Anda di halaman 1dari 12

PENGGUNAAN NEW MEDIA DI KALANGAN IBU MUDA

SEBAGAI MEDIA PARENTING MASA KINI

Ascharisa Mettasatya Afrilia


Universitas Tidar
Jalan Kapten Suparman 39, Potrobangsan, Magelang
E-mail: mettasatya777@gmail.com

Abstract: Parenting among young mothers has slipped off from offline to online
activities. This is related to the development of information technology, exposing the
social reality by new kinds of media. One of these new media derivatives is social
media which was considered superior in the speed of distributing messages. More so,
social media is also considered as a special space to share parenting experiences
among young mothers. Research showed that social media which later became the
"public space", has in fact been regarded as a more credible medium for discussion,
exchanging experience, and some even use it as a contemporary label in order to
maintain prestige. It is the result of two general motives which in this study referred
to as rational motives and emotional motives.

Keywords: new media, young mothers, social media, parenting, phenomenology.

Abstrak: Aktivitas parenting di kalangan ibu muda telah mengalami pergeseran dari
offline menuju online. Hal ini tidak lepas dari perkembangan teknologi informasi
yang membuat realitas sosial diperlihatkan oleh media baru tersebut. Salah satu
turunan media baru ini adalah media sosial yang dianggap unggul dalam kecepatan
mendistribusikan pesan. Tidak hanya itu, media sosial juga dianggap sebagai ruang
khusus untuk berbagi pengalaman parenting di kalangan ibu muda. Hasil temuan
memperlihatkan bahwa media sosial yang kemudian menjadi “ruang publik”
tersebut, nyatanya telah dianggap sebagai media yang lebih kredibel untuk
berdiskusi, bertukar pengalaman, bahkan tidak sedikit yang kemudian
mengkultuskannya sebagai label kekinian demi menjaga gengsi. Hal tersebut
merupakan hasil dari dua motif umum yang dalam penelitian ini disebut sebagai
motif rasional dan motif emosional.

Kata kunci : media baru, ibu muda, media sosial, parenting, fenomenologi.

31
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

Pendahuluan Menjadi hal yang sangat menarik ketika


Teknologi informasi dalam media baru juga menerpa aktivitas
beberapa tahun terakhir mengalami parenting di kalangan ibu muda.
perkembangan yang begitu pesat. Kondisi Telah terjadi pergeseran yang
tersebut mengindikasikan perubahan signifikan manakala ibu muda masa kini,
interaksi dengan menggunakan media lebih banyak mendapatkan akses informasi
komunikasi berbasis teknologi. Internet dan tentang ilmu parenting dari media baru.
media sosial merupakan salah satu alat Dulu, ibu muda lebih berorientasi kepada
utama dalam pendistribusian informasi saat sumber informasi yang tidak lain adalah
ini. Secara global, hal tersebut telah orang tua mereka atau orang yang dituakan
mengubah wajah media secara keseluruhan. dan dianggap lebih berpengalaman di
Di Indonesia sendiri, Departemen lingkungannya. Sementara saat ini
Komunikasi dan Informasi berdasarkan perolehan dan penyebaran informasi
hasil survey yang dilakukannya, mencatat tentang parenting sudah lebih meluas.
sekitar 132,7 juta orang Indonesia di Akses informasi di dunia parenting yang
sepanjang tahun 2016 telah terhubung ke dahulu hanya dalam lingkup offline kini
internet. Adapun total penduduk Indonesia sudah mengalami transformasi ke ranah
sebanyak 256,2 juta orang. Hal ini online. Pengertian pertukaran informasi
mengindikasikan kenaikan 51,8 persen tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu,
dibandingkan jumlah pengguna internet yakni sebatas bertemunya pemberi
pada 2014 lalu di mana berdasarkan survey informasi dan pengakses informasi di satu
yang dilakukan APJII pada 2014 hanya tempat dan waktu yang sama. Semua itu
terdapat 88 juta pengguna internet sangat mungkin terjadi mengingat
(Widiyanto, 2016). perkembangan dunia teknologi komunikasi
Sejalan dengan semakin yang semakin pesat dan melesat.
berkembangnya media sosial seperti Hal itu menjadi niscaya mengingat
dikemukakan berdasarkan data tersebut, kebutuhan manusia yang juga begitu
perilaku masyarakat dalam dinamis. Kedinamisan tersebut tidak lain
memanfaatkannya juga berubah. adalah refleksi dari dimensi manusia yang
Penggunaan media baru sudah mulai juga sangat kompleks. Di antaranya,
dijadikan acuan untuk mengembangkan manusia sebagai social animal,
aspek ekonomi dengan e-marketing, aspek menggunakan media untuk menjalin relasi
pemerintahan dengan e-governence, serta sosial. Manusia sebagai zoon politicoon
aspek pendidikan dengan e-learning.
32
Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media...

