Makalah Kesultanan Banten
Makalah Kesultanan Banten
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
raja di Palembang. Pangeran Mas adalah putra dari Aria Pangiri. Dan Aria Pangiri
adalah putra dari Sunan Prawoto. (Aria Pangiri tersisih dua kali dari haknya menjadi
raja di Demak, dan terakhir karena ketahuan hendak melepaskan diri dari kuasa
Mataram, Sutawijaya hendak membunuhnya, akan tetapi atas bujukan istrinya hal itu
tidak dilakukannya setelah Aria Pangiri berjanji tidak akan kembali ke daerah
Mataram untuk selamanya. Akhirnya dia menetap di Banten sampai dia meninggal).
Penyebabnya Maulana Muhammad yang masih muda dan penuh semangat untuk
memakmurkan Banten dan mengembangkan Islam ke seluruh Nusantara dihasutnya
(aria pangiri). Dikatakan bahwa Palembang dulunya adalah daerah kekuasaan ayahnya
sewaktu menjadi sultan Demak, kemudian membangkang dan melepaskan diri.
Disamping itu dikatakan bahwa sebagian besar rakyatnya masih kafir, sehingga
perlulah Banten menyerang ke sana untuk menyebarkan agama Islam. Maka terjadilah
pertempuran hebat di sungai Musi sampai berhari-hari. Akhirnya pasukan Palembang
dapat dipukul mundur. Tapi dalam keadaan yang hampir berhasil itu, sultan yang
memimpin pasukan dari kapal Indrajaladri tertembak yang mengakibatkan kematian
beliau. Penyerangan tidak dilanjutkan, pasukan Banten pun kembali tanpa mendapat
hasil. Adapun Pangeran Mas, diceritakan bahwa setelah pulang dari Palembang, dia
tidak berani menetap lama di Banten. Rakyat Banten menganggap bahwa dialah
penyebab kematian sultan.
4. Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu 1596 - 1647
Dia memerintah banten pada usia 5 bulan. Dia merupakan anak dari Maulana
Muhammad. Pada zaman kesultanan ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa penting
terutama pada akhir abad ke-16 (Juni 1596) di mana orang- orang Belanda datang
untuk pertama kalinya mendarat di Pelabuhan Banten di bawah pimpinan Cornellis de
Houtman dengan maksud untuk berdagang. Kemudian di susul Jacob Van Neck,
dibantu Van Waerwijk dan Var Heemskerck. Persaingan tidak sehat yang dilakukan
banten terhadap belanda ternyata menimbulkan kerugian besar akhirnya Belanda
mendirikan VOC. Namun sikap yang kasar dari bangsa Belanda tidak menarik simpati
pemerintah dan rakyat Banten sehingga sering terjadi perselisihan di antara orang-
orang Banten dengan orang-orang Belanda. Kesultanan mengangkat seorang
mangkubumi untuk memerintah Banten yaitu Pangeran Arya Ranamenggala (karena
abdul mufakir belum cukup umur). Sultan Abdul Mufakir mulai berkuasa penuh dari
tahun 1624-1643 dengan Ranamenggala sebagai patih dan penasehat utamanya. Usaha
yang dilakukan ranamenggala adalah mengadakan penertiban-penertiban baik
keamanan dalam negeri maupun kebijakan terhadap para pedagang eropa. Pajak
Page |6
ditingkatkan terutama bagi belanda agar membayar pajak ke banten. Hal ini
dimaksudkan agar orang belanda tidak betah tinggal di banten. Setelah abdul mufakir
dewasa, ia mengembangkan sektor pertanian yang berupa lada, cengkeh, dsb. dalam
bidang politik, ia juga berhasil menjalin hubungan dengan negara lain terutama negara
islam. Dia merupakan penguasa banten yang mendapat gelar dari Mekkah. Ia bersikap
tegas terhadap siapa saja yang memaksakan kehendaknya kepada Banten, misalnya
menolak mentah-mentah Belanda hendak memaksakan monopoli perdagangan di
Banten. Akan tetapi, kenyataan selanjutnya berbeda. Sultan Abdul Mufakir melakukan
kerjasama dengan Belanda. Karena ia merasa Belanda akan memberikan keuntungan
kepada Banten. Hubungan antara Belanda dan sultan ini sangat baik, karena sultan ini
bersikap lunak terhadap Belanda. Akan tetapi hubungan baik ini mulai merenggang
setelah kematian Abdul Mufakir.
5. Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad 1647 - 1651
6. Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah 1651-1682
Sultan Ageng Tirtayasa adalah anak dari Abu al-Ma’ali dan Ratu Marta Kusuma.
