Oleh :
1. Sholawatun Ningsih (110810301008)
2. Elsa Dwi Wahyu D (110810301011)
3. Rohmatul Maula (110810301089)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui teori akuntansi sektor publik
b. Untuk mengetahui peranan sistem akuntansi sektor publik
c. Untuk mengatahui standar akuntansi pada sektor publik
d. Untuk mengetahui teknik-teknik akuntansi keuangan sektor publik
e. Untuk mengetahui siklus akuntansi sektor publik
f. Untuk mengetahui laporan keuangan sektor publik
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability to
explain).
2. Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict).
3. Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena).
Tujuan mempelajari teori akuntansi, antara lain:
1. Untuk memahami praktik akuntansi yang saat ini ada.
2. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini dilakukan.
3. Memperbaiki praktik akuntansi di masa datang.
Suatu disiplin ilmu dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu:
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat diandalkan,
terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan tersebut adalah :
1. Objektivitas
Objektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan yang
relevan. Laporan keuangan disajikan oleh manajemen untuk melaporkan kinerja yang telah
dicapai oleh manajemen selama periode waktu tertentu kepada pihak eksternal yang
menjadi stakeholder organisasi. Masalah objektivitas laporan kinerja disebabkan oleh
adanya benturan kepentingan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan
stakeholder. Manajemen tidak selalu bertindak untuk stakeholder, tetapi bertindak untuk
memaksimumkan kesejahteraan mereka dan mengamankan mereka tanpa memandang
bahaya yang ditimbulkan terhadap stakeholder lainnya. Teknik akuntansi yang digunakan
manajemen harus memiliki derajat objektivitas yang dapat diterima semua pihak yang
menjadi stakeholder.
2. Konsistensi
Konsistensi mengacu pada penggunaan metode atau teknik akuntansi yang sama
untuk menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu secara
berturut-turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat diperbandingkan kinerjanya
dari tahun ke tahun. Konsistensi penerapan metode akuntansi merupakan hal yang sangat
penting karena organisasi memiliki orientasi jangka panjang (going concern), sedangkan
laporan keuangan hanya melaporkan kinerja selama satu periode. Dan agar tidak terjadi
keterputusan proses evaluasi kinerja organisasi oleh pihak ekternal, maka organisasi perlu
konsisten dalam menerapkan metode akuntansinya.
3. Daya Banding
Laporan keuangan sektor publik hendaknya dapat diperbandingkan antar periode
waktu dan dengan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya banding berarti
bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja organisasi
dengan organisasi lain yang sejenis. Kendala daya banding terkait dengan objektivitas
karena semakin objektif suatu laporan keuangan maka akan semakin tinggi daya
bandingnya karena dengan dasar yang sama akan dapat dihasilkan laporan yang berbeda.
4. Tepat Waktu
Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi, sosial, politik serta untuk menghindari tertundanya
pengambilan keputusan tersebut. Kendala ketepatan waktu penyajian laporan terkait
dengan lama waktu yang dibutuhkan oleh organisasi untuk menghasilkan laporan
keuangan. Semakin cepat waktu penyajian laporan keuangan, maka akan semakin baik
untuk pengambilan keputusan. Permasalahannya adalah semakin banyak kebutuhan
informasi, maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan berbagai
informasi tersebut.
5. Ekonomis dalam Penyajian Laporan
Penyajian laporan keuangan membutuhkan biaya. Semakin banyak informasi yang
dibutuhkan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Kendala ekonomis dalam penyajian
laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang diperoleh harus lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.
6. Materialitas
Suatu informasi dianggap material apabila mempengaruhi keputusan atau jika
informasi tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda. Penentuan
materialitas memang bersifat pertimbangan subjektif, namun pertimbangan tersebut tidak
dapat dilakukan menurut selera pribadi. Pertimbangan yang digunakan merupakan
professional–judgement yang berdasarkan pada teknik tertentu.
Jika akuntansi komitmen diadopsi selama tahun anggaran, konversi dari akuntansi
komitmen menjadi akrual biasa pada akhir tahun adalah sebagai berikut:
Jurnal ini dibuat untuk pesanan yang telah dibuat tetapi fakturnya belum diterima
pada akhir tahun. Jurnal ini akan dibalik dalam tahun anggaran yang baru sehingga akun
yang dicatat kembali menjadi komitmen yang dicatat.
Dana 1 Dana 2
A = U + SD A = U + SD
Dana 3 Dana n
A = U + KB A =Aktiva
U + SD A = U + SD
Liabilitas Jk
Tetap Panjang
Keterangan :
A = Aktiva KB = Kekayaan Bersih
SD = Saldo Dana U = Utang
_ _ _= organisasi secara keseluruhan yang mana laporan konsolidasinya biasanya tidak
tersedia.
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik, yaitu :
a. Dana yang dapat dibelanjakan (expendable fund)
Menurut (Mardiasmo: 2004), dana yang dapat dibelanjakan digunakan untuk mencatat
nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat dibelanjakan
untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi dana ini digunakan
pada organisasi pemerintahan.
Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang dapat dibelanjakan adalah dana yang
disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang
menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
b. Dana yang tidak dapat dibelanjakan (non-expendable fund)
Menurut (Mardiasmo: 2004), dana yang tidak dapat dibelanjakan digunakan untuk
mencatat pendapatan, biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya
mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis.
Menurut (Deddi Nordiawan: 2009), dana yang tidak dapat dibelanjakan adalah dana
yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan sebagai
pendukung dari expendable fund.
4. Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran
dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran
yang aktual, riil, dan objektif. Dalam GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar
kas karena tidak mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis, tingkat
efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan
baik.
5. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi
berbasis akrual dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih
akrual, komprehensif dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan
politik. Basis akrual diterapkan berbeda antara proprietary fund (fund accrual) dengan
governmental fund (modified accrual) karena biaya (expense) diukur dalam proprietary
fund, sedangkan expenditure fokus pada general funds. Expense adalah jumlah sumber
daya yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang
dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik adalah untuk
menentukan cost of service and charging for service, yaitu untuk mengetahui besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga
pelayanan yang dibebankan kepada publik.
Perbedaan antara akuntansi berbasis kas dengan akuntansi berbasis akrual
1. Basis kas: Penerimaan kas – Pengeluaran kas = Perubahan kas.
2. Basis akrual: Pendapatan – Biaya = Rugi/ Laba.
3. Pendapatan: Penerimaan kas selama satu periode akuntansi – Saldo awal piutang +
Saldo akhir piutang.
4. Biaya: Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi – Saldo awal utang + Saldo
akhir utang.
Laporan
Keuangan Jurnal
Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik memiliki peranan dalam menciptakan
akuntabilitas sektor publik. Semakin besar tuntutan terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor
publik memperbesar kebutuhan akan transparasi informasi keuangan sektor publik. Informasi
keuangan ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
Akuntansi sektor publik memiliki peranan penting dalam menyiapkan laporan keuangan sebagai
perwujudan akuntabilitas publik.
Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik sebagai
berikut:
a. Laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan organisasi pada waktu tertentu
dan
b. Laporan keuangan yang menjelaskan perubahan atas posisi keuangan tersebut.
Dalam konteks Indonesia, acuan penyusunan laporan keuangan bagi organisasi sektor publik
adalah:
20X1 20X2
AKTIVA
Kas dan setara kas 263.000 1.225.000
Piutang bunga 5.400.000 4.250.000
Persediaan 1.075.000 2.005.000
Biaya dibayar dimuka 525.000 570.000
Piutang lain-lain 7.637.000 6.825.000
Investasi lancar 3.575.000 2.575.000
Aktiva terikat untuk investasi dalam tanah, 13.100.000 11.475.000
bangunan, dan peralatan 154.325.000 159.050.000
Tanah, bangunan, dan peralatan 545.175.000 508.750.000
Investasi jangka panjang
Aktiva Bersih
Tidak terikat 288.145.000 259.250.000
Terikat temporer 60.930.000 63.750.000
Terikat permanen 355.125.000 342.575.000
Jumlah Aktiva Bersih 704.200.000 665.575.000
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah 45.000 75.000 65.000
Pendapatan Restribusi Daerah 220.000 295.000 250.000
Pendapatan Hasil Pengelolaan 800.000 1.200.000 800.000
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang sah 385.000 470.000 350.000
Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1.450.000 2.040.000 1.465.000
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH
PUSAT-DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 2.300.000 12.300.000 10.000.000
Dana Bagi Hasil Sumber Daya 10.000 10.000 10.000
Alam
Dana Alokasi Umum 350.000.000 350.000.000 250.000.000
Dana Alokasi Khusus - - -
Jumlah Pendapatan Transfer Dana 362.310.000 362.310.000 260.010.000
Perimbangan
TRANSFER PEMERINTAH
PROVINSI
11.500.000 11.500.000 10.000.000
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
- - -
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
11.500.000 11.500.000 10.000.000
Jumlah Transfer Pemerintah
Provinsi
Total Pendapatan Transfer 373.810.000 373.810.000 270.010.000
Pendapatan Lainnya - - -
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 70.084.000 69.829.000 70.000.000
Belanja Barang 10.210.000 9.267.500 8.750.000
Bunga 27.500 27.500 20.000
Subsidi - - -
Hibah - - -
Bantuan Keuangan 75.000 75.000 50.000
Jumlah Belanja Operasi 80.396.500 79.199.000 78.820.000
BELANJA MODAL
Belanja Modal Tanah 500.000 500.000 350.000
Belanja Modal Jalan dan Jembatan 1.075.000 1.075.000 615.000
Belanja Modal Bangunan Air 200.000 200.000 115.000
Belanja Modal Bangunan Gedung 2.950.000 2.950.000 2.000.000
Belanja Modal Alat-Alat Besar 1.250.000 1.250.000 1.000.000
Belanja Modal Alat-Alat Angkutan 1.670.000 1.670.000 1.000.000
Belanja Modal Alat-Alat Kantor 2.625.000 2.625.000 2.000.000
dan Rumah Tangga
- - -
Belanja Aktiva Tetap Lainnya
- - -
Belanja Aktiva Lainnya
10.270.000 10.270.000 7.080.000
Jumlah Belanja Modal
TRANSFER
TRANSFER/ BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak 250.000 250.000 200.000
Bagi Hasil Retribusi 75.000 75.000 50.000
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - -
Jumlah Transfer/ Bagi Hasil Ke Desa 325.000 325.000 250.000
JUMLAH BELANJA DAN 91.021.500 89.814.000 86.175.000
TRANSFER
SURPLUS/ DEFISIT 299.238.500 301.036.000 185.300.000
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan Sisa Lebih 189.662.120 189.662.120 4.912.120
Perhitungan Anggaran (SiLPA)
- - -
Pencairan Dana Cadangan
- - -
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
189.662.120 189.662.120 4.912.120
Jumlah Penerimaan
PENGELUARAN PEMBIAYAAN - - -
Pembentukan Dana Cadangan
1.000.000 1.000.000 500.000
Penyertaan Modal Pemerintah
100.000 100.000 50.000
Daerah
Pembayaran Pokok Pinjaman
1.100.000 1.100.000 550.000
Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
188.562.120 188.562.120 4.362.420
Jumlah Pengeluaran
487.800.620 489.598.120 189.662.120
PEMBIAYAAN NETO
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas di Kas Daerah 489.598.120 189.662.120
Piutang pajak 750.000 400.000
Persediaan 450.000 450.000
Jumlah Aktiva Lancar 490.798.120 190.512.120
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman kepada Perusahan Daerah 440.000 500.000
Investasi dalam Proyek Pembangunan 1.370.000 1.300.000
Jumlah Investasi Nonpermanen 1.810.000 1.800.000
Investasi Permanen
Penyertaan Modal pemerintah Daerah 1.570.000 1.450.000.000
Jumlah Investasi Permanen 1.570.000 1.450.000.000
Jumlah Investasi Jangka Panjang 3.380.000 1.451.800.000
AKTIVA TETAP
Tanah 4.500.000 4.000.000
Jalan dan Jembatan 3.575.000 2.500.000
Bangunan Air 700.000 500.000
Bangunan Gedung 3.700.000 750.000
Alat-Alat Besar 1.725.000 475.000
Alat-Alat Angkutan 1.920.000 250.000
Alat-Alat Kantor Rumah Tangga 2.775.000 150.000
Jumlah Aktiva Tetap 18.895.000 8.625.000
AKTIVA LAINNYA
Dana Santunan 12.356.000 12.000.000
Jumlah Aktiva Lainnya 12.356.000 12.000.000
JUMLAH AKTIVA 525.429.120 1.662.937.120
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga - -
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pemerintah 85.000 50.000
Pusat
- 35.000
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Obligasi
85.000 85.000
Jumlah Kewajiban jangka Pendek
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 489.598.120 189.662.120
Cadangan Piutang 750.000 400.000
Cadangan Persediaan 450.000 450.000
Dana yang Harus Disediakan untuk (85.000) (85.000)
Pembayaran Utang Jangka Pendek
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 490.713.120 190.427.120
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam investasi jangka panjang 3.380.000 1.451.800.000
Diinvestasikan dalam Aktiva Tetap 18.895.000 8.625.000
Diinvestasikan dalam Aktiva Lainnya 12.356.000 12.000.000
Dana yang Harus Disediakan untuk (1.915.000) (2.000.000)
Pembayaran Utang Jangka Panjang
32.716.000 1.470.425.000
Jumlah Ekuitas Dana Investasi
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
- -
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan
- -
JUMLAH EKUITAS DANA
523.429.120 1.660.852.120
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
525.429.120 1.662.937.120
20X1 20X2
ASSETS
Current Asset
Cash and cash equivalents XXX XXX
Receivables XXX XXX
Inventories XXX XXX
Prepayment XXX XXX
Investment XXX XXX
Total Current Asset XXX XXX
Non Current Assets
Receivable XXX XXX
Investment XXX XXX
Other financial assets XXX XXX
Infrastructure, plant, and equipment XXX XXX
Land and buildings XXX XXX
Intangible assets XXX XXX
Other non-financial assets XXX XXX
Total Non-Current Asset XXX XXX
TOTAL ASSET XXX XXX
LIABILITIES
Current Liabilities
Payable XXX XXX
Short-term borrowings XXX XXX
Current portion of borrowings XXX XXX
Provisions XXX XXX
Employee benefits XXX XXX
Superannuation XXX XXX
Total Current Liabilities XXX XXX
Non-Current Liabilities
Payable XXX XXX
Borrowings XXX XXX
Provisions XXX XXX
Employee benefits XXX XXX
Superannuation XXX XXX
Total Non-Current Liabilities XXX XXX
TOTAL LIABLITIES XXX XXX
20X2 20X1
Operating Revenues
Taxes XXX XXX
Fees, fines, penalties, and licenses XXX XXX
Revenue from exchange transactions XXX XXX
Transfer from other government entities XXX XXX
Other operating revenue XXX XXX
Total operating revenues XXX XXX
Operating Expenses
General public service XXX XXX
Defense XXX XXX
Public order and safety XXX XXX
Education XXX XXX
Health XXX XXX
Social protection XXX XXX
Housing and community amenities XXX XXX
Recrectional and community amenities XXX XXX
Recrectional, cultural, and religion XXX XXX
Economic affairs XXX XXX
Environmental protection XXX XXX
Total operating expenses XXX XXX
Operating Revenue
Taxes XXX XXX
Fees, fines, penalties, and licenses XXX XXX
Revenue from exchange transactions XXX XXX
Transfer from other government entities XXX XXX
Other operating revenue XXX XXX
Total operating revenues XXX XXX
Operating Expenses
Wages, salaries, and employes benefits XXX XXX
Grants and other transfer payments XXX XXX
Supllies and consumables used XXX XXX
Depreciation and amortization XXX XXX
Other operating expenses XXX XXX
Total operating expenses XXX XXX
(XXX) (XXX)
Deficit on revaluation of property
XXX XXX
Surplus on revaluation of investments (XXX) XXX
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama pelaporan
keuangan kepada pihak eksternal. Tujuan mempelajari teori akuntansi, antara lain:
b. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini dilakukan.
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat diandalkan,
terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan tersebut adalah:
objektivitas, konsistensi, daya banding, tepat waktu, ekonomis dalam penyajian laporan, dan
materialitas. Terdapat beberapa teknik akuntansi pada organisasi sektor publik, yaitu:
a. Laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan organisasi pada waktu tertentu.
b. Laporan keuangan yang menjelaskan perubahan atas posisi keuangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA