Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN

MEDIA VIDEO TERHADAP TINGKAT


PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT
Mulyadi, M. Isra1*, Warjiman2, Chrisnawati3
1Mahasiswa STIKES Suaka Insan Banjarmasin
2, 3Dosen STIKES Suaka Insan Banjarmasin

Email: m .isramulyadi01@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Anak usia sekolah rentan mengalami masalah kesehatan yang
meliputi masalah mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Permasalahan ini akan
berdampak pada kualitas hidup anak. Untuk meminimalisir dampak yang terjadi,
perlu adanya peran sekolah melalui program usaha kesehatan sekolah, yaitu dengan
cara memberikan pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menjelaskan efektivitas pendidikan kesehatan dengan media video terhadap tingkat
pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat kader usaha kesehatan sekolah.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian pre-experimental
dengan pendekatan one group pretest posttest design. Tekhnik pengambilan sampel
menggunakan nonprobability sampling jenis purposive sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 14 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
kuisioner. Uji statistik menggunakan uji Nonparametric Wilcoxon Test.
Hasil: 0,001 (p=0,001<0,01), artinya ada pengaruh yang signifikan sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media video terhadap tingkat
pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat kader usaha kesehatan
sekolah. Pendidikan kesehatan dengan media video merupakan media yang efektif
dalam meningkatkan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat kader usaha
kesehatan sekolah di Sekolah Dasar Islam Darul Mu’minin Banjarmasin.

Kata Kunci: Media Video, Pendidikan Kesehatan, PHBS, UKS


PENDAHULUAN program UKS. UKS memiliki tiga
Saat ini di Indonesia terdapat program pokok (Trias UKS), yaitu
lebih dari 147.503 sekolah dasar pendidikan kesehatan, pelayanan
negeri maupun swasta. Jumlah anak kesehatan, dan pembinaan lingkungan
usia sekolah dasar di Indonesia yaitu sekolah yang sehat. Pendidikan
25,5 juta jiwa dari total penduduk kesehatan merupakan salah satu
Indonesia (KEMENDIKBUD, 2017). program UKS. Pendidikan kesehatan
Anak usia sekolah merupakan mengenai PHBS dapat diberikan
kelompok usia yang kritis karena untuk mengurangi dampak dari
pada usia tersebut rentan terkena buruknya PHBS. Pendidikan
berbagai masalah kesehatan. Masalah kesehatan bertujuan untuk
kesehatan yang dihadapi oleh anak meningkatkan pengetahuan dan
usia sekolah pada dasarnya cukup pemahaman siswa tentang PHBS.
kompleks dan bervariasi. (Dewi, Media pendidikan kesehatan
2015) seperti video dapat digunakan sebagai
Masalah kesehatan yang sering alat bantu dalam memberikan
terjadi pada anak sekolah dasar pendidikan kesehatan. Penggunaan
berhubungan dengan masalah media video dalam memberikan
kebersihan perorangan dan pendidikan kesehatan dirasa sangat
lingkungan. Masalah kebersihan yang tepat untuk menyampaikan pesan
masih banyak dialami oleh anak usia kesehatan kepada masyarakat,
sekolah dasar yaitu, masalah pada terutama pada kalangan anak-anak
gigi sebanyak 86%, tidak bisa potong usia sekolah. Anak-anak menyukai
kuku sebanyak 53%, tidak bisa bentuk gambar yang sifatnya ada
menggosok gigi sebanyak 42% dan suara dan gambar bergerak, sehingga
tidak bisa mencuci tangan sebelum dapat memberikan contoh bentuk
makan sebanyak 8%. Sedangkan perilaku yang baik kepada anak yang
penyakit yang banyak diderita oleh memiliki sifat meniru atau suka
anak usia sekolah dasar yaitu mengikuti apa yang dilihat.
