Anda di halaman 1dari 7

2017

Secara konsisten BCA menyediakan layanan yang berkualitas didukung oleh investasi yang
terukur dalam memperkuat bisnis inti perbankan transaksi serta menjalankan fungsi intermediasi.
Pada tahun 2017 perekonomian Indonesia tumbuh 5,1% didorong oleh kinerja ekspor dan aktivitas
investasi yang membaik. Realisasi dan proses pembangunan proyek-proyek infrastruktur di
Indonesia turut menopang ekonomi Indonesia. Strategi konsolidasi dan efesiensi internal yang
ditempuh dunia usaha telah menyebabkan rendahnya permintaan kredit sehingga.

Pada tahun 2017 kredit industri perbankan tumbuh moderat 8,2% menjadi Rp 4.738 triliun.
Sementara itu dana pihak ketiga tumbuh lebih tinggi dibandingkan kredit sebesar 9,3% menjadi
Rp 5.289 triliun diantaranya didukung oleh kesuksesan program tax amnesty. Industri perbankan
juga dihadapkan pada tekanan terhadap Net Interest Margin (NIM) sejalan dengan penurunan suku
bunga, di tengah permintaan kredit belum sepenuhnya pulih pada tahun 2017. NIM industri
perbankan turun 30 basis point menjadi 5,3% pada tahun 2017 dibandingkan 5,6% pada tahun
2016.

Pada tahun 2017 BCA dan para entitas anak secara konsisten mempertahankan pertumbuhan
kinerja keuangan konsolidasi yang positif dengan Laba Bersih tumbuh 13,1% mencapai Rp 23,3
triliun. Pendapatan Operasional (Pendapatan Bunga Bersih dan Pendapatan Operasional selain
Bunga) tercatat sebesar Rp 57,0 triliun, meningkat 6,0%. Kinerja profitabilitas BCA sejalan
dengan kondisi kualitas kredit yang terjaga dimana pembentukan cadangan kredit bermasalah
tercatat lebih besar pada tahun sebelumnya.

BCA membukukan beban cadangan kerugian penurunan nilai kredit sebesar Rp 1,8 triliun
sehingga posisi cadangan kerugian penurunan nilai kredit mencakup 190,7% dari seluruh nilai
kredit bermasalah di tahun 2017. Rasio NPL BCA berada pada tingkat yang dapat ditoleransi
sebesar 1,5% Di tengah tantangan tren penurunan tingkat suku bunga dan volume bisnis sektor
perbankan yang belum pulih sepenuhnya, BCA berupaya memanfaatkan berbagai kesempatan
yang ada baik di sisi aset maupun sisi liabilitas.

Pada akhir tahun 2017, BCA mencapai pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga masingmasing
sebesar 12,4% dan 9,6% menjadi sebesar Rp 467,5 triliun dan Rp 581,1 triliun. BCA membukukan
pertumbuhan kredit di semua segmen. Pada tahun 2017, BCA melihat adanya permintaan kredit
korporasi terutama kredit modal kerja. BCA menjalankan berbagai inisiatif untuk menggali
peluang pertumbuhan pada segmen komresial dan UKM di tengah ketatnya kompetisi.

Di segmen kredit konsumer, berbagai event promosi serta penawaran suku bunga kredit yang
kompetitif mendukung pertumbuhan di tahun 2017 terutama kredit pemilikan rumah. Di sisi
pendanaan, dana giro dan tabungan (Current Accounts and Saving Accounts – CASA) tetap
menjadi kontributor utama sebesar 76,3% terhadap total dana pihak ketiga pada akhir tahun 2017.
CASA tumbuh 8,7% menjadi Rp 443,7 triliun, sedangkan deposito meningkat 12,7% menjadi Rp
137,4 triliun. Pertumbuhan dana pihak ketiga turut didukung oleh perputaran dana tax amnesty.

Kondisi keuangan BCA yang solid di tahun buku 2017 tercermin pada rasio-rasio keuangan utama.
BCA mencatat tingkat pengembalian atas aset (Return on Assets – ROA) sebesar 3,9% dan tingkat
pengembalian atas ekuitas (Return on Equity – ROE) sebesar 19,2%. Rasio profitabilitas ini relatif
terjaga dibandingkan tahun sebelumnya dan berada di atas rata-rata sektor perbankan.

Aktivitas penyaluran kredit dan berbagai investasi senantiasa memperhatikan kecukupan likuiditas
dan permodalan BCA. Posisi permodalan dan likuiditas tetap solid dengan rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio – CAR) sebesar 23,1% dan rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to
Funding Ratio – LFR) sebesar 78,2%.

Memperkuat Layanan Payment Settlement Pengembangan layanan payment settlement


merupakan salah satu langkah strategis yang berperan dalam memperkokoh pendanaan CASA
untuk mempertahankan keunggulannya dalam perbankan transaksi. BCA menghubungkan para
nasabah melalui jaringan multi-channel yang terintegrasi dan luas.

BCA mengimplementasikan teknologi terkini untuk meningkatkan customer experience dan


efisiensi operasional. BCA terus berupaya meningkatkan penggunaan layanan internet dan mobile
banking yang merupakan channel yang lebih efisien dibandingkan dengan ATM dan perbankan
cabang. BCA melakukan sosialisasi kepada nasabah bahwa layanan internet dan mobile banking
lebih nyaman dan mudah digunakan dengan aksesibilitas tinggi yaitu 24 jam per hari, 7 hari dalam
1 minggu. BCA terus memperkaya berbagai fitur transaksi dan meningkatkan kapasitas transaksi
melalui internet dan mobile banking.

2016
Kami menyampaikan bahwa pada tahun 2016 BCA dan para entitas anak berhasil mencatat kinerja
keuangan konsolidasi yang solid dan secara konsisten memberikan nilai tambah bagi para
pemangku kepentingan. Pencapaian tersebut mencerminkan keberhasilan BCA dalam
meningkatkan kapabilitas dan menangkap peluang bisnis di tengah berbagai tantangan yang
dihadapi oleh industri perbankan Indonesia. Perekonomian Indonesia pada tahun 2016 telah
memperlihatkan tren perbaikan didukung oleh serangkaian kebijakan Pemerintah baik di bidang
fiskal maupun moneter. Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang berkepanjangan, pada
tahun 2016 Indonesia mencatat pertumbuhan PDB sebesar 5,0%, sedikit lebih tinggi dibandingkan
tahun 2015 yang sebesar 4,9%.Secara keseluruhan, posisi perbankan nasional tetap solid didukung
oleh serangkaian peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia. Setelah pada tahun
2015 membukukan penurunan laba bersih sebesar 6,3%, pada tahun 2016 industri perbankan
berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih positif sebesar 1,9% Tingkat permodalan sektor
perbankan berada pada level yang solid dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar
22,9%. Posisi kredit terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio – LDR) perbankan ditutup
pada tingkat 90,7% di akhir tahun 2016, dibandingkan 92,1% di akhir tahun 2015,
mengindikasikan kecukupan likuiditas di sector perbankan. Regulator secara konsisten memonitor
likuiditas sektor perbankan dan melakukan penyesuaian tingkat suku bunga acuan dan giro wajib
minimum. Perbankan nasional menutup tahun 2016 dengan pertumbuhan kredit sebesar 7,9%dan
peningkatan dana pihak ketiga sebesar 9,6%.

Pada tahun 2016, peningkatan dana pihak ketiga BCA selain berasal dari aktivitas transaksi
nasabah juga didukung oleh masuknya dana dari program tax amnesty. BCA terus berinvestasi di
bidang perbankan transaksi dan mengoptimalkan upaya untuk memanfaatkan peluang
penghimpunan dana yang timbul dengan adanya program tax amnesty di tahun 2016.

Di tahun 2016, BCA terus mengembangkan jaringan cabang dan ATM. Kantor-kantor cabang
tetap memegang peranan penting dalam layanan perbankan sebagai sarana bertatap muka langsung
dan mempererat hubungan dengan nasabah. Sampai saat ini, kantor-kantor cabang tetap
merupakan channel dengan nilai transaksi terbesar sedangkan ATM tetap menjadi jaringan
terpopuler dari segi frekuensi transaksi. Oleh karena itu, BCA terus melakukan ekspansi terukur
di kedua channel tersebut dengan tetap meningkatkan faktor efisiensi.

Dengan fokus pada pengembangan franchise perbankan transaksi, dana CASA terus bertumbuh di
tahun 2016 bahkan di tengah fase pemulihan perekonomian nasional. Aktivitas tax amnesty
mendukung perputaran dana CASA yang lebih aktif di semester kedua 2016. Memanfaatkan
kesempatan ini, secara proaktif BCA bekerja sama dengan nasabah yang ingin berpartisipasi dalam
program tax amnesty. BCA menyiapkan system untuk memfasilitasi pembayaran dana tebusan tax
amnesty serta menawarkan produk dan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh nasabah yang
bermaksud menempatkan dana repatriasi. BCA juga memastikan kesiapan prosedur internal sesuai
dengan panduan program tax amnesty.

Peningkatan Portofolio Kredit secara Prudent BCA membukukan pertumbuhan portofolio kredit
sebesar 7,3% menjadi Rp 415,9 triliun pada akhir tahun 2016, sejalan dengan pertumbuhan industri
perbankan Indonesia.

Di segmen kredit konsumer, pada tahun 2016 BCA secara aktif meluncurkan produk-produk yang
kompetitif dan menarik serta terus menyempurnakan kualitas layanan. Merupakan model
pinjaman berisiko rendah, Kredit Pembiayaan Rumah (KPR) tetap menjadi salah satu produk
andalan di dalam portofolio kredit konsumer Bank.

Di sisi aktivitas penyaluran kredit, BCA membukukan pertumbuhan portofolio kredit yang sehat
sebesar 7,3% mencapai Rp 415,9 triliun pada akhir tahun 2016.Peningkatan Kualitas Penerapan
Tata Kelola Perusahaan Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance
– GCG) berperan penting dalam memelihara kepercayaan dan memberikan nilai tambah bagi para
pemangku kepentingan. Direksi dan Dewan Komisaris beserta seluruh manajemen dan karyawan
berkomitmen dalam mewujudkan sebuah organisasi yang transparan, akuntabel, bertanggung
jawab, wajar dan independen. Dalam menerapkan tata kelola perusahaan, BCA mengacu kepada
peraturan-peraturan Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, ASEAN Corporate Governance
Scorecard dan praktik-praktik terbaik (best practices) di industry perbankan.

Perubahan Komposisi Anggota Direksi Kami laporkan bahwa pada tahun 2016, Ibu Dhalia Mansor
Ariotedjo dan Bapak Anthony Brent Elam telah menyelesaikan masa tugasnya sebagai anggota
Direksi. Bersama Ibu Dhalia Mansor Arietedjo, BCA berhasil membangun portofolio kredit
korporasi yang solid dengan fokus kepada perusahaanperusahaan berkualitas di Indonesia.
Portofolio kredit korporasi BCA tumbuh 25,6% CAGR dalam kurun waktu 15 tahun di bawah
kepemimpinan Ibu Dhalia Mansor Ariotedjo. Sesuai dengan spesialisasinya di bidang manajemen
risiko, Bapak Anthony Brent Elam telah meletakkan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan kredit
yang berkualitas.

2015
Perekonomian Indonesia dan industri perbankan Indonesia menghadapi tantangan – tantangan
yang tidak mudah di tahun 2015. Profitabilitas industri perbankan Indonesia mengalami tekanan
sebagai dampak dari perlambatan pertumbuhan asset produktif dan dana pihak ketiga, serta
penurunan kualitas kredit. Meskipun demikian, BCA berhasil mencatat pertumbuhan Laba Bersih
sebesar 9,3% menjadi Rp 18,0 triliun di tahun 2015, dan menghasilkan Return on Asset dan Return
on Equity yang lebih tinggi dari perkiraan. Pencapaian kinerja keuangan BCA sejalan dengan
keberhasilan dalam menjaga kualitas kredit dan mempertahankan kinerja bisnis intinya pada tahun
2015. Perbankan transaksi BCA kembali dapat mempertahankan pendanaan yang berkelanjutan
dari rekening transaksional dan memelihara likuiditas BCA secara kokoh.
Hal ini memungkinkan BCA untuk menurunkan tingkat suku bunga maksimum deposito secara
bertahap pada tahun 2015, sehingga dapat menurunkan cost of funds. BCA berupaya meningkatkan
pendapatan operasional selain bunga baik dari provisi dan komisi (fee-based income) perbankan
transaksi maupun dari aktivitas tresuri pada semester II 2015. Untuk menopang profitabilitas lebih
lanjut, upaya–upaya efisiensi terus dilakukan dalam menekan kenaikan biaya operasional, namun
BCA tetap berkomitmen untuk terus melakukan berbagai investasi jaringan maupun teknologi
informasi yang merupakan bagian signifikan dari keseluruhan biaya operasional.
Menutup tahun 2015, BCA membukukan kredit sebesar Rp 387,6 triliun, meningkat 11,9% berada
pada kisaran target pertumbuhan sebesar 10%-12%. Sedangkan dana pihak ketiga tumbuh menjadi
Rp 473,7 triliun, naik sebesar 5,8% pada tahun 2015, di bawah target kisaran pertumbuhan dana
pihak ketiga yang sebesar 8%-11%.
Sejalan dengan melonggarnya likuiditas perbankan Indonesia dan upaya BCA untuk
menyeimbangkan profitabilitas, BCA tidak berkompetisi secara agresif dalam penghimpunan dana
deposito, sehingga total dana pihak ketiga lebih rendah dari anggaran awal.
Menutup tahun 2015, BCA membukukan kredit sebesar Rp 387,6 triliun, meningkat 11,9% berada
pada kisaran target pertumbuhan sebesar 10%-12%. Sedangkan dana pihak ketiga tumbuh menjadi
Rp 473,7 triliun, naik sebesar 5,8% pada tahun 2015, di bawah target kisaran pertumbuhan dana
pihak ketiga yang sebesar 8%-11%. Sejalan dengan melonggarnya likuiditas perbankan Indonesia
dan upaya BCA untuk menyeimbangkan profitabilitas, BCA tidak berkompetisi secara agresif
dalam penghimpunan dana deposito, sehingga total dana pihak ketiga lebih rendah dari anggaran
awal.

BCA berupaya untuk terus memperkokoh permodalan Tier I sebagai salah satu langkah persiapan
diterapkannya Basel III. Pada tahun 2015, seluruh kebutuhan permodalan BCA dapat terpenuhi
dari pertumbuhan modal secara organic dengan didukung oleh profitabilitas Bank yang sehat.

Secara konsolidasi BCA memiliki tingkat permodalan yang memadai sebesar 19,0% dan diatas
persyaratan minimum sesuai profil risiko yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, sehingga sangat
memadai untuk mendukung rencana ekspansi usaha Bank yang diimbangi dengan kemampuan
dalam mengantisipasi seluruh risiko yang dihadapi.

Dalam beberapa tahun terakhir BCA secara bertahap telah menyesuaikan dividend payout ratio
untuk memperkuat permodalan, terutama dalam mendukung aktivitas perkreditan dan lini – lini
bisnis baru serta untuk membentuk permodalan dalam mempersiapkan penerapan Basel III.
Sehubungan dengan pembagian dividen terakhir, berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang
Saham tanggal 9 April 2015, para pemegang saham menyetujui pemberian dividen tunai sebesar
Rp 3,6 triliun atau Rp 148 per saham (dibayarkan melalui dividen interim sebesar Rp 50 per saham
pada 23 Desember 2014 dan dividen final sebesar Rp 98 persaham yang dibayarkan pada 13 Mei
2015). Pembagian dividen ini setara dengan dividend payout ratio sebesar 22,1% yang dibayarkan
dari laba bersih tahun 2014. BCA mendistribusikan sebagian porsi laba bersih tahun 2015 dalam
bentuk dividen interim sebesar Rp 55 per saham yang telah dibayarkan pada 9 Desember 2015.

BCA bersama BCA Finance telah melakukan penambahan modal kepada PT Asuransi Umum
BCA (“BCA Insurance”) sebesar Rp 150 miliar secara keseluruhan (porsi BCA Rp 112,5 miliar
dan porsi BCA Finance Rp 37,5 miliar). Dana tersebut digunakan untuk pengembangan usaha,
memperkuat modal dan memperkuat tingkat solvabilitas BCA Insurance agar tetap berada pada
level yang sehat

Selain itu, BCA juga melakukan penambahan modal sebesar Rp 400 miliar kepada BCA Syariah,
yang digunakan untuk memperkuat modal BCA Syariah agar dapat masuk ke dalam kategori Bank
BUKU II dengan modal di atas Rp 1 triliun sehingga memiliki landasan yang lebih kuat untuk
mengembangkan produk–produk yang diijinkan sebagai bank syariah BUKU II.
Pada tahun 2015 rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) BCA secara perusahaan
induk mencapai 18,7%, meningkat 180 bps dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 16,9%,
sedangkan rasio CAR secara konsolidasi tercatat sebesar 19,0%.

Pada tahun 2015, BCA melakukan penambahan modal di tiga perusahaan anak: BCA dan para
pemegang saham lainnya memberikan pinjaman subordinasi kepada BCA Sekuritas sebesar Rp
150 miliar secara keseluruhan, dimana porsi BCA adalah sebesar Rp 112,5 miliar. Selanjutnya,
dana tersebut digunakan oleh BCA Sekuritas untuk melakukan penyertaan modal kepada BCA
Life; guna mendukung pengembangan bisnis serta memperkuat tingkat solvabilitas (persyaratan
Risk Based Capital - RBC) BCA Life agar sesuai dengan ketentuan Pemerintah. Pinjaman
subordinasi ini telah mendapatkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 20
Maret 2015.
BCA bersama BCA Finance telah melakukan penambahan modal kepada BCA Insurance sebesar
Rp 150 miliar secara keseluruhan (porsi BCA Rp 112,5 miliar dan porsi BCA Finance Rp 37,5
miliar). Dana tersebut digunakan untuk pengembangan usaha, memperkuat modal dan
memperkuat tingkat solvabilitas BCA Insurance agar tetap berada pada level yang sehat.
Penambahan modal ini telah mendapatkan persetujuan dari OJK pada tanggal 26 Juni 2015.

BCA melakukan penambahan modal sebesar Rp 400 miliar kepada BCA Syariah, yang digunakan
untuk memperkuat modal BCA Syariah agar dapat masuk ke dalam kategori Bank BUKU II
dengan modal di atas Rp 1 triliun sehingga memiliki landasan yang lebih kuat untuk
mengembangkan produk-produk yang diizinkan sebagai bank syariah BUKU II.

2014
BCA berhasil mencatat kinerja keuangan yang positif dan menciptakan nilai tambah bagi para
pemegang saham. BCA berhasil mepertahankan kualitas portofolio kredit, meningkatkan
profitabilitas serta menjaga posisi likuiditas dan permodalan yang kokoh. BCA membukukan laba
per saham sebesar Rp 699 ditahun 2014, naik 15,7 % dari Rp 579 persaham ditahun 2013. Rasio
kredit bermasalah NPL tercatat sebesar 0,6%dan rasio kecukupan modal sebesar 16,9%,
sedangkan posisi rasio kredit terhadap dana pihak ketiga berada pada level 76,8%.
Tren ketatnya likuiditas perbankan yang terjadi pada tahun 2013 masih berlanjut pada tahun 2014.
Secara keseluruhan sejak tahun 2013 sektor perbankan Indonesia mengalami perlambatan laju
pertumbuhan dana pihak ketiga. Pada bulan Juli 2015 LDR mencapai punncak sebesar 92,2% dan
kondisi likuiditas perbankan sedikit membaik sejalan dengan permintaan kredit yang melmah.
BCA terus meningkatkan kemudahan akses bagi nasabah melalui peningkatan jaringna cabang dan
electronic delivery chnnel terutama dengan menambah EDCserta mesin ATM maupun CDM.
BCA sedang menjajaki kemungkinan membangun kantor cabang berukuran lebih kecil yang
dilengkapi berbagai electronic chanel.
Guna mempertahankan likuiditas kuat dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2014 BCA melakukan langkah langkah proaktif dalam menghimpun dana dari produk
deposito melalui penyesuaian suku bunga lebih awal dari peningkatan suku bunga pasar.

2013

BCA melaporkan kinerja keuangan yang solid pada tahun 2013 dengan pertumbuhan kredit yang
berkualitas, permodalan yang kuat serta posisi likuiditas yang sehat. Pada tahun 2013, BCA secara
hati-hati memperketat kebijakan dan kriteria pemberian kredit untuk mengurangi risiko di tengah
kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Per 31 Desember 2013 portofolio kredit tercatat sebesar Rp 312,3 triliun, tumbuh 21,6%
dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2012 yang sebesar Rp 256,8 triliun. Rasio kredit
bermasalah (Non Performing Loans – NPL) secara bruto tercatat pada level yang rendah sebesar
0,4% dan rasio cadangan terhadap kredit bermasalah adalah sebesar 408,7%. Rasio kecukupan
modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) BCA meningkat menjadi 15,7% per 31 Desember 2013
dari 14,2% di akhir tahun 2012. Posisi secondary reserves tetap kokoh pada level Rp 56,8 triliun
atau 13,9% dari total dana pihak ketiga.

Sementara itu, dana deposito naik Rp 13,6 triliun atau 18,6% menjadi Rp 86,6 triliun per 31
Desember 2013 dari Rp 73,0 triliun per 31 Desember 2012, yang selanjutnya mendukung
pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar Rp 39,2 triliun atau 10,6% menjadi Rp 409,5 triliun.
Pertumbuhan dana deposito ini sejalan dengan kenaikan suku bunga deposito yang signifikan sejak
Mei 2013 pada saat BCA mengambil langkah-langkah proaktif dalam menawarkan suku bunga
deposito yang lebih atraktif, mengingat terdapat tanda-tanda likuiditas yang semakin ketat.

Pertumbuhan portofolio kredit yang signifikan serta peningkatan Marjin Bunga Bersih (Net
Interest Margin – NIM) telah mendukung pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih di tahun 2013.
Pendapatan Bunga Bersih tercatat sebesar Rp 26,4 triliun, meningkat 24,4% dibandingkan periode
tahun 2012 yang sebesar Rp 21,2 triliun. Pendapatan Operasional selain Bunga tumbuh 14,5%
menjadi Rp 7,3 triliun didukung oleh kenaikan Pendapatan Provisi dan Komisi sebesar 15,7%.
Total Pendapatan Operasional (Total Pendapatan Bunga Bersih dan Pendapatan Operasional
selainBunga) meningkat 22,1% menjadi Rp 33,7 triliun pada tahun 2013 dari Rp 27,6 triliun pada
tahun 2012.Pertumbuhan laba yang tinggi, ditopang oleh pertumbuhan usaha yang
berkesinambungan serta marjin bunga bersih yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai