Anda di halaman 1dari 61

BAB I

UNDANG – UNDANG

No Peraturan Alasan Penggunaan


Undang-Undang No. 5 Undang-undang ini digunakan sebagai dasar
1. Tahun 1960 tentang dalam hal yang berkaitan dengan keagrariaan.
Pokok-Pokok Agraria.
Undang-Undang Republik Pembangunan industri berlandaskan demokrasi
Indonesia No. 5 Tahun ekonomi, kepercayaan pada kemampuan dan
2. 1984 tentang kekuatan diri sendiri, serta manfaat pelestarian
Perindustrian. lingkungan hidup.
Undang-Undang Republik Konservasi sumber daya alam hayati dan
Indonesia No 5 Tahun ekosistemnya berasaskan pelestarian
1990 tentang Konservasi kemampuan dan pemanfaatan sumber daya
Sumber Daya Alam Hayati alam hayati dalam ekosistemnya secara serasi
3. dan Ekosistemnya. dan seimbang.
Konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya merupakan tanggung jawab dan
kewajiban pemerintah serta masyarakat.
Undang-Undang Republik Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu
Indonesia No. 3 Tahun perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
1992 tentang Jaminan santunan dalam bentuk uang sebagai pengganti
Sosial Tenaga kerja sebagian dan penggantian penghasilan yang
4. hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, akit, hamil,
bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Undang-Undang Republik Sistem budidaya tanaman adalahsystem
Indonesia No. 12 Tahun pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya
1992 tentang Sistem nabati melalui upaya manusia yangdengan
5. Budidaya Tanaman. modal, teknologi, dan sumberdayalainnya
menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan
manusia secara baik.
Undang-Undang Republik Penyelenggaraan kehutanan bertujuan untuk
Indonesia No. 41 Tahun sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat yang
1999 tentang Kehutanan. berkeadilan dan berkelanjutan, dengan menjamin
keberadaan hutan dengan luasanyang cukup dan
proporsional.
6. Mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang
meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung, dan
fungsi produksi untuk manfaat lingkungan, sosial,
budaya, serta ekonomi yang seimbang dan
lestari.
Undang-Undang Republik Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk
Indonesia No. 7 Tahun mencegah, menanggulangi, dan memulihkan
2004 tentang Sumberdaya kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan
Air. oleh daya rusak air.
7. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh,
terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup
dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Undang-Undang Republik Setiap pelaku usaha perkebunan wajib
8. Indonesia Nomor 18 memelihara kelestarian fungsi lingkungan dan
Tahun 2004 tentang mencegah kerusakannya. Mencegah kerusakan

I-3
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

No Peraturan Alasan Penggunaan


Perkebunan. fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), sebelum memperoleh izin usaha
perkebunan perusahaan perkebunan wajib:
membuat analisis mengenai dampak lingkungan
hidup atau upaya pengelolaan lingkungan hidup
dan upaya pemantauan lingkungan.
Undang-Undang Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman
9. Nomor 31 Tahun 2004 dalam menentukan dampak perkebunan kelapa
tentang Perikanan. sawit terhadap perikanan.
Undang-Undang Republik Urusan wajib yang menjadi kewenangan
Indonesia No. 32 Tahun pemerintah daerah provinsi merupakan urusan
2004 tentang dalam skala provinsi meliputi : perencanaan dan
Pemerintahan Daerah. pengendalian pembangunan; perencanaan,
pemanfaatan dan pengawasan
tataruang; penyelengaraan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan
prasarna umum; penanganan bidang kesehatan;
penyelenggaraan pendidikan dan alokasi
10. sumberdaya manusia potensial; penanggulangan
masalah sosiallintas kabupaten/kota; pelayanan
bidang ketenaga kerjaan lintas kabupaten/kota;
fasilitas pengembangan koperasi
usaha kecil dan menengah termasuk lintas
kabupaten/kota; pengendalian lingkungan
hidup; pelayanan pertanahan termasuk lintas
kabupaten/kota; pelayanan kependudukan dan
catatan sipil.
Undang-Undang Republik Diadikan rujukan dalam pembahasan
Indonesia No. 24 Tahun pengelolaan lingkungan hidup terkait maslah
11. 2007 tentang bencanan banjir, longsor, dan lain-lain
Penanggulangan
Bencana.
Undang-Undang Republik Tujuan penyelenggaraan penanaman modal,
Indonesia No. 25 Tahun antara lain untuk: meningkatkan pertumbuhan
2007 tentang Penanaman ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja,
Modal. meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya
saing dunia usaha nasional, meningkatkan
12. kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,
mendorong pengembangan akonomi kerakyatan,
mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan
ekonomi riil dengan menggunakan dana yang
berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri dan, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Undang-Undang Republik Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan
Indonesia No. 26 Tahun untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
2007 tentang Penataan aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
13. Ruang. berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional dengan:
terwujudnya kehormonisan antara lingkungan

I-4
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

No Peraturan Alasan Penggunaan


alam dan lingkungan buatan, terwujudnya
keterpaduan dalam penggunaan sumber daya
alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia, dan
terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadaplingkungan
akibat pemanfaatan ruang.
Undang-Undang Republik Urusan wajib yang menjadi kewenangan
Indonesia Nomor 12 pemerintah daerah provinsi merupakan urusan
Tahun 2008 tentang dalam skala provinsi meliputi: perencanaan dan
Perubahan Kedua Atas pengendalian pembangunan; perencanaan,
Undang- Undang Nomor pemanfaatan dan pengawasan tataruang;
32 Tahun 2004 tentang penyelengaraan ketertiban umum dan
Pemerintahan Daerah. ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan
prasarna umum; penanganan bidang kesehatan;
14. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi
sumberdaya manusia potensial; penanggulangan
masalah sosial lintas kabupaten/kota; pelayanan
bidang ketenaga kerjaan lintas kabupaten/kota;
fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil,
dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota;
pengendalian lingkungan hidup; pelayanan
pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
pelayanan kependudukan dan catatan sipil.
Undang-Undang Republik Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman
Indonesia Nomor 18 dalam pengelolaan sampah.
15. Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah.
Undang-Undang Nomor Undang-undang ini digunakan sebagai dasar
16. 49 Tahun 2008 tentang yang berkaitan dengan pembentukan Kabupaten
Pembentukan Kabupaten Mesuji di Provinsi Lampung.
Undang-Undang Republik Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman
Indonesia Nomor 19 dalam pengelolaan bahan organik yang persisten
Tahun 2009 Tentang
Pengesahan Stockholm
17. Convention On Persistent
Organic Pollutants
(Konvensi Stockholm
tentang Bahan Pencemar
Organik Yang Persisten).
Undang-Undang Republik Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman
Indonesia Nomor 22 dalam penentuan kondisi lalu lintas di sekitar
18. Tahun 2009 tentang Lalu proyek.
Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Republik Undang-undang ini digunakan setiap rencana
Indonesia No. 32 tahun usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan
2009 tentang dapat menimbulkan dampak besar dan penting
19. Perlindungan dan terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki
Pengelolaan Lingkungan analisis dampak lingkungan hidup.
Hidup.
20. Undang-Undang Republik Undang-undang ini digunakan sebagai dasar dan

I-5
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

No Peraturan Alasan Penggunaan


Indonesia No. 36 Tahun acuan bagi perusahaan ini dalam pengelolaan
2009 tentang Kesehatan. kesehatan dari dampak kegiatan perkebunan
kelapa sawit.
Undang-Undang Republik Undang-undang ini digunakan sebagai pedoman
Indonesia No. 41 Tahun dalam pembebasan lahan pangan.
2009 tentang
21. Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan
Berkelanjutan.

B. Peraturan Pemerintah
No Peraturan Alasan Penggunaan
Peraturan Pemerintah Tujuan perlindungan hutan adalah untuk menjaga
Republik Indonesia No. 28 kelestarian hutan agar dapat memenuhi
Tahun 1985 tentang fungsinya.
Perlindungan Hutan. Untuk mencapai tujuan dilakukan segala usaha,
kegiatan, tindakan untuk mencegah dan
1. membatasi kerusakan-kerusakan hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,
serta untuk mempertahankan dan menjaga hak-
hak negara atas hutan dan hasil hutan.
Peraturan Pemerintah Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah
Republik Indonesia No 35 air termasuk sumber daya alam non hayati yang
Tahun 1991 tentang terkandung di dalamnya serta jaringan pengaliran
Sungai. air mulai dari mata air sampai muara dengan
dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan.
Pengelolaan sungai bertujuan untuk mewujudkan
2. kemanfaatan sungai yang menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sungai mempunyai fungsi serba guna bagi
manusia dan makhluk lainnya. Sungai harus
dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan
fungsi dan kemanfaatannya dan dikendalikan
daya rusak air terhadap lingkungannya.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan untuk memperhatikan
Republik Indonesia No. 44 aspek-aspek yang berkenaan dengan kegiatan
3. Tahun 1995 tentang perbenihan dalam rencana kegiatan perkebunan.
Pembenihan.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
Republik Indonesia pengawetan tumbuhan dan satwa.
Nomor 7 Tahun 1999
4. tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan Dan
Satwa.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
5. Republik Indonesia pengelolaan limbah B3.
Nomor 18 Tahun 1999
No Peraturan Alasan Penggunaan
Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
Peraturan Pemerintah Pengendalian pencemaran udara meliputi
Republik Indonesia No 41 pengendalian dari usaha dan/atau kegiatan
Tahun 1999 tentang sumber bergerak, sumber bergerak spesifik,
6. Pengendalian sumber tidak bergerak spesifik yang dilakukan
Pencemaran Udara. dengan upaya pengendalian sumber emisi
dan/atau sumber gangguan yang bertujuan untuk
mencegah turunnya mutu udara.
Peraturan Pemerintah No. Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
85 Tahun 1999 Tentang : pengelolaan limbah B3.
Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No.
7. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Peraturan Pemerintah Pengendalian kerusakan tanah adalah upaya
Republik Indonesia No. pencegahan dan penanggulangan kerusakan
150 Tahun 2000 tentang tanah serta pemulihan kondisi tanah. Peraturan
8. Pengendalian Kerusakan Pemerintah ini bertujuan untuk mengendalikan
Tanah untuk Produksi kerusakan tanah untuk produksi biomassa.
Biomassa.
Peraturan Pemerintah Dampak lingkungan hidup yang berkaitan dengan
Republik Indonesia No. 4 kebakaran hutan dan atau lahan adalah pengaruh
Tahun 2001 tentang perubahan pada lingkungan hidup yang berupa
Pengendalian Kerusakan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan
dan atau Pencemaran hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan
9. Lingkungan Hidup yang dan atau lahan.
Berkaitan dengan Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang
Kebakaran Hutan dan berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau
Lahan. lahan adalah ukuran batas perubahan sifat fisik
dan atau hayati lingkungan hidup yang dapat
ditenggang.
Peraturan Pemerintah Pengelolaan kualitas air adalah upaya
Republik Indonesia No. 82 pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air
Tahun 2001 tentang yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
Pengelolaan Kualitas Air menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi
dan Pengendalian alamiahnya.
10. Pencemaran Air. Pengendalian pencemaran air adalah upaya
pencegahan dan penanggulangan pencemaran
air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan
atau kegiatan yang berwujud cair.
Peraturan Pemerintah Penatagunaan tanah berasaskan keterpaduan,
Republik Indonesia berdayaguna dan berhasilguna, serasi, selaras,
11. Nomor. 16 Tahun 2004 seimbang, berkelanjutan, keterbukaan,
tentang Penatagunaan persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.
Tanah. Penatagunaan tanah bertujuan mengatur

I-7
No Peraturan Alasan Penggunaan
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
Republik Indonesia pembagian urusan atara Pemerintah,
Nomor 38 Tahun 2007 Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
tentang Pembagian Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Urusan Pemerintahan
12. Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan untuk melakukan kajian
Republik Indonesia No. 26 bahwa rencana kegiatan sudah sesuai dengan
13. Tahun 2008 tentang tata ruang yang ada.
Penataan Ruang Lingkup
Nasional.
Peraturan Pemerintah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Republik Indonesia No. 27 merupakan bagian studi kelayakan rencana
14. Tahun 2012 tentang Izin usaha atau kegiatan dan hasil analisisnya
Lingkungan. digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan setiap usaha dan atau kegiatan.

C. Keputusan/Instruksi Presiden
No Peraturan Alasan Penggunaan
Keputusan Presiden Peraturan ini diperlukan sebagai dasar untuk
Republik Indonesia No. 22 mengelola dampak lingkungan di kawasan
1. Tahun 1990 tentang rencana kegiatan perkebunan.
Pengendalian Dampak
Lingkungan.
Keputusan Presiden Perlindungan terhadap sepadan sungai dilakukan
Republik Indonesia No. 32 untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia
Tahun 1990 tentang yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air
Pengelolaan Kawasan sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai
Lindung. serta mengamankan aliran sungai. Sekurang-
kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar
dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang
2. berada di luar permukiman. Untuk sungai di
kawasan permukiman berupa sempadan sungai
yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan
inspeksi antara 10 – 15 meter.
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air
dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan
budidaya yang dapat merusak kulitas air dan

I-8
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

No Peraturan Alasan Penggunaan


kondisi fisik kawasan sekitarnya.
Kriteria kawasan sekitar mata air adalah
sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di
sekitar mata air.

D. Peraturan Menteri
No Peraturan Alasan Penggunaan
Peraturan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai syarat-syarat
Kesehatan No. dan pengawasan kualitas air dalam pengelolaan
416/Menkes/PER/IX/19 lingkungan hidup akibat adanya rencana kegiatan
1. 90 tentang Syarat- syarat
dan Pengawasan Kualitas
Air.
Keputusan Menteri Petani adalah seluruh petani peserta
Kehutanan dan pengembangan perkebunan pola Perusahaan Inti
Perkebunan Rakyat (PIR) atau petani yang ikut dalam
Nomor.627/Kpts- II/1998 kemitraan usaha dengan perusahaan mitra.
tentang Ketentuan Perusahaan adalah seluruh Badan Usaha yang
2. Penetapan Pembelian melakukan kemitraan dengan petani. Petani
Tandan Buah Segar menjual seluruh TBS kepada perusahaan dan
(TBS) Kelapa Sawit perusahaan membeli seluruh TBS untuk diolah
Produksi Petani. dan dipasarkan sesuai dengan perjanjian
kerjasama.
Peraturan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai syarat-syarat
Kesehatan No. dan pengawasan kualitas air dalam pengelolaan
907/Menkes/SK/VII/2002 lingkungan hidup akibat adanya rencana
3. tentang Syarat- syarat kegiatan.
dan Pengawasan Kualitas
Air.
Peraturan Menteri negara Dokumen AMDAL meliputi: Kerangka Acuan
Lingkungan Hidup No. 8 Analisis Dampak Lingkungan, Analisis Dampak
4. Tahun 2006 tentang Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan,
Pedoman Penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan, Ringkasan
AMDAL. Eksekutif.
Peraturan Menteri Izin Usaha Perkebunan adalah (IUP) adalah izin
Pertanian No. 26 Tahun tertulis dari pejabat berwenang dan wajib dimiliki
2007 tentang Pedoman oleh perusahaan yang melakukan usaha
Perizinan Usaha budidaya perkebunan dan terintegrasi dengan
Perkebunan. usaha industri pengolahan hasil perkebunan.
Jenis usaha perkebunan terdiri atas usaha
budidaya tanaman perkebunan dan usaha
industri pengolahan hasil perkebunan.
5. Usaha budidaya tanaman perkebunan yang
luasnya 25 (dua puluh lima) hektar atau lebih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan
memiliki unit pengolahan hasil perkebunan yang
kapasitas olahnya sama atau melebihi kapasitas
paling rendah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1), wajib memiliki Izin Usaha
Perkebunan (IUP).
Usaha budidaya tanaman perkebunan yang

I-9
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

No Peraturan Alasan Penggunaan


luasnya 25 (dua puluh lima) hektar atau lebih
sampai dengan luasan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 2 Peraturan ini dan tidak
memilliki unit pengolahan hasil perkebunan
sampai dengan kapasitas paling rendah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1),
wajib memiliki Izin Usaha Perkebunan untuk
Pengolahan (IUP-B).
Usaha industri pengolahan hasil perkebunan
dengan kapasitas olah sama atau melebihi
kapasitas paling rendah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1), wajib memiliki Izin Usaha
Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P).
Perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau
IUP-B, wajib membangun kebun untuk
masyarakat sekitar paling rendah seluas 20 %
(dua puluh persen) dari total luas areal kebun
yang diusahakan oleh perusahaan.
Peraturan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
Kehutanan Nomor : P. 48 mengatasi konflik antara manusia dengan satwa
/Menhut-II/2008 tentang liar.
6. Pedoman
Penanggulangan Konflik
Antara Manusia dan
Satwa Liar.
Peraturan Menteri Negara Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
Lingkungan Hidup Nomor pengelolaan limbah B3.
18 Tahun 2009 tentang
7. Tata Cara Perizinan
Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Peraturan Menteri Negara Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
Lingkungan Hidup Nomor perizinan dan pengawasan terhadap pengelolaan
30 Tahun 2009 tentang limbah B3.
Tata Laksana Perizinan
dan Pengawasan
Pengelolaan Limbah
8. Bahan Berbahaya dan
Beracun Serta
Pengawasan Pemulihan
Akibat Pencemaran
Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun oleh
Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Negara Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
LH Nomor 1 Tahun 2010 melaksanakan pengendalian pencemaran air.
9. tentang Tata Laksana
Pengendalian
Pencemaran Air.

I-10
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

E. Keputusan Menteri
No Peraturan Alasan Penggunaan
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai standar mutu
Negara Kependudukan lingkungan untuk udara ambien di lingkungan
dan Lingkungan Hidup pemukiman dan perkebunan.
No. 02/MENKLH/ 1988
tentang Pedoman
1. Penetapan Baku Mutu
Lingkungan untuk Udara
Ambien di Lingkungan
Pemukiman dan
Perkebunan.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar untuk
Kehutanan dan mengetahui jenis satwa yang perlu dilindungi.
2. Perkebunan No.
301/Kpts-II/1991 tentang
Satwa yang Dilindungi.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai baku mutu
Negara Lingkungan Hidup lingkungan.
No. 12/ MENLH/ X/95
3. tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu
Lingkungan.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai standar mutu
Negara Lingkungan Hidup lingkungan untuk emisi sumber tidak bergerak.
4. No. 13/MENLH/ III/1995
tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam
Kehutanan No. usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran
260/KPTS-II/1995 tentang hutan di sekitar kawasan rencana kegiatan.
5. Petunjuk Usaha
Pencegahan dan
Pemadaman Kebakaran
Hutan.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar hukum
Kehutanan dan pelaksanaan studi AMDAL.
Perkebunan No 602/Kpts-
II/1998 Jo No. 622/Kpts-
6. II/1999 tentang AMDAL,
UKL dan UPL
Pembangunan Kehutanan
dan Perkebunan.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam
Pertanain No. KB.310/452 pedoman pengelolahan limbah industri kelapa
Tahun 1995 tentang sawit.
7. Standarisasi
Pengolahan Limbah
Pabrik Kelapa Sawit.
Keputusan Menteri Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
8. Negara Lingkungan Hidup dilengkapi dengan AMDAL (Ketetapan Pertama)
No 48 Tahun 2001 Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK)

I-11
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

No Peraturan Alasan Penggunaan


tentang Jenis Rencana merupakan salah satu jenis kegiatan
Usaha dan/ atau Kegiatan pembangunan kehutanan dn perkebunan yang
yang Wajib Dilengkapi wajib AMDAL
dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
Hidup.
Keputusan Menteri Peraturan ini terkait dengan Land Application
Lingkungan Hidup Nomor Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Air
28 Tahun 2003 Pedoman Limbah Dari Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di
Teknis Pengkajian Perkebunan Kelapa Sawit
10. Pemanfaatan Air Limbah
Dari Industri Minyak Sawit
Pada Tanah Di
Perkebunan Kelapa Sawit
Keputusan Menteri Peraturan ini terkait dengan Tentang Pedoman
Negara Lingkungan Hidup Syarat dan Tata Cara Perijinan Pemanfaatan Air
Nomor 29 Tahun 2003 Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di
Tentang Pedoman Syarat Perkebunana Kelapa Sawit
dan Tata Cara Perijinan
11. Pemanfaatan Air Limbah
Industri Minyak Sawit
Pada Tanah Di
Perkebunana Kelapa
Sawit
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam
Pertanian Nomor proses pengurusan perijinan usaha perkebunan.
26/KPTS/HK.350/5/2007,
9. tentang Pedoman
Perijinan Usaha
Perkebunan.

F. Keputusan Direktur Jenderal


No Peraturan Alasan Penggunaan
Keputusan Direktur Peraturan ini diperlukan sebagai dasar teknis
Jenderal Perkebunan pembukaan lahan tanpa pembakaran bagi
No. 38/KB.110/SK/ usaha perkebunan.
DJ.BUN/05/95 tentang
1. Petunjuk Teknis
Pembukaan Lahan
Tanpa Pembakaran
untuk Perkebunan.
G. Keputusan Kepala Bapedal
No Peraturan Alasan Penggunaan
Keputusan Kepala Badan Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dasar
Pengendalian Dampak dalam penentuan dampak penting berdasarkan 7
Lingkungan No. Kep-056 (tujuh) kriteria dampak penting.
1. Tahun 1994 tentang
Pedoman Ukuran Dampak
Penting.

I-12
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

No Peraturan Alasan Penggunaan


Keputusan Kepala Badan Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman teknis
Pengendalian Dampak kajian aspek sosial dalam penyusunan AMDAL.
Lingkungan No. Kep-
2. 299/11/1996 tentang
Pedoman Teknis Kajian
Aspek Sosial dalam
Penyusunan AMDAL.
Keputusan Kepala Badan Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
Pengendalian Dampak kajian aspek kesehatan masyarakat dalam
Lingkungan No. Kep- penyusunan AMDAL.
124/12/1997 tentang
3. Panduan Kajian Aspek
Kesehatan Masyarakat
dalam Penyusunan
AMDAL.
Keputusan Kepala Badan Peraturan ini digunakan untuk menjamin adanya
Pengendalian Dampak informasi suatu rencana kegiatan terhadap
Lingkungan No 8 Tahun masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.
4. 2000 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan
Keterbukaan Informasi
dalam Proses AMDAL.
H. Perda, Surat Keputusan serta Instruksi Gubernur
No Peraturan Alasan Penggunaan
Keputusan Gubernur Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam
Kepala Daerah Tingkat I pengelolaan dan pemantauan air sungai di
Lampung Nomor sekitar dan dalam arael kegiatan perkebunan
1. G/625/B.VII/HK/1995 PT. PA.
tentang Peruntukan Air
Sungai di Provinsi
Lampung.
Keputusan Gubernur Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam
Lampung Nomor 24 pengambilan dan pengujian kualitas air
Tahun 2004 tentang permukaan.
2. Metode Pengambilan
dan Metode Pengujian
Kualitas Air Permukaan.
Peraturan Gubernur Peraturan ini diperlukan sebagai dasar
Lampung Nomor 7 menentukan baku mutu lingkungan
Tahun 2010 tentang
3. Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan/atau
Kegiatan di Provinsi
Lampung
Perda Provinsi Lampung Perda ini diperlukan sebagai acuan dalam
Nomor 11 tahun 2012 pengelolaan kualitas air dan pengendalian
4. tentang pengelolaan kualitas air.
kualitas air dan
pengendalian kualitas air
BAB II
RENCANA KEGIATAN

2.1. TAHAP PRA KONSTRUKSI

a. Perijinan

Untuk pembangunan dan operasional usaha perkebunan kelapa sawit dan pabrik
minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA, aspek perizinan (legalitas) sangat penting
dalam rangka kelangsungan dan kelancaran usaha, oleh karena itu menjadi
kewajiban PT. PRIMA ALUMGA untuk melengkapinya dan akan dilakukan
secara bertahap sesuai perkembangan dari tahapan kegiatan perkebunan kelapa
sawit ini. Dalam proses penyusunan dokumen AMDAL, izin yang dijadikan
dasar adalah Izin Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit dari Bupati Mesuji Nomor :
B/11/I.02/HK/MSJ/2010 seluas 10.252,43 ha.

b. Sosialisasi/Konsultasi Publik

Konsultasi Publik kepada masyarakat kampung sekitar telah dilakukan pada hari
Sabtu tanggal 15 Desember 2012 bertempat di Hotel Grande Bandar Lampung
Provinsi Lampung, yang dihadiri oleh perwakilan dari masyarakat sekitar, dalam
rangka untuk memberikan penjelasan secara langsung dan transparan tentang
latar belakang dilakukan dari rencana usaha dan/atau kegiatan, jenis-jenis dan
tahap kegiatan, rencana teknis kegiatan, tujuan dan manfaat kegiatan, potensi-
potensi dampak lingkungan hidup (positif dan negatif), serta bagaimana
pengelolaan dan pemantauan dampaknya dalam rangka untuk meminimalkan
dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif.

c. Pembebasan Lahan

Luas areal yang dicadangkan untuk perkebunan kelapa sawit PT. PRIMA
ALUMGA adalah 10.252,43 ha. Bilamana dalam areal tersebut terdapat areal
perladangan yang biasa dikelola dan/atau milik secara legal maupun adat oleh
masyarakat sekitar, maka PT. PRIMA ALUMGA secara aktif akan melakukan
pendekatan dan berkomunikasi (musayawarah untuk mufakat) dengan
masyarakat sekitar dalam menetapkan/kesepakatan model penyelesaian
permasalahan lahan. Model penyelesaian yang lazim ditempuh antara lain adalah
dengan pembebasan lahan dan tanam tumbuh atau dengan melibatkan sebagai
kebun plasma. Ini penting dilakukan untuk menghindari terjadinya keresahan
sosial dan menghindari potensi konflik di tengah masyarakat. Dalam
pelaksanaanya nanti, atas permasalahan pembebasan lahan dan tanam tumbuh,
pihak PT. PRIMA ALUMGA akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan
tokoh masyarakat (adat) mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai
kampung memperhatikan kearifan lokal masyarakat setempat.

.
2.2 TAHAP KONSTRUKSI
a. Mobilisasi Alat Berat, Material dan Tenaga Kerja
Didalam menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit
PT. PRIMA ALUMGA diperlukan alat-alat berat, material dan tenaga kerja.
Rencana penggunaan alat berat dan kendaraan operasional disajikan pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Rencana Alat Berat dan Kendaraan Operasional Yang Akan
Digunakan
No. Jenis Alat Type Jumlah (Unit)
1. Dozer 200 HP 3
2. Grader 130 HP 2
3. Excavator 118 HP 1
4. Loader 170 HP 1
5. Compactor 223 HP 1
6. Chainsaw - 14
7. Trailer - 2
8. Wheel Tractor - 4
9. Mitsubitshi Estrada 4
10. Sepeda Motor Honda 10
11. Dump Track - 10
12. Truck Stone - 6
13. Mini Bus - 2
14. Kendaraan PMK - 1
15. Truck - 8
Jumlah 69
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

Kegiatan pengangkutan alat berat direncanakan akan menggunakan jalan lintas


kabupaten atau transportasi akan melalui jalan kabupaten (kecamatan/desa).
Agar menjadi telaahan serta dikaji lebih konfrensif, mengingat dampak
kerusakan jalan akibat mobilisasi peralatan dan material menjadi tanggung
jawab pemrakarsa.

b. Pembukaan Lahan
Penyiapan lahan tanam dilakukan secara bertahap menyesuaikan jadwal
penanaman kelapa sawit. Penyiapan areal penanaman kelapa sawit meliputi
pekerjaan pembersihan lahan (land clearing) dari vegetasi penutup, pembuatan
terasiring dan penanaman tanaman penutup tanah (Land Cover Crop).

II-8
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Kegiatan-kegiatan tersebut direncanakan akan dilaksanakan selama 3 tahun


dengan luas areal efektif 7.537 ha (inti) dan 1.884 ha (plasma). Rencana luas
areal tanam yang akan dipersiapkan untuk penanaman kelapa sawit per
tahunnya disajikan pada Tabel 2.4. berikut.

Tabel 2.4. Rencana Luas Areal Tanam per Tahun

No. Tahun Tanam Luas (Ha)


A. Inti
2013-2014 2512.4
1. 2014-2015 2512.4
2. 2015-2016 2512.4
Total Inti 7.537
B. Plasma
2013-2014 628.1
1. 2014-2015 628.1
2. 2015-2016 628.1
Total Plasma 1.884
Total luas efektif 9.422
Sumber : PT. Prima Alumga, 2012

Pelaksanan pembersihan lahan (Land Clearing) mengacu Keputusan Direktorat


Jenderal Perkebunan Nomor : 38/KB.110/SKI/DJ.BUN/05.95 tentang Petunjuk
Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran.
Tahapan dalam kegiatan pembersihan lahan yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
 Pekerjaan Mengimas
Kegiatan menebas dan menebang pohon yang berdiameter < 10 cm.
Pekerjaan ini dilaksanakan secara manual dan dibuat sedemikian rupa
sehingga imasan tandas ke permukaan tanah.
 Pekerjaan Menebang dan Menumbang
Kegiatan menebang dan menumbangkan pohon yang memiliki diameter >
10 cm yang dilaksanakan secara manual dengan menggunakan kapak dan
atau gergaji rantai (chainsaw) yang akan dibantu tractor dan bulldozer untuk
menumbangkan pohon. Penumbangan dimulai dari pinggir ke tengah
berbentuk spiral dan pohon ditumbang ke arah luar agar tidak menghalangi
jalannya tractor dan bulldozer, sedangkan memotong batang meliputi
pekerjaan memotong batang-batang yang sudah tumbang, memotong
tunggul dan membongkarnya.
 Pekerjaan Merumpuk
Kegiatan memotong batang pohon yang telah ditumbang menjadi 2 – 4 m
panjangnya. Setelah pekerjaan cincang batang selesai maka batang dan
ranting bekas tumpukan dikumpulkan (dirumpuk) dalam bentuk barisan
arah utara – selatan dengan menggunakan alat berat berupa excavator
atau bulldozer. Barisan rumpukan diatur sedemikian rupa, sehingga barisan
rumpukan batang berada dalam barisan/gawangan mati pada saat
dilakukan penanaman kelapa sawit. Diantara barisan rumpukan tersebut
terdapat dua baris tanaman, sehingga tidak mengganggu aktivitas
penanaman maupun perawatan.

II -
9
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Setelah kegiatan penyiapan areal tanaman selesai, selanjutnya dilakukan


penanaman Land Cover Crop (LCC) dan penentuan titik tanam. Kegiatan
penanaman LCC dilaksanakan pada 3 – 4 bulan sebelum penanaman kelapa
sawit. Penanaman LCC tersebut bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma,
mengurangi erosi tanah, menjaga kelembaban dan penambahan bahan
organik.
Rencana jenis LCC yang akan ditanam yaitu Calopogonium caeruleum (CC),
Peuraria phaseolodies (PP), Peuraria javanica (PJ), Calopogonium muconoides
(CM), Centrocema pubescens (CP) dan Mucuna cochinchinnensis (MC).
Penentuan titik tanam dilakukan dengan cara pemancangan. Jarak antar
pancang merupakan jarak tanam yang menentukan jumlah populasi tanaman
per hektar. Dalam hal ini rencana jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (segitiga sama
sisi/pancang mata lima), sehingga jumlah populasi tanaman 138 pohon/ha.
Kemudian dilanjutkan pembuatan lubang tanam pada titik pancang tersebut.
Lubang tanam yang dibuat berukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 60 cm
dan pada lubang tanam tersebut diberikan pupuk TSP sebanyak 0,5 kg/lubang.
Dalam kegiatan ini diperlukan tenaga kerja manual yang cukup banyak, seperti
disajikan pada Tabel 2.5. berikut.

Tabel 2.5. Komposisi Tenaga Kerja yang Akan Digunakan Dalam


Pembukaan Lahan/Penyiapan Areal Tanam
No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/Ha)
1. Mandor 4
2. Survey 6
3. Babat – imas (manusia) 20
4. Tebang pohon (chainsaw) 16
5. Mencincang / merumpuk 18
6. Pembersihan tempat tanam 8
7. Membuat terasiring 24
8. Menanam kacangan (tugal) 10
9. Pemeliharaan LCC 20
10. Memupuk LCC 8
11. Mengukur 6
12. Membuat pancang 8
13. Memancang 4
14. Melubang 8
15. Memupuk lubang tanam Lain-lain 4
Jumlah 164
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

c. Pembangunan Fasilitas Perusahaan dan Umum


Sarana prasarana penunjang yang akan dibangun seperti jalan, parit/drainase,
emplasemen, sarana air bersih, serta sarana dan prasarana pendukung
lainnya.
Pembuatan Jaringan Jalan Kebun
Jaringan jalan kebun ada 3 macam yakni jalan utama (main road), jalan
pengumpul/koleksi (collection road) dan jalan panen (harvesting road).

II-10
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

⇒ Jalan Utama (Main Road)


Jalan utama ini dirancang untuk dapat dilalui kendaraan baik pada musim
kering maupun musim hujan. Kebutuhan jalan utama adalah 10 meter / ha
dengan lebar badan jalan 7 m dengan shoulder selebar 1 m di kiri dan
kanan badan jalan. Badan jalan diperkeras dengan laterit dan bekas galian
di kiri dan kanan jalan selebar 1 m selanjutnya akan berfungsi sebagai
saluran drainase.
⇒ Jalan koleksi (collection road)
Jalan ini direncanakan sepanjang 25 meter / ha dengan lebar badan jalan 5
m dengan shoulder selebar 1 m di kiri dan kanan badan jalan. Badan jalan
diperkeras dengan laterit dan bekas galian di kiri dan kanan jalan selebar 1
m selanjutnya akan berfungsi sebagai saluran drainase.
⇒ Jalan panen (harvesting road)
Merupakan jalan bagi tenaga kerja dalam mengangkut buah dari pohon ke
TPH dan juga sebagai jalan bagi tenaga kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan penanaman dan perawatan tanaman. Panjang jalan panen
adalah 55 meter/ha dengan lebar 1 – 2 meter searah baris tanaman (utara –
selatan) dengan satu pada setiap gawangan.
Rencana kebutuhan tenaga kerja pada tahap pembersihan lahan rencana
badan jalan kebun diuraikan secara rinci pada Tabel 2.6. berikut.

Tabel 2.6. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Fasilitas Penunjang


No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/ha)
1. Mandor 4
2. Survei 6
3. Babat – imas (manusia) 18
4. Tebang pohon (chain saw) 18
5. Mencincang / merumpuk 18
6. Pembersihan bakal jalan 12
7. Lain-lain 3
Jumlah 79
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

Pembangunan Emplacement Kebun


 Bangunan perkantoran, perumahan dan sarana penunjang
Pembangunan sarana perkantoran, perumahan dan saran penunjang
lainnya, direncanakan seperti pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Rencana Bangunan Emplacement Kebun PT. PRIMA ALUMGA

Tahun No. Jenis Bangunan Luas (Ha)


1. Kantor estate I (utama) 0.06
2. Gudang material 0.004
3. Gudang pupuk 0.002
2013
4. Poliklinik 0.007
5. Pos Keamanan 0.001
6. Bengkel kendaraan 0.007

II-11
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Tahun No. Jenis Bangunan Luas (Ha)


7. Guest house 0.02
8. Mess Administratur 0.004
9. Mess Manager Kantor 0.003
10. Mess Asisten Kepala 0.005
11. Mess Ka. Tata Usaha 0.005
12. Mess Ka. Keuangan 0.003
13. Mess Ka. Fasilitas & Penyimpanan 0.005
14. Mess Ka. Sipil & Perawatan 0.005
15. Mess Assisten Afdeling 0.08
16. Mess Mandor 0.030
17. Mess Karyawan Tetap 0.020
18. Barak Sementara 0.14
19. Ruang Genset 0.005
1. Kantor Estate 0.04
2. Garasi 0.006
3. Balai Karyawan 0.0012
4. Sarana Olahraga 0.0060
2014 5. Mess Asisten Kepala 0.005
6. Mess Assisten Afdeling 0.010
7. Mess Mandor 0.030
8. Mess Karyawan Tetap 0.030
9. Barak Sementara 0.25
1. Kantor Estate 0.03
2. Garasi 0.008
3. Balai Karyawan 0.010
4. Sarana Olahraga 0.0055
2015 5. Mess Asisten Kepala 0.005
6. Mess Assisten Afdeling 0.010
7. Mess Mandor 0.030
8. Mess Karyawan Tetap 0.030
9. Barak Sementara 0.18
Jumlah 0,0927
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

 Sarana Listrik
Untuk menunjang operasional perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak
sawit PT. PRIMA ALUMGA, suplai listrik akan digunakan mesin genset.
Mesin genset akan ditempatkan pada bangunan berukuran 6 m x 12 m.
Rencana kapasitas genset 250 kVA sebanyak 3 unit, masing-masing 1 unit
untuk melayani 1 afdeling.

II-12
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

10,00

PIPA DIAMETER 8 m

2,50

GENSET

PENYANGGA

0,00

Gambar 2.1. Desain Cerobong dan Ruang Genset

 Sarana Air Bersih


Kebutuhan air bersih utuk domestik (perumahan karyawan dan lain-lain)
diperkirakan sebanyak 40 m3/hari. Sedangkan kebutuhan air untuk
keperluan pabrik diperkirakan sebanyak 1,5 m3 per ton TBS yang diolah,
sehingga dengan kapasitas 45 ton TBS/jam, maka kebutuhan air untuk
pabrik mencapai 67,5 m3/jam.
Kebutuhan air tersebut, rencana akan disuplai dari sungai Sidang. Apabila
terjadi musim kemarau yang menyebabkan air sungai tidak mampu
memenuhi kebutuhan air untuk domestik maka akan dibuat sumur bor pada
emplacement yang selanjutnya akan dipompa ke instalasi pengolahan air
(water treatment) dan akan didistribusikan untuk keperluan domestik dan
perkekbunan.

Kapur/tawas

Air Baku Pengadukan Bak Pengendap

Air bersih Filtrasi

Gambar 2.2a. Diagram Proses Pengolahan Air Bersih

Untuk mengatur tingkat keasaman air dilakukan dengan cara pemberian


kapur dan/atau tawas, selanjutnya untuk membantu percepatan proses
reaksi dilakukan pengadukan kemudian pada bak pengendap air didiamkan
agar gumpalan kotoran dapat mengendap. Pada bak filtrasi/penyaring

II-13
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

digunakan media pasir, kerikil, arang dan ijuk. Proses filtrasi ini bertujuan
mendapatkan kualitas air yang lebih jernih selanjutnya ditampung pada bak
penampung air bersih yang akan didistribusikan melalui pipa-pipa penyalur.
Untuk memenuhi kebutuhan air minum, akan bekerjasama dengan depot
pengisian air minum yang akan menyuplai untuk kegiatan operasional
karyawan.

 Sarana Bahan bakar Minyak dan Pelumas


Jenis bahan bakar yang banyak digunakan adalah solar. Rencana
kebutuhan bahan bakar minyak dan pelumas untuk PT. PRIMA ALUMGA
disajikan pada Tabel 2.8. berikut.

Tabel 2.8. Rencana Alat, Jumlah Kebutuhan Bahan Bakar dan Jumlah Kebutuhan
Minyak Pelumas
Kebutuhan Bahan Kebutuhan Minyak
Jumlah Bakar Minyak Pelumas
No Jenis Alat Tipe (Unit) Liter/ Liter/ Liter/ Liter/ Liter/ Liter/
jam hari* Bulan** jam hari* Bulan**
A. Alat-alat berat
1. Dozer 200 HP 3 26,70 560,7 43734,6 0,55 11,55 900,9
2. Grader 130 HP 2 15,80 221,2 11502,4 0,37 5,18 269,36
3. Excavator 118 HP 1 26,70 186,9 4859,4 0,55 3,85 100,1
4. Loader 170 HP 1 21,10 147,7 3840,2 0,32 2,24 58,24
5. Compactor 223 HP 1 9,18 64,26 1670,76 0,29 2,03 52,78
6. Chainsaw - 14 2 140 36400 26,9 6994
7. Trailer - 2 10,00 140 7280 0,3 4,2 218,4
8. Wheel Tractor - 4 6,00 168 17472 0,24 6,72 698,88
B. Kendaraan Kebun
1. Mitsubitshi - 4 6,00 126 9828 0,1 2,1 163,8
Estrada
2. Sepeda Motor - 10 3,00 168 34944 0,05 2,8 582,4
3. Dump Truck 284 HP 10 14,50 1015 263900 0,24 16,8 4368
4. Truck Stone - 6 6,00 252 39312 0,24 10,08 1572,48
5. Minibus - 2 6,00 84 4368 0,22 3,08 160,16
C. Alat / Kendaraan PMK
1. Kendaraan PMK - 1 6 42 1092 0,23 1,61 41,86
2. Truck - 8 6 252 39312 0,24 10,08 1572,48
164,9 3567,7 519515,
TOTAL 3,94 109,22 17753,84
8 6 4
Sumber : PT.Prima Alumga, 2011
* **
Keterangan : = 7 jam per hari = 26 hari kerja per bulan

Dalam operasional perkebunan kelapa sawit ini pelumas digunakan untuk


pemeliharaan peralatan mesin operasional. Untuk penanganan tumpahan
atau ceceran oli, maka PT. PRIMA ALUMGA akan mengikuti Standar
Operational Procedur (SOP) sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal
nomor 255/Bapedal/09/1996. Mengingat oli bekas masih memiliki nilai jual,
maka setelah oli bekas tersebut dikumpulkan, kemudian diangkut ke
perusahaan pengumpul oli bekas yang izinnya dikeluarkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup atas rekomendasi Pemerintah Kabupaten
Mesuji. Jika dilakukan penyimpanan sementara limbah B3, maka harus
sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-01/Bapedal/09/1995

II-14
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan


limbah bahan berbahaya dan beracun, dan Permen LH No. 30 tahun 2009
tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun serta pengawasan pemulihan akibat
pencemaran limbah B3 oleh Pemerintah Daerah.
Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan ini antara lain Oli Bekas, accu
bekas, kemasan bekas dari oli dan pestisida. Penyimpanan limbah B3
dilakukan sebelum limbah B3 tersebut diolah/diserahkan pada pihak ketiga
dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk
mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya
terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan
pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3 harus
terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman karakteristik limbah B3,
maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang tepat
sehingga dapat disimpan dengan aman. Design Tempat Penampungan
Sementara Limbah B3/Oli Bekas Gambar 2.2b. berikut.

TAMPAK DEPAN TAMPAK SAMPING

Atap seng
Atap seng Ventilasi
kawat harmonika
1" x 1"

7m

3,5 m
Dinding pasangan pintu Dinding pasangan
batu bata 1,2 m x 2 m 1,5 m batu bata lantai cor

8m
1,2 m 2,5 m

8,3 m
0,5 m DENAH
bak penampung
ceceran oli
0,5 m
Keterangan : 1,5 m F
G
A Drum bekas oli tidak layak pakai (kosong) tanggul penahan E
ceceran oli 4m 6m
B Drum bekas oli layak pakai (kosong) 0,2 m x 0, 2 m D 8,3 m
C Kemasan kaleng ex. Bahan Kimia H
D Kemasan plastik ex. Bahan Kimia C
E Batteray bekas pintu 6m
F Cardtridge, Majun bekas,Hyd hose , sarung tangan bekas dll. 1,2 m x 2 m
G Drum penampung oli bekas
H APAR ( Powder 2 kg ) A B

pallet
kayu 0,25 m x 0,025m x 4 m

Gambar 2.2b. Design Tempat Penampungan Sementara Limbah B3

Mengingat oli bekas masih memiliki nilai jual, maka setelah oli bekas tersebut
dikumpulkan, kemudian diangkut ke perusahaan pengumpul oli bekas yang
telah memeliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup.

II-15
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Gambar 2.3. Lay Out Area Penyimpanan BBM

d. Pembuatan Drainase
Saluran air (drainase) dimaksudkan untuk mengendalikan tata air dalam areal
perkebunan. Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi
dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam areal
perkebunan, sedangkan drainase kebalikannya.
Untuk mencegah timbulnnya kerancuan dalam tatanama sistem drainase,
berikut dijelaskan tipe dan ukuran saluran.
a) Drainase lapangan (field drains; secara salah kaprah disebut parit tersier)
 Berfungsi menyekap air yang ada dan/atau mengalirkannya di
permukaan tanah
 Dalam keadaan tertentu berfungsi menurunkan permukaan air tanah
 Merupakan parit buatan
b) Drainase pengumpul (collection drains; secara salah kaprah disebut parit
sekunder)
 Berfungsi mengumpulkan air dari suatu areal tertentu dan
mengalirkannya ke pembuangan
 Merupakan buatan manusia dan dapat berbentuk saluran (parit), kolam,
waduk dan lainnya
 Dapat juga berupa teras bersambung dan benteng, dimana bentuk
pengumpulannya berdiri sendiri dan pembuangannya melalui
peresapan tanah
c) Drainase pembuangan (outlet drains; secara salah kaprah disebut parit
primer)
 Berfungsi mengeluarkan air dari suatu areal tertentu
 Umumnya memanfaatkan kondisi alam yang ada, seperti sungai,
jurang, dan lainnya
 Jika tidak dapat memanfaatkan kondisi alam, juga dapat berupa saluran
buatan (kanal), sistem pompa, dan lain-lain
Dimensi saluran drainase yang direncanakan akan dibuat seperti diuraikan
pada Tabel 2.9

II-16
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Tabel 2.9. Tipe dan Ukuran saluran air


Lebar Atas Lebar Bawah Kedalaman
Tipe drainase (m) (m) (m)
Lapangan 1,0 0,3 0 – 1,10
Pengumpul 2,0 – 2,5 0,5 1,25 – 1,75
Pembuangan 3,0 – 3,5 1,0 2,0 – 2,5
Sumber : Pahan, 2006

e. Konservasi Tanah dan Air


Model kegiatan konservasi tanah dan air yang akan dilakukan adalah :
 Konservasi Tanah Secara Biologi
Pengawetan tanah secara biologi yang umum dilakukan adalah dengan
menanam tanaman penutup tanah (TPT : legume cover crop = LCC),
segera setelah pembukaan lahan dan sebelum penanaman kelapa sawit.
Tujuan dari penanaman LCC ini untuk menekan pertumbuhan gulma,
mengurangi erosi tanah, menjaga kelembaban, dan penambah bahan
organik. Tanaman penutup tanah di tanam pada areal yang sudah di land
clearing diantara jalur penimbunan (perumpukan) kayu.
Jenis tanaman penutup tanah yang ditanam adalah Pueraria javanica (PJ),
Centrocema pubescens (CP) dan Calopogonium muconoides (CM).
Perbandingan jumlah benih antara ketiga jenis kacangan tersebut di atas
adalah 1 : 4 : 5, dan jumlah totalnya berkisar antara 12 – 16 Kg.

f. Penataan Blok Kebun


Kegiatan penataan blok kebun dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan
kegiatan perkebunan serta untuk megefektifkan pengelolaannya. Penataan blok
kebun ini disesuaikan dengan kondisi topografi dan efisiensi pengelolaan areal.
Luas afdeling yang yang direncanakan untuk lahan datar hingga landai adalah
berkisar 500 ha, dalam afdeling ini ditata blok-blok dengan luas 25 ha (500 x
500 m). Sedangkan luas blok untuk lahan dengan topografi bergelombang atau
berbukit adalah 16 ha (400 x 400 m). Pembagian blok kebun ini penting
dilakukan sebagai satuan luas administrasi dan semua pekerjaan akan
diperhitungkan dalam satuan blok demi blok.

II-17
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

g. Pengadaan Bibit
Varietas yang digunakan adalah Varietas Tenera yang didatangkan dari PT.
London Sumantara dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Lokasi
pembibitan dilakukan pada areal yang datar dan dekat sumber air dengan Luas
10 ha. Tahap pembibitan adalah kegiatan pembersihan lahan, pembuatan
saluran drainase, pembuatan jalan pengawasan, pembuatan naungan dan
pembuatan bedengan.
Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan penyiapan lahan pada tahap
pembibitan diuraikan pada Tabel 2.10. berikut.
Tabel 2.10. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Penyiapan Lahan pada
Lokasi Pembibitan

No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/ha)


1. Mandor 2
2. Survey 2
3. Babat – imas (manusia) 8
4. Tebang pohon (chainsaw) 6
5. Mencincang/merumpuk 8
6. Pembersihan tempat bibit 6
7. Membuat parit 6
8. Membuat terasiring 6
9. Membuat bedeng dan naungan 8
10. Membuat jalan pengawasan 8
Jumlah 60
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

Kegiatan pembibitan akan dilakukan dengan dua tahap, yaitu :


 Tahap Persemaian (Pre Nursery)
Kecambah yang ditanam adalah kecambah yang telah sempurna
diferensiasi plumula dan ratikulanya yang dicirikan dengan dimana pucuk
dan akar dapat dibedakan dengan jelas. Penanaman kecambah dilakukan
dalam lubang yang dibuat dengan jari, tepat di tengah polybag. Setelah itu,
kecambah ditutup dengan tanah setebal 1 – 1,5 cm.
Bibit yang telah ditanam dilakukan perawatan selama 2 – 3 bulan dengan
pekerjaan penyiraman, penyiangan gulma dalam polybag, pemupukan,
seleksi semai. Jenis dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap
persemaian diuraikan pada Tabel 2.11. berikut.
Tabel 2.11. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Persemaian
No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/ha)
1. Mandor 4
2. Mengumpulkan top soil 16
3. Mengisi polybag 40
4. Menyusun polybag 6
5. Menanam 20
6. Menyeleksi 5
7. Penyiangan polybag 4
8. Menyiram 6

II-19
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/ha)


9. Pengendalian Hama Termadu 3
10. Konsolidasi 3
11. Pemupukan 18
12. Penjagaan 4
13. Lain-lain 5
Sumber : PT. Prima Alumga,2011

 Tahap Pembibitan (Main Nursery)


Pembibitan merupakan kelanjutan dari persemaian yaitu tempat
membesarkan bibit yang telah diseleksi dan dipindahkan dalam polybag.
Pemeliharaan pembibitan yang baik akan meningkatkan vigor bibit yang
nantinya akan berdampak pada peningkatan produksi pada tahun pertama
menghasilkan. Pemeliharaan pembibitan dilakukan 9-12 bulan dengan
pekerjaan : alih-tanam (transplanting) pada umur 3 – 4 bulan, penyiraman,
pemupukan, pengendalian gulma, hama dan penyakit serta seleksi bibit.
Dalam tahap pembibitan ini tenaga kerja manual yang diperlukan cukup
banyak. Tenaga kerja yang diperlukan pada kegiatan pembibitan tersebut
diuraikan pada Tabel 2.12. berikut.
Tabel 2.12. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Pembibitan
No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/ha)
1. Mandor 8
2. Mengumpulkan top soil 22
3. Mengayak top soil 18
4. Mengisi polybag 80
5. Membuat pancang 8
6. Memancang 8
7. Angkut bibit 16
8. Menyusun polybag 32
9. Menanam 80
10. Menyeleksi 20
11. Penyiangan polybag 20
12. Mengganti polybag robek 12
13. Pengendalian HPT 8
14. Konsolidasi 8
15. Pemeriksaan bibit 8
16. Pemupukan 8
17. Kutip ulat 8
18. Penambahan tanah di polybag 8
19. Pemeliharaan drainase 8
20. Penjagaan 24
21. Lain-lain 12
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

Rencana jumlah penyediaan bibit tanaman kelapa sawit setiap tahun


ditampilkan pada Tabel 2.13. sebagai berikut:

II-20
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Tabel 2.13. Jumlah Penyediaan Bibit Tanaman Kelapa Sawit PT. PRIMA
ALUMGA Setiap Tahun
Luas Kebutuhan Bibit Tanam Kebutuhan
Tahun Tanaman Tanaman Sisipan Jumlah Kecambah
Tanam Ha (Batang) (Batang) (Batang)

Inti
2013 2512.4 346.711 8.668 355.379 455.058
2014 2512.4 346.711 8.668 355.379 455.058
2015 2512.4 346.711 8.668 355.379 455.058
Jumlah
7.537 1.040.134 26.003 1.066.137 1.365.175
Inti
Plasma
2013 628.1 86.678 2.167 88.845 113.765
2014 628.1 86.678 2.167 88.845 113.765
2015 628.1 86.678 2.167 88.845 113.765
Jumlah
1.884 173.356 4.334 177.689 227.529
Plasma
Sumber : PT. Prima Alumga, 2012

h. Penanaman
Dalam penanaman, digunakan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (segitiga sama
sisi/pancang mata lima), sehingga jumlah populasi tanaman 138 pohon/ha.
Pada kegiatan penanaman ini akan diprakirakan banyak tenaga kerja yang
akan terserap. Prakiraan jumlah tenaga kerja tersebut digambarkan pada Tabel
2.14. berikut.

Tabel 2.14. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Penanaman


Jumlah Jumlah Setara *)
No. Jenis Tenaga Kerja
(HOK/Ha) (HOK)
1. Mandor 1 444 – 2.000
2. Memancang 4 1.776 – 8.000
3. Lubang Tanam 6 2.664 – 12.000
4. Ecer Bibit (Suply) 2 888 – 4.000
5. Penanaman 3 1.332 – 6.000
Jumlah 16 7.104 – 32.000
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011
Ketrangan : *) Luas Tanam Per Tahun 444 Ha – 2.000 Ha

Penggunaan tenaga kerja diformulasikan dalam Hari Orang Kerja Per Hektar
(HOK/Ha) dengan maksud untuk efektif pengelolaan tenaga kerja penanaman.
Misalnya untuk Tenaga Kerja Mandor dengan Jumlah setara 444 – 2.000 HOK
(nilai tsb adalah luas areal efektif minimum dan maksimum) dapat dikelola pada
jumlah hari kerjanya dan/atau jumlah tenaga kerjanya, tergantung pada kondisi
lapangan saat itu. Bilamana dalam pelaksanaan penanaman kelapa sawit
jumlah tenaga kerja diperbanyak maka korelasinya ada pada jumlah hari kerja
yang berkurang atau sebaliknya.

II-21
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

i. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)


 Penyiangan
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman penutup tanah yang baik serta
dapat mempertahankan fungsinya maka perlu dilakukan perawatan secara
rutin dengan jalan penyiangan. Penyiangan pada dasarnya dilaksanakan
secara manual (selektif) yaitu dengan cara membongkar gulma sampai ke
akar-akarnya. Biasanya gulma ini tergolong anak kayu dan pakis. Kemudian
bentuk kegiatan penyiangan yang lain dilakukan secara kimia.
 Pengendalian Gulma
Dalam pemeliharaan tanaman belum menghasilkan diprakirakan belum
banyak tumbuh jenis-jenis gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman kelapa sawit karena keberadaan tanaman penutup tanah (LCC)
yang menekan pertumbuhan gulma. Karena prakiraan gulma belum banyak,
maka metode pengendalian yang direncanakan adalah cara mekanis. Ini
dilakukan sebagai langkah antisipasi agar persebaran gulma tidak meluas.
Adapun jenis gulma yang biasa ditemukan pada areal tanaman kelapa sawit
(TM) adalah jenis Chromolaena adorata, Nephrolepsis bisserata, Paspalum
conjugation, Melastoma malabatricum, Anggrung, Cyperus rotundus,
Calopogonium spp, Micania micrantha, Ageratum conyzoides, Inchaemum
timorensis, Solanum Nigrum, Phylanthus niruri dan Passiflora futida
(ANDAL PT. Kresna Duta Agroindo, 2006)
 Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang umum ditemukan menyerang tanaman kelapa sawit muda
adalah tikus dan landak. Untuk mengatasi hal ini, antisipasi yang dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi jalur atau kawasan-kawasan tertentu
dalam areal yang berpotensi tinggi terserang hama tikus dan landak.
Selanjutnya pada kawasan tersebut masing-masing tanaman dilindungi
dengan dinding seng setinggi 30 cm.
Jenis penyakit sering menyerang tanaman kelapa sawit muda adalah
Marasmius. Cara pengendaliannya dilakukan dengan cara sanitasi kebun.
Penyakit lain yang umumnya menyerang tanaman muda adalah penyakit
tajuk (crown disease), penyakit ini disebabkan faktor genetis, maka
penggunaan bibit harus dihindarkan dari pohon induk yang mempunyai sifat
ini. Dalam hal penggunaan pestisida, hanya dilakukan apabila populasi
serangan melebihi ambang batas ekonomi, atau dengan kata lain dalam
rangka mengendalikan hama dan penyakit dilakukan melalui konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Adapun langkah-langkah yang harus
ditempuh melalui konsep PHT, yakni melaksanakan teknologi budidaya
secara baik dan benar, penggunaan tanaman resisten.

II-22
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Tabel 2.15. Jenis dan Dosis Intektisida, Fungisida dan Herbisida yang Digunakan
Untuk Pengendalian Hama Penyakit pada TBM
No Jenis Pestisida Dosis (Ha/Tahun)
A INSEKTISIDA
1. Metamidofos 200 – 600 g
2. Permetrin 20 liter
3. Monokrotofos 600 g
B FUNGISIDA
1. Dithane M-45 70 liter
C HERBISIDA
1. Round Up 5 – 6 liter
2. Dowpon M 25 kg
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, SUMUT, 2000.

 Garuk Piringan (Circle Weeding)


Piring tanaman dibuat pada saat menjelang pemupukan pertama. Minimum
jari - jari piringan yang dibuka.
Perawatan piringan tanaman dalam radius 1,0 meter dan diperkirakan 2,0
meter sesuai dengan perkembangan umur tanaman, dilakukan dengan cara
menggaruk rumput-umput yang tumbuh dengan menggunakan alat khusus.
Rotasi pemeliharaan piringan pada tanaman belum menghasilkan adalah
berkisar 4-6 kali dalam setahun.
 Pemupukan
Pemupukan tanaman kelapa sawit di lapangan untuk memperoleh
pertumbuhan tanaman maksimum. Adapun dosis pemupukan tanaman
kelapa sawit menurut umur, untuk areal rencana proyek disajikan dalam
Tabel 2.16. berikut ini.

Tabel 2.16. Dosis Pemupukan TBM Kelapa Sawit Menurut Umur Tanaman

UMUR DOSIS PEMUPUKAN


(bulan) UREA (N) TSP MOP KLESERITE BORAX
Kg/hektar Kg/hektar Kg/hektar Kg/hektar Kg/hektar
0 102 68 68 48 -
1 102 102 136 68 6
2 102 102 136 68 8
3-4 102 136 136 102 -
5 204 136 272 136 -
6-12 306 204 306 204 -
16-25 204 136 272 204 -
Sumber : PT. Prima Alumga ,2011

Pemberian pupuk N pada umur 1 bulan dilakukan dengan cara menabur


pupuk mulai dari pangkal batang sampai sejauh 30-40 cm. Pemberian
pupuk TSP, MOP dan tanah mineral (kieserite) serta Borax pada umur
selanjutnya dilakukan dengan menaburkan pupuk secara merata di
permukaan tanah sampai sejauh lebar tajuk tanaman. Sedangkan
pemberian pupuk Urea, ZA dan NPK dilakukan degan membuat lobang di
sekeliling batang, kemudian setelah diberi pupuk lobang tersebut ditutup
supaya pupuknya tidak menguap.

II-23
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

 Kastrasi
Kastrasi adalah tindakan kultur teknis untuk membuang semua bunga pada
waktu tanaman berumur 12 – 30 bulan, atau jika sekitar 35 % tanaman telah
berbunga. Manfaat dari pekerjaan ini adalah menghindarkan sumber
penyakit dari tandan atau bunga busuk yang tidak dipanen karena belum
memenuhi kriteria. Merangsang pertumbuhan vegetatif dan waktu panen
dapat disesuaikan dengan rencana.
 Penyerbukan
Hadirnya serangga Elaedobius cameranicus dalam teknik budidaya kelapa
sawit telah menghilangkan pekerjaan penyerbukan buatan yang biasanya
dilakukan setelah kastrasi. Penggunaan serangga ini sudah terbukti
berperan aktif sebagai pelaksana penyerbukan alamiah dengan hasil sangat
nyata terhadap peningkatan produksi.
Berdasarkan pengalaman pada perkebunan-perkebunan besar di Sumatera
terhadap pemakain serangga untuk penyerbukan ini, tidak memberikan
dampak negatif pada lingkungan.
 Persiapan Panen
Panen umumnya dapat dimulai setelah tanaman kelapa sawit berumur 30
bulan. Agar panen dapat berjalan lancar diperlukan beberapa persiapan
untuk panen, antara lain : pembuatan atau pembukaan jalan panen untuk
mempermudah pengangkutan buah, pembersihan piringan pohon,
pembuatan tempat pengumpulan hasil panen, pemangkasan (tunas)
pendahuluan untuk mempermudah pemotongan tandan, pembuatan titik
pikul pada areal terdapat parit/drainase.

j. Pengadaan Tenaga Kerja


Pada tahap awal pembangunan perkebunan kelapa sawit akan ditrekrut tenaga
kerja dari berbagai tingkat pendidikan. Tenaga kerja akan diprioritaskan yang
tersedia di masyarakat setempat (tenaga kerja lokal) yang disesuaikan dengan
kesempatan kerja yang ada.
Agar kegiatan perkebunan dan pabrik minyak sawit berjalan efektif dan efesien,
maka akan dibentuk organisasi dengan segala tugas dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan rencana pengembangan struktur organisasi, maka secara garis
besar tugas masing-masing struktur pokok organisasi, adalah sebagai berikut:

Deskripsi Jabatan

 Direksi
Bertugas dan bertanggung jawab dalam menentukan serta arahan seluruh
kebijakan dalam kegiatan perkebunan dan pabrik minyak sawit.
 Direktur
Bertugas memimpin perseroan dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan perkebunan dan pabrik minyak sawit, menentukan
kebijaksanaan dan mengambil keputusan dalam sidang dewan direksi dalam
rangka memimpin perseroan guna menjamin kelangsungan seluruh kegiatan
dan fungsi perkebunan, memberikan pengarahan umum kepada anggota
direksi, mengkoordinasikan kegiatan operasional direksi. Dalam
melaksanakan tugasnya direktur bertanggung jawab kepada pemegang
saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

II-24
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

 Bagian Kebun
 Manager Kebun
Bertugas melaksanakan kebijakan direksi baik yang menyangkut
operasional, keuangan dan administrasi, mengkoordinir kegiatan
manajemen yang terdapat pada struktur organisasi secara struktural dan
fungsional.
 Kepala Tata Usaha (KTU)
Bertugas untuk melaksanakan pekerjaan yang meliputi bidang-bidang
administrasi, keuangan personalia serta bidang umum seperti
keamanan, pergudangan, kendaraan dan lain-lain yang ada di bidang
perkebunan. Kepala Bagian Tata Usaha ini dibantu oleh Staf Bagian
Umum, Keuangan dan Administrasi.
 Kabag Pengembangan Masyarakat /Corporate Social Responsibility
Untuk membantu manager lingkungan di bidang pengembangan
masyarakat dan melakukan koordinasi eksternal baik dengan
masyarakat maupun instansi terkait yang berkaitan dengan masyarakat
sekitar.
 Humas
Mengurus segala urusan yang berhubungan dengan pihak-pihak di luar
perusahaan seperti instansi pemerintah, masyarakat dan tamu-tamu
yang datang dibantu dengan satu orang staf.
 Kabag. Lingkung
Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, pelaksanaan pelaporan kepada instansi terkait,
pelaksanaan pemantauan lingkungan secara berkala terhadap kegiatan
unit kebun dibantu dengan satu orang staf.
 Ass Kepala
Bertugas untuk menyusun rencana kegiatan perkebunan, mulai dari
penataan areal sampai pengangkutan produksi dan menentukan kualitas
serta kuantitas dari tandan buah segar (TBS) yang akan dipanen.
 Ass Lapangan
Bertugas bersama-sama dengan Ass. Kepala untuk menentukan kualitas
tandan buah segar terutama TBS yang akan diolah di pabrik.
 Kerani
Bertugas membantu manager kebun dalam mencatat setiap
perkembangan kemajuan pekerjaan dari lapangan dari setiap blok kebun
serta membuat laporan rutin bulanan.
 Mandor
Para mandor ini adalah petugas yang langsung bertugas di kebun untuk
membantu ass. Lapangan. Biasanya dibedakan menurut jenis
pekerjaannya, misalnya mandor tanaman, mandor pupuk dan mandor
pemeliharaan.
 Staf Umum dan Administrasi
Bertugas membantu kelancaran tugas Asisten Kepala dalam masalah
administrasi kebun dan hal-hal yang sifatnya umum.

II-25
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

 Staf Keuangan
Mengurus mengenai keuangan di lapangan seperti pembayaran gaji
buruh, pembayaran gaji staf, pembayaran bahan material yang
pengadaannya di lapangan, rekapitulasi hasil-hasil pembayaran dan
mengirimkannya ke kantor pusat.
 Bagian Pabrik
 Manajer Pabrik
Bertugas untuk merumuskan program atau rencana pengolahan pabrik
minyak sawit berdasarkan kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan
sasaran dan target produksi yang telah ditetapkan.
 Ass. Kepala
Bertugas untuk menyusun rencana kegiatan operasional pabrik, mulai
dari masuknya TBS ke dalam Pabrik, pengolahan sampai menghasilkan
CPO.
 Ass. Pabrik
Bertugas untuk membantu Manajer Pabrik dan Askep Pabrik dalam
mengkoordinir pekerjaan yang berhubungan dengan pabrik yang
mencakup kualitas san kuantitas hasil olahan. Untuk bidang pengolahan
Ass. Kepala Pabrik dibantu oleh Ass. Pengolahan, sedangkan untuk
perbaikan mesin-mesin dan peralatan pabrik dibantu oleh Ass. Teknik.
 KTU Pabrik
Bertugas untuk melaksanakan pekerjaan yang meliputi bidang-bidang
administrasi, keuangan personalia serta bidang umum seperti
keamanan, pergudangan, kendaraan dan lain-lain di lingkungan pabrik.
 Kabag. Lingkung
Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, pelaksanaan pelaporan kepada instansi terkait,
pelaksanaan pemantauan lingkungan secara berkala terhadap kegiatan
unit Pabrik dibantu dengan dua orang staf.
 Mandor
Para mandor ini adalah petugas yang langsung bertugas di lingkungan
pabrik untuk membantu Asisten Pabrik terutama mengawasi kegiatan
karyawan pabrik.
 Mekanik
Bertugas dalam memelihara / memperbaiki semua kendaraan / alat berat
dan mesin-mesin di dalam pabrik yang digunakan untuk operasional di
dalam menunjang kelancaran kegiatan pengolahan minyak sawit.
 Staf Umum dan Administrasi
Bertugas membantu kelancaran tugas KTU Pabrik dalam masalah
administrasi pabrik dan hal-hal yang sifatnya umum.
 Staf Keuangan
Mengurus mengenai keuangan di pabrik seperti pembayaran gaji buruh,
pembayaran gaji staf, pembayaran bahan material, rekapitulasi hasil-
hasil pembayaran dan mengirimkannya ke kantor pusat.
Adapun Gambar Struktur Organisasi perkebunan dan pabrik minyak sawit
PT. PRIMA ALUMGA dapat dilihat pada Gambar 2.4. berikut.

II-26
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

k. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Program CSR)


Untuk kelestarian fungsi sosial, maka akan dilaksanakan program CSR sebagi
bentuk tanggung jawab sosial perusahan terhadap masyarakat sekitar.
Secara garis besar kegiatan yang akan dikembangkan ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengembangkan ekonomi
berbasis kerakyatan.
Mengenai bentuk, waktu serta biaya CSR disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat dan disesuaikan (in line) dengan program Pemerintah Daerah
Kabupaten Mesuji.
Sebelum dilaksanakan, akan dilakukan identifikasi permasalahan, sebagai
bahan acuan pelaksanaan nantinya.
Identifikasi sambil berjalan, secara garis besar program CSR yang
direncanakan adalah sbb :
 Pembentukan dan pelatihan Kelompok Tani
 Penyuluhan, pendidikan dan pelatihan ketrampilan petani plasma dalam
proses produksi (pembangunan kebun kelapa sawit).
 Managemen koperasi untuk pemasaran hasil-hasil pertanian dan lain-lain.
 Peningkatan sarana dan prasaran pendidikan, ekonomi, kesehatan,
agama, infrastruktur serta bidang sosial budaya.

l. Pembangunan Pabrik Minyak Sawit dan Fasilitas Penunjangnya


Pembangunan pabrik minyak sawit direncanakan pada tahun ke-4.
Berdasarkan perkiraan potensi produksi, kapasitas pabrik dihitung dengan
asumsi 2 shift per hari kerja (16 jam kerja/hari) dan jumlah 24 hari kerja/bulan
serta kapasitas produksi maksimum yang disesuaikan dengan produksi bulanan
diperhitungkan sebesar 8 %, maka untuk mengolah seluruh produksi TBS
dibutuhkan pabrik dengan kapasitas minimal (luas efektif tanaman = 9.422 ha x
25 ton TBS/ha x 8 %) : (24 hari x 16 jam) = 45 ton TBS/jam.
Kapasitas Produksi Pabrik Kelapa Sawit disesuaikan dengan kemampuan dari
PT. Prima Alumga, apabila nantinya terjadi penambahan kapasitas produksi
maka PT. Prima Alumga wajib akan melaksanakan seluruh perubahan perizinan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Lokasi pabrik direncanakan akan dibangun dengan memperhatikan
ketersediaan sumber air, topografi dan jarak angkut. (Rencana lokasi pabrik
digambarkan pada Peta Penataan Areal Kerja). Luas areal pabrik dicadangkan
30 ha termasuk buffer zone.
Tahapan pekerjaan pembangunan pabrik minyak sawit tersebut adalah sebagai
berikut :
 Pembersihan Lahan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan sipil untuk pembangunan pabrik minyak
sawit dimulai, terlebih dahulu pada areal lokasi rencana bangunan pabrik
minyak sawit dilakukan pembersihan dari vegetasi penutup tanah yang ada.
Kegiatan pembersihan lahan secara semi mekanis tanpa pembakaran (zero
burning). Vegetasi hasil dari pembersihan lahan tersebut akan dikumpulkan
serta dirapikan bersama hasil tebangan pepohonan pada tempat yang telah
ditentukan dan diharapkan dapat menjadi sumber bahan organisk dengan
adanya proses dekomposisi.
Pekerjaan pembersihan lahan pada pembangunan pabrik minyak sawit ini
akan menggunakan tenaga kerja manual yang cukup banyak. Jenis dan
jumlah tenaga kerja yang diperlukan disajikan pada Tabel 2.17. berikut.

II -
28
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Tabel 2.17. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan


Pembersihan Lahan

No. Jenis Tenaga Kerja Jumlah (HOK/ha)


1. Mandor 30
2. Survey 2
3. Babat-imas (manusia) 20
4. Tebang pohon (chain saw) 15
5. Mencincang/merumpuk 18
6. Pembersihan 10
Jumlah 95
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

 Pematangan Lahan
Kegiatan pematangan lahan ini meliputi pekerjaan tanah, yaitu pada kondisi
tanah yang agak rendah dari kondisi sekitarnya perlu dilakukan pengurukan.
Untuk keperluan pengurukan akan dilakukan pemotongan bukit (cut) yang
masih terletak di dalam lokasi dan selanjutnya tanah tersebut akan dilakukan
pengangkutan dengan dimuat ke dalam dump truck dan ditimbun (fill)
direncana lokasi berdirinya pabrik. Kemudian tanah uruk yang telah ditimbun
tersebut diratakan dengan menggunakan motor grader.

 Pembangunan Konstruksi Fisik Pabrik dan fasilitas Pendukungnya


Konstruksi bangunan pabrik untuk peletakan mesin produksi akan dicor
dengan konstruksi beton. Pada power plant (genset) dan boiler akan
dilengkapi dengan cerobong asap/stock boiler.
Pekerjaan sipil untuk pembangunan pabrik ini terdiri dari pembangunan
pondasi bangunan pabrik, bangunan pabrik, fasilitas utama pabrik untuk
produksi (jembatan timbang, penerimaan TBS dan penimbangan, stasiun
rebusan, stasiun penebahan, stasiun pemurnian minyak, stasiun
pengempasan, stasiun pengutipan inti, power house (genset), storage tank,
fat pit, boiler, tower), bangunan bengkel/gudang, bangunan kantor pabrik,
jalan dan drainase. Penempatan mesin disesuaikan dengan urutan proses
untuk memudahkan pengawasan dan perawatan. Lay out pabrik minyak
sawit PT. PRIMA ALUMGA disajikan pada Gambar 2.5. berikut.

II-29
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

 Pembangunan Sarana Pengolah Limbah


Limbah yang dihasilkan dari pabrik minyak sawit adalah limbah padat, gas
dan cair. Penelaahan terhadap pengolahan limbah dilakukan untuk
mempelajari sejauh mana terjadinya penurunan beberapa parameter kualitas
air baik secara fisik dan kimia maupun biologis serta limbah padat yang
diolah. Selain itu salah satu manfaat dari proses ini adalah terjadi
pengurangan pencemaran limbah fisik (organik) dan pemanfaatan limbah
sebagai pupuk organik yang luasan persyaratan teknis untuk LA minimal
adalah 50 % dari luasan efektif kebun sawit..
Limbah berupa cair yang akan dihasilkan adalah limbah yang berasal dari
proses perebusan. Sarana pengolahan limbah yang akan dibangun untuk
limbah cair tersebut adalah berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Pembangunan IPAL dimaksudkan untuk mengolah air limbah hasil proses
pabrik minyak sawit agar polutan air limbah dapat dikurangi sampai dengan
di bawah baku mutu air limbah yang ditetapkan. Rencana lokasi
pembangunan IPAL berdekatan dengan pabrik pengolahan minyak sawit
dengan jarak sekitar ± 300 m dengan spesifikasi kolam yang disajikan pada
Tabel 2.18. berikut.

Tabel 2.18. Spesifikasi Teknis Kolam Limbah dan Lama Waktu Tinggal
Dimensi Kolam Waktu
No. Kolam Tinggal
P (m) L (m) D (m) Q (m3) (hari)
1. Kolam Pengasaman-1 30 20 3 1800
5
2. Kolam Pengasaman-2 30 20 3 1800
3. Kolam Anaerobik-1 60 35 6 12.600
75
4. Kolam Anaerobik-2 60 35 6 12.600
5. Kolam Anaerobik Sekunder-1 60 35 6 12.600
35
6. Kolam Anaerobik Sekunder-2 60 25 6 12.600
7. Kolam Aerobik-1 60 25 4 6.000
20
8. Kolam Aerobik-2 60 25 4 6.000
9. Kolam Stabilisasi-1 60 25 4 6.000
5
10. Kolam Stabilisasi-2 60 25 4 6.000
11. Kolam Pengujian 60 25 4 6.000
10
12. Kolam Penampungan Lumpur 50 50 4 10.000
Sumber : PT. Prima Alumga,2011

Desain Instalasi Pegolahan Air Limbah (IPAL) yang akan dibuat oleh PT.
PRIMA ALUMGA disajikan pada Gambar 2.6. berikut.
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

3. TAHAP OPERASI
a. Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS)
Pemanenan dilakukan dengan sistem giring. Pada sistem ini pemanenan diberi
ancak tertentu dari lahan yang akan dipanen dan si pemanen mengerjakan
beberapa gawang dan bila selesai dikerjakan pemanen pindah ke ancak
berikutnya yang telah ditetapkan. Siklus panen adalah 7 – 10 hari. Dalam
keadaan normal ancak panen dikerjakan dengan 5/7, artinya dipanen selama 5
hari dalam siklus 7 hari. Keuntungan dari cara ini adalah buah cepat dipanen
dan diangkut keluar, sehingga cepat sampai ke pabrik.
Pelaksanaan panen pada tahap awal (pohon setinggi 2 – 5 m) dilakukan
dengan menggunakan dodos dan apabila tinggi tanaman sudah tidak lagi
memungkinkannya (> 5 m) alat panen yang digunakan adalah kapak dan galah
bambu dilengkapi pisau enggrek pada ujungnya.
Kriteria untuk dapat mulai dipanen antara lain jumlah kerapatan panen lebih
dari 60 % dan mutu tandan sudah baik (berat tandan rata-rata di atas 3 kg).
Penentuan matang panen yang umum diterapkan adalah 2 brondolan/kg berat
tandan lepas secara alami. Derajat kematangan buah berdasarkan banyaknya
brondolan yang jatuh disajikan pada Tabel 2.19. berikut.

Tabel 2.19. Kematangan Buah Berdasarkan Jumlah Brondolan Yang Jatuh


Tingkat
Fraksi Jumlah Brondolan Warna Buah
Kematangan
00 Tidak ada Hitam Sangat Mentah
0 1–12,5 buah luar brondolan Hitam Mentah
1 12,5–25 buah luar brondolan Kemerahan Kurang Matang
2 25-50 buah luar brondolan Merah Matang
3 50–75 buah luar brondolan Kekuningan Matang
4 75–100 buah luar brondolan Merah Lewat Matang
Buah dalam brondolan dan
5 Kekuningan Lewat Matang
Terdapat buah busuk
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

Potensi produktifas TBS berdasarkan umur tanaman kelapa sawit per tahunnya
disajikan pada Tabel 2.20. berikut.
Tabel 2.20. Potensi Produksi TBS Per Tahun Berdasarkan Umur Tanaman
Luas Tanam Produksi TBS Total Produksi
Umur (th) Tahun
(Ha) (Ton/Ha) TBS (Ton)
1 2013 3.140 - -
2 2014 3.140 - -
3 2015 3.141 - -
4 2016 9.422 - -
5 2017 9.422 6.60 20.724
6 2018 9.422 12.0 37.680
7 2019 9.422 14.5 45.545
8 2020 9.422 17.0 160.174
9 2021 9.422 22.0 207.284
10 2022 9.422 24.5 230.839
11 2023 9.422 26.0 244.972
12 2024 9.422 26.0 244.972
13 2025 9.422 26.0 244.972

II-33
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Luas Tanam Produksi TBS Total Produksi


Umur (th) Tahun
(Ha) (Ton/Ha) TBS (Ton)
14 2026 9.422 26.0 244.972
15 2027 9.422 25.0 235.550
16 2028 9.422 24.5 230.839
17 2029 9.422 23.5 221.417
18 2030 9.422 22.0 207.284
19 2031 9.422 21.0 197.862
20 2032 9.422 20.0 188.440
21 2033 9.422 19.0 179.018
22 2034 9.422 18.0 169.596
23 2035 9.422 17.0 160.174
24 2036 9.422 16.0 150.752
25 2037 9.422 15.0 141.330
Sumber : PT. Prima Alumga, 2012

Rencana tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pemanenan kelapa


sawit PT. PRIMA ALUMGA digambarkan pada Tabel 2.21. berikut.

Tabel 2.21. Rencana Kebutuhan Pekerja Panen Per Tahun


Luas Tanaman TENAGA KERJA
Umur (th) Tahun
(Ha) (HOK/Ha) (JUMLAH HOK)
1 2013 3.140 - -
2 2014 3.140 - -
3 2015 3.141 - -
4 2016 9.422 - -
5 2017 9.422 0,5 1.250
6 2018 9.422 0,5 2.360
7 2019 9.422 0,5 2.360
8 2020 9.422 0,5 2.360
9 2021 9.422 0,5 2.360
10 2022 9.422 0,5 2.360
11 2023 9.422 0,5 2.360
12 2024 9.422 0,5 2.360
13 2025 9.422 0,5 2.360
14 2026 9.422 0,5 2.360
15 2027 9.422 0,5 2.360
16 2028 9.422 0,5 2.360
17 2029 9.422 0,5 2.360
18 2030 9.422 0,5 2.360
19 2031 9.422 0,5 2.360
20 2032 9.422 0,5 2.360
21 2033 9.422 0,5 2.360
22 2034 9.422 0,5 2.360
23 2035 9.422 0,5 2.360
24 2036 9.422 0,5 2.360
25 2037 9.422 0,5 2.360
26 2038 9.422 0,5 2.360
27 2039 9.422 0,5 2.360
28 2040 9.422 0,5 2.360

II-34
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Luas Tanaman TENAGA KERJA


Umur (th) Tahun
(Ha) (HOK/Ha) (JUMLAH HOK)
29 2041 9.422 0,5 2.360
Sumber : PT. Prima Alumga, 2012

Semua karyawan yang bekerja di PT. Prima Alumga akan masuk dalam
Jamsostek sedangkan untuk status tenaga harian lepas dan borongan tidak
termasuk dalam Jamsostek, hanya digolongkan sebagai Jaminan Kesehatan
dan Kematian.
b. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)
Rencana produksi TBS berkisar antara 20.742 – 244.972 Ton TBS/Tahun atau
66 – 785 Ton TBS/Hari (asumsi 1 tahun = 312 hari kerja efektif), maka
perhitungan jumlah trip dalam pengangkutan TBS menuju pabrik minyak sawit
adalah :
 Kapasitas truck = 8 ton
 Target per hari = 66 - 785 ton TBS/hari
 Jumlah trip = 8 - 98 trip/hari
 Jumlah lintasan truck perhari = 16 - 196 kali
c. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)
Tahapan proses pengolahan TBS di pabrik minyak sawit sebagai berikut :
 Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS)
Tandan Buah Segar (TBS) yang masuk ke pabrik ditimbang terlebih dahulu
di jembatan timbang (Weighting Bridge) untuk mengetahui berat TBS yang
diterima oleh pabrik. Setelah ditimbang, TBS dipindahkan ke loading ramp
sebagai tempat penimbunan sementara sebelum tandan buah dimasukkan
ke dalam lori rebusan. Untuk mengetahui mutu TBS yang akan diolah
dilakukan sortasi di loading ramp. Setelah dilakukan sortasi maka dilakukan
pengisian buah ke dalam lori. Lori diisi penuh dengan buah yang akan
diolah dan setelah lori terisi penuh selanjutnya buah dimasukkan ke dalam
sterilizer dengan menggunakan capstand. Kemudian pintu sterilizer ditutup
rapat-rapat dan dikunci, sehingga kemungkinan terbuka saat proses
perebusan tidak terjadi.
 Perebusan (Sterilizer)
Pola perebusan yang umum digunakan ada dua yaitu doubel peak (dua
puncak) atau triple peak (tiga puncak). Jumlah puncak dalam pola
perebusan ditunjukkan dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap
masuk atau uap keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara
manual atau secara otomatis. Buah yang telah masak dikeluarkan dari
dalam sterilizer dengan membuka pintu rebusan secara perlahan-lahan
agar packing door lebih aman, kemudian lori ditarik dengan tali bersamaan
dengan pemasukan buah yang akan direbus.
Proses perebusan ini menggunakan uap air yang bertekanan antara 2,2
sampai 3,0 kg/cm2 yang dimaksudkan agar buah mudah lepas dari
tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan
keluarnya air dari biji. Selain itu, melalui proses ini dapat mematikan enzim-
enzim yang dapat menurunkan kualitas minyak.
Proses ini berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang
berkekuatan antara 280 hingga 290 kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat
dihasilkan kondensat yang mengandung 0,5 % minyak ikutan pada

II -
35
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

temperatur tinggi. Kondesat ini kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit.


Tandan buah yang sudah direbus dimasukkan ke dalam Threser dengan
menggunakan Hoisting Crane.
 Perontokan Buah dari Tandan (Threser)
Buah yang telah direbus pada sterilizer diangkat melalui trippler lalu dituang
ke dalam thresher melalui hopper yang berfungsi untuk menampung buah
rebus. Kemudian autofeeder akan mengatur meluncurnya buah segar agar
tidak masuk sekaligus. Penebahan buah dilakukan dengan membanting
buah dalam drum berputar. Buah yang lepas akan masuk melalui kisi-kisi
dan ditampung oleh fruit elevator untuk didistribusikan kesetiap unit digester
oleh distributing conveyor atau empty bunch hopper.
Buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian
ditampung dan dibawa oleh distributing conveyor ke digester.
 Pelumatan Buah
Buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga
sebagian besar daging buah terlepas dari biji. Proses pengadukan dan
pelumatan buah agar dapat berlangsung dengan baik maka isi digester
selalu dipertahankan penuh.
 Pengempaan Buah
Massa yang keluar dari digester diperas dalam screw pada tekanan 30-50
bar dengan menggunakan air pengencer screw press bersuhu 90-95 oC
sebanyak 15-20 % TBS. Untuk menurunkan viscositas minyak, maka akan
ditambahkan air pada oil gutter. Dari oil gutter kemudian dialirkan melalui
stasiun kalrifikasi. Sedangkan ampas kempa dipecahkan dengan
menggunakan cake breaker conveyer untuk mempermudah pemisahan biji
dari serat.
 Pemecahan Ampas Kempa (Cake Breaker Conveyer)
Ampas press yang masih bercampur biji berbentuk gumpalan-gumpalan,
dipecah dan dibawa untuk dipisah antara ampas dan biji. Alat ini terdiri dari
pedal-pedal yang diikat pada poros yang berputar. Kemiringan pedal diatur
sehingga pemecahan gumpalan-gumpalan terjadi dengan sempurna.
Kemudian ampas kempa dikumpulkan disekitar pabrik dan selanjutnya akan
digunakan sebagai pupuk disebar disekitar areal perkebunan kelapa sawit.
Proses ini dilakukan bersamaan dengan mendorong pelan menuju
depericarper dan penguapan air dapat berlangsung dengan lancar.
 Pemisahan Ampas dan Biji (Depericarper)
Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dan biji, serta
membersihkan biji dan sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat
ini terdiri dari kolom pemisah (seprating coloum) dan drum pemoles
(polishing drum). Ampas dan biji dari konveyer pemecah ampas kempa
(cake break conveyer) masuk ke dalam kolom isapan blower. Sistem
pemisahan terjadi oleh isapan blower. Ampas kering (berat jenis kecil)
masuk dalam siklon ampas ke dalam conveyer bahan bakar, sedangkan biji
yang berat jenisnya lebih besar jatuh kebawah dan diantar oleh conveyer ke
dalam drum pemoles.
 Pengolahan Minyak dari Daging Buah
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh fruit conveyer dimasukkan
ke dalam digester atau peralatan pengaduk. Dalam proses pengadukkan

II -
36
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

(digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil
antara 80 o – 90 oC.
Setelah massa buah dari proses pengadukkan selesai kemudian
dimasukkan ke dalam alat pengepressan (screw press) agar minyak keluar
dari biji dan fibre. Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas
sekitar 10-15 % terhadap kapasitas pengeppressan. Dari Pengeppressan
tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.
Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tanks, harus
dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada sand trap yang kemudian
dilakukan penyaringan (vibrating screen). Sedangkan ampas dan biji yang
masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji
(depericarper).
Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air
panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar
(crude oil) kemudian dipompakan ke dalam decenter guna memisahkan
solid dan liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan massa jenis
ringan ditampung pada countinuous setting tank, minyak dialirkan ke oil
tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut
ditampung ke dalam sludge tank yang kemudian dialirkan ke sludge
seperator untuk memisahkan minyaknya.
 Proses Pemurnian Minyak
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam oil purifier untuk
memisahkan kotoran/solid dan mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan
ke vacuum dryer untuk memisahkan air sampai pada batas standar.
Kemudian melalui sarvo balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki
timbun (oil storage tank).
 Proses Pengolahan Inti Sawit
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam
depericaper melalui cake brake conveyor yang dipanaskan dengan uap air
agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga press cake terurai
dan memudahkan proses pemisahan. Pada depericaper terjadi proses
pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaan berat dan
gaya isap blower. Biji tertampung pada nut silo yang dialiri dengan udara
panas antara 60 o – 80 oC selama 18 – 24 jam agar kadar air turun dari
sekitar 21 % menjadi 4 %.
Sebelum biji masuk ke dalam nut cracker terlebih dahulu diproses di dalam
nut grading drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang
disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke
nut craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam dry
seperator (proses pemisahandebu dan cangkang halus) untuk memisahkan
cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti.
Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam hydro cyclone
untuk memisahkan antara inti dengan cangkang. Inti dialirkan masuk ke
dalam kernel drier untuk proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai
7 % dengan tingkat pengeringan 50 oC, 60 oC dan 70 oC dalam waktu 14 –
16 jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui
winnowing kernel (kernel storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik
pemrosesan berikutnya.

II-37
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

 Pengolahan Sludge
Sludge dari sludge tank sebelum dimasukkan ke sludge separator
dipompakan ke sand cyclone dimana pasir halus akan terpisah oleh adanya
gaya centrifugal. Pasir halus yang berhasil dipisahkan akan di blow down
secara berkala. Sand cyclone berfungsi dengan baik jika perbedaan
tekanan flow dan out flow sludge menunjukkan 2 bar. Untuk
memisahkan/mengambil minyak yang masih terkandung pada sludge,
selanjutnya sludge diproses pada sludge separator. Cairan sludge yang
telah melalui pre cleaner, dimasukkan ke dalam sludge separator, untuk
dikutip minyaknya. Dengan gaya centrifugal minyak yang berat jenisnya
lebih berat dari air, terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui
nozzle.
 Pemisahan Lumpur
Endapan-endapan dari clarifier tank, oil tank dan sluge tank yang
dikeringkan setiap pagi sebelum mengolah, ditampung di dalam tangki ini.
Tangki ini dilengkapi dengan sistem pemanas uap injeksi untuk tujuan
pemanasan. Minyak yang terapung dibagian atas dialirkan ke clarifier tank
sedangkan lumpur pekat dibuang ke bak penampung sludge yaitu fat pit.
Fat pit dipergunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih
mangandung minyak yang berasal dari air conensat dan stasiun klarifikasi.
Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit ditampilkan pada Gambar
2.7. sedangkan Material Balance Pengolahan Kelapa Sawit disajikan pada
Gambar 2.8. berikut.

II-38
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

Untuk mendapatkan minyak CPO yang berkualitas baik, maka mutu tandan
yang diolah harus berdasarkan kriteria kematangan yang optimal yaitu
kondisi buah tingkat fraksi 2 dan 3. Pada kondisi 2 dan 3, kandungan
minyak dalam TBS relatif tinggi dengan kadar garam asam lemak bebas
(FFA) yang rendah. Pada tandan buah yang masih mentah (fraksi 0 dan 1)
kandungan minyak CPO sangat rendah, sedang bila TBS terlalu matang
(fraksi 4 dan5) maka kualitas minyak menjadi rendah karena kadar asam
lemak bebasnya tinggi. Untuk mendapatkan jumlah dan kualitas minyak
CPO yang baik, maka dibutuhkan koordinasi yang baik antara pemanenan,
pengawas lapangan, bagian fraksi dan staf pabrik. Tandan buah segar yang
telah dipanen harus segera ditangani dan diusahakan secepatnya diproses
dalam pabrik. Fraksional hasil pengolahan tandan buah segar disajikan
pada Gambar 2.9. berikut.

Tandan Buah Segar Penguapan 0,4%


(100 %) Blowdown 11,1%

Brondolan 67%

Tandan Kosong 21,5%


Biji dan Ampas
CPO Kasar 43,5% 23,5%

Unsur N Biji 10,4% Ampas


1,5% 12,9%
CPO 22,5%
Unsur P
0,5% Serat
Solid 4,1% Kernel 5% 11,5%

Unsur K 7,3%

Air 16,9% Cangkang


Unsur Mg
5,4%
Air 1,4%
0,9%

Gambar 2.9. Fraksional Hasil Pengolahan Tandan Buah Segar

Jumlah dan kualitas minyak sawit yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh
kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Berdasarkan kapasitas olah
maksimal pabrik adalah 45 ton TBS/jam, maka kapasitas tersebut akan
dipenuhi secara bertahap sesuai dengan perkembangan produksi (seperti
terlihat pada Tabel 2.22).
Potensi produksi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PKO) yang akan
dihasilkan oleh pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA berdasarkan
produksi TBS per tahunnya disajikan pada Tabel 2.23. berikut.

II-41
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Tabel 2.22. Potensi Produksi CPO dan PKO Pabrik Minyak Sawit PT. PRIMA
ALUMGA
Total
Luas Produksi Total Produksi
Umur Produksi
Tahun Tanam CPO Produksi PKO
(th) PKO
(HA) (Ton/Ha) CPO (Ton) (Ton/Ha) (Ton)
1 2013 3.140 - - - -
2 2014 3.140 - - - -
3 2015 3.141 - - - -
4 2016 9.422 - - - -
5 2017 9.422 2.38 7.473 0.67 2.104
6 2018 9.422 3.42 10.742 0.92 2.889
7 2019 9.422 4.41 41.551 1.13 3.549
8 2020 9.422 5.64 53.140 1.40 13.191
9 2021 9.422 6.36 59.924 1.60 15.075
10 2022 9.422 6.48 61.055 1.62 15.264
11 2023 9.422 6.48 61.055 1.62 15.264
12 2024 9.422 6.48 61.055 1.62 15.264
13 2025 9.422 6.48 61.055 1.62 15.264
14 2026 9.422 6.36 59.924 1.59 14.981
15 2027 9.422 6.36 59.924 1.59 14.981
16 2028 9.422 6.12 57.663 1.53 14.416
17 2029 9.422 5.76 54.271 1.44 13.568
18 2030 9.422 5.52 52.009 1.38 13.002
19 2031 9.422 5.40 50.879 1.35 12.720
20 2032 9.422 5.04 47.487 1.26 11.872
21 2033 9.422 4.92 46.356 1.23 11.589
22 2034 9.422 4.68 44.095 1.17 11.024
23 2035 9.422 4.40 41.457 1.07 10.082
24 2036 9.422 4.20 39.572 1.05 9.893
25 2037 9.422 4.08 38.442 1.02 9.610
Sumber : PT. Prima Alumga, 2012

d. Pengolahan Limbah
Macam limbah yang dihasilkan dari pabrik minyak sawit adalah sebagai berikut:
 Limbah Padat
Limbah padat yang akan dihasilkan adalah tandan buah kosong yang
jumlahnya sekitar 23,0 %. Dengan kapasitas pabrik 45 ton TBS/Jam maka
potensi limbah tandan buah kosong yang akan dihasilkan adalah 20,3
ton/hari. Limbah padat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik,
dengan mengaplikasikannya pada areal land application.
Dengan memanfatkan pupuk organik dari tandan kosong, kebutuhan
pemupukan dengan pupuk sintetis dapat berkurang 20 – 25 % dan potensi
limbah padat dapat diminamilisir.
 Limbah gas
Limbah berupa gas merupakan limbah yang berasal dari pembakaran solar
dari generator set dan pembakaran janjang kosong dan cangkang di
incenerator serta boiler (ketel uap) pabrik KPS. Limbah debu dari abu
pembakaran janjang kosong dan cangkang sebelum dibuang bebas ke
udara dikendalikan dengan pemasangan dust collector untuk menangkap
debu ikatan dalam sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan melalui
cerobong asap setinggi 12 m dari permukaan tanah. Debu dari dust

II-42
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

collector secara reguler ditampung dan dibuang ke lapangan untuk


penimbunan daerah rendah sekitar kebun.
 Limbah Cair
Berdasarkan Kepmen LH nomor 28 tahun 2003 tentang Pedoman Teknis
Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah
di Perkebunan Kelapa Sawit bahwa debit air limbah yang dihasilkan dari
proses pengolahan kelapa sawit pada umumnya berkisar antara ± 0,6 - 0,8
m3 limbah/Ton TBS yang diproduksi, sehingga untuk pabrik minyak sawit
dengan kapasitas 45 ton TBS/jam dengan asumsi debit limbah maksimum
yang dihasilkan adalah ± 0,8 m3/ton/TBS dan pabrik beroperasi 16 jam/hari,
maka limbah yang dihasilkan sebesar ± 576 m3/hari = 179,712 m3/tahun
(asumsi jumlah hari kerja 312 hari).
Berdasarkan hasil penelitian Bank Dunia (1990) diketahui kulitas air limbah
yang dihasilkan seperti pada Tabel 2.23. berikut.

Tabel 2.23. Kualitas Air Limbah PMS dari 28 PMS Milik PTP
Parameter Air Limbah
No. Satuan BM *)
Lingkungan Kisaran Rata-rata
1 BOD Mg/I 8.200-35.000 21.280 100
2 COD Mg/I 15.103-65.100 34.720 350
3 TSS Mg/I 1.330-50.700 31.170 250
4 Nitrogen Total Mg/I 12-126 41 50
5 Minyak dan Lemak Mg/I 290-14.720 3.075 25
6 pH Mg/I 3,3-4,6 4,0 6-9
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan/atau kegiatan di Provinsi Lampung.
Perda Prov. Lampung No. 11 Tahun 2012
Sumber : Bank Dunia (1990)

Dari hasil penelitian The Research of The Planters Association (RISPA)


tahun 1990, pengolahan limbah cair secara biologis dengan lamanya Waktu
Penahanan Hidrologis (WPH) selama 75 hari mampu menurunkan limbah
rata-rata 90 % seperti disajikan pada Tabel 2.24. berikut.

Tabel 2.24. Kualitas Air Limbah PMS Sebelum dan Sesudah IPAL
dengan WPH 75 hari
Air Limbah
No. Parameter Satuan Sebelum Sesudah Pengurangan Baku
Lingkungan IPAL IPAL (%) Mutu *)
1 BOD mg/I 30.000 120 99,60 100
2 COD mg/I 75.090 1.460 98,06 350
3 TSS mg/I 57.030 1.015 98,22 250
4 Nitrogen Total mg/I 50 3 94,00 50
5 Minyak & Lemak mg/I 40.450 30 99,71 25
6 pH mg/I 4,6 8,1 - 6-9
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan/atau kegiatan di Provinsi Lampung.
Perda Prov. Lampung No. 11 Tahun 2012
Sumber : Bank Dunia (1990)

II-43
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Berdasarkan penurunan kadar air limbah tersebut dapat dihitung rata-rata


kualitas air limbah dan beban pencemarannya yang akan keluar dari pabrik
minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA dengan pendekatan limbah segar dari 28
pabrik minyak sawit milik PTP tersebut di atas. Prediksi kualitas air limbah
setelah melalui pengolahan limbah dengan WPH 75 hari disajikan pada
Tabel 2.25. berikut.

Tabel 2.25. Prediksi Kualitas Air Limbah PMS dengan WPH 75 Hari
Parameter Air Limbah Baku
No. Satuan Sebelum Sesudah
Lingkungan IPAL IPAL Mutu *)
1 BOD mg/I 21.280 85,12 100
2 COD mg/I 34.720 673,57 350
3 TSS mg/I 21.170 376,83 250
4 Nitrogen Total mg/I 41 2,46 50
5 Minyak & Lemak mg/I 3.075 8,92 25
6 pH mg/I 4,0 8,1 6-9
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan/atau kegiatan di Provinsi Lampung.
Perda Prov. Lampung No. 11 Tahun 2012

Tabel 2.26. Prediksi Beban Pencemaran Kualitas Air Limbah PMS Dengan
WPH 75 hari
N Parameter BPA BPM*) BPAi BPMi
o Lingkungan Satuan (kg/ton CPO) (kg/ton CPO ) (kg/hari) (kg/hari)
1 BOD mg/I 0,213 0,250 45.965 54.000
2 COD mg/I 1,684 0,880 363.727 190.080
3 TSS mg/I 0,942 0,630 203.486 136.080
4 Nitrogen Total mg/I 0,006 0,125 1.328 27.000
5 Minyak & Lemak mg/I 0,022 0,063 4.815 13.608
Ket : *) BPA tidak boleh lebih besar dari BPM dan BPAi tidak lebih besar dari BPMi
Sumber : Tim Studi AMDAL PT. Prima Alumga, 2011

Dengan karakteristik limbah dan beban pencemaran tersebut seperti di


atas, maka pengolahan air limbah yang efektif jika WPH lebih dari 75 hari
sehingga kadar COD dan TSS dapat diturunkan sampai di bawah baku
mutu. Untuk maksud ini PT. PRIMA ALUMGA merencanakan penanganan
air limbah tersebut dengan sistem pengolahan limbah dalam Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang bekerja secara biologis (sistem
anaerobik dan aerobik) dengan lama waktu penahanan hidrologis (WPH)
sekitar 150 hari (5 bulan). Dari Peningkatan WPH ini diharapkan terjadi
penurunan kualitas air limbah dan beban pencemaran hingga di bawah
baku mutu lingkungan.
Secara rinci kerja unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah
sebagai berikut :
 Kolam Pembiakan Bakteri
Kolam ini merupakan kolam untuk mengembangbiakan bakteri anaerob
yang akan digunakan untuk proses pengolahan limbah pada kolam

II-44
anaerob. Kondisi kolam pembiakan ini dengan temperatur 20-38 oC, dan
dengan pH 6,5 – 8. Kolam ini memiliki volume 1.200 m3.
 Kolam Pengasaman
Dari cooling tower air limbah dialirkan ke kolam pengasaman yang
terdiri dari 2 kolam yang masing-masing berukuran panjang 30 m, lebar
20 m dan tinggi 3 m dengan kapasitas masing-masing kolam 1.800 m3.
Air limbah yang masuk ke kolam pengasaman inimempunyai pH 4 – 5.
Sedangkan untuk kehidupan bakteri anaerob dari kolam pembiakan dan
sirkulasi air limbah dari kolam aerasi yang pH-nya lebih tinggi. Bakteri
yang berperan dalam oksidasi biokumia tersebut dikenal sebagai bakteri
penghasil asam akibat reaksinya dalam mengubah komponen organik
majemuk menjadi asam yang mudah menguap (volatile fatty acid).
Waktu reaksi untuk kolam pengasaman adalah 5 hari. Dari Proses ini pH
limbah meningkat menjadi 6 – 7.
 Kolam Anaerob
Kolam anaerob ada 4 buah (2 kolam primer dan 2 kolam sukender)
yang masing-masing berukuran panjang 60 m, lebar 35 m dan tinggi 6
m dengan kapasitas masing-masing kolam 12.600 m3. Pada tahap
pertama berlangsung pada 2 buah kolam anaerob sekunder. Di dalam
kolam ini terjadi proses pemecahan bahan organik limbah cair tersebut
oleh mikroba yang berasal dari kolam pembiakan menjadi senyawa
asam-asam organik yang lebih sederhana, yang selanjutnya menjadi
metan, karbondioksida dan gas hidrogen. Proses bahan organik
mengikuti persamaan reaksi seperti berikut :
Bahan organik CH4 +CO2 +H20 + Energi
Dalam penggunaannya bakteri metan bercampur dengan bahan organik
sehingga massa seluruhnya disebut lumpur. Proses perombakan dalam
kolam ini memerlukan waktu retensi selama 75 hari pada kolam anaerob
primer dan 35 hari pada kolam anaerob sekunder dengan efisiensi
perombakan 90 – 98%. Dari proses ini BOD turun menjadi 2.000 –
3.500 mg/l.
 Kolam Anaerob
Setelah dari kolam anaerob, selanjutnya limbah dialirkan ke kolam
anaerob yang terdiri dari 2 buah kolam yang masing-masing berkurang
panjang 60 m, lebar 25 m dan tinggi 4 m, dengan kapasitas masing-
masing kolam 6.000 m3.
Untuk menurunkan kadar BOD pada kolam aerob perlu ditambahkan
peralatan aerasi yaitu surface aerator. Dengan bantuan alat ini BOD
dengan kadar 2.000 – 3.500 mg/l disemprotkan ke udara, sehingga
aktivitas makroorganisme aerob meningkat dengan cepat sehingga
kadar BOD turun sampai 100 mg/l. Waktu yang diperlukan dalam proses
ini adalah 20 hari.
 Kolam Stabilisasi
Dari kolam aerob air limbah tersebut dialirkan ke kolam stabilisasi untuk
memastikan bahwa air limbah yang sudah diolah telah memenuhi
standar baku mutu yang ditetapkan. Lebar kolam 25 m, panjang 60 m
dan dalam 4 m serta kapasitas kolam ini sebesar 6.000 m3. massa
retensi dalam kolam ini diperlukan selama 5 hari.

II-45
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

 Kolam Pengujian/peringatan dini


Dari kolam stabilisasi air limbah tersebut dialirkan ke kolam pengujian
untuk memastikan bahwa air limbah sudah memenuhi standar baku
mutu yang ditetapkan. Lebar kolam 25 m, panjang 60 m dan dalam 4 m
serta mempunyai kapasitas 6.000 m3. Massa retensi dalam kolam ini
diperlukan selama 10 hari. Untuk indikator di dalam kolam ini dapat
dipeliharakan Ikan Mas karena sifatnya dapat beradaptasi dengan
kondisi air tercemar sekalipun serta dapat menyerap bahan-bahan
polutan secara maksimal. Karena kemampuan tersebut, diharapkan
dapat dijadikan bahan pemantauan dikemudian hari.
 Kolam Penampung lumpur
Kolam ini berfungsi untuk menampung lumpur dari kolam anaerob.
Kolam ini berukuran panjang 50 m, lebar 50 m dan dalam 4 m.
Kapasitas kolam 10.000 m3. lumpur yang telah terkumpul dimanfaatkan
sebagai pupuk.
 Aplikasi Lahan (Land Application)
Aplikasi lahan (Land Application) merupakan salah satu solusi dalam
pengelolaan air limbah pabrik pengolahan kelapa sawit dengan cara
mengalirkan limbah yang sudah diolah ke perkebunan sawit. Air limbah
yang akan dialirkan ke lahan berasal dari air limbah yang sudah diolah
dalam IPAL dari kolam anaerobik sekunder dengan nilai BOD sekitar
3.500 – 5.000 mg/l.
Sebelum diterapkan Land Application terlebih dahulu perlu dikaji aspek
pencemaran yang akan terjadi, daya dukung lahan yang ada di areal
perkebunan, pengaruhnya terhadap tanah terutama mikrobiologi/biologi
tanah, pencemaran air tanah, air permukaan serta perijinannya
(Keputusan Menteri LH No. 28 dan 29 tahun 2003 dan Undang-Undang
No. 32 tahun 2009).
Penelitian dan pengkajian ini dimaksudkan untuk memperoleh ijin
tertulis dari Pemerintah Daerah Kabupaten Mesuji agar bisa
menerapkan Land Application (sesuai dengan Kep. Men. LH No. 28
tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian Pemanfaatan Limbah
Cair Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan Sawit dan Kep.
Men. LH No. 29 tahun 2003 tentang Persyaratan Minimal Yang Wajib
Diketahui Dalam Hal Pemanfaatan Limbah Industri Sawit).
Sebelum limbah diaplikasikan ke lahan untuk pupuk tanaman, terlebih
dahulu dipelajari seberapa besarnya kesetaraan kandungan unsurnya
terhadap pupuk tanaman. Kandungan air limbah yang keluar dari
Anaerobic Pond dan Aerobic Pond cukup banyak mengandung unsur
yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, seperti N, P2O5,MgO, CaO,
dan S yang diperlukan oleh tanaman. Dari penelitian Pamin, Siahaan
dan Tobing (1996) dengan WPH 105 hari dapat disajikan pada Tabel
2.27.

II-46
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA

Tabel 2.27. Kadar Hara Air limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

KADAR HARA SESUAI PUPUK (mg/I)


BAHAN
N P K Mg
An-aerobik 324 – 450 62–85 875 - 1250 160– 215
Aerobik 55 – 80 5–15 420 - 670 25– 55
Sumber : Pamin, Siahaan, dan Tobing (1996)

Diagram Skematis Land Application disajikan pada Gambar 2.10


Desain Land Application System Flat Bad pada Gambar 2.11 dan
Desain Land Application System Piping pada Gambar 2.12.

1 Km NETRALISASI TANK

POMPA COOLING TOWER

Sludge From Mill Sludge From Pit

AN-AEROBIC AN-AEROBIC Seeding


Seeding Pond POND POND Pond

AN-AEROBIC AN-AEROBIC
POND POND

LAND APLICATION

Gambar 2.10. Diagram Skematis Land Application

II-47
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Jembatan Panen
Saluran Utama 40 x 50 cm

Over Flow

Jalan Panen

Kelapa Sawit

Gambar 2.11. Desain Land Application System Flat Bad

II-48
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

JALAN

Gawangan Kebun

PIPA ∅ 5”

SAMBUNGAN T
DARI PIPA ∅ 5” KE PIPA ∅ 3”

SOCKET
PIPA ∅ 2”
KRAN PIPA ∅ 3”

Kelapa Sawit

SAMBUNGAN T TURUNAN
DARI PIPA ∅ 3” KE PIPA ∅
SOCKET

KRAN

Kelapa Sawit

SOCKET
PIPA ∅ 2”
KRAN

KNOP

Gambar 2.12. Desain Land Application System Piping

II-49
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

e. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)


Pemeliharaan tanaman menghasilkan pada prakteknya dapat dibagi atas
kelompok umur tanaman yaitu tanaman muda 1-5 tahun, tanaman remaja 6-12
tahun dan tanaman tua 13-30 tahun.
Tingkat intensitas pemeliharaan pada tiga kelompok tersebut adalah sama,
kecuali dalam dosis pemupukan. Pada tanaman tua, dosis pemupukan mulai
dikurangi bahkan dihentikan dua tahun menjelang penanaman ulang
(replanting). Pekerjaan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) yang perlu
dilakukan antara lain mencakup :
1) Pemeliharaan Gawangan
Perawatan gawangan meliputi pengendalian gulma, tunggul anak kayu dan
sembung rambat. Cara pelaksanaannya pada dasarnya sama dengan
perawatan tanaman belum menghasilkan.
2) Pemeliharaan Piringan
Pemeliharaan piringan pada tanaman menghasilkan dapat dilakukan
dengan cara kimiawi menggunakan larutan herbisida dengan atomizzer
spryer. Rotasi pekerjaan ini relatif lebih lama karena efek dari herbisida
tersebut sehingga rotasinya 3-4 kali dalam setahun.
Alternatif pengendalian gulma, selain menggunakan Herbisida Glyphosate
juga dapat di gunakan cara pengendalian hayati dengan menggunakan
Lalat Argentina (Cecidochares Connexa). Cara pengendalian gulma ini
selain efisien juga ramah lingkungan.
3) Pemupukan
Dosis pemupukan pada tanaman menghasilkan hendaknya didasarkan
pada hasil analisis kesatuan contoh daun (KCD). Secara umum
berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kisaran dosis pupuk untuk
meningkatkan produksi kelapa sawit sampai tingkat optimal disajikan pada
Tabel 2.28. berikut.
Tabel 2.28. Dosis Pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM).
Umur Urea SP36 KCl Kieseriet Borate
No. (Tahun) Kg/tanaman
1. 4-9 3.00 1.50 2.50 1.00 0.10
2. 10-17 3.25 1.50 3.00 1.50 -
3. 18-25 3.00 1.00 3.00 1.50 -
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, Sumatera Utara, 2000.

4) Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma


Hama ulat api dan ulat kantong untuk serangan tahap awal dapat
dikendalikan dengan cara dikutip. Penggunaan pestisida akan dibatasi,
untuk menjaga musnahnya parasit atau musuh ulat alami tersebut akibat
penggunaan pestisida secara tidak bijaksana. Dalam pengelolaan kebun
akan lebih ditekankan kepada perawatan lingkungan sekitar tanaman
(sanitasi kebun). Sejumlah penyakit yang umumnya menyerang kelapa
sawit saat tanaman menghasilkan adalah jamur Ganoderma sp dan jamur
Marasmius sp.
Untuk jenis gulma Chromolaena odorata, salah satu alternatife
pengendalian secara hayati dengan Lalat Argentina (Cecidochares
connexa). Adapun dosis pemakaian bahan-bahan kimia untuk

II - 50
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

pemberantasan hama penyakit, alang-alang dan gulma adalah seperti yang


disajikan pada Tabel 2.29.berikut.
Tabel 2.29. Jenis dan Dosis Insektisida, Fungisida dan Herbisida Yang
Digunakan Untuk Pengendalian Hama Penyakit pada TM

No Jenis Pestisida Dosis (Ha/Tahun)


A INSEKTISIDA
1. Metamidofos 200 – 600 g
2. Permetrin 20 liter
3. Monokrotofos 600 g
B FUNGISIDA
1. Dithane M-45 70 liter
C HERBISIDA
1. Round Up 5 – 6 liter
2. Dowpon M 25 kg
Sumber : PPKS Marihat, Sumatera Utara, 2000.

5) Penunasan
Penunasan dilakukan dengan putaran 9 bulan sekali dengan sistem songgo
dua yang berarti dua pelepah di bawah buah tertua ditinggalkan dan merata
keliling pohon. Tunasan harus merapat ke batang dan berbentuk tapak
kuda. Pada waktu menunas, pakis, tanaman lain yang tumbuh di bidang
dan buah busuk dibuang. Pelepah hasil pemotongan dibagi dua dan
diletakan di gawangan yang tidak digunakan sebagai jalan panen.
6) Pemeliharaan Jalan Pikul
Pemeliharaan jalan pikul dilakukan secara manual ataupun kimiawi, secara
manual dilakukan dengan cara babat pandas. Tetapi umumnya
pemeliharaan jalan pikul dilakukan secara kimiawi dengan jumlah yang
terbatas sejalan dengan waktu pemeliharaan piringan.
7) Pemeliharaan Saluran Drainase
Saluran drainase di kiri kanan jalan dipelihara secara rutin dengan cara
membersihkan dan membuang lumpur serta tumbuhan/gulma yang tumbuh
di saluran. Pada areal-areal blok tanaman yang sering tergenang pada saat
hujan maka harus dibuat saluran drainase sehingga genangan yang timbul
dapat segera mengering.
8) Pemeliharaan Jalan Panen
Selambat-lambatnya enam bulan sebelum panen dimulai, jalan panen, titik
panen, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus sudah dibuat. TPH dibuat
dengan ukuran 4 m x 7 m dan harus selalu bersih dari gulma.
Pada kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) akan
memerlukan banyak tenaga kerja manual, adapun kebutuhan tenaga kerja
yang dibutuhkan pada kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan pada
tahun ke – 4 sampai dengan tahun ke – 9, pada tahun ke – 10 sampai
dengan tahun ke – 17, dan pada tahun > 17. Kebutuhan tenaga kerja untuk
kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan untuk setiap hektarnya
disajikan pada Tabel 2.30. berikut.

II-51
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA

Tabel 2.30. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Pemeliharaan Tanaman


Menghasilkan
Jenis Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja (HOK/ha)
Tahun 10 s/d
No. Yang Dibutuhkan Tahun 4 s/d 9 17 Tahun > 17
1. Mandor 4 3 2
2. Pemeliharaan jalan 4 4 4
3. Pemeliharaan drainase 3 3 3
4. Pemeliharaan piringan 14 16 14
5. Memupuk 8 8 8
6. Kontrol alang-alang 2 2 2
7. Kontrol PHT 4 4 4
8. Konservasi tanah 2 2 2
9. Penuasan 6 8 8
10. Lain-lain 2 2 2
Jumlah 49 52 49
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011

2.3. TAHAP PASCA OPERASI

a. Perpanjangan HGU Perkebunan


Sejalan dengan berakhirnya izin hak guna usaha perkebunan (25 tahun), maka PT.
PRIMA ALUMGA akan mengajukan kembali izin perpanjangan usaha budidaya
perkebunan dengan tetap berprinsip pada terlaksananya Sustainable Management
sehingga tercipta kepastian usaha.

b. Peremajaan Tanaman (Replanting)


Kegiatan peremajaan tanaman akan dilakukan pada saat tanaman sekitar 25 tahun
setelah panen pertama. Hal ini didasarkan asumsi bahwa tanaman kelapa sawit
memiliki umur ekonomis sekitar 25 tahun. Dengan demikian peremajaan tanaman
direncanakan dimulai pada tahun 2040 hingga 2042.
Peremajaan tanaman dilakukan secara bertahap sesuai dengan urutan penanaman
awal. Adapun rencana peremajaan tenaman secara terinci dapat dilihat pada Tabel.
2.31.
Tabel 2.31. Rencana Pelaksanaan Peremajaan Tanaman
Tahun Pelaksanaan
Peremajaan Luas Lahan Keterangan
Tanaman (Ha)
2040 3.141 Ditanam pada bekas tanam tahun 2013
2041 3.141 Ditanam pada bekas tanam tahun 2014
2042 3.141 Ditanam pada bekas tanam tahun 2015
Sumber : PT. Prima Alumga,2012

II-52
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
2.3.3. Alternatif-alternatif yang Akan Dikaji Dalam AMDAL
Di dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit yang akan
dilakukan oleh PT. PRIMA ALUMGA, ada beberapa alternatif yang akan dikaji dalam
studi AMDAL khususnya lokasi pembangunan pabrik minyak sawit.
Untuk lokasi pembangunan pabrik ada dua tempat yang akan dijadikan alternatif
pembangunan pabrik minyak sawit.
Alernatif pertama, adalah di sebelah timur Sungai Sidang. Lokasi ini akan dijadikan
alernatif dengan pertimbangan untuk ketersediaan suplay air ke pabrik dan
eplacement. Dari sisi lingkungan ketersediaan dan kontinyuitas suplay air secara sosial
akan memberikan kenyamanan dan ketentraman bagi tenaga kerja yang ada dilokasi
pabrik, karena lokasi pabrik relatif dekat dengan sungai.
Alternatif kedua, yang akan dijadikan lokasi pabrik adalah berada di tengah-tengah
lokasi perkebunan. Tempat ini dijadikan alternatif dengan pertimbangan untuk efisiensi
di dalam pengangkutan TBS, karena ada di tengah lokasi perkebunan maka
asumsinya jarak pengangkutan dari semua lokasi akan relatif dekat dari sisi lingkungan
jarak tempuh yang pendek akan berimplikasi terhadap minimnya kadar partikel debu
dan gas emisi di udara akibat dari lalu lalangnya transport angkutan TBS.
Dari aspek lingkungan, kedua alternatif itu perlu dikaji lebih mendalam lagi mengingat
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti pemukiman penduduk,
memotong jembatan, sungai dan lain-lain.

2.3.4. Kegiatan-Kegiatan yang Ada Di Sekitar Rencana Lokasi Kegiatan Serta


Dampak-Dampaknya Terhadap Lingkungan Hidup
Di sekitar areal perkebunan kelapa sawit PT. PRIMA ALUMGA terdapat beberapa
kegiatan lain seperti di sebelah utara kampung Sungai Cambai, kota terpadu mandiri
dan Konservasi HTI; sebelah timur kampung Sungai Sidang, Panggung Rejo,
Kecamatan Rawa Jitu Utara, Kawasan Minopolitan; sebelah selatan Kabupaten Tulang
Bawang; sebelah Barat Kecamatan Mesuji Timur.
Pengelolaan kegiatan-kegiatan lain seperti disebutkan di atas, secara langsung atau
tidak langsung ada keterkaitan dan akan turut berpangaruh, sehingga akan terjadi
akumulasi dampak yang pada ahirnya berpotensi menimbulkan perubahan yang
mendasar terhadap komponen lingkungan hidup. Adanya keterkaitan dampak dari
kegiatan-kegiatan lain tersebut yang paling nyata dapat dilihat adalah terjadinya
perubahan jenis flora dan fauna, perubahan kondisi tanah serta kualitas air badan
sungai.
Dengan demikian keterkaitan dampak-dampak tersebut perlu lebih dicermati
pengaruhnya terhadap komponen fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan
kesehatan lingkungan masyarakat.
Terjadinya perubahan fungsi lahan, dimana sebelum ada kegiatan kondisi areal terdiri
dari vegetasi semak belukar dan hutan sekunder kemudian menjadi lahan budidaya
kelapa sawit, diasumsikan bahwa akan berimplikasi terhadap masalah
ketenagakerjaan, ketersediaan dan kualitas air, erosi, kesuburan tanah, kualitas udara,
kebisingan, dan lain-lain. Implikasi-implikasi ini, semua akan bermuara kepada suatu
pokok masalah yaitu kepada kehidupan sosial masyarakat sekitar sehingga perlu dilakukan
kajian secara konprehensif.
Peta Kegiatan Lain di sekitar areal PT. PRIMA ALUMGA ditampilkan pada Gambar
Peta 2.4.
BAB III
KETERKAITAN UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN DENGAN RENCANA
KEGIATAN

3.1. UNDANG-UNDANG UMUM


 Umum
Undang-Undang Republik Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu
Indonesia No. 3 Tahun perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
1992 tentang Jaminan santunan dalam bentuk uang sebagai pengganti
Sosial Tenaga kerja sebagian dan penggantian penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, akit, hamil,
bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

 Khusus
Undang-Undang Republik Urusan wajib yang menjadi kewenangan
Indonesia Nomor 12 pemerintah daerah provinsi merupakan urusan
Tahun 2008 tentang dalam skala provinsi meliputi: perencanaan dan
Perubahan Kedua Atas pengendalian pembangunan; perencanaan,
Undang- Undang Nomor pemanfaatan dan pengawasan tataruang;
32 Tahun 2004 tentang penyelengaraan ketertiban umum dan
Pemerintahan Daerah. ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan
prasarna umum; penanganan bidang kesehatan;
penyelenggaraan pendidikan dan alokasi
sumberdaya manusia potensial; penanggulangan
masalah sosial lintas kabupaten/kota; pelayanan
bidang ketenaga kerjaan lintas kabupaten/kota;
fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil,
dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota;
pengendalian lingkungan hidup; pelayanan
pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
pelayanan kependudukan dan catatan sipil.
 Umum
Undang-Undang Republik Undang-undang ini digunakan setiap rencana
Indonesia No. 32 tahun usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan
2009 tentang dapat menimbulkan dampak besar dan penting
Perlindungan dan terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki
Pengelolaan Lingkungan analisis dampak lingkungan hidup.
Hidup.

 Khusus

Undang-Undang Republik Konservasi sumber daya alam hayati dan


Indonesia No 5 Tahun ekosistemnya berasaskan pelestarian
1990 tentang Konservasi kemampuan dan pemanfaatan sumber
Sumber Daya Alam Hayati daya
dan Ekosistemnya alam hayati dalam ekosistemnya secara
serasi
dan seimbang.
Konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya merupakan tanggung
jawab dan
kewajiban pemerintah serta masyarakat.

Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar


Kehutanan dan untuk
Perkebunan No. mengetahui jenis satwa yang perlu
301/Kpts-II/1991 tentang dilindungi.
Satwa yang Dilindungi

 Umum
Peraturan Pemerintah Sungai adalah tempat-tempat dan
Republik Indonesia No 35 wadah-wadah
air termasuk sumber daya alam non
Tahun 1991 tentang hayati yang
Sungai terkandung di dalamnya serta jaringan
pengaliran
air mulai dari mata air sampai muara
dengan
dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan.
Pengelolaan sungai bertujuan untuk
mewujudkan
kemanfaatan sungai yang
menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sungai mempunyai fungsi serba guna
bagi
manusia dan makhluk lainnya. Sungai
harus
dilindungi dan dijaga kelestariannya,
ditingkatkan
fungsi dan kemanfaatannya dan
dikendalikan
daya rusak air terhadap
lingkungannya.

 Khusus
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan sebagai
Republik Indonesia pedoman dalam
Nomor 18 Tahun 1999 pengelolaan limbah B3.
Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.

Undang-Undang Republik Pengendalian daya rusak air adalah upaya


Indonesia No. 7 Tahun untuk
2004 tentang Sumberdaya mencegah, menanggulangi, dan
Air memulihkan
kerusakan kualitas lingkungan yang
disebabkan
oleh daya rusak air.
Sumber daya air dikelola secara
menyeluruh,
terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup
dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan
sumber
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-
besar
kemakmuran rakyat.

Peraturan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai syarat-


Kesehatan No. syarat
416/Menkes/PER/IX/19 dan pengawasan kualitas air dalam
90 tentang Syarat- syarat pengelolaan
dan Pengawasan Kualitas lingkungan hidup akibat adanya rencana
Air. kegiatan

 Umum
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar
Kehutanan No. dalam
260/KPTS-II/1995 tentang usaha pencegahan dan pemadaman
Petunjuk Usaha kebakaran
Pencegahan dan hutan di sekitar kawasan rencana kegiatan.
Pemadaman Kebakaran
Hutan.

 Khusus
Peraturan Pemerintah Tujuan perlindungan hutan adalah untuk
Republik Indonesia No. 28 menjaga
Tahun 1985 tentang kelestarian hutan agar dapat memenuhi
Perlindungan Hutan. fungsinya.
Untuk mencapai tujuan dilakukan segala
usaha,
kegiatan, tindakan untuk mencegah dan
membatasi kerusakan-kerusakan hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan
penyakit,
serta untuk mempertahankan dan menjaga hak
hak negara atas hutan dan hasil hutan.

Undang-Undang Republik Sistem budidaya tanaman adalahsystem


Indonesia No. 12 Tahun pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya
1992 tentang Sistem nabati melalui upaya manusia yangdengan
Budidaya Tanaman. modal, teknologi, dan sumberdayalainnya
menghasilkan barang guna memenuhi
kebutuhan
manusia secara baik.

 Umum
Peraturan Pemerintah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Republik Indonesia No. 27 merupakan bagian studi kelayakan rencana
Tahun 2012 tentang Izin usaha atau kegiatan dan hasil analisisnya
Lingkungan digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan setiap usaha dan atau kegiatan.

 Khusus
Keputusan Presiden Peraturan ini diperlukan sebagai dasar untuk
Republik Indonesia No. 22 mengelola dampak lingkungan di kawasan
Tahun 1990 tentang rencana kegiatan perkebunan.
Pengendalian Dampak
Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai