Anda di halaman 1dari 29

ERGONOMI

ANALISIS POSTUR TUBUH PEKERJA


METODE RULA & REBA

Disusun Oleh:

INTAN SYAHFITRA PUSPITA SARI : 187052247

FIQRI NURYADI MUHAMMAD NOOR :187052255

NASARUDIN TABAH : 187052264

MUHAMMAD FAISAL SALEH : 187052271

MAS’UD SUEB : 187052278

VINSENSIUS ADITAMBA MITANG :187052286


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur kehadirat Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini dengan topik “Analisis Postur Tubuh Metode
REBA, RULA". Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Ergonomi.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengasuh mata


kuliah ini yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga penulis
dapat mengerti tentang istilah-istilah dalam Ergonomi.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini melalui banyak


hambatan tapi dengan kemauan, kerja keras dan ketekunan yang kuat,
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu juga
dengan isi dari makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan
isi makalah ini sehingga bermanfaat bagi setiap orang.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Postur kerja menjadi suatu bahan yang menarik untuk dikaji, hal ini terbukti

dengan munculnya berbagai metode analisis postur. Perjalanan metode analisis

postur diawali dengan diaplikasikannya metode OWAS. Pada tahun 1977

metode OWAS telah diaplikasikan di perusahaan besi baja Ovako Of Finlandia.

Institute of Occupational Health menganalisis postur seluruh bagian tubuh

dengan posisi duduk dan berdiri (Chaffin, 1991). Tahun 1981, National Institute

of Occupational Safety and Health menemukan metode NIOSH yang

mengalisis postur berdasarkan gaya kompresi yang dihasilkan dan

merekomendasikan beban yang aman untuk dikerjakan. Kemudian pada tahun

1995 muncul metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) dan Rapid Upper

Limb Assessment (RULA) pada tahun 1993. Metode RULA diperkenalkan oleh

Dr. Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari

universita di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Occupational

Ergonomics) (Lueder, 1996). Metode ini menganalisis postur tubuh bagian atas

secara detail (sudut-sudut yang dibentuk oleh postur kerja).

Ergonomi juga merupakan suatu ilmu terapan yang menyelaraskan (fitting)

stasiun kerja dan jenis pekerjaan dengan kapabilitas dari pekerja itu sendiri.

Tujuannya adalah untuk menurunkan tingkat risiko cedera dan meningkatkan

motivasi dalam bekerja serta sekaligus meningkatkan produktivitas dari

aktivitas pekerjaan dalam suatu stasiun kerja. Salah satu prinsip ergonomi
sebagai salah satu acuan adalah sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi

oleh bentuk, susunan, ukuran serta penempatan mesin-mesin, penempatan

alatalat petunjuk, dan cara-cara menggunakan mesin tersebut. Studi yang

dilakukan oleh Institute for Work and Health di Toronto menunjukkan bahwa

penerapan aspek ergonomi dalam aktivitas pekerjaan akan meningkatkan

kesehatan dan produktivitas kerja. Output dari penerapan aspek ergonomi

tersebut adalah dapat memberi keuntungan ekonomis kepada perusahaan. Di

Negara Amerika Serikat yang merupakan negara maju dalam industri

manufaktur telah mencatat bahwa WMSDs (work related musculoskeletal

disorders) menjadi penyebab utama penyakit akibat kerja dan kehilangan

846.000 hari kerja setiap tahun dengan total biaya pengobatan yang dikeluarkan

mencapai $20 milliar sampai $43 milliar (National Academy of Sciences dalam

Humantech, 2003). Hasil studi Departemen Kesehatan tentang profil masalah

kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar 40,5% penyakit

yang diderita pekerja yang berhubungan dengan pekerjaannya. Menurut studi

yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/ kota di Indonesia,

umumnya berupa penyakit muskuloskeletal (16%), kardiovaskuler (8%),

gangguan syaraf (6%), gangguan pernafasan (3%) dan gangguan THT

(1,5%).(Jalajuwita and Paskarini 2015).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Menganalisis Postur Tubuh/sikap tubuh?

2. Bagaimana Cara Pengukuran REBA, RULA?

3. Bagaimana Mengaplikasikan Metode REBA, RULA?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Keluhan Sistem Muskuloskeletal

(MSD’s)

2. Untuk Mengetahui Faktor Faktor Penyebab Keluhan Pada Sistem

Muskuloskeletal

3. Untuk Mengetahui Menganalisis Postur Tubuh/sikap tubuh.

4. Untuk Mengetahui Cara Pengukuran REBA, RULA.

5. Untuk Mengetahui Cara Mengaplikasikan Metode REBA, RULA.


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Analisis Postur

RULA dan REBA banyak sekali digunakan oleh kalangan luas untuk
melakukan penilaian risiko ergonomi pada kegiatan manual handling khusus
dalam menilai postur janggal ketika bekerja.

2.2 Rapid Upper Limb Assessment (RULA)


Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan suatu metode penelitian
untuk menginvestigasi gangguan pada anggota badan bagian atas. Metode ini
dirancang oleh Lynn Mc Atamney dan Nigel Corlett (1993) yang menyediakan
sebuah perhitungan tingkatan beban muskuloskeletal di dalam sebuah pekerjaan
yang memiliki Risiko pada bagian tubuh dari perut hingga leher atau anggota badan
bagian atas.
Metode ini tidak membutuhkan peralatan spesial dalam penetapan penilaian
postur leher, punggung, dan lengan atas. Setiap pergerakan di beri skor yang telah
ditetapkan. RULA dikembangkan sebagai suatu metode untuk mendeteksi postur
kerja yang merupakan faktor Risiko. Metode didesain untuk menilai para pekerja
dan mengetahui beban musculoskletal yang kemungkinan menimbulkan gangguan
pada anggota badan atas.
Tabel perhitungan RULA

Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan tiga tabel skor dalam
menetapkan evaluasi faktor Risiko. Faktor Risiko yang telah diinvestigasi sebagai
faktor beban eksternal yaitu:
1. Jumlah pergerakan
2. Kerja otot statik
3. Tenaga/kekuatan
4. Penentuan postur kerja oleh peralatan
5. Waktu kerja tanpa istirahat.
2.3 REBA (Rapid Entire Body Assessment)
Rapid Entire Body Assessment atau yang biasa disebut dengan REBA
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisa pekerjaan
berdasarkan posisi tubuh. Metode ini didesain untuk mengevaluasi pekerjaan atau
aktivitas, dimana pekerjaan tersebut memiliki kecenderungan menimbulkan
ketidaknyamanan seperti kelelahan pada leher, tulang punggung, lengan, dan
sebagainya. Metode ini mengevaluasi pekerjaan dengan memberikan nilai/score
pada 5 aktivitas level yang berbeda. Hasil nilai ini menunjukkan tingkatan atau level
Risiko yang dihadapi oleh karyawan dalam melakukan pekerjaannya dan terhadap
beban kerja yang ditanggungnya. Risiko dari pekerjaan terkait dengan penyakit otot
dan postur tubuh.
Tabel perhitungan REBA

Analisa REBA dilakukan dengan membagi postur tubuh kedalam dua


kategori, kategori A dan B. Kategori A terdiri dari tubuh, leher dan kaki, sedangkan
kategori B terdiri dari lengan atas dan bawah serta pergelangan untuk gerakan ke
kiri dan kanan. Masing-masing kategori memiliki skala penilaian postur tubuh
lengkap dengan catatan tambahan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam desain perbaikan. Setelah penilaian postur tubuh, yang
dilakukan kemudian adalah pemberian nilai pada beban atau tenaga yang digunakan
serta faktor terkait dengan kopling (Hignett, S., McAtamney, L. 2000). Nilai untuk
masing-masing postur tubuh dapat diperoleh dari tabel penilaian yang telah ada.
Total nilai pada kategori A merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan nilai
postur tubuh yang terdapat pada tabel A dengan nilai beban atau tenaga. Sedang
total nilai pada kategori B merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan nilai
postur tubuh yang terdapat pada tabel B dengan nilai kopling untuk kedua tangan.
Nilai REBA diperoleh dengan melihat nilai dari kategori A dan B pada tabel C
untuk memperoleh nilai C yang kemudian dijumlahkan dengan nilai aktivitas.
Sedangkan tingkatan Risiko dari pekerjaan diperoleh dari tabel keputusan REBA.
Tabel dan Range pergerakan punggung

Tabel dan Range pergerakan leher


Tabel dan Range pergerakan kaki

Tabel dan Range pergerakan lengan atas


Tabel dan Range pergerakan lengan bawah

Tabel dan Range pergerakan pergelangan tangan

Tabel : Score Level Resiko Penilaian Metode REBA

Action Level Skor REBA Level Resiko Tindakan Perbaikan

0 1 Bisa diabaikan Tidak perlu

1 2-3 Rendah Mungkin perlu

2 4-7 Sedang Perlu

3 8-10 Tinggi Perlu segera

4 11-15 Sangat tinggi Perlu saat ini juga


BAB III

PENELITIAN

Bab ini menjelaskan langkah-langkah penelitian mulai dari identifikasi masalah

sampai denagn kesimpulan atau usulan/rekomendasi terhadap pemilik/pengelola

objek penelitian.

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan cara menerapkan teori

ergonomic risk metode RULA yang dikembangkan oleh McAtamney dan Corlett

1993.

3.2. Definisi Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Penelitian.

Penelitian Ini Mengunakkan.

Variabel kualitatif : Proses bongkar, Postur kerja.

Variabel kuantitatif : Skoring

Postur kerja adalah bahwa postur tubuh merupakan titik penentu dalam

menganalisa keefektifan dari suatu pekerjaan. Apabila postur tubuh dalam bekerja

sudah baik dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh pekerja

akan baik pula, akan tetapi bila postur kerja operator tersebut salah atau tidak

ergonomis maka pekerja akan mudah kelelahan dan dapat terjadi kelainan pada

bentuk tulang

Skoring adalah suatu proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka

yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam

instrument.
 Identifikasi Dan Perumusan

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

-Pengumpulan Data Rula

-Pengumpulan Data Wera

 Pengolahan Data

-Pengolahan Data Rula

3.3. Alur Pemecahan Permasalahan

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu Flowchart

skenario penyelesaian permasalaah bisa dilihat pada Gambar 3.1.

Berikut uraian langkah-langkah penyelesain masalah dalam flowchart pada gambar

3.1 sebagai berikut:

3.3.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan : Pada tahap awal ini dilakukan observasi pendahuluan yang

dilakukan di lokasi proses bongkar muat PT. Bahari Sejahtera Abadi pada area

dermaga kapal tongkang. Observasi dilakukan pada saat aktivitas proses bongkar

muat barang.

3.3.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Identifikasi dan Perumusan Masalah : pada tahap awal ini hal yang dilakukan ialah

melakukan wawancara kepada pengambil keputusan utama untuk dijadikan acuan

dalam melakukan identifikasi permasalahan. Wawancara tentang postur kerja dan


gejalah kelelahan otot apa saja yang dialami operator dengan menyebar kuisioner

NORDIC BODY MAP sebagai langkah awal penyelesain masalah.

 Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Tujuan dam manfaat penelitian adalah :

Menganalisa postur kerja yang dianggap beresiko dan juga mampu memberikan

usulan postur kerja tubuh yang nyaman pada operator bongkar muat .

 Pengumpulan Data

Pengumpulan Data: Data awal yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil

kuisioner NBM dan lalu dilanjutkan dengan data postur kerja tubuh operator

dimana data ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan operator.

Nama : Rahmat

Umur : 46

Berat badan : 86

Pendidikan : SD
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pemilihan Postur kerja.

produktivitas dari aktivitas pekerjaan dalam suatu stasiun kerja. Salah satu prinsip
ergonomi sebagai salah satu acuan adalah sikap tubuh dalam pekerjaan sangat
dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran serta penempatan mesin-mesin,
penempatan alatalat petunjuk, dan cara-cara menggunakan mesin tersebut. Studi
yang dilakukan oleh Institute for Work and Health di Toronto menunjukkan bahwa
penerapan aspek ergonomi dalam aktivitas pekerjaan akan meningkatkan kesehatan
dan produktivitas kerja. Output dari penerapan aspek ergonomi tersebut adalah
dapat memberi keuntungan ekonomis.

Lokasi:
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dengan metode RULA pekerja melakukan pekerjaan dengan


posisi kerja yang bisa menimbulkan cedera, dan diperlukan
evaluasi lebih lanjut dan kemungkinan di perlukan perubahan
postur kerja.
2. Metode REBA pekerja melakukan pekerjaan dengan posisi
kerja yang memiliki tingkat resiko menengah, dan diperlukan
evaluasi lebih lanjut dan di perlukan perubahan postur kerja

5.2. Saran

Pekerja sebelum akan memulai untuk melakukan aktivitasnya


sesekali merelaksasikan otot-otot tangan, leher, badan, dan kaki untuk
mengurangi keluhan.

Anda mungkin juga menyukai