penyakit cacingan sebanyak 60-80%, (Listyarini, 2017)
dan karies gigi sebanyak 74,4%. Studi pendahuluan yang
(KEMENKES, 2013) dilakukan pada tanggal 01 November
Penanaman nilai PHBS (Perilaku 2017 di SDI (Sekolah Dasar Islam)
Hidup Bersih dan Sehat) pada anak Darul Mu’minin, didapatkan data
usia sekolah dasar sangat penting, bahwa pelaksanaan program UKS
mengingat masalah kesehatan yang belum aktif, tidak berjalannya
sering terjadi pada anak usia sekolah pembinaan dokter kecil, tidak
dasar berhubungan dengan PHBS memiliki ruang UKS, masih belum
(Edyati, 2015). PHBS di sekolah memiliki kader UKS, perilaku cuci
merupakan sekumpulan perilaku yang tangan yang masih jarang dilakukan,
dipraktikan oleh seluruh warga tidak pernah dilakukan pendidikan
sekolah atas dasar kesadaran sebagai kesehatan tentang PHBS, masih
hasil pembelajaran, sehingga mampu banyak siswa yang tidak memakai
mencegah penyakit, meningkatkan alas kaki saat ke toilet dan saat keluar
kesehatan, serta berperan aktif dalam kelas. Hasil observasi ditemukan
mewujudkan lingkungan sehat. masih ada siswa yang membuang
Penerapan PHBS pada tingkat sampah sembarangan, berpakaian
sekolah dasar dapat dilakukan melalui tidak rapi, dan tempat sampah yang
masih minim. Belum pernah diadakan reliabilitas dalam penelitian ini
pendidikan kesehatan menggunakan menggunakan metode Cronbach’s
media video. Berdasarkan pemaparan alpha. Nilai hasil uji reliabilitas
di atas, maka peneliti tertarik sebesar 0,818. Instrument dinyatakan
melakukan penelitian untuk reliabel dan layak digunakan dalam
mengetahui efektivitas pendidikan penelitian.
kesehatan dengan media video Video dibuat oleh peneliti
terhadap tingkat pengetahuan PHBS menggunakan software PowToon,
kader UKS di SDI Darul Mu’minin video berdurasi selama 8 menit.
Banjarmasin. Analisis univariat menggunakan
metode statistik dengan menghitung
METODE frekuensi dan persentase distribusi
Jenis penelitian adalah yang digunakan untuk
kuantitatif dengan rancangan mempresentasikan karakteristik
penelitian pre-experimental dengan responden dan persentase
pendekatan one group pretest posttest keterampilan pretest dan posttest.
design, yaitu terdapat pretest sebelum Variabel dependen dalam penelitian
diberikan perlakuan dan posttest ini memiliki skala ordinal, maka
setelah diberikan perlakuan. untuk analisis bivariat digunakan
Penelitian ini dilaksanakan di analisis uji Nonparametric Wilcoxon
SDI Darul Mu’minin Banjarmasin Test dengan bantuan program SPSS
pada tanggal 16 Mei 2018. Populasi versi 23. Untuk menentukan hipotesis
dalam penelitian ini adalah siswa penelitian diterima atau ditolak, maka
kelas IV di SDI Darul Mu’minin taraf signifikansi (p) dibandingkan
Banjarmasin sebanyak 17 siswa. dengan taraf kesalahan sebesar 0,01.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak
14 orang siswa dengan teknik HASIL
pengambilan sampel nonprobability Tabel 1.1. Karakteristik Responden
sampling jenis purposive sampling. berdasarkan Jenis Kelamin
Variabel independen dalam Jenis Kelamin Frekuensi %
penelitian ini adalah pendidikan Laki-laki 7 50
kesehatan dengan media video dan Perempuan 7 50
variabel dependen dalam penelitian Total 14 100
ini adalah tingkat pengetahuan PHBS
kader UKS. Tabel 1.1. menunjukkan karakteristik
Instrumen yang digunakan Responden berdasarkan jenis
dalam penelitian ini adalah kuisioner kelaminnya. Responden dalam
yang dibuat sendiri oleh peneliti yang penelitian ini terdiri dari laki-laki
terdiri dari 16 pertanyaan (50%) dan Perempuan (50%).
