Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

PELAKSANAAN PROYEK

Dalam pelaksanaan Pembangunan Jembatan Tanjung Enim 2 oleh PT. Brantas


Abipraya (Persero), penulis mengikuti beberapa item pekerjaan. Pekerjaan tersebut
meliputi:

4.1. Data Teknis Pilar

4.1.1. Badan Pilar (Pier Column)

Gambar 4.1.1. Badan Pilar (Pier Column)

1. Panjang = 1500 mm

2. Tinggi = 7500 mm

3. Lebar = 2000 mm

4. Mutu = K-350

5. Tulangan

IV-1
Memanjang = D16 – 200

Melintang = D25 - 100

6. Tebal Selimut = 30 mm

7. Jenis Bekisting = Phinol film

4.1.2. Kepala Pilar (Pier Head)

Gambar 4.1.2. Kepala Pilar (Pier Head)

1. Panjang = 11506 mm

2. Tinggi = 3802 mm

3. Lebar = 2500 mm

4. Mutu = K-350

5. Tulangan = D16 – 200

= D25

6. Jenis Bekisting = Phinol Film

IV-2
4.2. Shop Drawing

Gambar 4.2.1. Badan Pilar P1

Gambar 4.2.2. Badan Pilar P2

IV-3
Gambar 4.2.3. Kepala Pilar P1

Gambar 4.2.4. Kepala Pilar P2

IV-4
 Shop Drawing
Mobilisasi Persiapan  JMF
 Uji Tarik

Marking

Pembesian

Bekisting

Tidak
Inpeksi = Shop drawing Perbaikan

Ya

Slump test

Pemadatan Pengecoran

Tidak
 Uji Kuat Tekan Review Calculation
Beton ≥ K-350

Ya  Perkuatan
 Modifikasi Struktur

Perawatan

Pembongkaran Bekisting

Bagan 4.3. Pengecoran Badan Pilar (Pier Column)

IV-5
4.3. Mobilisasi

Mobilisasi adalah kegiatan mendatangkan peralatan, bahan, dan tenaga ke lokasi


proyek sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen lelang dengan
menggunakan alat agkutan darat (trailer / trcuk besar) atau alat angkut air (ponton).
Proses mobilisasi dilakukan setelah dikeluarkannya SPMK (Surat Perintah Mulai
Kerja) oleh PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). Keterlambatan melakukan kegiatan
mobilisasi akan berpengaruh pada jadwal pekerjaan. Sebelum dilakukan mobilisasi,
kontraktor harus memberitahukan dan meminta persetujuan terhadap jenis / kapasitas
alat berat yang akan digunakan kepada konsultan pengawas lapangan. Segala resiko
yang diakibatkan oleh pekerjaaan mobilisasi menjadi tanggung jawab kontraktor.

4.3.1. Jenis Alat

1. Dump truck

Gambar 4.3.1.1. Dump Truck


Sumber : Dokumentasi PT. Taram

IV-6
2. Excavator

Gambar 4.3.1.2. Excavator


Sumber : Dokumentasi Pribadi

3. Bar bending

Gambar 4.3.1.3. Bar Bending


Sumber : Dokumentasi Pribadi

IV-7
4. Concrete Pump

Gambar 4.3.1.4. Concrete Pump


Sumber : Dokumentasi Pribadi

5. Truck mixer

Gambar 4.3.1.5. Truck Mixer


Sumber : Dokumentasi Pribadi

IV-8
6. Concrete vibrator

Gambar 4.3.1.6. Concrete Vibrator


Sumber : Dokumentasi Pribadi

4.3.2. Jenis Material Konstruksi yang Dipakai

1. Beton Readymix K-350 = 126.970 m3


2. Cetakan beton (phenolic film) = 207.437 m2
3. Besi Tulangan D16 = 13,218.61 kg
4. Besi Tulangan D25 = 13,218.61 kg

IV-9
4.4. Pekerjaan Persiapan
4.4.1. Marking

Gambar 4.4.1.1.Marking Pilar


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari suatu pekerjaan persiapan.


