Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Governance) Versi I
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan tata pemerintahan yang baik (Good governance) ?
2) Bagaimana cara membangun pemerintahan yang baik (Good governance)?
3) Sebutkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (Good governance)?
1.3.Landasan Teori
Indonesia di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional, saat ini
menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua pihak. Good
Governance atau tata pemerintahan yang baik, merupakan bagian dari paradigma baru yang
berkembang dan memberikan nuansa yang cukup mewarnai terutama pasca krisis multi
dimensi seining dengan tuntutan era reformasi. Situasi dan, kondisi ini menuntut adanya
kepemimpian nasional masa depan, yang diharapkan marnpu menjawab tantangan bangsa
Indonesia mendatang.
PEMBAHASAN
Good governance adalah “mantra” yang diucapkan oleh banyak orang di Indonesia
sejak 1993. Kata governance mewakili suatu etika baru yang terdengar rasional, profesional,
dan demokratis, tidak soal apakah diucapkan di kantor Bank Dunia di Washington, AS atau
di kantor LSM yang kumuh di pinggiran Jakarta. Dengan kata itu pula wakil dari berbagai
golongan profesi seolah disatukan oleh “koor seruan” kepada pemerintah yang korup di
negara berkembang. “Good governance, bad men!” terkepung oleh seruan dari berbagai
pihak, kalangan pejabat pemerintah pun lantas juga fasih menyebut konsep ini, meski dengan
arti dan maksud yang berbeda.
Tetapi, sebagaimana layaknya suatu mantra, para pengucap tidak dapat menerangkan
sebab akibat dari suatu kejadian, Mereka hanya mengetahui sebgian, yaitu bahwa sesuatu
yang invisible hand menyukai mantra yang mereka ucapkan. Pada kasus good governance,
para pengucap hanya mengetahui sedikit hal yaitu bahwa sesuatu yang tidak terbuka dan
tidak terkontrol akan mengundang penyalahgunaan, bahwa program ekonomi tidak akan
berhasil tanpa legitimasi, ketertiban sosial, dan efisiensi institusional.
Satu faktor yang sering dilupakan adalah, bahwa kekuatan konsep ini justru terletak
pada keaktifan sektor negara, masyarakat dan pasar untuk berinteraksi. Karena itu, good
governance, sebagai suatu proyek sosial, harus melihat kondisi sektor-sektor di luar negara.
2.2.Arti Good Governance
Meskipun mengakui ada banyak aktor yang terlibat dalam proses sosial, governance
bukanlah sesuatu yang terjadi secara chaotic, random atau tidak terduga. Ada aturan-aturan
main yang diikuti oleh berbagai aktor yang berbeda. Salah satu aturan main yang penting
adalah adanya wewenang yang dijalankan oleh negara. Tetapi harus diingat, dalam konsep
governance wewenang diasumsikan tidak diterapkan secara sepihak, melainkan melalui
semacam konsensus dari pelaku-pelaku yang berbeda. Oleh sebab itu, karena melibatkan
banyak pihak dan tidak bekerja berdasarkan dominasi pemerintah, maka pelaku-pelaku diluar
pemerintah harus memiliki kompetensi untuk ikut membentuk, mengontrol, dan mematuhi
wewenang yang dibentuk secara kolektif.
Lebih lanjut, disebutkan bahwa dalam konteks pembangunan, definisi governance adalah
“mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial untuk tujuan pembangunan”,
sehingga good governance, dengan demikian, “adalah mekanisme pengelolaan sumber daya
ekonomi dan sosial yang substansial dan penerapannya untuk menunjang pembangunan yang
stabil dengan syarat utama efisien) dan (relatif) merata.”
Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan
masyarakat. Memang sampai saat ini, sejumlah karakteristik kebaikan dari suatu governance
lebih banyak berkaitan dengan kinerja pemerintah. Pemerintah berkewajiban melakukan
investasi untuk mempromosikan tujuan ekonomi jangka panjang seperti pendidikan
kesehatan dan infrastuktur. Tetapi untuk mengimbangi negara, suatu masyarakat warga yang
kompeten dibutuhkan melalui diterapkannya sistem demokrasi, rule of law, hak asasi
manusia, dan dihargainya pluralisme. Good governance sangat terkait dengan dua hal yaitu
(1) good governance tidak dapat dibatasi hanya pada tujuan ekonomi dan (2) tujuan ekonomi
pun tidak dapat dicapai tanpa prasyarat politik tertentu.
2.3.Membangun Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Membangun good governance adalah mengubah cara kerja state, membuat pemerintah
accountable, dan membangun pelaku-pelaku di luar negara cakap untuk ikut berperan
membuat sistem baru yang bermanfaat secara umum. Dalam konteks ini, tidak ada satu
tujuan pembangunan yang dapat diwujudkan dengan baik hanya dengan mengubah
karakteristik dan cara kerja institusi negara dan pemerintah. Harus kita ingat, untuk
mengakomodasi keragaman, good governance juga harus menjangkau berbagai tingkat
wilayah politik. Karena itu, membangun good governance adalah proyek sosial yang besar.
Agar realistis, usaha tersebut harus dilakukan secara bertahap. Untuk Indonesia, fleksibilitas
dalam memahami konsep ini diperlukan agar dapat menangani realitas yang ada.
Asian Development Bank sendiri menegaskan adanya konsensus umum bahwa good
governance dilandasi oleh 4 pilar yaitu (1) accountability, (2) transparency, (3) predictability,
dan (4) participation.
Jelas bahwa jumlah komponen atau pun prinsip yang melandasi tata pemerintahan yang
baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar ke pakar lainnya.
Namun paling tidak ada sejumlah prinsip yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang
melandasi good governance, yaitu (1) Akuntabilitas, (2) Transparansi, dan (3) Partisipasi
Masyarakat.
Salah satu yang menjadi persoalan bangsa di akhir masa orde baru adalah merebaknya
kasus-kasus korupsi yang berkembang sejak awal masa rejim kekuasaannya. Salah satu yang
dapat menimbulkan dan memberi ruang gerak kegiatan korupsi adalah manajemen
pemerintahan yang tidak transparan.
3. Pemberian penghargaan
5. Kesehatan
Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dapat di katakan baik apabila sistem
pelayanannya yang baik maka produk pelayanan itu akan berjalan sesuai dengan rel yang
ada. Standar buruk atau baik tata kelola pelayanan yang baik dan bersih sangat di tentukan
pemberian layanan publik yang lebih professional dan efektif, efisien, sederhana, transparan,
tepat waktu, responsive dan adaptif, dan sekaligus dapat membangun kualitas individu dalam
arti menigkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif masa
depannya. Responsif, kemauan untuk membantu konsumen bertanggung jawab terhadap
mutu layanan yang diberikan,competen tuntutan yang dimiliki, pengetahuan dan
keterampilan yang baik oleh aparatur dalam memberikan layanan.Pelayanan publik (publik
services) merupakan salah satu perwujudan dari fungsi aparatur Negara sebagai abdi
masyarakat dan abdi Negara . Pelayanan publik oleh birokrasi publik di maksudkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi masyarakat saat ini telah
berkembang dengan sangat dinamis, tingkat kehidupan masyarakat yang semakin baik,
merupakan sebuah indikasi dari empowering yang dialami oleh masyarakat Penyebabnya
ialah pelayanan buruk yang diberikan kepada masyarakat umum. Pelayanan buruk tersebut
dikarenakan adanya peraturan yang berlebihan, minimnya transparansi, serta tingkah laku
para birokrat yang tidak mendukung untuk menciptakan hukum dan peraturan yang dapat
dipatuhi oleh sebagian besar anggota masyarakat (World Bank, 1992). Karena itu maka tak
terlalu mengejutkan jika Indonesia dikategorikan sebagai suatu pemerintahan yang buruk
(bad governance). Kesulitan reformasi birokrasi disebabkan oleh: warisan sejarah (historical
institutionalism) yang melingkupi birokrasi sejak masa kemerdekaan hingga sekarang;
kuatnya intervensi politik atas birokrasi; dan melemahnya posisi tawar birokrasi terhadap
partai politik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Good governance àdalah tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai
yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk
mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Indikator pemerintahan
yang baik adalah jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan
ekonomi rakyat meningkat dalam aspek produktifitas maupun dalam daya belinya,
kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa aman, tenang dan
bahagia serta sense of nationality yang baik.
3.2. Rekomendasi/Kebijakan
Sebagai pel atau obat terhadap penyakit pelayan yang terjadi selama ini adalah konsep
good governance, dapat di terapkan kepada petugas pelayan publik yang ada di nagari .
Dengan cara memberikan pelatihan pelayanan publik kepada petugas yang ada di negeri.
Sekali lagi kita berharap pelayan publik yang efesiean efektif dan akuntabilitas dapat di
wujudkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://sites.google.com/site/satuuntukkitasemua/pengertian-tata-pemerintahan-yang-baik
Dra.Loina Lalolo Krina P., Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi &
Partisipasi, Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Jakarta – 2003
http://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/pengertian-tata-pemerintahan-yang-baik.html
http://anthogoodwill.blogspot.com/
http://rochem.wordpress.com/2012/01/07/good-governance-tata-pemerintahan-yang-baik/