UNDANG – UNDANG
I-3
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
I-4
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
I-5
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
B. Peraturan Pemerintah
No Peraturan Alasan Penggunaan
Peraturan Pemerintah Tujuan perlindungan hutan adalah untuk menjaga
Republik Indonesia No. 28 kelestarian hutan agar dapat memenuhi
Tahun 1985 tentang fungsinya.
Perlindungan Hutan. Untuk mencapai tujuan dilakukan segala usaha,
kegiatan, tindakan untuk mencegah dan
1. membatasi kerusakan-kerusakan hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,
serta untuk mempertahankan dan menjaga hak-
hak negara atas hutan dan hasil hutan.
Peraturan Pemerintah Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah
Republik Indonesia No 35 air termasuk sumber daya alam non hayati yang
Tahun 1991 tentang terkandung di dalamnya serta jaringan pengaliran
Sungai. air mulai dari mata air sampai muara dengan
dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan.
Pengelolaan sungai bertujuan untuk mewujudkan
2. kemanfaatan sungai yang menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sungai mempunyai fungsi serba guna bagi
manusia dan makhluk lainnya. Sungai harus
dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan
fungsi dan kemanfaatannya dan dikendalikan
daya rusak air terhadap lingkungannya.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan untuk memperhatikan
Republik Indonesia No. 44 aspek-aspek yang berkenaan dengan kegiatan
3. Tahun 1995 tentang perbenihan dalam rencana kegiatan perkebunan.
Pembenihan.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
Republik Indonesia pengawetan tumbuhan dan satwa.
Nomor 7 Tahun 1999
4. tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan Dan
Satwa.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
5. Republik Indonesia pengelolaan limbah B3.
Nomor 18 Tahun 1999
No Peraturan Alasan Penggunaan
Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
Peraturan Pemerintah Pengendalian pencemaran udara meliputi
Republik Indonesia No 41 pengendalian dari usaha dan/atau kegiatan
Tahun 1999 tentang sumber bergerak, sumber bergerak spesifik,
6. Pengendalian sumber tidak bergerak spesifik yang dilakukan
Pencemaran Udara. dengan upaya pengendalian sumber emisi
dan/atau sumber gangguan yang bertujuan untuk
mencegah turunnya mutu udara.
Peraturan Pemerintah No. Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
85 Tahun 1999 Tentang : pengelolaan limbah B3.
Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No.
7. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Peraturan Pemerintah Pengendalian kerusakan tanah adalah upaya
Republik Indonesia No. pencegahan dan penanggulangan kerusakan
150 Tahun 2000 tentang tanah serta pemulihan kondisi tanah. Peraturan
8. Pengendalian Kerusakan Pemerintah ini bertujuan untuk mengendalikan
Tanah untuk Produksi kerusakan tanah untuk produksi biomassa.
Biomassa.
Peraturan Pemerintah Dampak lingkungan hidup yang berkaitan dengan
Republik Indonesia No. 4 kebakaran hutan dan atau lahan adalah pengaruh
Tahun 2001 tentang perubahan pada lingkungan hidup yang berupa
Pengendalian Kerusakan kerusakan dan atau pencemaran lingkungan
dan atau Pencemaran hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan
9. Lingkungan Hidup yang dan atau lahan.
Berkaitan dengan Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang
Kebakaran Hutan dan berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau
Lahan. lahan adalah ukuran batas perubahan sifat fisik
dan atau hayati lingkungan hidup yang dapat
ditenggang.
Peraturan Pemerintah Pengelolaan kualitas air adalah upaya
Republik Indonesia No. 82 pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air
Tahun 2001 tentang yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk
Pengelolaan Kualitas Air menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi
dan Pengendalian alamiahnya.
10. Pencemaran Air. Pengendalian pencemaran air adalah upaya
pencegahan dan penanggulangan pencemaran
air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan
atau kegiatan yang berwujud cair.
Peraturan Pemerintah Penatagunaan tanah berasaskan keterpaduan,
Republik Indonesia berdayaguna dan berhasilguna, serasi, selaras,
11. Nomor. 16 Tahun 2004 seimbang, berkelanjutan, keterbukaan,
tentang Penatagunaan persamaan, keadilan dan perlindungan hukum.
Tanah. Penatagunaan tanah bertujuan mengatur
I-7
No Peraturan Alasan Penggunaan
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman dalam
Republik Indonesia pembagian urusan atara Pemerintah,
Nomor 38 Tahun 2007 Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
tentang Pembagian Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Urusan Pemerintahan
12. Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan untuk melakukan kajian
Republik Indonesia No. 26 bahwa rencana kegiatan sudah sesuai dengan
13. Tahun 2008 tentang tata ruang yang ada.
Penataan Ruang Lingkup
Nasional.
Peraturan Pemerintah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Republik Indonesia No. 27 merupakan bagian studi kelayakan rencana
14. Tahun 2012 tentang Izin usaha atau kegiatan dan hasil analisisnya
Lingkungan. digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan setiap usaha dan atau kegiatan.
C. Keputusan/Instruksi Presiden
No Peraturan Alasan Penggunaan
Keputusan Presiden Peraturan ini diperlukan sebagai dasar untuk
Republik Indonesia No. 22 mengelola dampak lingkungan di kawasan
1. Tahun 1990 tentang rencana kegiatan perkebunan.
Pengendalian Dampak
Lingkungan.
Keputusan Presiden Perlindungan terhadap sepadan sungai dilakukan
Republik Indonesia No. 32 untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia
Tahun 1990 tentang yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air
Pengelolaan Kawasan sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai
Lindung. serta mengamankan aliran sungai. Sekurang-
kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar
dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang
2. berada di luar permukiman. Untuk sungai di
kawasan permukiman berupa sempadan sungai
yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan
inspeksi antara 10 – 15 meter.
Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air
dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan
budidaya yang dapat merusak kulitas air dan
I-8
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
D. Peraturan Menteri
No Peraturan Alasan Penggunaan
Peraturan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai syarat-syarat
Kesehatan No. dan pengawasan kualitas air dalam pengelolaan
416/Menkes/PER/IX/19 lingkungan hidup akibat adanya rencana kegiatan
1. 90 tentang Syarat- syarat
dan Pengawasan Kualitas
Air.
Keputusan Menteri Petani adalah seluruh petani peserta
Kehutanan dan pengembangan perkebunan pola Perusahaan Inti
Perkebunan Rakyat (PIR) atau petani yang ikut dalam
Nomor.627/Kpts- II/1998 kemitraan usaha dengan perusahaan mitra.
tentang Ketentuan Perusahaan adalah seluruh Badan Usaha yang
2. Penetapan Pembelian melakukan kemitraan dengan petani. Petani
Tandan Buah Segar menjual seluruh TBS kepada perusahaan dan
(TBS) Kelapa Sawit perusahaan membeli seluruh TBS untuk diolah
Produksi Petani. dan dipasarkan sesuai dengan perjanjian
kerjasama.
Peraturan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai syarat-syarat
Kesehatan No. dan pengawasan kualitas air dalam pengelolaan
907/Menkes/SK/VII/2002 lingkungan hidup akibat adanya rencana
3. tentang Syarat- syarat kegiatan.
dan Pengawasan Kualitas
Air.
Peraturan Menteri negara Dokumen AMDAL meliputi: Kerangka Acuan
Lingkungan Hidup No. 8 Analisis Dampak Lingkungan, Analisis Dampak
4. Tahun 2006 tentang Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan,
Pedoman Penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan, Ringkasan
AMDAL. Eksekutif.
Peraturan Menteri Izin Usaha Perkebunan adalah (IUP) adalah izin
Pertanian No. 26 Tahun tertulis dari pejabat berwenang dan wajib dimiliki
2007 tentang Pedoman oleh perusahaan yang melakukan usaha
Perizinan Usaha budidaya perkebunan dan terintegrasi dengan
Perkebunan. usaha industri pengolahan hasil perkebunan.