Sultan Ageng merupakan seseorang yang taat beragama. Gelarnya dia adalah Sultan
Abu Al Fattah Muhammad Syifa Zainal Arifin atau Pangeran Ratu ing Banten. Pada
masa dia, kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan. Usaha pertama yang dilakukan
Sultan Ageng adalah memperbaiki hubungan dengan Lampung, Bengkulu dan
Cirebon untuk hubungan pelayaran dan perdagangan. Ia adalah seorang yang ahli
strategi perang, kemampuannya tidak diragukan lagi. Ia juga menaruh perhatian besar
terhadap pendidikan keislaman. Pada masanya, ia membangun sebuah keraton yang
diberi nama Keraton Tirtayasa. Alasan Sultan Ageng membuat kraton tirtayasa adalah
mempermudah dalam mengamati gerak-gerik kapal yang keluar masuk pelabuhan
Banten, keraton ini juga di gunakan sebagai tempat tinggal sultan. Akhirnya Sultan
Ageng pindah ke Tirtayasa dan Kraton Surosowan diserahkan kepada anaknya yang
bernama Sultan Haji. Ia berhasil menjalin sistem perdagangan bebas dengan negara
Eropa, seperti Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis. Sultan Ageng sangat
memusuhi Belanda, karena bagi dia Belanda menghalang-halangi perkembangan
perdagangan di Banten. Konflik antar Belanda dengan Banten memuncak lagi,
bersamaan dengan konflik tersebut, ia harus mengahdapi penghianatan yang dilakukan
oleh putra kandungnya sendiri yaitu Sultan Haji. Penyebab dari penghianatan tersebut
karena Sultan Haji termakan hasutan Belanda yang mengatakan bahwa, Sultan Haji
tidak bisa menggantikan ayahnya sebab masih ada Pangeran Arya Purbaya (Saudara
Page |7
Sultan Haji). Maka terjadilah persengketaan antara Sultan Haji dan ayahnya yaitu
Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar 1683 - 1687
Sultan Haji diberi wewenang untuk mengatur semua urusan dalam negeri di
Surosowan. Sedangkan di luar surosowan yang mengatur adalah masih sultan ageng
bersama anaknya yaitu pangeran purbaya. Kepindahan Sultan Ageng ke Tirtayasa,
dimanfaatkan oleh Belanda untuk mendekati putra mahkota agar terpengaruh oleh
hasutan Belanda. Belanda dapat mendapat kemudahan sehingga dalam setiap upacara
penting di istana Belanda selalu diundang dan turut hadir. Hubungan belanda dan
sultan sangat dekat bahkan belanda merubah semua tingkah laku sultan seperti cara
berpakaian, cara makan, dan sebagainya. Sehingga gaya hidupnya lebih condong ke
Belanda daripada ke bangsanya sendiri. Melihat tingkah laku anaknya yang berubah,
sultan Ageng prihatin dan menyuruh guru spiritual anaknya yang bernama Syekh
Yusuf supaya memerintahkan sultan untuk melaksanakan ibadah haji di mekkah.
Dengan kepergian sultan ke mekkah, Sultan Ageng berharap anaknya akan berubah
dan memiliki sikap kedewasaan untuk kemajuan Banten. Tahun 1674, sultan
menunaikan ibadah Haji bersama rombongannya. Selama sultan bepergian kekuasaan
sementara dipegang oleh adiknya yaitu Pangeran Purbaya. Sultan pergi ke Mekkah
selama 2 tahun oleh karena itu ia lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji. Bukannya
dia berubah sifatnya, justru setelah pulang dari Mekkah dia lebih terpengaruh dengan
hasutan Belanda. Oleh karena itu, terjadilah konflik antara Sultan Ageng dan Sultan
Haji. Dalam hal ini Sultan haji didukung oleh VOC, tetapi VOC mengajukan
persyaratan yaitu:
Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC
Monopoli lada di Banten di pegang oleh VOC dan harus menyingkirkan Persia, Cina,
India karena mereka saingannya Belanda
Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji
Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman priyangan segera
ditarik kembali.
Perjanjian tersebut akhirnya disetujui oleh Sultan Haji. Atas bantuan Belanda
Sultan Haji menyerang Keraton Tirtayasa. Sikap yang ditunjukkan oleh Sultan Haji
terhadap belanda dengan mengirimkan ucapan selamat atas pergantian Gubernur
Jenderal belanda sangat menyakitkan hati Sultan Ageng Tirtayasa. Oleh karena itu,
tanggal 27 februari 1682 Sultan Ageng mengeluarkan perintahnya untuk menyerang
Surosowan. Hal yang dilakukan pertama adalah membakar kampung-kampung dekat
Page |8
1. Letak Banten yang strategis terutama setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, Banten
menjadi bandar utama karena dilalui jalur perdagangan laut.
2. Banten menghasilkan rempah-rempah lada yang menjadi perdagangan utama bangsa
Eropa menuju Asia.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa. Hal-hal yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa terhadap
kemajuan Kerajaan Banten adalah sebagai berikut:
1. Memajukan wilayah perdagangan. Wilayah perdagangan Banten berkembang sampai
ke bagian selatan Pulau Sumatera dan sebagian wilayah Pulau Kalimantan.
2. Banten dijadikan sebagai tempat perdagangan internasional yang mempertemukan
pedagang lokal dengan para pedagang asing dari Eropa.
3. Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam sehingga banyak murid yang belajar
agama Islam ke Banten.
4. Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel.
Sejumlah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Banten dapat kita saksikan hingga
sekarang di wilayah Pantai Teluk Banten.
5. Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan. Kekuatan ekonomi Banten
didukung oleh pasukan tempur laut untuk menghadapi serangan dari kerajaan lain di
Nusantara dan serangan pasukan asing dari Eropa.
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja yang gigih menentang
pendudukan VOC di Indonesia. Kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju
pesat di bawah kepemimpinannya. Namun akhirnya VOC menjalankan politik adu
domba antara Sultan Ageng dan putranya, Sultan Haji. Berkat politik adu domba
tersebut Sultan Ageng Tirtayasa kemudian berhasil ditangkap dan dipenjarakan di
Batavia hingga wafat pada tahun 1629 Masehi.
2. Aspek Ekonomi
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang
menjadi bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-
faktornya ialah: (1) letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan; (2) jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi singgah di
Malaka namun langsung menuju Banten; (3) Banten mempunyai bahan ekspor penting
yakni lada.
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab,
Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk
perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab
P a g e | 11
Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk adalah peninggalan kerajaan Banten sebagai bentuk dalam
membangun poros pertahanan maritim kekuasaan kerajaan di masa lalu. Benteng
setinggi 3 meter ini dibangun pada tahun 1585. Selain berfungsi sebagai pertahanan
dari serangan laut, benteng ini juga digunakan untuk mengawasi aktivitas pelayaran di
sekitar Selat Sunda. Benteng ini juga memiliki Mercusuar, dan didalamnya juga ada
beberapa meriam, serta sebuah terowongan yang menghubungkan benteng tersebut
dengan Istana Keraton Surosowan.
P a g e | 14
5. Danau Tasikardi
Danau Tasikardi
Di sekitar Istana Keraton Kaibon, ada sebuah danau buatan yaitu Danau
Tasikardi yang dibuat pada tahun 1570 – 1580 pada masa pemerintahan Sultan
Maulana Yusuf. Danau ini dilapisi dengan ubin dan batu bata. Danau ini dulunya
memiliki luas sekitar 5 hektar, tapi kini luasnya menyusut karena dibagian pinggirnya
sudah tertimbun tanah sedimen yang dibawa oleh arus air hujan dan sungai di sekitar
danau tersebut. Danau Tasikardi pada masa itu berfungsi sebagai sumber air utama
untuk keluarga kerajaan yang tinggal di Istana Keraton Kaibon dan sebagai saluran air
irigasi persawahan di sekitar Banten.
6. Vihara Avalokitesvara
Vihara Avalokitesvara
Walaupun kerajaan Banten adalah kerajaan Islam, tapi toleransi antara warga
biasa dengan pemimpinnya dalam hal agama sangat tinggi. Buktinya adalah adanya
peninggalan kerajaan Banten yang berupa bangunan tempat ibadah agama Budha.
Tempat ibadah umat Budha tersebut yaitu Vihara Avalokitesvara yang sampai
sekarang masih berdiri kokoh. Yang unik dari bangunan ini yaitu di dinding Vihara
tersebut ada sebuah relief yang mengisahkan tentang legenda siluman ular putih.
P a g e | 15
7. Meriam Ki Amuk
Meriam Ki Amuk
Seperti yang disebut sebelumnya, di dalam benteng Speelwijk adalah beberapa
meriam, dimana diantara meriam-meriam tersebut ada meriam yang ukurannya paling
besar dan diberi nama meriam ki amuk. Dinamakan seperti itu, karena konon katanya
meriam ini memiliki daya tembakan sangat jauh dan daya ledaknya sangat besar.
Meriam ini adalah hasil rampasan kerajaan Banten terhadap pemerintah Belanda pada
masa perang.
2.6 Keruntuhan Kesultanan Banten
Pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, muncul konflik di
istana kerajaan yang disebabkan oleh penentangan yang dilakukan Sultan Ageng
Tirtayasa terhadap VOC. Hal ini tidak disetujui oleh Sultan Haji selaku raja muda
pada saat itu sehingga terjadi keretakan di dalam istana yang oleh VOC kemudian
dimanfaatkan dengan mengusung politik Devide et Impera. VOC kemudian membantu
Sultan Haji dalam menentang Sultan Ageng Tirtayasa sehingga kekuasaannya
berakhir di bawah naungan VOC. Hal ini kemudian membuat raja-raja yang menguasi
kesultanan Banten adalah raja-raja yang lemah dalam hal pemerintahan sehingga
lambat laun, kesultanan Banten pun mengalami kemunduran.
Pada tahun 1680, perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan
Haji di Kesultanan Banten tidak bisa dielakkan. VOC yang saat itu melihat pertikaian
tersebut kemudian berusaha menjalankan politiknya dengan membantu Sultan Haji
melancarkan serangan terhadap Sultan Ageng Tirtayasa. Hal itu kemudian memicu
perang saudara yang pada akhirnya menimbulkan keruntuhan kerajaan Banten.
Untuk memperkuat posisi, Sultan Haji dan Sultan Abu Nashar kemudian
mengirimkan dua orang utusan untuk menghadap kepada Raja Inggris di London
dalam meminta dukungan dan bantuan persenjataan dalam menghadapi Sultan Ageng
Tirtayasa. Kondisi tersebut membuat Sultan Ageng mau tidak mau harus mundur dari
istana dan pindah ke kawasan yang kemudan dinamakan Tirtayasa. Namun, pada
P a g e | 16
Desember 1682, kawasan tersebut juga dikuasai oleh Sultan Haji bersama VOC
sehingga Sultan Ageng bersama puteranya harus mundur ke Pedalaman Sunda.
Lantas pada tahun 1683, Sultan Ageng ditangkap dan ditahan di Batavia.
Meskipun Sultan Ageng sudah tertangkap, namun pertahanan kesultanan masih
dipegang oleh puteranya Pangerang Purbaya dan Syeikh Yusuf. Untuk menghadapi
keduanya, maka VOC kemudian mengirim Untung Surapati yang pada saat itu
berpangkat sebagai letnan untuk bergabung bersama dengan pasukan yang dipimpin
Letnan Johannes Maurits van Happel dalam mengambil alih kawasan Pamotan dan
Dayeuh Luhur.
Kondisi seperti ini tak ayal membuat Syeikh Yusuf tertangkap dan membuat
Pangerang Purbaya menyerahkan diri kepada mereka. Di tengah perjalanan
penjemputan Pangeran Purbaya, Untung Surapati mendapati masalah karena harus
bertikai dengan pasukan VOC lainnya. Hal ini membuat Untung juga menjadi buronan
VOC.
Bantuan VOC terhadap Sultan Haji tidak diberikan cuma-cuma, Sultan Haji
wajib memberikan kompensasi kepada VOC berupa wilayah Lampung yang kemudian
diserahkan kepada VOC. VOC juga memperoleh hak untuk memonopoli perdagangan
lada di Lampung. Tidak hanya itu, Sultan Haji juga harus mengganti kerugian akibat
perang saudara yang ditimbulkan kepada VOC sehingga pada saat Sultan Haji wafat,
pengaruh VOC di wilayah Kesultanan Banten pun semakin kuat.
Beberapa raja di Kesultanan Banten selanjutnya tidak bisa meningkatkan
kembali kejayaan Kesultanan Banten seperti halnya yang dilakukan Sultan Ageng
Tirtayasa sehingga masa pemerintahan di Kesultanan pun menjadi tidak stabil dan
mengalami banyak konflik serta ketidakpuasan masyarakat Banten atas apa yang
dijalankan oleh kesultanan pada masa itu. Hal ini kemudian berujung pada keruntuhan
Kerajaan Banten di bawah naungan VOC.
P a g e | 17
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Pada tahun 1526, berdiri Kerajaan Banten dengan raja pertama yaitu Maulana
Hasanuddin.
2. Kerajaan Banten mempunyai 16 raja, dan mencapai masa kejayaan pada
masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kerajaan Banten mempunyai rasa toleransi yang tinggi, ini terbukti dari
ditemukannya bangunan peninggalan Kerajaan Banten berupa vihara.
4. Kerajaan Banten runtuh karena adanya konflik dengan VOC. Taktik Devide
et Impera dari VOC berhasil membuat Kerajaan Banten diselimuti konflik.
Ditambah lagi tidak ada pemimpin yang kuat setelah Sultan Ageng Tirtayasa
meninggal.
b. Saran
1. Untuk diperhatikan lagi dalam penulisan agar tidak terjadi kesalahan dalam
menulis.