menggunakan skala Guttman dengan
pilihan jawaban benar dan salah. Tabel 1.2. Karakteristik Responden
Instrumen dilakukan uji validitas dan Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi %
reliabilitas kepada 30 reponden di
9 Tahun 2 14,3
SDN Teluk Dalam 1 Banjarmasin
10 Tahun 10 71,4
pada tanggal 27 Februari 2018. Nilai
11 Tahun 2 14,3
konstanta (rtabel) pada penelitian ini Total 14 100
sebesar 0,361 dengan taraf
signifikansi α = 0,05 dan pengukuran
Tabel 1.2 menunjukkan karakteristik PEMBAHASAN
responden berdasarkan usia. Hasil penelitian menunjukkan
Mayoritas responden berusia 10 tahun tingkat pengetahuan responden
71.4 %. mengenai PHBS sebelum diberikan
pendidikan kesehatan masih banyak
Tabel 1.3. Tingkat Pengetahuan yang berada pada kategori cukup
PHBS Sebelum Diberikan Pendidikan sebanyak 8 orang (57,1%), kategori
Kesehatan baik sebanyak 5 orang (35,7%), dan
Kategori Frekuensi %
kategori kurang sebanyak 1 orang
Baik 5 35,7
(7,1%).
Cukup 8 57,1
Peneliti berpendapat, masih
Kurang 1 7,1
banyaknya responden dalam kategori
Jumlah 14 100
cukup dapat disebabkan karena
kurangnya paparan dari petugas
Tabel 1.3 menunjukkan tingkat kesehatan mengenai PHBS.
pengetahuan responden sebelum Kurangnya dukungan dari petugas
diberikan Pendidikan kesehatan, kesehatan dibuktikan dengan
mayoritas berada pada posisi cukup
penuturan dari Kepala Sekolah SDI
(57.1%).
Darul Mu’minin Banjarmasin, dimana
belum pernah diadakan pendidikan
Tabel 1.4. Tingkat Pengetahuan
PHBS Setelah Diberikan Pendidikan
kesehatan mengenai PHBS di sekolah
Kesehatan tersebut. Selain itu, faktor lain yang
Kategori Frekuensi % dapat menyebabkan kurangnya
Baik 13 92,9 pengetahuan responden, antara lain:
Cukup 1 7,1 rendahnya kesadaran akan pentingnya
Kurang 0 0 PHBS, rendahnya keinginan dari
Jumlah 14 100 responden untuk mencari tahu
mengenai PHBS, dan terbatasnya
Tabel 1.4 menunjukkan tingkat informasi. Faktor lainnya adalah dari
pengetahuan PHBS responden setelah pendidikan responden yang masih
diberikan Pendidikan kesehatan kelas IV, karena adanya keterkaitan
adalah berada posisi mayoritas baik semakin tinggi pendidikan, maka
(92.9%). akan semakin tinggi pula tingkat
pengetahuanya.
Tabel 1.5. Efektivitas Pendidikan Penelitian ini sejalan dengan teori
Kesehatan dengan Media Video terhadap yang dikemukakan oleh Notoatmodjo
Pengetahuan (2007), faktor-faktor yang
Sebelum Sesudah Z P mempengaruhi pengetahuan dari
12,43 14,36 -3,354 0,001 faktor internal adalah pendidikan dan
faktor eksternal adalah dari
Tabel 1.5 menunjukkan efektifitas kurangnnya informasi dan kurangnya
Pendidikan kesehatan dengan media dukungan dari petugas kesehatan.
video terhadap variable pengetahuan Penelitian ini juga sejalan dengan
yang ditandai dengan nilai z=-3,354 penelitian yang dilakukan oleh Edyati
dan nilai P= 0,001. (2015). Sebelum dilakukan
penyuluhan kesehatan personal
hygiene dengan media video,
sebagian besar responden memiliki
tingkat pengetahuan pada kategori video menampilkan materi-materi
cukup, yaitu sebanyak 31 responden secara ringkas, jelas, dan mudah
(86,1%). Penelitian yang dilakukan dipahami, hal ini dapat
oleh Kholishah (2017) juga mempermudah pemahaman dan
menunjukkan hal yang sama, bahwa memperkuat ingatan responden.
sebelum diberikan perlakuan Dengan menggunakan media video
pendidikan kesehatan dengan media pembelajaran menjadi lebih variatif,
video sebagian besar responden menarik, dan menyenangkan. Waktu
dalam kategori kurang sebanyak 46 pelaksanaan pemutaran video juga
anak (95,5%). tidak memakan waktu yang lama,
Menurut Notoatmodjo (2012), semua pesan dapat disampaikan serta
pengetahuan merupakan hasil dari dapat diterima oleh responden. Hal ini
tahu dan ini terjadi setelah orang dibuktikan saat proses pendidikan
melakukan penginderaan terhadap kesehatan berlangsung, responden
suatu objek tertentu. Salah satu upaya antusias dan memperhatikan video
yang dapat digunakan untuk yang ditayangkan oleh peneliti.
meningkatkan pengetahuan seseorang Teori yang dikemukakan oleh
adalah dengan melakukan pendidikan Mubarak (2007), bahwa media video
kesehatan. dalam proses pembelajaran dapat
Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan motivasi dan hasil
meningkatkan pengetahuan, merubah belajar siswa, karena memiliki
kesadaran, dan perilaku, sehingga kemampuan untuk memaparkan
orang atau masyarakat ikut sesuatu yang rumit atau kompleks
berpartisipasi dalam meningkatkan melalui stimulus audio visual yang
derajat kesehatan. akhirnya membuahkan hasil lebih
Sesudah diberikan pendidikan baik. Pembelajaran dengan
kesehatan dengan media video, memanfaatkan media video dapat
didapatkan hasil bahwa tingkat menciptakan pembelajaran menjadi
pengetahuan responden sebagian efektif, menyenangkan, dan tidak
besar berada dalam kategori baik membosankan sehingga mempercepat
sebanyak 13 orang (92,9%) dan proses penyampaian materi kepada
kategori cukup sebanyak 1 orang siswa. Kelebihan media video, yaitu
(7,1%). memudahkan pengajar dalam
Hasil penelitian menunjukkan menyajikan informasi, memiliki daya
pengetahuan responden mengalami tarik, dan bersifat interaktif. Media
peningkatan sesudah diberikan video juga dapat digunakan secara
pendidikan kesehatan dengan media berulang-ulang.
video. Peneliti berpendapat, media Pendidikan kesehatan dengan
video dalam memberikan pendidikan media video ditayangkan dan
kesehatan yang tepat dan menarik ditangkap dengan melibatkan
dalam menyampaikan informasi berbagai alat indera, seperti
mempengaruhi hasil dari pendidikan penglihatan dan pendengaran.
kesehatan. Media video menampilkan Semakin banyak indera yang
gambar yang bergerak, tulisan, dan digunakan, maka masuknya informasi
terdapat suara yang menjelaskan akan semakin mudah. Hal ini sejalan
mengenai gambar yang ditampilkan, dengan teori yang dikemukakan oleh
sehingga dapat menarik perhatian dari Listyarini (2017), bawah kurang lebih
sasaran pendidikan kesehatan. Media 75%-87% seseorang meningkatkan
pengetahuannya dengan melihat atau terdapat 20 responden yang memiliki
diperoleh dari pancaindera. Teori pengetahuan kurang dan hanya 10
yang dikemukakan oleh Maulana responden yang memiliki
(2014) juga mengatakan hal yang pengetahuan baik.