Jenis usaha perkebunan terdiri atas usaha
budidaya tanaman perkebunan dan usaha
industri pengolahan hasil perkebunan.
5. Usaha budidaya tanaman perkebunan yang
luasnya 25 (dua puluh lima) hektar atau lebih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan
memiliki unit pengolahan hasil perkebunan yang
kapasitas olahnya sama atau melebihi kapasitas
paling rendah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1), wajib memiliki Izin Usaha
Perkebunan (IUP).
Usaha budidaya tanaman perkebunan yang
I-9
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
I-10
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
E. Keputusan Menteri
No Peraturan Alasan Penggunaan
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai standar mutu
Negara Kependudukan lingkungan untuk udara ambien di lingkungan
dan Lingkungan Hidup pemukiman dan perkebunan.
No. 02/MENKLH/ 1988
tentang Pedoman
1. Penetapan Baku Mutu
Lingkungan untuk Udara
Ambien di Lingkungan
Pemukiman dan
Perkebunan.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar untuk
Kehutanan dan mengetahui jenis satwa yang perlu dilindungi.
2. Perkebunan No.
301/Kpts-II/1991 tentang
Satwa yang Dilindungi.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai baku mutu
Negara Lingkungan Hidup lingkungan.
No. 12/ MENLH/ X/95
3. tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu
Lingkungan.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai standar mutu
Negara Lingkungan Hidup lingkungan untuk emisi sumber tidak bergerak.
4. No. 13/MENLH/ III/1995
tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam
Kehutanan No. usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran
260/KPTS-II/1995 tentang hutan di sekitar kawasan rencana kegiatan.
5. Petunjuk Usaha
Pencegahan dan
Pemadaman Kebakaran
Hutan.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar hukum
Kehutanan dan pelaksanaan studi AMDAL.
Perkebunan No 602/Kpts-
II/1998 Jo No. 622/Kpts-
6. II/1999 tentang AMDAL,
UKL dan UPL
Pembangunan Kehutanan
dan Perkebunan.
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar dalam
Pertanain No. KB.310/452 pedoman pengelolahan limbah industri kelapa
Tahun 1995 tentang sawit.
7. Standarisasi
Pengolahan Limbah
Pabrik Kelapa Sawit.
Keputusan Menteri Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
8. Negara Lingkungan Hidup dilengkapi dengan AMDAL (Ketetapan Pertama)
No 48 Tahun 2001 Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK)
I-11
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
I-12
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
a. Perijinan
Untuk pembangunan dan operasional usaha perkebunan kelapa sawit dan pabrik
minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA, aspek perizinan (legalitas) sangat penting
dalam rangka kelangsungan dan kelancaran usaha, oleh karena itu menjadi
kewajiban PT. PRIMA ALUMGA untuk melengkapinya dan akan dilakukan
secara bertahap sesuai perkembangan dari tahapan kegiatan perkebunan kelapa
sawit ini. Dalam proses penyusunan dokumen AMDAL, izin yang dijadikan
dasar adalah Izin Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit dari Bupati Mesuji Nomor :
B/11/I.02/HK/MSJ/2010 seluas 10.252,43 ha.
b. Sosialisasi/Konsultasi Publik
Konsultasi Publik kepada masyarakat kampung sekitar telah dilakukan pada hari
Sabtu tanggal 15 Desember 2012 bertempat di Hotel Grande Bandar Lampung
Provinsi Lampung, yang dihadiri oleh perwakilan dari masyarakat sekitar, dalam
rangka untuk memberikan penjelasan secara langsung dan transparan tentang
latar belakang dilakukan dari rencana usaha dan/atau kegiatan, jenis-jenis dan
tahap kegiatan, rencana teknis kegiatan, tujuan dan manfaat kegiatan, potensi-
potensi dampak lingkungan hidup (positif dan negatif), serta bagaimana
pengelolaan dan pemantauan dampaknya dalam rangka untuk meminimalkan
dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif.
c. Pembebasan Lahan
Luas areal yang dicadangkan untuk perkebunan kelapa sawit PT. PRIMA
ALUMGA adalah 10.252,43 ha. Bilamana dalam areal tersebut terdapat areal
perladangan yang biasa dikelola dan/atau milik secara legal maupun adat oleh
masyarakat sekitar, maka PT. PRIMA ALUMGA secara aktif akan melakukan
pendekatan dan berkomunikasi (musayawarah untuk mufakat) dengan
masyarakat sekitar dalam menetapkan/kesepakatan model penyelesaian
permasalahan lahan. Model penyelesaian yang lazim ditempuh antara lain adalah
dengan pembebasan lahan dan tanam tumbuh atau dengan melibatkan sebagai
kebun plasma. Ini penting dilakukan untuk menghindari terjadinya keresahan
sosial dan menghindari potensi konflik di tengah masyarakat. Dalam
pelaksanaanya nanti, atas permasalahan pembebasan lahan dan tanam tumbuh,
pihak PT. PRIMA ALUMGA akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan
tokoh masyarakat (adat) mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan sampai
kampung memperhatikan kearifan lokal masyarakat setempat.
.
2.2 TAHAP KONSTRUKSI
a. Mobilisasi Alat Berat, Material dan Tenaga Kerja
Didalam menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit
PT. PRIMA ALUMGA diperlukan alat-alat berat, material dan tenaga kerja.
Rencana penggunaan alat berat dan kendaraan operasional disajikan pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Rencana Alat Berat dan Kendaraan Operasional Yang Akan
Digunakan
No. Jenis Alat Type Jumlah (Unit)
1. Dozer 200 HP 3
2. Grader 130 HP 2
3. Excavator 118 HP 1
4. Loader 170 HP 1
5. Compactor 223 HP 1
6. Chainsaw - 14
7. Trailer - 2
8. Wheel Tractor - 4
9. Mitsubitshi Estrada 4
10. Sepeda Motor Honda 10
11. Dump Track - 10
12. Truck Stone - 6
13. Mini Bus - 2
14. Kendaraan PMK - 1
15. Truck - 8
Jumlah 69
Sumber : PT. Prima Alumga, 2011
b. Pembukaan Lahan
Penyiapan lahan tanam dilakukan secara bertahap menyesuaikan jadwal
penanaman kelapa sawit. Penyiapan areal penanaman kelapa sawit meliputi
pekerjaan pembersihan lahan (land clearing) dari vegetasi penutup, pembuatan
terasiring dan penanaman tanaman penutup tanah (Land Cover Crop).
II-8
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II -
9
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II-10
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II-11
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Sarana Listrik
Untuk menunjang operasional perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak
sawit PT. PRIMA ALUMGA, suplai listrik akan digunakan mesin genset.
Mesin genset akan ditempatkan pada bangunan berukuran 6 m x 12 m.
Rencana kapasitas genset 250 kVA sebanyak 3 unit, masing-masing 1 unit
untuk melayani 1 afdeling.
II-12
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
10,00
PIPA DIAMETER 8 m
2,50
GENSET
PENYANGGA
0,00
Kapur/tawas
II-13
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
digunakan media pasir, kerikil, arang dan ijuk. Proses filtrasi ini bertujuan
mendapatkan kualitas air yang lebih jernih selanjutnya ditampung pada bak
penampung air bersih yang akan didistribusikan melalui pipa-pipa penyalur.
Untuk memenuhi kebutuhan air minum, akan bekerjasama dengan depot
pengisian air minum yang akan menyuplai untuk kegiatan operasional
karyawan.
