Anda di halaman 1dari 20

SAHAM SYARIAH

Oleh:

Ravika Mutiara 110810301018

AKUNTANSI SYARIAH

AKT-C

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2014

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir akuntansi syariah mulai mencuri perhatian dunia. Hal
ini dikarenakan melalui akuntansi syariah dilansir dapat menjamin suatu entitas syariah lebih
tahan terhadap isu-isu global yang dapat menyebabkan kebangkrutan. Tak terkecuali dengan
di Indonesia. Akuntansi syariah berkembang begitu pesat di Indonesia yang notabenenya
sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Berkembang pesatnya kegiatan
ekonomi keuangan yang menggunakan prinsip syariah telah menarik banyak pihak untuk
mengetahui lebih dalam ekonomi keuangan syariah, bukan saja dari sisi manajemen bisnis
dan ekonominya, namun terlebih lagi dari sisi landasan fikih, analisis fikih, dan penerapan
fikih dalam kegiatan ekonomi keuangan tersebut. Salah satu kegiatan tersebut yakni
menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi adalah
menanamkan hartanya di pasar modal syariah.
Pasar modal merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian dunia saat ini.
Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan pasar modal sebagai media untuk
menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Pasar modal secara
umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat dimana modal diperdagangkan antara pihak
yang memiliki kelebihan modal (investor) dengan orang yang membutuhkan modal (issuer)
untuk mengembangkan investasi. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar modal
didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan
perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam
ikut membangung perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan
yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai media untuk menyerap investasi dan
media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi
financial nerve centre (saraf finansial dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan
perekonomian modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal yang

2
tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik . Sebagai upaya dalam
mendukung terwujudnya Pasar Modal Indonesia menjadi penggerak ekonomi nasional yang
tangguh dan berdaya saing global sebagaimana tertuang dalam cetak biru pasar modal
Indonesia, perlu dilakukan secara terus menerus untuk menyempurnakan dan
mengembangkan infrastruktur pasar modal menuju ke arah yang lebih baik lagi. Salah satu
faktor bagi terciptanya pasar modal Indonesia yang tangguh dan berdaya saing global
dimaksud adalah dengan tersedianya fasilitas dan instrumen pasar modal Indonesia yang
mampu bersaing dengan instrumen pasar modal negara-negara lain.
Dalam Islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena
dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan juga mendatangkan manfaat
bagi orang lain. Al-Quran dengan tegas melarang aktivitas penimbunan (iktinaz) terhadap
harta yang dimiliki (9:33).Untuk mengimplementasikan seruan investasi tersebut, maka
harus diciptakan suatu sarana untuk berinvestasi. Banyak pilihan orang untuk menanamkan
modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi adalah menanamkan hartanya
di pasar modal. Pasar modal pada dasarnya merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan atau surat-surat berharga jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam
bentuk utang maupun modal sendiri. Pasar modal merupakan salah satu pilar penting dalam
perekonomian dunia saat ini. Dengan kehadiran pasar modal syariah, memberikan
kesempatan bagi kalangan muslim maupun non muslim yang ingin menginvestasikan
dananya sesuai dengan prinsip syariah yang memberikan ketenangan dan keyakinan atas
transaksi yang halal. Dibukanya Jakarta Islamic Indeks di Indonesia (JII) pada tahun 2000
sebagai pasar modal syariah memberikan kesempatan para investor untuk menanamkan
dananya pada perusahaan yang sesuai prinsip syariah. Beragam produk ditawarkan dalam
indeks syariah dalam JII maupun ISSI seperti saham, obligasi, sukuk , reksadana syariah, dsb.
Salah satu instrument keuangan yang ada di pasar modal syariah adalah saham
syariah. Instrument ini merupakan instrument yang paling diminati di pasar modal syariah
karena masyarakat lebih familiar terhadap instrument jenis ini. Padahal pada faktanya,
instrument berupa saham ini sangat lekat dengan adanya unsur spekulatif yang ditentang
dalam akuntansi syariah. Hal ini jelas menimbulkan banyak pro kontra tentang saham.
Banyak masyarakat yang belum bisa membedakan sebenarnya bagaimana saham syariah itu
sendiri dan apa perbedaannya dengan saham pada akuntansi konvensional. Melihat fenomena
inilah penulis menarik untuk mengangkat judul makalah “Saham Syariah Dalam Koridor
Akuntansi Syariah.”

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana sejarah saham syariah?
b. Apa saja karakteristik saham syariah?
c. Bagaimana mekanisme transaksi investasi pada saham syariah?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. untuk mengetahui secara jelas sejarah saham syariah
b. untuk mengetahui karakteristik saham syariah
c. untuk mengetahui mekanisme transaksi investasi pada saham syariah

1.4 Manfaat
Makalah ini memiliki manfaat bagi:
a. Bagi penulis
Dengan dibuatnya makalah ini penulis bisa mengetahui secara mendetail mengenai
saham syariah sehingga dapat menambah pengetahuannya
b. Bagi pembaca
Melalui makalah ini pembaca akan mengetahui secara jelas mengenai pasar modal
syariah utamanya saham syariah sehingga dapat membedakan dengan saham biasa

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pasar Modal Syariah

Pasar modal secara umum dapat di artikan sebagai berikut:

Pasar Modal menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1
Ayat (12) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan
Efek, Perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.

Sedangkan dalam Pasal 1 ayat (5) adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif, kontrak berjangkaatas efek, dan setiap derivative dari efek.

Pasar Modal di kenal juga dengan istilah Bursa Efek, Bursa Efek menurut Undang-
Undang Pasal 1 ayat (4)UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan system dan/atau sarana mempertemukan penawaran jual
dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.

Menurut beberapa ahli yang di maksud dengan Pasar Modal adalah:

1. Tjipto Darmadji, dkk; adalah Pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang
yang bisa di perjual belikan baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri.

2. Dahlan Siamat, dalam arti sempit adalah suatu tempat yang teroganisasi dimana efek-efek
di perdagangkan yang di sebut Bursa efek. Bursa Efek atau stock exchange adalah suatu
system yang teroganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan
baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya. Fungsi Bursa efek ini antara
lain menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme
permintaan dan penawaran. Definisi Pasar Modal dalam arti luas adalah Pasal Konkret atau
abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka
panjang, yaitu jangka 1 tahun keatas.

3. Y. Sri Susilo, dkk; Pasar Modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana-dana
jangka panjang dan merupakan pasar yang konkret.

5
4. Kasmir, pasar modal dalam arti sempit merupakan tempat para penjual dan pembeli
bertemu untuk melakukan transaksi. Artinya pembeli dan penjual langsung bertemu untuk
melakukan transaksi dalam suatu lokasi tertentu. Lokasi atau tempat pertemuan disebut pasar.
Namun , dalam arti luas pengertian pasar merupakan tempat melakukan transaksi antara
pembeli dan penjual, dimana pembeli dan penjual tidak harus bertemu dalam suatu tempat
atau bertemu langsung, akan tetapi dapat dilakukan melalui saran informasi yang ada seperti
sarana elektronika.

5. Menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Pasar Modal adalah pasar dimana dana
modal –utang dan ekuitas – di perdagangkan. Di dalamnya termasuk penempatan pribadi
sumber-sumber utang dan ekuitas dan juga pasar-pasar dan bursa-bursa teroganisasi.

Sementara itu pengertian pasar modal syariah adalah sebagai berikut

Pasar modal menurut pasal 13 UU Nomor. 8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek. Sedangkan prinsip syariah menurut pasal 1 ayat (13) UU No. 10 tahun 1998 adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah
secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip
Syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal yang dilarang seperti;
riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.

2.2 Fungsi dari pasar modal syariah

Keberadaan pasar modal syariah memiliki beberapa fungsi yaitu:

 Menyediakan mekanisme untuk alokasi sumber keuangan dalam ekonomi.


 Menyediakan likuiditas dalam harga termurah di pasar, seperti transaksi dengan biaya
terendah.

6
 Menjamin transparansi harga sekuritas dengan mementukan harga dari resiko premi
yang merefleksikan resiko dari sekuritas.
 Menyediakan kesempatan untuk membangun diversifikasi portofolio dan untuk
mengurangi tingkat resiko melalui diversifikasi lintas geografi dan lintas waktu
 Memungkinkan bagi masyarakat berpartispasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
 Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan
likuiditas
 Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun
dan mengembangkan lini produksinya
 Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham
yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional
 Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis
sebagaimana tercermin pada harga saham.

2.3 Dasar hukum pasar modal syariah

2.3.1 Al- Quran

‫طا ُن ِمنَ ْال َم ِس ذَلِكَ ِبأَنَّ ُه ْم قَالُواْ ِإنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِمثْ ُل‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫طهُ ال‬ُ َّ‫الربَا الَ يَقُو ُمونَ ِإالَّ َك َما يَقُو ُم الَّذِي يَت َ َخب‬ ِ َ‫الَّذِينَ يَأ ْ ُكلُون‬
َ ‫ف َوأَ ْم ُرهُ ِإ َلى ّللاِ َو َم ْن َعاد‬ َ َ‫سل‬َ ‫ى فَلَهُ َما‬َ ‫ظةٌ ِمن َّر ِب ِه فَانتَ َه‬ َ ‫الر َبا فَ َمن َجاءهُ َم ْو ِع‬ ِ ‫الر َبا َوأ َ َح َّل ّللاُ ْال َب ْي َع َو َح َّر َم‬
ِ
. َ‫ار ُه ْم فِي َها خَا ِلدُون‬ِ َّ‫ص َحابُ الن‬ ْ َ ‫فَأ ُ ْولَـئِكَ أ‬
Artinya:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila . Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. Al-
Baqarah: 275).

َ‫الربَا إِن ُكنتُم ُّمؤْ ِمنِين‬ َ ‫ََ يُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ اتَّقُواْ ّللاَ َوذَ ُرواْ َما بَ ِق‬
ِ َ‫ي ِمن‬

7
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman (QS. Al- Baqarah: 278).

ْ ُ ‫ؤُوس أ َ ْم َوا ِل ُك ْم الَ ت َْظ ِل ُمونَ َوالَ ت‬


َ‫ظلَ ُمون‬ ُ ‫سو ِل ِه َوإِن ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر‬ ٍ ‫فَإِن لَّ ْم ت َ ْفعَلُواْ فَأْذَنُواْ بِ َح ْر‬
ُ ‫ب ِمنَ ّللاِ َو َر‬
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah
dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (QS. Al- Baqarah:
279).
‫اض ِمن ُك ْم َوالَ ت َ ْقتُلُواْ أَنفُ َس ُك ْم إِ َّن‬ ِ َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ الَ ت َأ ْ ُكلُواْ أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْي َن ُك ْم بِ ْالب‬
َ ‫اط ِل إِالَّ أ َن ت َ ُكونَ تِ َج‬
ٍ ‫ارة ً َعن ت ََر‬
ً ‫ّللاَ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحيما‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu (QS. An-Nisa’:29).

َ‫ّللاَ َك ِثيرا ً لَّعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِلحُون‬


َّ ‫ّللاِ َواذْ ُك ُروا‬ ِ ‫ص ََلة ُ فَانتَش ُِروا فِي ْاْل َ ْر‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا ِمن ف‬
َّ ‫ض ِل‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإِذَا ق‬
ِ َ‫ضي‬
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS. Al-
Jumu’ah:10).
‫ص ْي ِد َوأَنت ُ ْم ُح ُر ٌم إِ َّن‬ ْ َّ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ أَ ْوفُواْ بِ ْالعُقُو ِد أُ ِحل‬
َّ ‫ت لَ ُكم بَ ِهي َمةُ اْل َ ْنعَ ِام إِالَّ َما يُتْ َلى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِح ِلي ال‬
ُ‫ّللاَ يَحْ ُك ُم َما ي ُِريد‬
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu . Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya (QS.Al-Maidah: 1).

2.3.2 Al-Hadis
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw. Bersabda, “Ketahuilah, siapa yang
memelihara anak yatim, Sedangkan anak yatim itu memiliki harta, maka hendaklah ia
menginvestasikannya (membisniskankannya), janganlah ia membiarakan harta itu idle,
sehingga harga itu terus berkurang lantara zakat”.

8
2.3.3 Fatwa dan Peraturan Lainnya
Berbeda dengan efek lainnya, selain landasan hukum, baik berupa peraturan maupun
Undang-Undang, perlu terdapat landasan fatwa yang dapat dijadikan sebagai rujukan
ditetapkannya efek syariah dalam pasar modal syariah. Landasan fatwa diperlukan sebagai
dasar untuk menetapkan prinsip-prinsip syariah yang dapat diterapkan di pasar modal. [3]
Sampai dengan saat ini, pasar modal syariah di Indonesia telah memiliki landasan
fatwa dan landasan hukum sebagai berikut :
Terdapat 14 fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berhubungan dengan pasar modal syariah Indonesia sejak
tahun 2001, yang meliputi antara lain:
 Fatwa No. 20/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk
Reksadana Syariah
 Fatwa No. 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
 Fatwa No. 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah
 Fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
 Fatwa No. 41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah
 Fatwa No. 59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi
 Fatwa No. 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) Syariah
 Fatwa No. 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Waran Syariah
 Fatwa No. 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
 Fatwa No. 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang Metode Penerbitan SBSN
 Fatwa No. 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang Sale and Lease Back
 Fatwa No. 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang SBSN Ijarah Sale and Lease Back
 Fatwa No. 76/DSN-MUI/VI/2010 tentang SBSN Ijarah Asset To Be Leased
 Fatwa No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
 Juga terdapat 3 (tiga) Peraturan Bapepam & LK yang mengatur tentang efek syariah
sejak tahun 2006, yaitu:
 Peraturan Bapepam & LK No IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
 Peraturan Bapepam & LK No IX.A.14 tentang Akad-akad Yang Digunakan Dalam
Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal

9
 Peraturan Bapepam & LK No II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek
Syariah
Selain UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal yang menjadi landasan hukum pasar
modal syariah, juga terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang SBSN (Surat Berharga
Syariah Negara), yaitu UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.

2.4 Pengertian saham syariah


Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI)
No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal, mendefinisikan saham syariah merupakan bukti kepemilikan
atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
syariah.
Menurut Soemitra, saham syariah merupakan surat berharga yang merepresentasikan
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan. Penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-
perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah. Akad yang berlangsung dalam
saham syariah dapat dilakukan dengan akad mudharabah dan musyarakah.
Menurut Kurniawan (2008), Saham Syariah adalah saham-saham yang diterbitkan
oleh suatu perusahaan yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam.

10
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Saham Syariah

Secara praktis, instrument saham belum ada pada masa Nabi Muhammad SAW dan
para sahabat beliau. Pada masa tersebut yang dikenal hanyalah perdagangan barang riil
seperti layaknya yang terjadi pada pasar biasa. Pengakuan kepemilikan sebuah perusahaan
pada masa itu belum dinyatakan dalam bentuk saham seperti sekarang. Dengan demikian
pada pada masa itu, bukti kepemilikan dan atau jual beli atas sebuah aset hanya melalui
mekanisme jual beli biasa dan belum melalui Initial Public Offering (IPO) dengan saham
sebagai instrumennya. Pada saat itu yang terbentuk hanyalah pasar riil biasa yang
mengadakan pertukaran barang dengan uang dan pertukaran barang (barter).
Dikarenakan belum adanya pembahasan dalam Al-Qur’an maupun Hadis yang
menyatakan secara jelas dan pasti tentang keberadaan saham maka para ulama berusaha
untuk menemukan rumusan kesimpulan hukum tersendiri untuk saham yang lebih dikenal
dengan ijtihad. Meskipun begitu terdapat perbedaan pendapat dalam memperlakukan saham
dari aspek hukum khususnya dalam jual beli. Ada sebagian mereka yang memperbolehkan
transaksi jual beli saham ada pula yang tidak membolehkan. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
merupakan kalangan ulama yang memandang kegiatan jual beli saham sebagai kegiatan yang
dihalalkan. Para ulama membolehkan jual beli saham mengatakan bahwa saham merupakan
cerminan kepemilikan atas aset tertentu. Para ulama kontemporer yang merekomendasikan
perihal tersebut diantaranya Abu Zahrah, Abdurrahman Hasan, dan Khalaf sebagaimana
dituangkan oleh Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqh Zakah halaman 527. Meskipun begitu
terdapat aturan dan norma jual beli saham yang perlu tetap mengacu pada pedoman jual beli
barang pada umumnya dan sesuai dengan syariah Islam.
Adanya fatwa-fatwa ulama kontemporer tentang jual beli saham semakin memperkuat
landasan akan bolehnya jual beli saham. Dalam kumpulan fatwa Dewan Islam Nasional
Saudi Arabia yang diketuai oleh Syekh Abdul Aziz Ibn Abdillah Ibn Baz jilid 13 bab jual beli
halaman 320-321 fatwa nomor 4016 dan 5149 tentang hukum jual beli.
Selain fatwa tersebut, fatwa DSN Indonesia juga telah memutuskan akan bolehnya
jual beli saham. (Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/2003). Dalam perkembangannya mulai
tahun 2007 Bapepam –LK sudah mengeluarkan daftar efek syariah yang berisis emiten-
emiten yang sahamnya sesuai dengan ketentuan Islam berdasarkan keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan No. Kep 325/BI/2007 tentang Daftar Efek
Syariah tanggal 12 September 2007 yang berisi 174 saham syariah.
Dalam hal ini, di Indonesia usaha untuk melakukan investasi pada saham syariah
diwujudkan dengan adanya index syariah yang saat ini diwakili oleh Jakarta Islamic Index.
Index ini sendiri merupakan indeks 30 saham yang sudah mendapatkan pengesahan dari
DSN-MUI serta PT Bursa Efek Jakarta (saat itu) dan PT Danareksa Invesment Management.

11
Adapun tujuan dari dikeluarkannya indeks JII adalah sebagai sarana pengukuran akan kinerja
saham yang dianggap memiliki basis syariah. Penentuan kriteria dari komponen yang
terdapat dalam JII disusun berdasarkan persetujuan dari DSN dan PT. DIM.
Geliat pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diluncurkannya reksadana
syariah untuk pertama kalinya oleh Danareksa Syariah pada tahun 1997, dan disusul
kemudian dengan peluncuran indeks syariah, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun
2000. Selanjutnya seiring dengan dikeluarkannya Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:
32/DSN-MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah, PT. Indosat untuk pertama kalinya
menerbitkan obligasi syariah dengan tingkat imbal hasil sebesar 16,75%, suatu tingkat return
yang cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata return obligasi konvensional pada waktu
itu. Obligasi yang diterbitkan PT. Indosat tersebut untuk selanjutnya menjadi pioner
penerbitan obligasi syariah di Indonesia.
Dibandingkan dengan beberapa negara yang mayoritas penduduknya muslim,
Indonesia tergolong lambat dalam mengembangkan pasar modal syariah, bahkan
dibandingkan negara sekuler seperti Amerika. Obligasi syariah pertama yang diterbitkan di
dunia adalah obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah Malaysia pada tahun 1983. Indonesia
baru menerbitkan obligasi syariah pada tahun 2002. Sebuah rentang waktu yang cukup jauh
dibandingkan dengan negara-negara lainnya di kawasan Asia Pasifik, seperti Iran dan Kuwait
(IOSCO, 2004:27).
Di Indonesia, tonggak awal yang berkaitan dengan pembuatan peraturan pasar modal
syariah bisa dikatakan baru dimulai pada tahun 2001, yakni bersamaan dengan
dikeluarkannya fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman investasi untuk
reksadana syariah. Kemudian diikuti oleh fatwa DSN MUI tahun 2002 tentang obligasi
syariah, serta nota kesepahaman Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan DSN-
MUI tentang pembentukan pasar modal yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah (Nasarudin
dan Surya, 2007:205).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syarif (2008:38) pada tahun 2007, dari
388 saham emiten yang tercatat di BEI pada bulan November, hanya 164 saham yang sesuai
dengan prinsip syariah dan layak untuk ditransaksikan dalam pasar modal syariah.
Kesesuaian dalam prinsip tersebut didasarkan kepada produk yang dihasilkan emiten dan
transaksi sahamnya di BEI. Sedangkan sisanya 222 saham tergolong haram atau tidak sesuai
dengan prinsip syariah, seperti saham perbankan, consumer product (minuman keras) dan
rokok.
Jakarta Islamic Index (JII), yang merupakan benchmark saham syariah di Indonesia
terdiri dari 30 saham yang diseleksi oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) per semester,
tepatnya setiap bulan Januari dan Juni. Sampai akhir tahun 2006, kapitalisasi pasar JII telah
mencapai 48 % dari total kapitalisasi saham di BEI.
Dalam kerangka kegiatan pasar modal syariah, ada beberapa lembaga penting yang
secara langsung terlibat dalam kegiatan pengawasan dan perdagangan, yaitu: Bapepam,
Dewan Syariah Nasional (DSN), bursa efek, perusahaan efek, emiten, profesi dan lembaga

12
penunjang pasar modal serta pihak terkait lainnya. Khusus untuk kegiatan pengawasan
dilakukan bersama oleh BAPEPAM dan DSN. DSN berfungsi sebagai pusat referensi
(reference center) atas semua aspek-aspek syariah yang ada dalam kegiatan pasar modal
syariah. DSN bertugas memberikan fatwa-fatwa sehubungan dengan kegiatan emisi,
perdagangan, pengelolaan portofolio efek-efek syariah, dan kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan efek syariah.
Khusus untuk penentuan saham syariah, selain ketentuan-ketentuan syariah harus
terpenuhi, ada ketentuan lain yang ditetapkan DSN dalam menentukan saham mana yang
berhak atau tidak berhak masuk indeks syariah (Jakarta Islamic Index). Ketentuan-ketentuan
tersebut didasarkan pada (Huda dan Nasution, 2007:56):
1. Jenis usaha; jenis usaha utama tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah
tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk ke dalam 10 saham berkapitalisasi
besar).
2. Laporan keuangan; laporan keuangan tahunan atau semester memiliki rasio kewajiban
terhadap aktiva maksimal 90%.
3. Kapitalisasi pasar; memilih 60 saham dengan urutan rata-rata kapitalisasi pasar
terbesar selama satu tahun terakhir.
4. Likuiditas; memilih 30 saham berdasarkan likuiditas nilai perdagangan terbesar
selama satu tahun terakhir.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan perkembangan saham syariah yang
masuk Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mengalami peningkatan. Pada 2008 tercatat
sebanyak 195 saham, sedangkan akhir 2012 sebanyak 302 atau 62 persen dari seluruh saham
yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu. MUI mengakui telah
memberikan enam sertifikat syariah kepada produk syariah pada Juli 2011.[2]
Dewan Syariah MUI Ma'ruf Amin mengatakan, dengan banyaknya produk syariah
terutama dengan adanya online trading akan memberikan kemudahan pada umat Islam
khususnya, dan secara umum terhadap investasi ke pasar modal. “Industri keuangan terus
menunjukan tren dari tahun ke tahun terutama pada pasar modal syariah. Saat ini kita sudah
melakukan kerjasama dengan kementerian pariwisata untuk mengembankan wisata syariah,"
jelasnya, usai launching online trading syariah Mandiri Sekuritas, di Hotel Le Meridien
Jakarta, Rabu (16/1/2013).
Hal ini, menurutnya sangat menggembirakan karena merupakan salah satu indikator
untuk muamalat secara syariah. Tercatat Oktober 2012 keuangan syariah mengalami
pertumbuhan sebanyak 28 persen yang berasal dari syariah, sedangkan negara tumbuh 55
persen, yang terdiri dari asuransi perbankan 22 persen, sukuk 1,2 persen dan reksa dana 5,16
persen.

13
3.2 Karakteristik Saham Syariah
Data saham merupakan bagian dari Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh
Bapepam-LK. Terdapat beberapa pendekatan untuk menyeleksi suatu saham apakah bisa
dikategorikan sebagai saham syariah atau tidak, yaitu:
1. Pendekatan jual beli
Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah asset dan dalam jual beli
ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bisa dikategorikan sebagai sebuah
kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit-loss sharing).
2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi
Dengan menggunakan pendekatan produksi ini, sebuah saham bisa diklaim
sebagai saham yang halal ketika produksi dari barang dan jasa yang dilakukan
oleh perusahaan bebas dari element-element yang haram yang secara eksplisit
disebut di dalam Al-Quran seperti riba, judi, minuman yang memabukkan,
zina, babi dan semua turunan-turunannya.
3. Pendekatan pendapatan.
Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan
tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh dari bunga (interest) maka
secara umum kita bisa mengatakan bahwa saham perusahaan tersebut tidak
syariah karena masih ada unsur riba disana. Oleh karena itu seluruh
pendapatan yang didapat oleh perusahaan harus terhindar dan bebas dari
bunga atau interest.
4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
Dengan melihat ratio hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal
dengan debt/equity ratio. Dengan melihat ratio ini maka diketahui jumlah
hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin besar ratio
ini semakin besar ketergantungan modal terhadap hutang. Akan tetapi untuk
saat ini bagi perusahan agak sulit untuk membuat rasio ini nol, atau sama
sekali tidak ada hutang atas modal. Oleh karena itu ada toleransi-toleransi atau
batasan seberapa besar “Debt to Equity ratio“ini. Dan masing masing syariah
indeks di dunia berbeda dalam penetapan hal ini. Namun secara keseluruhan
kurang dari 45% bisa diklaim sebagai perusahaan yang memiliki saham
syariah.

14
Kriteria saham-saham yang masuk dalam indeks syariah berdasarkan fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) No. 20 adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan
dengan syariah seperti:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Selain kriteria di atas, kriteria emiten dilihat dari resiko keuangannya yang termasuk
dalam investasi Islami berdasarkan fatwa DSN adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana dari
utang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya.
2. Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15%. Dalam
Islam, barang haram dengan halal tidak dapat dicampuradukkan.
3. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah piutang
dagangnya atau total piutangnya tidak lebih dari 50%.
Dengan mengacu pada proses seleksi yang dilakukan terhadap saham-saham yang
tercatat pada JII, terlihat bahwa saham-saham JII tidak hanya sesuai dengan kriteria syariah
tetapi juga merupakan saham-saham pilihan. Karena proses penyaringan yang ketat, tidak
jarang emiten-emiten yang masuk kategori blue chip ditolak masuk JII. Contohnya adalah
saham Gudang Garam dan H. M Smpoerna, meskipun kedua perusahaan rokok ternama ini
memiliki nilai kapitalisasi yang besar (mencapai 17-20 % dari total kapitalisasi pasar BEJ). Ia
tidak lolos uji syariah karena tergolong usaha produk barang yang bersifat mudarat.

3.3 Mekanisme Transaksi Investasi Pada Saham Syariah

Hukum investasi pada saham secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
meluncurkan prinsip dasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan
ditandatangani nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI), maka dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan
transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia terus meningkat. Fatwa DSN-MUI yang

15
berkaitan dengan industri pasar modal No. 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang jual beli saham.
Para ahli fiqih berpendapat bahwa suatu saham dapat dikategorikan memenuhi prinsip
syariah apabila kegiatan perusahaan yang menerbitkan saham tersebut tidak tercakup pada
hal-hal yang dilarang dalam syariah Islam, seperti alkohol, perjudian, pornografi, jasa
keuangan yang bersifat konvensional, asuransi yang bersifat konvensional.
Transaksi surat berharga syariah yang dilarang:
1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta
tidak diperbolehkan melakukan spekulasi gambling (maisir) yang di
dalamnya mengandung unsur gharar, masir, dan riba.
2. Tidakan yang dimaksud diatas meliputi:
 Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu.
 Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek
syariah) yang belum dimiliki (short selling).
 Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk
memperolah keuntungan transaksi yang dilarang.
 Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan untuk memperoleh
keuntungan transaksi yang dilarang.
3. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi, tingkat
(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih
dominan dari modalnya.
4. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas Efek Syariah dengan
fasilitas pinjaman atas kewajiban penyelesaian pembelian Efek Syariah
tersebut.
5. Ihtikar (penumpukan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan
suatu Efek Syariah untuk menyebabkan perubahan harga Efek Syariah,
dengan tujuan mempengaruhi pihak lain.
Dalam melakukan invesasi pihak investor akan mempertimbangkan banyak hal. Baik
itu menyangkut kinerja perusahaan ataupun perhitungan secara matematis mengenai
tingkat return dan risk masing- masing saham. Dengan mempertimbangkan dilarangnya kita
untuk melakukan transaksi secara sembarangan (gharar), perlu dilakukan suatu analisis yang
cukup terhadap masing-masing saham. Ada dua macam tipe pemain saham menurut Subekti,
yaitu investor dan spekulan. Investor melakukan investasi jangka panjang dan berbasis
fundamental perusahaan, sedangkan spekulan berbasis pada pergerakan harga dalam jangka
waktu yang pendek. Tentunya hal-hal yang berbau spekulasi sangat dilarang dalam syariah
Islam, karena sama dengan judi.
Pada dasarnya para investor memiliki berbagai cara untuk mengembangkan modal
yang mereka miliki pada industri pasar modal. Hal ini berarti dalam berinvestasi pada suatu
saham, pihak investor tidaklah terpaku pada satu cara saja untuk melakukan investasi.
Banyak cara yang bisa dikombinasikan agar suatu investasi menjadi menguntungkan. Strategi
investasi ini sangat bergantung pada karakteristik dari pihak investor. Hal yang sama juga

16
dapat terjadi pada investasi saham syariah dalam pasar modal syariah. Adapun karakteristik
dari investor adalah:
1. Investor bersifat risk averse
Investor jenis ini merupakan investor yang sangat khawatir akan risiko
investasinya. Investor dengan jenis ini biasanya akan memilih investasi
yang rendah walaupun dengan tingkat resiko keuntungan yang kecil.
2. Investor bersifat risk medium
Investor jenis ini biasanya akan melihat resiko investasi yang dihadapinya
secara proporsional. Mereka akan melakukan investasi dengan tingkat
resiko yang sedang dan dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
tertentu.
3. Investor bersifat risk taker
Investor jenis ini merupakan tipikal investor yang berani mengambil
resiko. Mereka akan memilih model investasi dengan investasi yang
diperkirakan akan menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi serta tidak
memedulikan konsekuensi resiko yang dihadapi olehnya.

Adapun pedoman yang perlu dilakukan ketika seorang investor akan memilih saham adalah:
1. Memilih saham yang memiliki nilai undervalued, atau nilai saham lebih
tinggi dari harga saham terssebut. Saham jenis ini akan lebih memberikan
kesempatan sebagai pemenang dalam kegiatan investasi dan lebih kecil
tingkat resikonya dibandingkan saham yang overvalued.
2. Memilih saham yang aman untuk ditransaksikan. Jangan memilih saham
yang harganya mudah naik dan turun, sehingga sebagai seorang investor
kita disarankan untuk memilih saham yang tingkat fluktuasinya rendah dan
juga memiliki harga yang stabil.
3. Investor sebaiknya memilih saham yang harganya sedang naik. Hal ini
merupakan strategi yang paling baik. Jadi bukan dengan strategi membeli
saham dengan harga yang rendah.

Sedangkan menurut Tandelilin ada lima tahap dasar dalam melakukan investasi sebagaimana
berikut:
1. Menetapkan tujuan investasi
Tahap pertama dalam proses keputusan investasi adalah menentukan
tujuan investasi yang akan dilakukan. Tujuan investasi masing-masing
investor bisa berbeda-beda tergantung pada investor yang membuat
keputusan tersebut. Misalnya bagi institusi penyimpanan dana seperti
bank misalnya, mempunyai tujuan untuk memperoleh return yang lebih
tinggi diatas biaya investasi yang dikeluarkan. Biasanya mereka lebih
menyukai investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan ataupun

17
pada penyaluran kredit yang lebih berisiko tetapi memberikan returnyang
tinggi.
2. Penentuan kebijakan investasi
Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi
tujuan investasi yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai dengan
keputusan alokasi asset. Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana
yang dimiliki pada berbagai klas-klas asset yang tersedia (saham,
obligasi,real estate ataupun sekuritas luar negeri). Investor juga harus
memperhatikan berbagai batasan yang mempengaruhi kebijakan investasi
seperti seberapa besar dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana
tersebut serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung.
3. Pemilihan strategi portofolio
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap
sebelumnya. Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi
portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif
meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik
peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih
baik. Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio
yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsi strategi pasif ini
adalah bahwa semua informasi yang tersedia, diserap pasar dan
direfleksikan pada harga saham.
4. Pemilihan asset
Setelah tahap pemilihan strategi portofolio selesai dilakukan, maka tahap
selanjutnya adalah pemilihan asset yang akan dimasukkan dalam
portofolio. Tahap ini memerlukan pengevaluasian setiap sekuritas yang
ingin dimasukkan dalam portofolio. Tujuannya, untuk mencari kombinasi
yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan returndiharapkan
tertinggi dengan tingkat resiko tertentu atau sebaliknya
menawarkan return diharapkan tertentu dengan tingkat resiko terendah.
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses keputusan investasi,
namun jika dalam tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati
dan ternyata hasilnya kurang baik, maka proses pengambilan keputusan
investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama. Sehingga akan dicapai
keputusan investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran dan evaluasi
kinerja ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan membandingkan
hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui
proses benchmarking. Proses benchmarking ini biasa dilakukan terhadap
indeks pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang
telah ditentukan dibandingkan kinerja portofolio lainnya.

18
BAB 4
KESIMPULAN

Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal
sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh
karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal
secara keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan
dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar
Modal Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah.

Dibukanya Jakarta Islamic Indeks di Indonesia (JII) pada tahun 2000 sebagai pasar
modal syariah memberikan kesempatan para investor muslim maupun Di pasar modal,
larangan syariah diatas mesti diimplementasikan dalam bentuk aturan main yang mencegah
praktek spekulasi, riba, gharar, dan maysir. Salah satunya adalah dengan menetapkan
minimum holding period atau jangka waktu memegang saham minimum.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ade Arthesa dan Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank(Jakarta: Indeks.
2009), 229.

Burhanudin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
135-136
Mohammad Heykal. Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2012), 42-44.

http://economy.okezone.com/read/2013/01/16/278/747126/makin-diminati-investor-saham-
syariah-melambung-62, diakses pada 27 Mei 2014

http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2013/01/04/artikel-saham-syariah/ (diakses
pada tgl 27 Mei 2014)

http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2013/01/04/artikel-saham-syariah/ (diakses pada


tgl 27 Mei 2014)

20

Anda mungkin juga menyukai