sama, bahwa pancaindera yang paling Hasil penelitian ini menunjukan
banyak menyalurkan pengetahuan ke bahwa nilai signifikansi lebih kecil
otak adalah mata (sekitar 75%-87%), dari 0,01 (p=0,001<0,01), sehingga
sedangkan 13%-25% pengetahuan hipotesis Ha dalam penelitian ini
manusia diperoleh dan disalurkan diterima. Jadi, ada pengaruh sebelum
melalui pancaindera yang lain. dan sesudah diberikan pendidikan
Pada anak usia sekolah memiliki kesehatan dengan media video
rasa ingin tahu yang tinggi dan terhadap tingkat pengetahuan
senang dengan hal-hal yang baru. mengenai PHBS kader UKS.
Pada usia ini pula perkembangan Peningkatan pengetahuan
kognitif anak berada pada tahap resonden juga dapat dilihat dari
operasional konkret, dimana perbedaan nilai mean pretest dan
kemampuan berpikir anak secara mean posttest, dimana nilai mean
logis sudah semakin berkembang. sesudah diberikan pendidikan
Sehingga, anak sudah mampu kesehatan sebesar 14,36 lebih tinggi
diberikan pendidikan kesehatan yang dibandingan dengan nilai mean
dapat mengembangkan daya pikirnya. sebelum dilakukan pendidikan
Data pada penelitian ini kesehatan, yaitu sebesar 12,43. Hal
ditemukan masih ada 1 orang ini menunjukkan bahwa terdapat
responden yang berada dalam pengaruh yang signifikan dari
kategori cukup. Peneliti berpendapat, pemberian pendidikan kesehatan
masih tetapnya pengetahuan dengan media video tehadap tingkat
responden disebabkan karena pengetahuan PHBS kader UKS di
kemampuan penyerapan atau SDI Darul Mu’minin Banjarmasin.
penerimaan informasi yang berbeda- Penelitian ini sejalan dengan
beda pada setiap orang. Kurangnya penelitian yang dilakukan oleh Edyati
perhatian dan kemauan untuk (2015), bahwa penyuluhan kesehatan
mendengarkan informasi yang tentang personal hygiene dengan
diberikan juga dapat menyebabkan media video memiliki pengaruh
tidak adanya perubahan pengetahuan terhadap pengetahuan dan sikap
responden, walaupun sudah diberikan personal hygiene siswa SD 1 Kepek,
pendidikan kesehatan. hal ini dapat dilihat dari nilai p
Penelitian ini sejalan dengan pengetahuan sebesar 0,000
penelitian yang dilakukan oleh Edyati (p=0,000<0,05). Dalam penelitian
(2015), setelah diberikan pendidikan yang dilakukan Listyarini (2017) juga
kesehatan personal hygiene dengan menunjukkan hal yang sama, dimana
media video, tingkat pengetahun penggunaan media audio visual dalam
responden dalam kategori baik memberikan penyuluhan kesehatan
sebanyak 33 responden (91,7%). dapat merubah perilaku hidup bersih
Penelitian lain yang sejalan adalah dan sehat pada anak usia sekolah
penelitian yang dilakukan oleh Aeni dasar (p=0,001<0,05).
(2015), ditemukan sebelum diberikan Penelitian yang dilakukan Aeni
pendidikan kesehatan dengan (2015) juga menunjukkan hal yang
pemutaran video PHBS cuci tangan sama. Hasil uji Wilcoxon didapatkan
sebesar 0,046 (p=0,046<0,05), yang media video terhadap tingkat
artinya hipotesis Ha diterima. Jadi, pengetahuan mengenai PHBS.
ada pengaruh antara sebelum dan Harapan peneliti adalah guru
sesudah diberikan pendidikan dapat mengajarkan pendidikan
kesehatan dengan media video kesehatan mengenai PHBS dengan
mengenai PHBS cuci tangan. media video yang mudah dipahami,
Pendidikan kesehatan dapat sehingga siswa mengerti pentingnya
mengubah pengetahuan responden PHBS dan siswa dapat menerapkan
yang kurang baik menjadi baik. PHBS di kehidupannya sehari-hari.
Penggunaan alat bantu media dalam Untuk penelitian selanjutnya
memberikan pendidikan kesehatan diharapkan menggunakan media
merupakan salah satu komponen yang pendidikan kesehatan lainnya yang
penting dilakukan, dengan tujuan agar lebih menarik sebagai media
membantu penggunaan indera pembanding dari media video agar
sebanyak-banyaknya. Media video dapat membandingkan
merupakan media yang modern, keefektivannya.
sesuai dengan perkembangan zaman.
Dengan media video, pesan yang ACKNOWLEDGMENT
disampaikan menjadi lebih menarik. Ucapan Terima kasih yang
Pesan yang disampaikan melalui sebesar-besarnya bagi seluruh
gambar dan suara juga lebih ringkas, responden yang sudah dengan sangat
sehingga mudah untuk dipahami. baik membantu menyukseskan
Pada penelitian ini dapat kegiatan peneltian ini. Terima kasih
diketahui bahwa pendidikan juga kepada SDI Darul Mu’minin
kesehatan sangat berpengaruh Banjarmasin dan STIKES Suaka
terhadap pembentukan pengetahuan Insan Banjarmasin yang sudah sangat
siswa ke arah yang lebih baik. Media mendukung terselesaikannya
yang digunakan dalam pendidikan penelitian ini.
kesehatan juga dapat membentuk
pengalaman yang nyata pada sasaran DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran. Peneliti berpendapat Aeni, Q. (2015). Pengaruh pendidikan
dengan seiring meningkatnya kesehatan dengan metode
pengetahuan responden, maka akan pemutaran video tentang phbs
semakin meningkat pula perilaku cuci tangan terhadap pengetahuan
responden dalam melakukan PHBS di dan sikap. Jurnal keperawatan
sekolah, sehingga terhindar dari vol. 7, no. 2, 1-5.
penyakit dan dapat meningkatkan Dewi W. R, S., & Muhibuddin, N.
derajat kesehatan siswa. (2015). Pengaruh penyuluhan
kesehatan dengan metode
KESIMPULAN ceramah dan penggunaan leaflet
Tingkat pengetahuan sesudah terhadap pengetahuan dan
diberikan pendidikan kesehatan perilaku hidup bersih dan sehat
PHBS dengan media video sebagian pada siswa sd. Jurnal sain med
besar responden berada dalam vol. 7, no. 1, 30-35.
kategori baik. Hal ini dikarenakan Edyati, L. (2015). Pengaruh
adanya pengaruh sebelum dan penyuluhan kesehatan dengan
sesudah pendidikan kesehatan dengan media video terhadap pengatuan
dan sikap personal hygiene siswa
sd negeri 1 kepek pengasih kulon
progo. Jurnal keperawatan stikes
'aisyiyah. 3-19.
KEMENDIKBUD. (2017). Ikhtisar
data pendidikan tahun
2016/2017. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
KEMENKES. (2013). Riset
kesehatan dasar 2013. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kholishah, Z., Isnaeni, Y., & Suratini.
(2017). Pengaruh pendidikan
kesehatan dengan video animasi
terhadap praktek gosok gigi pada
anak kelas iv dan v di sdn 1
bendungan temanggung. Jurnal
Universitas 'Aisyiyah
Yogyakarta.
Listyarini, A. D. (2017). Penyuluhan
dengan media audio visual
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat anak usia
sekolah. Jurnal stikes cendekia
utama kudas. 112-117.
Maulana, H. D. (2014). Promosi
kesehatan. Jakarta: EGC.
Mubarak, W. I., Chayatin, N.,
Rozikin, K., & Supriadi. (2007).
Promosi kesehatan: sebuah
pengantar proses belajar dalam
pendidikan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi
kesehatan dan ilmu perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi
kesehatan dan perilaku
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai