksaan USG abdomen
tidak didapatkan adanya metastasis, pada bone survey dijumpai hasil metastase
tulang. Dengan demikian penentuan stadium TNM dari American Joint
Committe on Cancer versi 7 tahun 2010 pada pasien sudah pada T4N1M1b
(stadium IVb), dan tatalaksana kemoterapi menjadi pilihan modalitas terbaik
untuk pasien.
Pada NSCLC stadium lanjut, kemoterapi diberikan untuk tujuan
pengobatan jika tampilan umum pasien baik (Karnofsky >60%, WHO 0-2).
Namun, manfaat terbesar kemoterapi pada pasien dengan stadium lanjut adalah
sebagai terapi paliatif. Jenis kemoterapi lini pertama diberikan adalah kemoterapi
berbasis platinum dan yang tidak mengandung platinum. Pilihan utama obat
berbasis platinum adalah sisplatin, pilihan lainnya dengan karboplatin.1,4 Pada
umumnya kemoterapi untuk kanker paru tidak memerlukan penyesuaian
dosis jika laju filtrasi glomerulus (LFG) 60-90 ml/min. Sisplatin tidak
direkomendasikan jika LFG kurang dari 60 dan karboplatin lebih menjadi
pilihan.11 Obat kemoterapi lini pertama tidak berbasis platinum berupa
30
gemsitabin, etoposid, paklitaksel, dan vinoralpin. Pada pasien diberikan
kemoterapi dengan karboplatin dan gemcitabine.1 Prognosis pasien tumor
metastasis bervariasi, dari 6 bulan sampai 1 tahun tergantung performa status,
luasnya penyakit, dan adanya penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir. 4
31
tiga belas kanker paru-paru, tiga kanker esofagus, dua tumor metastasis, dan satu
tumor mediastinum. Penatalaksanaan pada parese pita suara ini tergantung dari
penyebab yang mendasarinya. Tatalaksana lain dapat berupa konservatif dan
operatif.16
32
DAFTAR PUSTAKA
33
10. Ammanagi SA, Dombale VD, Miskin AT, Dandagi GL, Snagolli SS.
Sputum cytology in suspected cases of carcinoma of lung. US National
Library of Medicine : 2012. 29(1) : 19-23
11. Hubers AJ, Prinsen CF, Sozzi G, Witte BI. Molecular sputum analysis for
the diagnosis of lung cancer. British Jpurnal of Cancer : 2013
12. Rivera MP, Mehta AC, Wahidi MM. Establishing the Diagnosis of Lung
Cancer. Chest Journal : 2013
13. Sari L, Purwanto. Mutasi EGFR pada Non-Small Cell Lung Cancer di
Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Indonesian Journal Of Cancer : 2016.
Hal 131-136
14. Simmons CP, MacLeod N, Laird BJ. Clinical Management of Pain in
Advanced Lung Cancer. Clinical Medicine Insights : 2012. Page 331-346
15. Oner AO, Budak ES, Boz A, Kurt GH. Left Vocal Cord Paralysis
Detected by PET/CT in a Case of Lung Cancer. Hindawi Case Report in
Oncological Medicine : 2015
16. Song AW, jun BC, Cho KJ, Lee S, Kim YJ, Park SH. CT evaluation of
Vocal Cord Paralysis due to Thoracic Disease. Yonsei Medical Journal :
2011
34
35