2.2.1 Pengkajian Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya, sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji : 1. Biodata Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinann dan alamat. 2. Keluhan utama Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang. 3. Riwayat kesehatan yang terdiri atas : Riwayat kesehatan sekarang Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. Riwayat kesehatan masa lalu. Riwayat pembedahan Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung. 4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinaria, penyakit endokrin, dan penyakit- penyakit lainnya. 5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga. 6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya. 7. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. 8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan yang menyertainya. 9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis, dan jenis obat lainnya. 10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. Pemeriksaan fisik : 1. Inspeksi Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal yang perlu diinspeksi, antara lain : Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya. 2. Palpasi Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal. 3. Perkusi Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak. 4. Auskultasi Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru, abdomen untuk bising usus/ peristaltik usus atau DJJ (denyut jantung janin). Pemeriksaan laboaratorium : 1. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsy, pap smear. 2. Keluarga berencana : kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB Apakah klien setuju. Apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa Data-data lain : 1. Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di rumah sakit. Data psikososial. 2. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien, dan mekanisme koping yang digunakan. 3. Status sosial ekonomi : kaji masalah finansial klien 4. Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap tuhan YME dan kegiatan yang biasa dilakukan.
2.2.2 Diagnosa keperawatan
2.2.2.1 Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan 2.2.2.2 Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan 2.2.2.3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri 2.2.2.4 Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 2.2.2.5 Kecemasan berhubungan dengan status kesehatan 2.2.3 Intervensi 2.2.3.1 Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. Tujuan : Klien menunjukkan nyeri berkurang/hilang. Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang. Ekspresi wajah tenang. TTV dalam batas normal. Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi, dan skala nyeri yang dirasakan klien. R/ : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam. R/ : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi. R/ : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri, sehingga dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan. Beri posisi yang nyaman. R/ : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri. Kolaborasi dalam pemberian analgesik. R/ : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidak dapat dipersepsikan 2.2.3.2 Diagnosa II : Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri. Kriteria hasil : Kebutuhan personal hygiene terpenuhi. Klien tampak rapi dan bersih. Intervensi : Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri. R/ : Mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien memenuhi kebutuhan hygienenya. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. R/ : Kebutuhan hygienenya klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat. Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas sesuai kemampuannya. R/ : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya. Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada didekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien. R/ : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri. 2.2.2.3 Diagnosa III : Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu. Kriteria hasil : Klien dapat tidur 7-8 jam per hari. Konjungtiva tidak enemis. Intervensi : Kaji pola tidur. R/ : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menetukan intervensi selanjutnya. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang. R/ : Memberikan kesempatan pada klien untuk istirahat.
Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur.
R/ : Susu mengandung protein yang tinggi, sehingga dapat merangsang untuk tidur. Batasi jumlah penjaga klien. R/ : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi, maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi. Sehingga klien dapat istirahat. Memberlakukan jam besuk. R/ : Memberikan kesempatan pada klien untuk tidur. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat tidur diazepam. R/ : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur 2.2.2.4 Diagnosa VI : Gangguan rasa nyaman ; hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas. Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal. Klien tidak mengalami komplikasi. Intervensi : Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diforesis. R/ : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa. Pantau suhu lingkungan. R/ : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal. Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak. R/ : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam. Berikan kompres hangat. R/ : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas, sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R/ : Antipiretik digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipotalamus. 2.2.2.5 Diagnosa V : Kecemasan berhubungan dengan status kesehatan Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang. Kriteria hasil : Ekspresi wajah tenang. Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya. Intervensi : Kaji tingkat kecemasan klien. R/ : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya. R/ : Ungkapkan perasaan dapat memberikan rasa lega, sehingga mengurangi kecemasan. Mendengar keluhan klien dengan empati. R/ : Dengan mendengarkan keluhan klien secara empati, maka klien akan merasa diperhatikan. Jelaskan pada klien tentang proses penyakitnya dan terapi yang diberikan. R/ : Menambah pengetahuan klien, sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya. Beri dorongan spiritual/spirit. R/ : Menciptakan ketenangan batin, sehingga kecemasan dapat berkurang.