59 121 1 SM PDF
59 121 1 SM PDF
ABSTRACT
145
Henny L., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011
146
Henny L., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011
Dosis yang di dapatkan pasien dengan Dari data farmakokinetik, 40-50% dari
kode nama B adalah 2x25mg/hari dosis oral ciprofloxacin akan dieksresikan
sedangkan dosis individual tidak melebihi dalam bentuk tidak berubah melalui ginjal,
7,63mg bid/tid perhari (Tabel 2). sedangkan untuk dosis parenteral lebih dari
Berdasarkan penelitian yang dilakukan 70% dieksresikan dalam bentuk tidak
Lowey & Jackson (2008) captopril berubah melalui ginjal (Vance-Bryan,
termasuk dalam obat dengan indeks terapi Kyle, David & Rotschafer, 1990). Pada
seharusnya lebar, namundosis yang lebih data hasil penelitian 4 dari 9 kasus
besar ini sebaiknya dihindari agar tidak penggunaan ciprofloxacin diberikan dalam
terjadi peningkatan kadar obat dalam bentuk oral dan 5 kasus lainya di berikan
plasma terutama apabila obat digunakan secara intravena. Ciprofloxacin merupakan
dalam waktu yang lama. Berdasarkan obat dengan indeks terapi lebar yang
penelitian yang telah ada, efek toksik memiliki tingkat keamanan yang cukup
berupa ruam pada kulit dan dysgeusia tinggi, namun dosis ciprofloxacin pada
terjadi pada pasien gagal ginjal yang pasien gagal ginjal sebaiknya disesuaikan,
menggunakan captopril akibat dari dosis terutama pasien dengan bersihan kreatinin
yang berlebih (dosis tidak disesuaikan) < 50 mL/menit untuk menghindari
(Jenkinset al, 1985). peningkatan kadar obat dalam darah yang
akan memperberat kerja ginjal (Olivera et
Obat lain yang dieksresikan melalui ginjal al, 2010; Katzung, 2001).
dalam bentuk tidak berubah yang
ditemukan dari hasil penelitian adalah Data hasil penelitian menunjukkan 2 dari 9
ciprofloxacin. Ciprofloxacin merupakan kasus penggunaan ciprofloxacin melebihi
antibiotik golongan flouroquinolon yang dosis yang dihitung berdasarkan fungsi
dikenal memiliki efek nefrotoksik. Dari ginjal pasien yang menggunakan
hasil penelitian yang ada, terjadi sekitar persamaan farmakokinetika (Tabel 1). Hal
5,8% kasus dari reaksi efek yang tidak ini seharusnya dihindari terutama apabila
diinginkan dari ciprofloksasin. Efek terapi dilakukan dalam jangka waktu yang
samping berupa gangguan saluran lama agar tidak memperparah kerusakan
pencernaan dan reaksi pada sistem saraf ginjal pasien.Penyesuaian dosis
pusat juga terjadi pada penggunaan ciprofloxacin dapat dilakukan dengan
ciprofloxacin (Raja, Miller, McMillan & memperpanjang interval penggunaan obat.
Mason, 1998). Berdasarkan hasil penelitian Cara penyesuaian dosis obat ini lebih
lain, peningkatan nilai kreatinin serum juga direkomendasikan dibandingkan
terjadi pada sebagian pasien yang pengurangan dosis dengan interval tetap.
menggunakan ciprofloxacin. Beberapa Metode penyesuaian dosis ini juga berlaku
kasus menunjukkan bahwa penggunaan untuk semua antibiotik yang dose-
jangka panjang ciproflokasin (1-8 minggu dependent (Czock&Rasche, 2005)
penggunaan berkelanjutan) menyebabkan
gagal ginjal pada pasien yang Untuk digoksin, ranitidin dan metformin,
mendapatkan terapi ini (Lomaesto, 2000). masing-masingnya ditemukan 1 kasus dari
Akibat efek nefrotoksik yang dimiliki data hasil penelitian. Hanya 1 kasus
ciprofloxacin ini, dosis pada pasien gagal metformin yang dosisnya melebihi dosis
ginjal harus disesuaikan pada pasien gagal yang dihitung berdasarkan persamaan
ginjal untuk mengurangi risikotoksisitas farmakokinetik (Tabel 1).
akibat penggunaan ciprofloxacin.
149
Henny L., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011
Digoksin dieksresikan dalam bentuk tidak efek asidosis laktat (BNF, 2009).
berubah melalui ginjal sekitar 50-70% dan Asidosislaktatmerupakankondisiklinisterja
digoksin juga memiliki indeks terapi dinyapeningkatan ion H+ yang
sempit yaitu sekitar 0,5-2µg/L, dengan ditandaidengankadarlaktatdalamdarah>5
kadar toksik >3µg/L (Iisalo, 1977; mMdan pH cairan arterial <7,25.Pada data
Doherty, De-Soyza, Kane, Bisset & hasil penelitian, pasien yang menggunakan
Murphy, 1978). Dari hasil penelitian yang metformin memiliki bersihan kreatinin
ada, waktu paruh eliminasi dari digoksin 17,97mL/menit. Pasien tersebut
akan mengalami perpanjangan pada pasien seharusnya sudah tidak lagi diberikan
gagal ginjal dan kemungkinan toksisitas metformin karena kontraindikasi terhadap
akan lebih meningkat sehingga penurunan fungsi ginjalnya (BNF, 2009).
dosis dan monitoring kadar obat dalam
plasma harus dilakukan untuk menghindari Dari hasil penelitian yang telah ada,
sensitifitas efek toksik dari digoksin asidosis laktat merupakan efek buruk yang
(Aronso, 1983; Matzke & Freye, 1997). serius dari penggunaan metformin
walaupun kasus ini jarang terjadi. Angka
Digoksin harus diberikan secara hati-hati kejadian berkisar 1-8 % kasus dalam 1000
terutama apabila digunakan untuk terapi pasien dalam satu tahun. Hampir semua
melebihi 3 minggu. Efek toksik yang pasien yang mengalami asidosis
terjadi pada penggunaan digoksin sangat laktatdiakibatkan penggunaan metformin
erat kaitannya dengan kadar obat tersebut yang kontraindikasi dengan pasien gagal
dalam plasma. Dari data pada Tabel 2, ginjal (Bailey, 1992; Hermann &
pasien H dengan bersihan kreatinin Melander, 1992).
10,59mL/menit mendapatkan terapi
digoksin dengan dosis 0,125mg/hari. Dosis Penggunaan ranitidin ditemukan 1 kasus
tersebut masih sesuai dengan dosis yang dari hasil penelitian. Dari hasil perhitungan
dihitung untuk pasien dengan bobot badan farmakokinetika, dosis yang diberikan
40 kg yang memiliki bersihan kreatinin dokter tidak melebihi batas dosis yang
10,59mL/menit yang sudah termasuk dihitung berdasarkan fungsi ginjal pasien
dalam gagal ginjal stadium V. Menurut yang dihitung dengan persamaan
literatur, dosis yang direkomendasikan farmakokinetik. Ranitidin dieksresikan
untuk pasien gagal ginjal tidak lebih dari melalui ginjal dalam bentuk tidak berubah
10 mikrogram/kg BB artinya untuk pasien sekitar 30% untuk dosis oral dan 70%
dengan bobot badan 40 kg, dosis tidak untuk dosis intravena (Sweetman, 2009).
melebihi 400 mikrogram (0,4 mg) Berdasarkan penelitian yang telah ada
(Aronson, 1983). sebelumnya, ranitidin akan mengalami
perpanjangan waktu paruh eliminasi pada
Metformin dieksresikan dalam bentuk pasien gagal ginjal di bandingkan dengan
tidak berubah melalui ginjal sekitar 90% pasien yang memiliki fungsi ginjal yang
dalam waktu 12 jam (Bailey & Turner, normal. Perpanjangan waktu paruh
1996). Pemberian metformin pada pasien eliminasi ranitidin ini akan proporsional
gagal ginjal harus diperhatikan terutama dengan tingkat kerusakan ginjal yang
pada pasien dengan bersihan kreatinin digambarkan dengan nilai laju filtrasi
dibawah 45mL/menit, sedangkan untuk glomerulus (bersihan kreatinin)(Dixon,
pasien dengan bersihan kreatinin dibawah Borg-Cotanzi, Langley, Lacey & Toon,
30mL/menit penggunaan metformin 1994). Berdasarkan hal tersebut
dihindari untuk menghindari terjadinya direkomendasikan untuk mengurangi dosis
150
Henny L., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011
ranitidin pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal dan 2,3 ± 0,4 jam
gagal ginjal. Dalam informasi tersebut pada pasien sirosis (Brater, 1998).
dinyatakan bahwa pasien dengan bersihan Walaupun waktu paruh furosemide
kreatinin kurang dari 50mL/menit dosis mengalami perpanjangan pada pasien
oral yang direkomendasikan adalah gagal ginjal, penyesuaian dosis furosemide
150mg/hari, dengan pengawasan dosis untuk pasien gagal ginjal tidak dihitung
dapat ditingkatkan menjadi 150mg/12jam dengan persamaan farmakokinetik,
sedangkan untuk dosis intravena beberapa melainkan berdasarkan respon klinis
negara memiliki rekomendasi yang pasien (Anderson, 2002).
berbeda. Di Inggris, dosis intravena yang
direkomendasikan adalah 25mg/hari Sama halnya dengan furosemide,
dengan frekuensi yang disesuaikan, penyesuaian dosis hidrochlorothiazide
sedangkan di Amerika Serikat dosis tidak dihitung dengan persamaan
intravena yang direkomendasikan adalah farmakokinetika melainkan berdasarkan
50mg untuk 18-24jam dan dapat respon klinis pada pasien (Anderson,
ditingkatkan menjadi setiap 12 jam dengan 2002). Walaupun penyesuaian dosis
pengawasan yang ketat dan dapat lebih hydrochlorothiazide pada pasien gagal
ditingkatkan lagi apabila memang sangat ginjal tidak dihitung secara
dibutuhkan. farmakokinetik, namun untuk pasien
dengan bersihan kreatinin<30ml/menit
Data penelitian juga menunjukkan terdapat penggunaan hydrochlorothiazide
22 kasus penggunaan furosemide (Lasix®) seharusnya dihindari karena
dengan dosis yang diberikan dokter 20mg- hidrochlorothiazide dan diuretik golongan
100mg/hari. Berdasarkan literatur, thiazide lainnya sudah tidak efektif lagi
furosemide diindikasi sebagai diuretik namun dapat tetap diberikan apabila
untuk udem dan hipertensi dengan dosis dikombinasikan dengan obat golongan
20-40mg/ hari untuk udem, 80-120mg/hari diuretik loop (Aronoff, Berns & Brier,
untuk udem resisten dan 40-80mg/hari 1999).
untuk terapi hipertensi (BNF, 2009). Untuk
pasien yang mengalami gagal ginjal, dosis Hydrochlorothiazide dieksresikan hampir
furosemide lebih besar, yaitu 40mg- 95% melalui ginjal terutama dalam bentuk
200mg/hari (Brater, 1998; 1993). Hal ini tidak berubah. Bioavaibilitas oralnya
disebabkan karena pada pasien gagal ginjal 17±15% pada individu normal, akan
akan terjadi penurunan bioavaibilitas dari mengalami peningkatan apabila
furosemide (Siu-Kim & Chan, 2009). penggunaan bersama dengan
Penggunaan furosemide dengan dosis antikolinergik dan penurunan pada
tinggi (5–10 mg/kg/hari) pada dewasa individu dengan gagal jantung dan pasca
dengan riwayat gagal ginjal kronik dapat pembedahan saluran pencernaan
menyebabkan penurunan 40% bersihan (Beermann &Groschinsky-Grind, 1980).
kreatinin yang artinya akan memperparah
penyakit ginjal pasien (Cotter, et al, 1997). Dari hasil penelitian ditemukan 4 kasus
penggunaan hydrochlorothiazide dengan
Sekitar 66±7% furosemide dieksresikan dosis 12,5 mg (3 kasus) dan 50 mg (1
dalam bentuk bebas melalui ginjal kasus). Berdasarkan literatur, dosis
(Shargelet al, 2005) dengan waktu paruh hydrochlorothiazide yang digunakan
0,3-1,5 jam pada pasien dengan fungsi adalah 12,5mg-50mg/hari untuk terapi
ginjal normal, 1,9 ± 0,1 jam pada pasien hipertensi dan 25-200mg/hari untuk terapi
151
Henny L., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011
udem (Anderson, 2002). Dari data hasil memiliki bersihan kreatinin dibawah
penelitian, pada ke-4 kasus penggunaan 10mL/menit.
hydrochlorothiazide semua pasien
memiliki bersihan kreatinin dibawah KESIMPULAN
30mL/menit. Seharusnya keempat pasien
tersebut sudah tidak lagi diberikan diuretik 1. Dari 48 pasien gagal ginjal yang
golongan thiazide karena sudah diambil sebagai data penelitianjenis
tidakefektif lagi (pemberian dalam bentuk obat yang diterima pasien yang
tunggal). Untuk mengatasi kasus tersebut, memperberat fungsi ginjaladalah
diuretik golongan thiazide masih dapat furosemide(fe = 66+7%; 22 kasus),
digunakan apabila dikombinasi dengan captopril(fe = 40-50%; 8 kasus),
diuretik loop. ceftriaxone(fe 40-65%; 31 kasus),
ciprofloxacin(fe= 40-50% oral; >70%
Obat lain yang dieksresikan sebagian besar iv; 9 kasus), digoxin(fe = 60+11%; 1
melalui ginjal dalam bentuk tidak berubah kasus), hydrochlorothiazide(fe = 95%;
yang banyak ditemukan dari data hasil 4 kasus), ranitidin (fe = 30% oral; 70%
penelitian adalah Ceftriaxone. Dari 48 iv; 1 kasus)dan metformin(fe 90%; 1
orang pasien, 31 diantaranya menggunakan kasus).
ceftriaxone dengan dosis 2g/hari dengan 2. Sebanyak 7,84 % penggunaan obat
pemberian secara intravena ditemukan melebihi dosis individual
(bolus).Ceftriaxone dieksresikan 40-65% yang dihitung secara farmakokinetik
melalui ginjal dalam bentuk tidak berubah. yang meliputi 1 dari 8 kasus
Ceftriaxone mempunyai profil penggunaan captopril, 2 dari 9 kasus
farmakokinetik nonlinear dose-dependent penggunaan ciprofloxacin dan 1 dari 1
karena ikatan proteinnya. Sekitar 85-95% kasus penggunaan metformin.
terikat dengan protein plasma tergantung 3. Terdapat 4 kasus penggunaan
pada konsentrasi Ceftriaxone (Yuk, Hidroklorothiazid pada pasien dengan
Nightingale, & Quintiliani, 1989). bersihan kreatinin <30 mL/menit, yang
Farmakokinetik Ceftriaxone tidak seharusnya dihindari karena sudah
mengalami perubahan yang berarti pada tidak efektif lagi.
gagal ginjal stadium rendah (mild) sampai
stadium sedang (moderate) namun waktu SARAN
paruhnya dapat mengalami perpanjangan
pada gagal ginjal stadium parah (severe) 1. Fungsi ginjal pasien masih ditetapkan
hingga gagal ginjal stadium akhir. berdasarkan kadar kreatinin serum
Penyesuaian dosis diperlukan untuk pasien pasien, seharusnya ditetapkan
gagal ginjal parah (severe) terutama yang berdasarkan data bersihan kreatinin
memliki bersihan kreatinin kurang dari (ClCr) pasien yang dihitung
10mL/menit yaitu dengan dosis yang tidak berdasarkan kriteria sesuai
melebihi 2g/hari (Patel, et al, 1984). 2. Pemilihan jenis obat dan penetapan
dosis obat perlu menjadi perhatian
Dari 31 kasus penggunaan Ceftriaxone serius semua pihak terkait untuk
yang ditemukan dari hasil penelitian, mencegah penurunan kualitas hidup
semua pasien diberikan dengan dosis 2 pasien
gram secara intravena. Artinya tidak ada
dosis Ceftriaxone yang melebihi dosis DAFTAR PUSTAKA
individual terutamauntuk pasien yang
152
Henny L., et al. J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011
155