Kegiatan pengukuran akan menghasilkan lokasi-lokasi tanah bangunan yang pasti,
posisi as bangunan dan tekstur dari permukaan tanah asli. Pada Proyek ini,
kontraktor harus membuat tanda tetap sebagai dasar ukuran ketinggian lantai dan
bagian-bagian bangunan lainya. Pekerjaan pengukuran akan membantu dalam
menentukan posisi bangunan yang akan didirikan. Patokan-patokan dan ukuran
tinggi telah ditentukan dalam gambar dan disesuaikan dengan kondisi eksisting
lapangan dan site plan.
Berdasarkan hasil pengukuran kemudian ditentukan sebuah patok dasar yang
akan menjadi acuan dalam penentuan as bangunan. Penentuan as bangunan
digunakan untuk acuan letak kolom dan fondasi yang mendukung beban dari kolom.
Penentuan as bangunan dalam proyek ini menggunakan alat total station dan
waterpass. Proses penentuan as bangunan diperiksa ulang dengan penembakan alat
total station pada lokasi as pondasi.

IV-10
4.5. Pelaksanaan Pekerjaan Pilar (Pier)
4.5.1. Pekerjaan Badan Pilar

Setelah pekerjaan pondasi bor pile selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan pilecap
lalu badan pilar yang berfungsi antara lain sebagai tumpuan pier head yang berada
diatasnya serta struktur yang menahan dan menyalurkan beban dari struktur atas
yang berupa PCI Girder ke pilecap. Uraian pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. Melanjutkan pembesian kedua badan pilar tulangan sengkang ring seperti Gambar
4.5.1.1 dengan baja tulangan D25-100 pada segmen tengah serta. Selain itu,
terdapat juga tulangan sengkang pengikat dengan baja tulangan D16-200 pada
segmen tengah serta D16-600/400 pada segmen badan pilar. Penulangan sengkang
pengikat diperlukan sebagai sengkang tambahan dikarenakan diameter kolom pilar
ini cukup besar, yaitu 7,487 m.

Gambar 4.5.1.1. Bekisting untuk Badan Pilar


Sumber : Dokumentasi PT. Taram

2. Sebelum pemasangan bekisting, permukaan dasar beton tempat bertemunya badan


pilar dan pilecap terlebih dahulu dikupas untuk mendapatkanpermukaan yang kasar
sehingga daya rekat antar pilecap dan badan pilar lebih kuat dan monolit ketika
dicor. Kemudian, sisa kupasan dibersihkan dari badan pilar.
3. Kemudian, dilakukan opnam atau inspeksi kualitas dan kuantitas pekerjaan
pembesian kolom pilar oleh tim konsultan pengawas.
4. Kemudian, dipasang bekisting badan pilar seperti Gambar 4.5.1.2 yang berupa
plywood pinolith film dengan ketebalan 18 mm yang telah difabrikasi sebelumnya

IV-11
dengan mengikuti survey sebelumnya. Bekisting ini disusun rapat berbentuk segi 4
dengan ketinggian ±3,5 m sesuai gambar rencana. Beberapa keuntungan penggunaan
plywood pinoltih film ini dibandingkan multipleks adalah kedap air sehingga mutu
beton lebih terjaga, dapat dipakai hingga maksimal 3 x penggunaan, dan hasil
pengecoran halus tanpa finishing. Sedangkan beberapa kelemahannya adalah
ketersediaan terbatas.

Gambar 4.5.1.2. Bekisting untuk Badan Pilar


Sumber : Dokumentasi PT. Taram

5. Sebelum dilakukan pengecoran kolom, terlebih dahulu dasar permukaan beton yang
akan dicor disiram – siram dengan Sikabond NV supaya pertemuan antara pilecap
dan badan pilar lebih monolit. Setelah siap, badan pilar dicor dari ready mix truk
mixer dengan Adukan yang dipakai untuk pengecoran pilar adalah adukan beton siap
pakai (ready mix) yang diproduksi sendiri oleh PT. Brantas Abipraya sebagai
kontraktor. Dimana letak batching plan sejauh 500 meter dari lokasi pengecoran.
Pengecoran dilakukan dengan bantuan Pipa Tremi dengan titik jatuh tidak lebih dari
1,5 meter.Disamping itu, disiapkan sebuah troly untuk pengambilan sampel benda uji
kubus dan uji slump.

IV-12
Gambar 4.5.3. Zat Adiktif Sikabond NV
Sumber : Dokumentasi Pribadi

6. Selagi dicor, beton juga dipadatkan dengan concrete vibrator yang prosedur
penggunaannya sama seperti sebelumnya. Namun perlu diingat, untuk kasus badan
pilar, pemadatan dilakukan tiap layer dimana maksimum ketebalan 1 layer berkisar
30 cm.

Gambar 4.5.1.3. Pengecoran pada badan pilar


Sumber : Dokumentasi PT. Taram

7. Jika pengecoran telah mencapai batas cor dan sesuai tinggi rencana, maka
pengecoran telah selesai. Hasil pengecoran harus expose, sehingga perlu pengawasan
dalam penggunaan vibrator dan nilai slump beton.
8. Kemudian, dilakukan curing dengan penyemprotan air, air yang digunakan adalah air
sungai setempat.

IV-13
Gambar 4.5.1.4. Penyiraman air untuk perawatan
Sumber : Dokumentasi PT. Taram

9. Bekisting dapat dibongkar setelah minimal 1 x 24 jam. Pembongkaran dilakukan


dengan hati-hati untuk menjaga agar tepian beton tidak hancur

Gambar 4.5.1.5. Badan pilar


Sumber : Dokumentasi PT. Taram

4.5.2. Pekerjaan Pier Head dan Back Wall

IV-14
Scaffolding

Leveling

Bekisting  Base form


 Side form

Pembesian

 Side form
 End form Bekisting

Tidak
Inpeksi = Shop drawing Perbaikan

Ya

Slump Test

 Pemadatan
 Sikabond NV Pengecoran

Tidak
 Uji Kuat Tekan Review Calculation
Beton ≥ K-350

Ya  Perkuatan
 Modifikasi Struktur

Perawatan

Pembongkaran Bekisting

Bagan 4.5.1. Pengecoran Kepala Pilar (Pier Head)

IV-15
Setelah pekerjaan kedua badan pilar, dilanjutkan dengan pekerjaan pier head
serta back wall yang berada di atas kolom pilar dengan mutu beton ready mix K-350
yang dicor 2 tahap, yaitu dengan volume 39,5 m3 untuk pier head dan 22,1 m3 untuk
back wall pada pelaksanaan ini. Fungsi pokok pier head antara lain sebagai tumpuan
perletakan bentang jembatan yang kemudian akan menyalurkan gaya dari PCI girder
menuju struktur yang berada di bawahnya. Sedangkan fungsi dari back wall adalah
sebagai dinding pembatas pertemuan antar PCI girder yang akan dipasang. Uraian
pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. Mendirikan scaffolding diatas pilecap seperti Gambar 4.5.2.1. Pekerjaan mendirikan


scaffolding meliputi pemasangan sleeper dengan jarak ±0,5 m hingga ±1 m antar
sleeper, kemudian di atas sleeper dipasang tiang – tiang penyanggah serta bracing
penyanggah dengan elevasi sesuai dengan ketinggian kolom pilar. Setelah itu,
dipasang sleeper lagi pada ujung atas tiang penyanggah.

Gambar 4.5.2.1. Scaffolding Kepala Pilar


Sumber : Dokumentasi Pribadi

2. Melakukan survey elevasi (leveling) dan kemiringan dengan waterpass dan rambu
ukur untuk pemasangan bekisting sesuai dengan gambar kerja.
3. Pemasangan bekisting base form seperti Gambar 4.5.2.3 yang berupa plywood
pinolith film yang dipasang sesuai gambar kerja.

IV-16
Gambar 4.5.2.3. Pemasangan bekisting base form
Sumber : Dokumentasi Pribadi

4. Pembesian tulangan pokok pier head 10D25 untuk bagian bawah dan 16D25 untuk
bagian atas seperti Gambar 4.5.2.4 yang mengacu pada gambar detail. Setelah itu,
dianyam juga tulangan sengkang luar D16-200 dan tulangan sengkang dalam sebelah
kiri kanan D16-200 yang mengacu pada gambar detail. Baja tulangan merupakan hasil
fabrikasi sebelumnya yang telah dikelompokkan sesuai kode sebagai pembedanya.
Untuk mengantisipasi lendutan sementara akibat berat sendiri tulangan, maka perlu
dipasang batu tahu berbentuk silinder setebal ±70 mm tiap 1 m2 di bawah tulangan
bawah.

Gambar 4.5.2.4. Pemasangan tulangan


Sumber : Dokumentasi Pribadi

5. Pembesian tulangan pokok back wall D16-200 untuk bagian atas dan D16-200 untuk
bagian pinggang seperti Gambar 4.48 yang mengacu pada gambar detail. Selain itu

IV-17
terdapat juga tulangan sengkang luar dan dalam D16–200.
6. Kemudian, dilakukan opnam atau inspeksi kualitas dan kuantitas pekerjaan oleh tim
konsultan pengawas. Kebersihan daripada bekisting pier head perlu diperhatikan.
7. Pemasangan bekisting side form seperti Gambar 4.5.2.5 yang berupa plywood
pinolith film yang dipasang sesuai gambar kerja.

Gambar 4.5.2.5. Pemasangan bekisting side form


Sumber : Dokumentasi Pribadi

8. Pemasangan bekisting end form pier head yang berupa plywood pinolith film yang
dipasang sesuai gambar kerja seperti Gambar 4.5.2.6. Bekisting ini berfungsi sebagai
penutup sisi ujung pier head.

Gambar 4.5.2.6. Pemasangan Bekisting end form


Sumber : Dokumentasi PT. Taram

IV-18
9. Sebelum dicor, terlebih dahulu dasar permukaan beton yang akan dicor disiram–
siram dengan Sikabond NV supaya pertemuan antara kolom dan pier head lebih
monolit. Setelah siap, pier head dicor dari ready mix truk mixer dengan bantuan
concrete pump seperti Gambar 4.50. Pengecoran beton dimulai dari bagian tengah
lalu menuju sisi samping pier head. Perlu diperhatikan bahwa pengecoran dengan
bantuan concrete pump harus memperhatikan tinggi jatuh beton, yaitu tidak boleh
lebih dari 1,5 m. Hal ini dikarenakan oleh bila tinggi jatuh melampaui 1,5 m, maka
dapat menyebabkan segregasi pada beton. Disamping itu, beton juga dibongkar pada
sebuah troly untuk sampel benda uji kubus dan slump test.

Gambar 4.5.2.7. Pengecoran pada Kepala Pilar


Sumber : Dokumentasi Pribadi

10. Selagi dicor, beton juga dipadatkan dengan concrete vibrator yang prosedur
penggunaannya sama seperti sebelumnya.
11. Jika pengecoran telah mencapai batas cor dan sesuai tinggi rencana, maka
pengecoran telah selesai. Hasil pengecoran harus expose, sehingga perlu pengawasan
dalam penggunaan vibrator dan nilai slump beton.
12. Kemudian, dilakukan curing dengan penyemprotan air, air yang digunakan adalah
air sungai setempat.
13. Bekisting dapat dibongkar setelah minimal 3 x 24 jam untuk side form dan end form.
Untuk bekisiting base form, pembongkaran baru boleh dilakukan setelah mutu beton
telah mencapai kekuatan minimal 85% atau berumur minimal 21 hari. Pembongkaran
dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga agar tepian beton tidak hancur.

IV-19
14. Setelah Bekisting side form dan end form dapat dibongkar , maka pemasangan
bekisting untuk back wall yang merupakan Bekisting side form dan end form dapat
dilaksanakan sesuai gambar kerja seperti Gambar 4.5.2.9. Kebersihan daripada
bekisting back wall perlu diperhatikan sebelum dilakukan pengecoran.

Gambar 4.5.2.9 Pemasangan Bekisting back wall


Sumber : Dokumentasi PT. Taram

15. Kemudian, sebelum dicor, terlebih dahulu dasar permukaan beton yang akan dicor
disiram – siram dengan Sikabond NV supaya pertemuan antara pier head dan back
wall lebih monolit.. Setelah siap, back wall dicor dari ready mix truk mixer dengan
bantuan concrete pump seperti Gambar 4.5.2.7. Pengecoran beton dimulai dari
bagian tengah back wall. Disamping itu, beton juga dibongkar pada sebuah troly
untuk sampel benda uji kubus dan slump test.

IV-20
Gambar 4.5.2.10 Pengecoran back wall
Sumber : Dokumentasi PT. Taram

16. Selagi dicor, beton juga dipadatkan dengan concrete vibrator yang prosedur
penggunaannya sama seperti sebelumnya.

Gambar 4.5.2.8 Pemadatan Pier head dengan concrete vibrator


Sumber : Dokumentasi PT. Taram

17. Jika pengecoran telah mencapai batas cor dan sesuai tinggi rencana, maka
pengecoran telah selesai. Hasil pengecoran harus expose, sehingga perlu pengawasan
dalam penggunaan vibrator dan nilai slump beton.
18. Kemudian, dilakukan curing dengan penyemprotan air, air yang digunakan adalah air
sungai setempat.
19. Bekisting back wall dapat dibongkar setelah minimal 3 x 24 jam. Pembongkaran
dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga agar tepian beton tidak hancur.

IV-21
Gambar 4.5.2.11 Pilar Jembatan
Sumber : Dokumentasi Pribadi

IV-22
4.6. Pengendalian Keselamatan Kerja
Rambu – rambu keamanan yang terpasang disekitar lokasi proyek :

Gambar 4.6.1 Gambar 4.6.2


Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.6.3 Gambar 4.6.4


Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi

IV-23
Gambar 4.6.5 Gambar 4.6.6
Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.6.7 Gambar 4.6.8


Sumber : Dokumentasi Pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi

4.7. Pengendalian Mutu Beton

Pengendalian mutu dilapangan dilakukan pada tahap beton baru tiba di proyek.
Yaitu dengan melakukan pengujian slump, gunanya untuk mengetahui tingkat
kekentalan dari beton. Hal ini menjadi indikator awal untuk menjaga mutu beton agar
beton yang tiba dilapangan benar-benar bermutu baik.
Dalam melakukan pengendalian mutu beton (quality control) pekerjaan beton
yaitu dengan melakukan pemeriksaan, yaitu dengan pengambilan sample kubus di
lapangan.

IV-24
Untuk menjadi pembanding kekuatan beton maka dilakukan juga pemeriksaan
dengan metode hammer test dan pemeriksaan bor inti atau core drill test supaya
pemeriksaan mutu beton benar-bener akurat.

4.7.1. Pengujian Beton Kubus


Untuk keperluan evaluasi mutu beton sebagai dasar pembayaran harus
menggunakan data hasil uji kuat beton sesuai dengan umur yang ditetapkan dalam
kontrak. Hasil-hasil pengujian pada umur yang selain dari yang ditetapkan dalam
kontrak hanya boleh digunakan selain dari tujuan evaluasi mutu beton sebagai dasar
pembayaran.
Nilai-nilai perbandingan kekuatan yang digunakan untuk keperluan ini harus
disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.

4.8. Pengendalian Mutu Baja


Sebelum baja tulangan dipasang dilakukan pengendalian mutu untuk menguji
tingkat kualitas baja tulangan. Tes yang dilakukan adalah Tes Uji Tarik.
Pengujian tarik merukan jenis pengujian material yang paling banyak dilakukan
karena mampu memberikan informasi representative dari perilaku mekanik material.
Pengujian tarik sangat simple, relative murah dan sangat memenuhi standar. Pada
dasarnya percobaan tarik ini dilakukan untuk menentukan respon material pada saat
dikenakan beban atau deformasi dari luar (gaya – gaya yang diberikan dari luar yang
dapat menyebabkan suatu material mengalami perubahan struktur, yang terjadi
dalam kisi Kristal material tersebut).

IV-25

Anda mungkin juga menyukai