Tabel 2.8. Rencana Alat, Jumlah Kebutuhan Bahan Bakar dan Jumlah Kebutuhan
Minyak Pelumas
Kebutuhan Bahan Kebutuhan Minyak
Jumlah Bakar Minyak Pelumas
No Jenis Alat Tipe (Unit) Liter/ Liter/ Liter/ Liter/ Liter/ Liter/
jam hari* Bulan** jam hari* Bulan**
A. Alat-alat berat
1. Dozer 200 HP 3 26,70 560,7 43734,6 0,55 11,55 900,9
2. Grader 130 HP 2 15,80 221,2 11502,4 0,37 5,18 269,36
3. Excavator 118 HP 1 26,70 186,9 4859,4 0,55 3,85 100,1
4. Loader 170 HP 1 21,10 147,7 3840,2 0,32 2,24 58,24
5. Compactor 223 HP 1 9,18 64,26 1670,76 0,29 2,03 52,78
6. Chainsaw - 14 2 140 36400 26,9 6994
7. Trailer - 2 10,00 140 7280 0,3 4,2 218,4
8. Wheel Tractor - 4 6,00 168 17472 0,24 6,72 698,88
B. Kendaraan Kebun
1. Mitsubitshi - 4 6,00 126 9828 0,1 2,1 163,8
Estrada
2. Sepeda Motor - 10 3,00 168 34944 0,05 2,8 582,4
3. Dump Truck 284 HP 10 14,50 1015 263900 0,24 16,8 4368
4. Truck Stone - 6 6,00 252 39312 0,24 10,08 1572,48
5. Minibus - 2 6,00 84 4368 0,22 3,08 160,16
C. Alat / Kendaraan PMK
1. Kendaraan PMK - 1 6 42 1092 0,23 1,61 41,86
2. Truck - 8 6 252 39312 0,24 10,08 1572,48
164,9 3567,7 519515,
TOTAL 3,94 109,22 17753,84
8 6 4
Sumber : PT.Prima Alumga, 2011
* **
Keterangan : = 7 jam per hari = 26 hari kerja per bulan
II-14
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Atap seng
Atap seng Ventilasi
kawat harmonika
1" x 1"
7m
3,5 m
Dinding pasangan pintu Dinding pasangan
batu bata 1,2 m x 2 m 1,5 m batu bata lantai cor
8m
1,2 m 2,5 m
8,3 m
0,5 m DENAH
bak penampung
ceceran oli
0,5 m
Keterangan : 1,5 m F
G
A Drum bekas oli tidak layak pakai (kosong) tanggul penahan E
ceceran oli 4m 6m
B Drum bekas oli layak pakai (kosong) 0,2 m x 0, 2 m D 8,3 m
C Kemasan kaleng ex. Bahan Kimia H
D Kemasan plastik ex. Bahan Kimia C
E Batteray bekas pintu 6m
F Cardtridge, Majun bekas,Hyd hose , sarung tangan bekas dll. 1,2 m x 2 m
G Drum penampung oli bekas
H APAR ( Powder 2 kg ) A B
pallet
kayu 0,25 m x 0,025m x 4 m
Mengingat oli bekas masih memiliki nilai jual, maka setelah oli bekas tersebut
dikumpulkan, kemudian diangkut ke perusahaan pengumpul oli bekas yang
telah memeliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup.
II-15
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
d. Pembuatan Drainase
Saluran air (drainase) dimaksudkan untuk mengendalikan tata air dalam areal
perkebunan. Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi
dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam areal
perkebunan, sedangkan drainase kebalikannya.
Untuk mencegah timbulnnya kerancuan dalam tatanama sistem drainase,
berikut dijelaskan tipe dan ukuran saluran.
a) Drainase lapangan (field drains; secara salah kaprah disebut parit tersier)
Berfungsi menyekap air yang ada dan/atau mengalirkannya di
permukaan tanah
Dalam keadaan tertentu berfungsi menurunkan permukaan air tanah
Merupakan parit buatan
b) Drainase pengumpul (collection drains; secara salah kaprah disebut parit
sekunder)
Berfungsi mengumpulkan air dari suatu areal tertentu dan
mengalirkannya ke pembuangan
Merupakan buatan manusia dan dapat berbentuk saluran (parit), kolam,
waduk dan lainnya
Dapat juga berupa teras bersambung dan benteng, dimana bentuk
pengumpulannya berdiri sendiri dan pembuangannya melalui
peresapan tanah
c) Drainase pembuangan (outlet drains; secara salah kaprah disebut parit
primer)
Berfungsi mengeluarkan air dari suatu areal tertentu
Umumnya memanfaatkan kondisi alam yang ada, seperti sungai,
jurang, dan lainnya
Jika tidak dapat memanfaatkan kondisi alam, juga dapat berupa saluran
buatan (kanal), sistem pompa, dan lain-lain
Dimensi saluran drainase yang direncanakan akan dibuat seperti diuraikan
pada Tabel 2.9
II-16
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II-17
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
g. Pengadaan Bibit
Varietas yang digunakan adalah Varietas Tenera yang didatangkan dari PT.
London Sumantara dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Lokasi
pembibitan dilakukan pada areal yang datar dan dekat sumber air dengan Luas
10 ha. Tahap pembibitan adalah kegiatan pembersihan lahan, pembuatan
saluran drainase, pembuatan jalan pengawasan, pembuatan naungan dan
pembuatan bedengan.
Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan penyiapan lahan pada tahap
pembibitan diuraikan pada Tabel 2.10. berikut.
Tabel 2.10. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Penyiapan Lahan pada
Lokasi Pembibitan
II-19
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II-20
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Tabel 2.13. Jumlah Penyediaan Bibit Tanaman Kelapa Sawit PT. PRIMA
ALUMGA Setiap Tahun
Luas Kebutuhan Bibit Tanam Kebutuhan
Tahun Tanaman Tanaman Sisipan Jumlah Kecambah
Tanam Ha (Batang) (Batang) (Batang)
Inti
2013 2512.4 346.711 8.668 355.379 455.058
2014 2512.4 346.711 8.668 355.379 455.058
2015 2512.4 346.711 8.668 355.379 455.058
Jumlah
7.537 1.040.134 26.003 1.066.137 1.365.175
Inti
Plasma
2013 628.1 86.678 2.167 88.845 113.765
2014 628.1 86.678 2.167 88.845 113.765
2015 628.1 86.678 2.167 88.845 113.765
Jumlah
1.884 173.356 4.334 177.689 227.529
Plasma
Sumber : PT. Prima Alumga, 2012
h. Penanaman
Dalam penanaman, digunakan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (segitiga sama
sisi/pancang mata lima), sehingga jumlah populasi tanaman 138 pohon/ha.
Pada kegiatan penanaman ini akan diprakirakan banyak tenaga kerja yang
akan terserap. Prakiraan jumlah tenaga kerja tersebut digambarkan pada Tabel
2.14. berikut.
Penggunaan tenaga kerja diformulasikan dalam Hari Orang Kerja Per Hektar
(HOK/Ha) dengan maksud untuk efektif pengelolaan tenaga kerja penanaman.
Misalnya untuk Tenaga Kerja Mandor dengan Jumlah setara 444 – 2.000 HOK
(nilai tsb adalah luas areal efektif minimum dan maksimum) dapat dikelola pada
jumlah hari kerjanya dan/atau jumlah tenaga kerjanya, tergantung pada kondisi
lapangan saat itu. Bilamana dalam pelaksanaan penanaman kelapa sawit
jumlah tenaga kerja diperbanyak maka korelasinya ada pada jumlah hari kerja
yang berkurang atau sebaliknya.
II-21
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II-22
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Tabel 2.15. Jenis dan Dosis Intektisida, Fungisida dan Herbisida yang Digunakan
Untuk Pengendalian Hama Penyakit pada TBM
No Jenis Pestisida Dosis (Ha/Tahun)
A INSEKTISIDA
1. Metamidofos 200 – 600 g
2. Permetrin 20 liter
3. Monokrotofos 600 g
B FUNGISIDA
1. Dithane M-45 70 liter
C HERBISIDA
1. Round Up 5 – 6 liter
2. Dowpon M 25 kg
Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat, SUMUT, 2000.
Tabel 2.16. Dosis Pemupukan TBM Kelapa Sawit Menurut Umur Tanaman
II-23
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Kastrasi
Kastrasi adalah tindakan kultur teknis untuk membuang semua bunga pada
waktu tanaman berumur 12 – 30 bulan, atau jika sekitar 35 % tanaman telah
berbunga. Manfaat dari pekerjaan ini adalah menghindarkan sumber
penyakit dari tandan atau bunga busuk yang tidak dipanen karena belum
memenuhi kriteria. Merangsang pertumbuhan vegetatif dan waktu panen
dapat disesuaikan dengan rencana.
Penyerbukan
Hadirnya serangga Elaedobius cameranicus dalam teknik budidaya kelapa
sawit telah menghilangkan pekerjaan penyerbukan buatan yang biasanya
dilakukan setelah kastrasi. Penggunaan serangga ini sudah terbukti
berperan aktif sebagai pelaksana penyerbukan alamiah dengan hasil sangat
nyata terhadap peningkatan produksi.
Berdasarkan pengalaman pada perkebunan-perkebunan besar di Sumatera
terhadap pemakain serangga untuk penyerbukan ini, tidak memberikan
dampak negatif pada lingkungan.
Persiapan Panen
Panen umumnya dapat dimulai setelah tanaman kelapa sawit berumur 30
bulan. Agar panen dapat berjalan lancar diperlukan beberapa persiapan
untuk panen, antara lain : pembuatan atau pembukaan jalan panen untuk
mempermudah pengangkutan buah, pembersihan piringan pohon,
pembuatan tempat pengumpulan hasil panen, pemangkasan (tunas)
pendahuluan untuk mempermudah pemotongan tandan, pembuatan titik
pikul pada areal terdapat parit/drainase.
Deskripsi Jabatan
Direksi
Bertugas dan bertanggung jawab dalam menentukan serta arahan seluruh
kebijakan dalam kegiatan perkebunan dan pabrik minyak sawit.
Direktur
Bertugas memimpin perseroan dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan perkebunan dan pabrik minyak sawit, menentukan
kebijaksanaan dan mengambil keputusan dalam sidang dewan direksi dalam
rangka memimpin perseroan guna menjamin kelangsungan seluruh kegiatan
dan fungsi perkebunan, memberikan pengarahan umum kepada anggota
direksi, mengkoordinasikan kegiatan operasional direksi. Dalam
melaksanakan tugasnya direktur bertanggung jawab kepada pemegang
saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
II-24
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Bagian Kebun
Manager Kebun
Bertugas melaksanakan kebijakan direksi baik yang menyangkut
operasional, keuangan dan administrasi, mengkoordinir kegiatan
manajemen yang terdapat pada struktur organisasi secara struktural dan
fungsional.
Kepala Tata Usaha (KTU)
Bertugas untuk melaksanakan pekerjaan yang meliputi bidang-bidang
administrasi, keuangan personalia serta bidang umum seperti
keamanan, pergudangan, kendaraan dan lain-lain yang ada di bidang
perkebunan. Kepala Bagian Tata Usaha ini dibantu oleh Staf Bagian
Umum, Keuangan dan Administrasi.
Kabag Pengembangan Masyarakat /Corporate Social Responsibility
Untuk membantu manager lingkungan di bidang pengembangan
masyarakat dan melakukan koordinasi eksternal baik dengan
masyarakat maupun instansi terkait yang berkaitan dengan masyarakat
sekitar.
Humas
Mengurus segala urusan yang berhubungan dengan pihak-pihak di luar
perusahaan seperti instansi pemerintah, masyarakat dan tamu-tamu
yang datang dibantu dengan satu orang staf.
Kabag. Lingkung
Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, pelaksanaan pelaporan kepada instansi terkait,
pelaksanaan pemantauan lingkungan secara berkala terhadap kegiatan
unit kebun dibantu dengan satu orang staf.
Ass Kepala
Bertugas untuk menyusun rencana kegiatan perkebunan, mulai dari
penataan areal sampai pengangkutan produksi dan menentukan kualitas
serta kuantitas dari tandan buah segar (TBS) yang akan dipanen.
Ass Lapangan
Bertugas bersama-sama dengan Ass. Kepala untuk menentukan kualitas
tandan buah segar terutama TBS yang akan diolah di pabrik.
Kerani
Bertugas membantu manager kebun dalam mencatat setiap
perkembangan kemajuan pekerjaan dari lapangan dari setiap blok kebun
serta membuat laporan rutin bulanan.
Mandor
Para mandor ini adalah petugas yang langsung bertugas di kebun untuk
membantu ass. Lapangan. Biasanya dibedakan menurut jenis
pekerjaannya, misalnya mandor tanaman, mandor pupuk dan mandor
pemeliharaan.
Staf Umum dan Administrasi
Bertugas membantu kelancaran tugas Asisten Kepala dalam masalah
administrasi kebun dan hal-hal yang sifatnya umum.
II-25
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Staf Keuangan
Mengurus mengenai keuangan di lapangan seperti pembayaran gaji
buruh, pembayaran gaji staf, pembayaran bahan material yang
pengadaannya di lapangan, rekapitulasi hasil-hasil pembayaran dan
mengirimkannya ke kantor pusat.
Bagian Pabrik
Manajer Pabrik
Bertugas untuk merumuskan program atau rencana pengolahan pabrik
minyak sawit berdasarkan kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan
sasaran dan target produksi yang telah ditetapkan.
Ass. Kepala
Bertugas untuk menyusun rencana kegiatan operasional pabrik, mulai
dari masuknya TBS ke dalam Pabrik, pengolahan sampai menghasilkan
CPO.
Ass. Pabrik
Bertugas untuk membantu Manajer Pabrik dan Askep Pabrik dalam
mengkoordinir pekerjaan yang berhubungan dengan pabrik yang
mencakup kualitas san kuantitas hasil olahan. Untuk bidang pengolahan
Ass. Kepala Pabrik dibantu oleh Ass. Pengolahan, sedangkan untuk
perbaikan mesin-mesin dan peralatan pabrik dibantu oleh Ass. Teknik.
KTU Pabrik
Bertugas untuk melaksanakan pekerjaan yang meliputi bidang-bidang
administrasi, keuangan personalia serta bidang umum seperti
keamanan, pergudangan, kendaraan dan lain-lain di lingkungan pabrik.
Kabag. Lingkung
Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, pelaksanaan pelaporan kepada instansi terkait,
pelaksanaan pemantauan lingkungan secara berkala terhadap kegiatan
unit Pabrik dibantu dengan dua orang staf.
Mandor
Para mandor ini adalah petugas yang langsung bertugas di lingkungan
pabrik untuk membantu Asisten Pabrik terutama mengawasi kegiatan
karyawan pabrik.
Mekanik
Bertugas dalam memelihara / memperbaiki semua kendaraan / alat berat
dan mesin-mesin di dalam pabrik yang digunakan untuk operasional di
dalam menunjang kelancaran kegiatan pengolahan minyak sawit.
Staf Umum dan Administrasi
Bertugas membantu kelancaran tugas KTU Pabrik dalam masalah
administrasi pabrik dan hal-hal yang sifatnya umum.
Staf Keuangan
Mengurus mengenai keuangan di pabrik seperti pembayaran gaji buruh,
pembayaran gaji staf, pembayaran bahan material, rekapitulasi hasil-
hasil pembayaran dan mengirimkannya ke kantor pusat.
Adapun Gambar Struktur Organisasi perkebunan dan pabrik minyak sawit
PT. PRIMA ALUMGA dapat dilihat pada Gambar 2.4. berikut.
II-26
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II -
28
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Pematangan Lahan
Kegiatan pematangan lahan ini meliputi pekerjaan tanah, yaitu pada kondisi
tanah yang agak rendah dari kondisi sekitarnya perlu dilakukan pengurukan.
Untuk keperluan pengurukan akan dilakukan pemotongan bukit (cut) yang
masih terletak di dalam lokasi dan selanjutnya tanah tersebut akan dilakukan
pengangkutan dengan dimuat ke dalam dump truck dan ditimbun (fill)
direncana lokasi berdirinya pabrik. Kemudian tanah uruk yang telah ditimbun
tersebut diratakan dengan menggunakan motor grader.
II-29
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Tabel 2.18. Spesifikasi Teknis Kolam Limbah dan Lama Waktu Tinggal
Dimensi Kolam Waktu
No. Kolam Tinggal
P (m) L (m) D (m) Q (m3) (hari)
1. Kolam Pengasaman-1 30 20 3 1800
5
2. Kolam Pengasaman-2 30 20 3 1800
3. Kolam Anaerobik-1 60 35 6 12.600
75
4. Kolam Anaerobik-2 60 35 6 12.600
5. Kolam Anaerobik Sekunder-1 60 35 6 12.600
35
6. Kolam Anaerobik Sekunder-2 60 25 6 12.600
7. Kolam Aerobik-1 60 25 4 6.000
20
8. Kolam Aerobik-2 60 25 4 6.000
9. Kolam Stabilisasi-1 60 25 4 6.000
5
10. Kolam Stabilisasi-2 60 25 4 6.000
11. Kolam Pengujian 60 25 4 6.000
10
12. Kolam Penampungan Lumpur 50 50 4 10.000
Sumber : PT. Prima Alumga,2011
Desain Instalasi Pegolahan Air Limbah (IPAL) yang akan dibuat oleh PT.
PRIMA ALUMGA disajikan pada Gambar 2.6. berikut.
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
3. TAHAP OPERASI
a. Pemanenan Tandan Buah Segar (TBS)
Pemanenan dilakukan dengan sistem giring. Pada sistem ini pemanenan diberi
ancak tertentu dari lahan yang akan dipanen dan si pemanen mengerjakan
beberapa gawang dan bila selesai dikerjakan pemanen pindah ke ancak
berikutnya yang telah ditetapkan. Siklus panen adalah 7 – 10 hari. Dalam
keadaan normal ancak panen dikerjakan dengan 5/7, artinya dipanen selama 5
hari dalam siklus 7 hari. Keuntungan dari cara ini adalah buah cepat dipanen
dan diangkut keluar, sehingga cepat sampai ke pabrik.
Pelaksanaan panen pada tahap awal (pohon setinggi 2 – 5 m) dilakukan
dengan menggunakan dodos dan apabila tinggi tanaman sudah tidak lagi
memungkinkannya (> 5 m) alat panen yang digunakan adalah kapak dan galah
bambu dilengkapi pisau enggrek pada ujungnya.
Kriteria untuk dapat mulai dipanen antara lain jumlah kerapatan panen lebih
dari 60 % dan mutu tandan sudah baik (berat tandan rata-rata di atas 3 kg).
Penentuan matang panen yang umum diterapkan adalah 2 brondolan/kg berat
tandan lepas secara alami. Derajat kematangan buah berdasarkan banyaknya
brondolan yang jatuh disajikan pada Tabel 2.19. berikut.
Potensi produktifas TBS berdasarkan umur tanaman kelapa sawit per tahunnya
disajikan pada Tabel 2.20. berikut.
Tabel 2.20. Potensi Produksi TBS Per Tahun Berdasarkan Umur Tanaman
Luas Tanam Produksi TBS Total Produksi
Umur (th) Tahun
(Ha) (Ton/Ha) TBS (Ton)
1 2013 3.140 - -
2 2014 3.140 - -
3 2015 3.141 - -
4 2016 9.422 - -
5 2017 9.422 6.60 20.724
6 2018 9.422 12.0 37.680
7 2019 9.422 14.5 45.545
8 2020 9.422 17.0 160.174
9 2021 9.422 22.0 207.284
10 2022 9.422 24.5 230.839
11 2023 9.422 26.0 244.972
12 2024 9.422 26.0 244.972
13 2025 9.422 26.0 244.972
II-33
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II-34
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Semua karyawan yang bekerja di PT. Prima Alumga akan masuk dalam
Jamsostek sedangkan untuk status tenaga harian lepas dan borongan tidak
termasuk dalam Jamsostek, hanya digolongkan sebagai Jaminan Kesehatan
dan Kematian.
b. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)
Rencana produksi TBS berkisar antara 20.742 – 244.972 Ton TBS/Tahun atau
66 – 785 Ton TBS/Hari (asumsi 1 tahun = 312 hari kerja efektif), maka
perhitungan jumlah trip dalam pengangkutan TBS menuju pabrik minyak sawit
adalah :
Kapasitas truck = 8 ton
Target per hari = 66 - 785 ton TBS/hari
Jumlah trip = 8 - 98 trip/hari
Jumlah lintasan truck perhari = 16 - 196 kali
c. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)
Tahapan proses pengolahan TBS di pabrik minyak sawit sebagai berikut :
Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS)
Tandan Buah Segar (TBS) yang masuk ke pabrik ditimbang terlebih dahulu
di jembatan timbang (Weighting Bridge) untuk mengetahui berat TBS yang
diterima oleh pabrik. Setelah ditimbang, TBS dipindahkan ke loading ramp
sebagai tempat penimbunan sementara sebelum tandan buah dimasukkan
ke dalam lori rebusan. Untuk mengetahui mutu TBS yang akan diolah
dilakukan sortasi di loading ramp. Setelah dilakukan sortasi maka dilakukan
pengisian buah ke dalam lori. Lori diisi penuh dengan buah yang akan
diolah dan setelah lori terisi penuh selanjutnya buah dimasukkan ke dalam
sterilizer dengan menggunakan capstand. Kemudian pintu sterilizer ditutup
rapat-rapat dan dikunci, sehingga kemungkinan terbuka saat proses
perebusan tidak terjadi.
Perebusan (Sterilizer)
Pola perebusan yang umum digunakan ada dua yaitu doubel peak (dua
puncak) atau triple peak (tiga puncak). Jumlah puncak dalam pola
perebusan ditunjukkan dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap
masuk atau uap keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara
manual atau secara otomatis. Buah yang telah masak dikeluarkan dari
dalam sterilizer dengan membuka pintu rebusan secara perlahan-lahan
agar packing door lebih aman, kemudian lori ditarik dengan tali bersamaan
dengan pemasukan buah yang akan direbus.
Proses perebusan ini menggunakan uap air yang bertekanan antara 2,2
sampai 3,0 kg/cm2 yang dimaksudkan agar buah mudah lepas dari
tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan
keluarnya air dari biji. Selain itu, melalui proses ini dapat mematikan enzim-
enzim yang dapat menurunkan kualitas minyak.
Proses ini berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang
berkekuatan antara 280 hingga 290 kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat
dihasilkan kondensat yang mengandung 0,5 % minyak ikutan pada
II -
35
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II -
36
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
(digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil
antara 80 o – 90 oC.
Setelah massa buah dari proses pengadukkan selesai kemudian
dimasukkan ke dalam alat pengepressan (screw press) agar minyak keluar
dari biji dan fibre. Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas
sekitar 10-15 % terhadap kapasitas pengeppressan. Dari Pengeppressan
tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji.
Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tanks, harus
dilakukan pemisahan kandungan pasirnya pada sand trap yang kemudian
dilakukan penyaringan (vibrating screen). Sedangkan ampas dan biji yang
masih mengandung minyak (oil sludge) dikirim ke pemisahan ampas dan biji
(depericarper).
Dalam proses penyaringan minyak kasar tersebut perlu ditambahkan air
panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar
(crude oil) kemudian dipompakan ke dalam decenter guna memisahkan
solid dan liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan massa jenis
ringan ditampung pada countinuous setting tank, minyak dialirkan ke oil
tank dan pada fase berat (sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut
ditampung ke dalam sludge tank yang kemudian dialirkan ke sludge
seperator untuk memisahkan minyaknya.
Proses Pemurnian Minyak
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam oil purifier untuk
memisahkan kotoran/solid dan mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan
ke vacuum dryer untuk memisahkan air sampai pada batas standar.
Kemudian melalui sarvo balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki
timbun (oil storage tank).
Proses Pengolahan Inti Sawit
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan ke dalam
depericaper melalui cake brake conveyor yang dipanaskan dengan uap air
agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga press cake terurai
dan memudahkan proses pemisahan. Pada depericaper terjadi proses
pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaan berat dan
gaya isap blower. Biji tertampung pada nut silo yang dialiri dengan udara
panas antara 60 o – 80 oC selama 18 – 24 jam agar kadar air turun dari
sekitar 21 % menjadi 4 %.
Sebelum biji masuk ke dalam nut cracker terlebih dahulu diproses di dalam
nut grading drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang
disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan. Nut kemudian dialirkan ke
nut craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam dry
seperator (proses pemisahandebu dan cangkang halus) untuk memisahkan
cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti.
Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke dalam hydro cyclone
untuk memisahkan antara inti dengan cangkang. Inti dialirkan masuk ke
dalam kernel drier untuk proses pengeringan sampai kadar airnya mencapai
7 % dengan tingkat pengeringan 50 oC, 60 oC dan 70 oC dalam waktu 14 –
16 jam. Selanjutnya guna memisahkan kotoran, maka dialirkan melalui
winnowing kernel (kernel storage), sebelum diangkut dengan truk ke pabrik
pemrosesan berikutnya.
II-37
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Pengolahan Sludge
Sludge dari sludge tank sebelum dimasukkan ke sludge separator
dipompakan ke sand cyclone dimana pasir halus akan terpisah oleh adanya
gaya centrifugal. Pasir halus yang berhasil dipisahkan akan di blow down
secara berkala. Sand cyclone berfungsi dengan baik jika perbedaan
tekanan flow dan out flow sludge menunjukkan 2 bar. Untuk
memisahkan/mengambil minyak yang masih terkandung pada sludge,
selanjutnya sludge diproses pada sludge separator. Cairan sludge yang
telah melalui pre cleaner, dimasukkan ke dalam sludge separator, untuk
dikutip minyaknya. Dengan gaya centrifugal minyak yang berat jenisnya
lebih berat dari air, terdorong ke bagian dinding bowl dan keluar melalui
nozzle.
Pemisahan Lumpur
Endapan-endapan dari clarifier tank, oil tank dan sluge tank yang
dikeringkan setiap pagi sebelum mengolah, ditampung di dalam tangki ini.
Tangki ini dilengkapi dengan sistem pemanas uap injeksi untuk tujuan
pemanasan. Minyak yang terapung dibagian atas dialirkan ke clarifier tank
sedangkan lumpur pekat dibuang ke bak penampung sludge yaitu fat pit.
Fat pit dipergunakan untuk menampung cairan-cairan yang masih
mangandung minyak yang berasal dari air conensat dan stasiun klarifikasi.
Diagram Alir Proses Pengolahan Kelapa Sawit ditampilkan pada Gambar
2.7. sedangkan Material Balance Pengolahan Kelapa Sawit disajikan pada
Gambar 2.8. berikut.
II-38
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
Untuk mendapatkan minyak CPO yang berkualitas baik, maka mutu tandan
yang diolah harus berdasarkan kriteria kematangan yang optimal yaitu
kondisi buah tingkat fraksi 2 dan 3. Pada kondisi 2 dan 3, kandungan
minyak dalam TBS relatif tinggi dengan kadar garam asam lemak bebas
(FFA) yang rendah. Pada tandan buah yang masih mentah (fraksi 0 dan 1)
kandungan minyak CPO sangat rendah, sedang bila TBS terlalu matang
(fraksi 4 dan5) maka kualitas minyak menjadi rendah karena kadar asam
lemak bebasnya tinggi. Untuk mendapatkan jumlah dan kualitas minyak
CPO yang baik, maka dibutuhkan koordinasi yang baik antara pemanenan,
pengawas lapangan, bagian fraksi dan staf pabrik. Tandan buah segar yang
telah dipanen harus segera ditangani dan diusahakan secepatnya diproses
dalam pabrik. Fraksional hasil pengolahan tandan buah segar disajikan
pada Gambar 2.9. berikut.
Brondolan 67%
Unsur K 7,3%
Jumlah dan kualitas minyak sawit yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh
kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Berdasarkan kapasitas olah
maksimal pabrik adalah 45 ton TBS/jam, maka kapasitas tersebut akan
dipenuhi secara bertahap sesuai dengan perkembangan produksi (seperti
terlihat pada Tabel 2.22).
Potensi produksi minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PKO) yang akan
dihasilkan oleh pabrik minyak sawit PT. PRIMA ALUMGA berdasarkan
produksi TBS per tahunnya disajikan pada Tabel 2.23. berikut.
II-41
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Tabel 2.22. Potensi Produksi CPO dan PKO Pabrik Minyak Sawit PT. PRIMA
ALUMGA
Total
Luas Produksi Total Produksi
Umur Produksi
Tahun Tanam CPO Produksi PKO
(th) PKO
(HA) (Ton/Ha) CPO (Ton) (Ton/Ha) (Ton)
1 2013 3.140 - - - -
2 2014 3.140 - - - -
3 2015 3.141 - - - -
4 2016 9.422 - - - -
5 2017 9.422 2.38 7.473 0.67 2.104
6 2018 9.422 3.42 10.742 0.92 2.889
7 2019 9.422 4.41 41.551 1.13 3.549
8 2020 9.422 5.64 53.140 1.40 13.191
9 2021 9.422 6.36 59.924 1.60 15.075
10 2022 9.422 6.48 61.055 1.62 15.264
11 2023 9.422 6.48 61.055 1.62 15.264
12 2024 9.422 6.48 61.055 1.62 15.264
13 2025 9.422 6.48 61.055 1.62 15.264
14 2026 9.422 6.36 59.924 1.59 14.981
15 2027 9.422 6.36 59.924 1.59 14.981
16 2028 9.422 6.12 57.663 1.53 14.416
17 2029 9.422 5.76 54.271 1.44 13.568
18 2030 9.422 5.52 52.009 1.38 13.002
19 2031 9.422 5.40 50.879 1.35 12.720
20 2032 9.422 5.04 47.487 1.26 11.872
21 2033 9.422 4.92 46.356 1.23 11.589
22 2034 9.422 4.68 44.095 1.17 11.024
23 2035 9.422 4.40 41.457 1.07 10.082
24 2036 9.422 4.20 39.572 1.05 9.893
25 2037 9.422 4.08 38.442 1.02 9.610
Sumber : PT. Prima Alumga, 2012
d. Pengolahan Limbah
Macam limbah yang dihasilkan dari pabrik minyak sawit adalah sebagai berikut:
Limbah Padat
Limbah padat yang akan dihasilkan adalah tandan buah kosong yang
jumlahnya sekitar 23,0 %. Dengan kapasitas pabrik 45 ton TBS/Jam maka
potensi limbah tandan buah kosong yang akan dihasilkan adalah 20,3
ton/hari. Limbah padat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik,
dengan mengaplikasikannya pada areal land application.
Dengan memanfatkan pupuk organik dari tandan kosong, kebutuhan
pemupukan dengan pupuk sintetis dapat berkurang 20 – 25 % dan potensi
limbah padat dapat diminamilisir.
Limbah gas
Limbah berupa gas merupakan limbah yang berasal dari pembakaran solar
dari generator set dan pembakaran janjang kosong dan cangkang di
incenerator serta boiler (ketel uap) pabrik KPS. Limbah debu dari abu
pembakaran janjang kosong dan cangkang sebelum dibuang bebas ke
udara dikendalikan dengan pemasangan dust collector untuk menangkap
debu ikatan dalam sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan melalui
cerobong asap setinggi 12 m dari permukaan tanah. Debu dari dust
II-42
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Tabel 2.23. Kualitas Air Limbah PMS dari 28 PMS Milik PTP
Parameter Air Limbah
No. Satuan BM *)
Lingkungan Kisaran Rata-rata
1 BOD Mg/I 8.200-35.000 21.280 100
2 COD Mg/I 15.103-65.100 34.720 350
3 TSS Mg/I 1.330-50.700 31.170 250
4 Nitrogen Total Mg/I 12-126 41 50
5 Minyak dan Lemak Mg/I 290-14.720 3.075 25
6 pH Mg/I 3,3-4,6 4,0 6-9
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan/atau kegiatan di Provinsi Lampung.
Perda Prov. Lampung No. 11 Tahun 2012
Sumber : Bank Dunia (1990)
Tabel 2.24. Kualitas Air Limbah PMS Sebelum dan Sesudah IPAL
dengan WPH 75 hari
Air Limbah
No. Parameter Satuan Sebelum Sesudah Pengurangan Baku
Lingkungan IPAL IPAL (%) Mutu *)
1 BOD mg/I 30.000 120 99,60 100
2 COD mg/I 75.090 1.460 98,06 350
3 TSS mg/I 57.030 1.015 98,22 250
4 Nitrogen Total mg/I 50 3 94,00 50
5 Minyak & Lemak mg/I 40.450 30 99,71 25
6 pH mg/I 4,6 8,1 - 6-9
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan/atau kegiatan di Provinsi Lampung.
Perda Prov. Lampung No. 11 Tahun 2012
Sumber : Bank Dunia (1990)
II-43
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Tabel 2.25. Prediksi Kualitas Air Limbah PMS dengan WPH 75 Hari
Parameter Air Limbah Baku
No. Satuan Sebelum Sesudah
Lingkungan IPAL IPAL Mutu *)
1 BOD mg/I 21.280 85,12 100
2 COD mg/I 34.720 673,57 350
3 TSS mg/I 21.170 376,83 250
4 Nitrogen Total mg/I 41 2,46 50
5 Minyak & Lemak mg/I 3.075 8,92 25
6 pH mg/I 4,0 8,1 6-9
Keterangan : *) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 7 tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi usaha dan/atau kegiatan di Provinsi Lampung.
Perda Prov. Lampung No. 11 Tahun 2012
Tabel 2.26. Prediksi Beban Pencemaran Kualitas Air Limbah PMS Dengan
WPH 75 hari
N Parameter BPA BPM*) BPAi BPMi
o Lingkungan Satuan (kg/ton CPO) (kg/ton CPO ) (kg/hari) (kg/hari)
1 BOD mg/I 0,213 0,250 45.965 54.000
2 COD mg/I 1,684 0,880 363.727 190.080
3 TSS mg/I 0,942 0,630 203.486 136.080
4 Nitrogen Total mg/I 0,006 0,125 1.328 27.000
5 Minyak & Lemak mg/I 0,022 0,063 4.815 13.608
Ket : *) BPA tidak boleh lebih besar dari BPM dan BPAi tidak lebih besar dari BPMi
Sumber : Tim Studi AMDAL PT. Prima Alumga, 2011
II-44
anaerob. Kondisi kolam pembiakan ini dengan temperatur 20-38 oC, dan
dengan pH 6,5 – 8. Kolam ini memiliki volume 1.200 m3.
Kolam Pengasaman
Dari cooling tower air limbah dialirkan ke kolam pengasaman yang
terdiri dari 2 kolam yang masing-masing berukuran panjang 30 m, lebar
20 m dan tinggi 3 m dengan kapasitas masing-masing kolam 1.800 m3.
Air limbah yang masuk ke kolam pengasaman inimempunyai pH 4 – 5.
Sedangkan untuk kehidupan bakteri anaerob dari kolam pembiakan dan
sirkulasi air limbah dari kolam aerasi yang pH-nya lebih tinggi. Bakteri
yang berperan dalam oksidasi biokumia tersebut dikenal sebagai bakteri
penghasil asam akibat reaksinya dalam mengubah komponen organik
majemuk menjadi asam yang mudah menguap (volatile fatty acid).
Waktu reaksi untuk kolam pengasaman adalah 5 hari. Dari Proses ini pH
limbah meningkat menjadi 6 – 7.
Kolam Anaerob
Kolam anaerob ada 4 buah (2 kolam primer dan 2 kolam sukender)
yang masing-masing berukuran panjang 60 m, lebar 35 m dan tinggi 6
m dengan kapasitas masing-masing kolam 12.600 m3. Pada tahap
pertama berlangsung pada 2 buah kolam anaerob sekunder. Di dalam
kolam ini terjadi proses pemecahan bahan organik limbah cair tersebut
oleh mikroba yang berasal dari kolam pembiakan menjadi senyawa
asam-asam organik yang lebih sederhana, yang selanjutnya menjadi
metan, karbondioksida dan gas hidrogen. Proses bahan organik
mengikuti persamaan reaksi seperti berikut :
Bahan organik CH4 +CO2 +H20 + Energi
Dalam penggunaannya bakteri metan bercampur dengan bahan organik
sehingga massa seluruhnya disebut lumpur. Proses perombakan dalam
kolam ini memerlukan waktu retensi selama 75 hari pada kolam anaerob
primer dan 35 hari pada kolam anaerob sekunder dengan efisiensi
perombakan 90 – 98%. Dari proses ini BOD turun menjadi 2.000 –
3.500 mg/l.
Kolam Anaerob
Setelah dari kolam anaerob, selanjutnya limbah dialirkan ke kolam
anaerob yang terdiri dari 2 buah kolam yang masing-masing berkurang
panjang 60 m, lebar 25 m dan tinggi 4 m, dengan kapasitas masing-
masing kolam 6.000 m3.
Untuk menurunkan kadar BOD pada kolam aerob perlu ditambahkan
peralatan aerasi yaitu surface aerator. Dengan bantuan alat ini BOD
dengan kadar 2.000 – 3.500 mg/l disemprotkan ke udara, sehingga
aktivitas makroorganisme aerob meningkat dengan cepat sehingga
kadar BOD turun sampai 100 mg/l. Waktu yang diperlukan dalam proses
ini adalah 20 hari.
Kolam Stabilisasi
Dari kolam aerob air limbah tersebut dialirkan ke kolam stabilisasi untuk
memastikan bahwa air limbah yang sudah diolah telah memenuhi
standar baku mutu yang ditetapkan. Lebar kolam 25 m, panjang 60 m
dan dalam 4 m serta kapasitas kolam ini sebesar 6.000 m3. massa
retensi dalam kolam ini diperlukan selama 5 hari.
II-45
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II-46
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak Sawit
PT. PRIMA ALUMGA
Tabel 2.27. Kadar Hara Air limbah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
1 Km NETRALISASI TANK
AN-AEROBIC AN-AEROBIC
POND POND
LAND APLICATION
II-47
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
Jembatan Panen
Saluran Utama 40 x 50 cm
Over Flow
Jalan Panen
Kelapa Sawit
II-48
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
JALAN
Gawangan Kebun
PIPA ∅ 5”
SAMBUNGAN T
DARI PIPA ∅ 5” KE PIPA ∅ 3”
SOCKET
PIPA ∅ 2”
KRAN PIPA ∅ 3”
Kelapa Sawit
SAMBUNGAN T TURUNAN
DARI PIPA ∅ 3” KE PIPA ∅
SOCKET
KRAN
Kelapa Sawit
SOCKET
PIPA ∅ 2”
KRAN
KNOP
II-49
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II - 50
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
5) Penunasan
Penunasan dilakukan dengan putaran 9 bulan sekali dengan sistem songgo
dua yang berarti dua pelepah di bawah buah tertua ditinggalkan dan merata
keliling pohon. Tunasan harus merapat ke batang dan berbentuk tapak
kuda. Pada waktu menunas, pakis, tanaman lain yang tumbuh di bidang
dan buah busuk dibuang. Pelepah hasil pemotongan dibagi dua dan
diletakan di gawangan yang tidak digunakan sebagai jalan panen.
6) Pemeliharaan Jalan Pikul
Pemeliharaan jalan pikul dilakukan secara manual ataupun kimiawi, secara
manual dilakukan dengan cara babat pandas. Tetapi umumnya
pemeliharaan jalan pikul dilakukan secara kimiawi dengan jumlah yang
terbatas sejalan dengan waktu pemeliharaan piringan.
7) Pemeliharaan Saluran Drainase
Saluran drainase di kiri kanan jalan dipelihara secara rutin dengan cara
membersihkan dan membuang lumpur serta tumbuhan/gulma yang tumbuh
di saluran. Pada areal-areal blok tanaman yang sering tergenang pada saat
hujan maka harus dibuat saluran drainase sehingga genangan yang timbul
dapat segera mengering.
8) Pemeliharaan Jalan Panen
Selambat-lambatnya enam bulan sebelum panen dimulai, jalan panen, titik
panen, tempat pengumpulan hasil (TPH) harus sudah dibuat. TPH dibuat
dengan ukuran 4 m x 7 m dan harus selalu bersih dari gulma.
Pada kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) akan
memerlukan banyak tenaga kerja manual, adapun kebutuhan tenaga kerja
yang dibutuhkan pada kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan pada
tahun ke – 4 sampai dengan tahun ke – 9, pada tahun ke – 10 sampai
dengan tahun ke – 17, dan pada tahun > 17. Kebutuhan tenaga kerja untuk
kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan untuk setiap hektarnya
disajikan pada Tabel 2.30. berikut.
II-51
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
II-52
ANDAL Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Minyak
Sawit PT. PRIMA ALUMGA
2.3.3. Alternatif-alternatif yang Akan Dikaji Dalam AMDAL
Di dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit dan pabrik minyak sawit yang akan
dilakukan oleh PT. PRIMA ALUMGA, ada beberapa alternatif yang akan dikaji dalam
studi AMDAL khususnya lokasi pembangunan pabrik minyak sawit.
Untuk lokasi pembangunan pabrik ada dua tempat yang akan dijadikan alternatif
pembangunan pabrik minyak sawit.
Alernatif pertama, adalah di sebelah timur Sungai Sidang. Lokasi ini akan dijadikan
alernatif dengan pertimbangan untuk ketersediaan suplay air ke pabrik dan
eplacement. Dari sisi lingkungan ketersediaan dan kontinyuitas suplay air secara sosial
akan memberikan kenyamanan dan ketentraman bagi tenaga kerja yang ada dilokasi
pabrik, karena lokasi pabrik relatif dekat dengan sungai.
Alternatif kedua, yang akan dijadikan lokasi pabrik adalah berada di tengah-tengah
lokasi perkebunan. Tempat ini dijadikan alternatif dengan pertimbangan untuk efisiensi
di dalam pengangkutan TBS, karena ada di tengah lokasi perkebunan maka
asumsinya jarak pengangkutan dari semua lokasi akan relatif dekat dari sisi lingkungan
jarak tempuh yang pendek akan berimplikasi terhadap minimnya kadar partikel debu
dan gas emisi di udara akibat dari lalu lalangnya transport angkutan TBS.
Dari aspek lingkungan, kedua alternatif itu perlu dikaji lebih mendalam lagi mengingat
ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti pemukiman penduduk,
memotong jembatan, sungai dan lain-lain.
Khusus
Undang-Undang Republik Urusan wajib yang menjadi kewenangan
Indonesia Nomor 12 pemerintah daerah provinsi merupakan urusan
Tahun 2008 tentang dalam skala provinsi meliputi: perencanaan dan
Perubahan Kedua Atas pengendalian pembangunan; perencanaan,
Undang- Undang Nomor pemanfaatan dan pengawasan tataruang;
32 Tahun 2004 tentang penyelengaraan ketertiban umum dan
Pemerintahan Daerah. ketentraman masyarakat; penyediaan sarana dan
prasarna umum; penanganan bidang kesehatan;
penyelenggaraan pendidikan dan alokasi
sumberdaya manusia potensial; penanggulangan
masalah sosial lintas kabupaten/kota; pelayanan
bidang ketenaga kerjaan lintas kabupaten/kota;
fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil,
dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota;
pengendalian lingkungan hidup; pelayanan
pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;
pelayanan kependudukan dan catatan sipil.
Umum
Undang-Undang Republik Undang-undang ini digunakan setiap rencana
Indonesia No. 32 tahun usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan
2009 tentang dapat menimbulkan dampak besar dan penting
Perlindungan dan terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki
Pengelolaan Lingkungan analisis dampak lingkungan hidup.
Hidup.
Khusus
Umum
Peraturan Pemerintah Sungai adalah tempat-tempat dan
Republik Indonesia No 35 wadah-wadah
air termasuk sumber daya alam non
Tahun 1991 tentang hayati yang
Sungai terkandung di dalamnya serta jaringan
pengaliran
air mulai dari mata air sampai muara
dengan
dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan.
Pengelolaan sungai bertujuan untuk
mewujudkan
kemanfaatan sungai yang
menyeluruh, terpadu,
berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sungai mempunyai fungsi serba guna
bagi
manusia dan makhluk lainnya. Sungai
harus
dilindungi dan dijaga kelestariannya,
ditingkatkan
fungsi dan kemanfaatannya dan
dikendalikan
daya rusak air terhadap
lingkungannya.
Khusus
Peraturan Pemerintah Peraturan ini diperlukan sebagai
Republik Indonesia pedoman dalam
Nomor 18 Tahun 1999 pengelolaan limbah B3.
Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
Umum
Keputusan Menteri Peraturan ini diperlukan sebagai dasar
Kehutanan No. dalam
260/KPTS-II/1995 tentang usaha pencegahan dan pemadaman
Petunjuk Usaha kebakaran
Pencegahan dan hutan di sekitar kawasan rencana kegiatan.
Pemadaman Kebakaran
Hutan.
Khusus
Peraturan Pemerintah Tujuan perlindungan hutan adalah untuk
Republik Indonesia No. 28 menjaga
Tahun 1985 tentang kelestarian hutan agar dapat memenuhi
Perlindungan Hutan. fungsinya.
Untuk mencapai tujuan dilakukan segala
usaha,
kegiatan, tindakan untuk mencegah dan
membatasi kerusakan-kerusakan hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan
penyakit,
serta untuk mempertahankan dan menjaga hak
hak negara atas hutan dan hasil hutan.
Umum
Peraturan Pemerintah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Republik Indonesia No. 27 merupakan bagian studi kelayakan rencana
Tahun 2012 tentang Izin usaha atau kegiatan dan hasil analisisnya
Lingkungan digunakan sebagai bahan perencanaan
pembangunan setiap usaha dan atau kegiatan.
Khusus
Keputusan Presiden Peraturan ini diperlukan sebagai dasar untuk
Republik Indonesia No. 22 mengelola dampak lingkungan di kawasan
Tahun 1990 tentang rencana kegiatan perkebunan.
Pengendalian Dampak
Lingkungan.