yang menggunakan media untuk norma-norma yang berlaku di masyarakat


kepentingan meraih kekuasaan. agar anak dapat hidup selaras dengan
Dapat dikatakan bahwa lingungannya.
sesungguhnya, media adalah perluasan dari Beberapa definisi di atas sejalan
manusia, sehingga teknologi digunakan dengan cita-cita orang tua yang ingin
untuk mengikuti dimensi kepentingan menjadikan anak mereka sebagai anak yang
manusia itu sendiri. Ketika teknologi yang cerdas, kuat, sehat, mandiri, berkarakter
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam sikap dan agama, serta masih banyak
sosial dalam berinteraksi dan mendapatkan lagi cita-cita lainnya. Meski faktanya,
informasi, maka hal itu merupakan refleksi tidak sedikit orang tua yang mentok dan
dari dimensi manusia sebagai makhluk tidak tahu harus mewujudkannya dengan
sosial. cara apa, bagaimana, dan harus mendapat
Proses distribusi informasi, akses, informasi dari mana?
dan proses diskusi dapat direspon dan Pada hakikatnya, semua hal yang
disebarkan begitu cepat. Dengan tingginya dibimbangkan orang tua itulah yang masuk
penggunaan media sosial di Indonesia, dalam ranah parenting, yaitu proses
maka semakin terbuka luas kesempatan pengasuhan dan pendidikan anak mulai dari
untuk memanfaatkannya sebagai forum kelahirannya hingga mencapai kedewasaan
diskusi tentang berbagai hal, tak terkecuali personal. Hal itu berarti bahwa parenting
tentang seluk beluk parenting. dimulai sejak anak baru dilahirkan dan
Menurut Tarmuji (dalam dapat dikatakan selesai pada saat anak
Apriastuti, 2013:3), parenting atau dikenal sudah memenuhi kriteria untuk disebut
juga dengan istilah pola asuh adalah sebagai pribadi yang dewasa. Dewasa
bentuk-bentuk yang diterapkan dalam dalam fungsi parenting adalah dewasa
rangka merawat, memelihara, membimbing secara mental atau psikologis, bukan hanya
dan melatih dan memberikan pengaruh dewasa secara fisik semata.
yang dilakukan oleh orang tua kepada Tidak dapat dikatakan sebagai hal
anaknya. Sementara Gunarsa (2002: 9) yang mudah dalam melakoni proses
menyatakan bahwa pola asuh adalah pola parenting. Dan menjadi menarik ketika
interaksi antara anak dengan orang tua yang proses parenting tersebut dilakoni oleh ibu
meliputi bukan hanya pemenuhan muda yang notabene masih memiliki
kebutuhan fisik (makan, minum, pakaian, keterbatasan pengalaman jika dibanding
dan semacamnya) dan kebutuhan dengan orang tua yang lebih senior. Atas
psikologis (afeksi atau perasaan) tetapi juga keterbatasan itulah mereka mencari media
33
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dapat diketahui secara langsung sebagai
tidak mereka dapatkan di ranah offline. pengalaman yang dilakoni oleh informan.
Tidak sedikit ibu muda yang pada akhirnya Data-data yang diperlukan dalam
menceburkan diri ke dalam ruang publik analisis diperoleh dari proses indepth
maya yang dianggap dapat memberikan interview dan Focus Group Discusiion
warna baru dalam bertransaksi informasi (FGD). Selain itu, pengumpulan data juga
seputar dunia parenting. dilakukan dengan proses menelaah
Pada konteks penelitian ini, ibu sejumlah sumber yang berkaitan dengan
muda yang dimaksud adalah wanita berusia fokus penelitian.
antara 20 tahun hingga 35 tahun yang telah Selanjutnya, proses analisis data
menyandang status ibu. Lebih khusus lagi, dilakukan secara simultan berupa
para ibu muda yang masuk dalam kategori pengklasifikasian data, memilah dan
informan dalam penelitian ini adalah memisahkan, serta mencari keterkaitan
mereka yang tergabung sebagai anggota antara data yang satu terhadap data yang
komunitas Mommypreneur di Purwokerto. lain. Upaya ini diperlukan agar data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tersebut dapat disajikan secara runut dan
motif penggunaan media sosial sebagai tertib. Berbagai keterkaitan data tersebut
media parenting di kalangan ibu muda pada gilirannya digunakan untuk menarik
anggota komunitas Mommypreneur kesimpulan dan memverifikasi kesimpulan
Purwokerto. yang ditemukan.

Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini menggunakan 1. Realitas Transformasi Informasi di
metode penelitian kualitatif dengan Kalangan Ibu Muda
pendekatan studi fenomenologi. Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, dapat
fenomenologi dimulai dengan menelaah diketahui bahwa dari total 20 orang anggota
fokus fenomena yang akan diteliti. Engkus komunitas Mommypreneur Purwokerto,
Kuswarno (2009:25) menyatakan bahwa hampir 70% telah memanfaatkan new
fenomenologi berusaha untuk memahami media sebagai media parenting mereka.
bagaimana seseorang memberi makna pada Sisanya, yakni 30% memang menggunakan
sebuah pengalaman yang dilakoni. Pada new media namun tidak serta merta
penelitian ini, pemahaman seorang ibu digunakan sebagai media parenting.
muda dalam menjalani pola asuh anak

34
Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media...

New media yang dimaksud dalam juga dalam membentuk aktivisme mereka
penelitian ini adalah media sosial yang di realitas offline.
digunakan oleh informan sebagai salah satu Penelitian ini memunculkan
media partner dalam proses parenting. temuan adanya peringkat penggunaan
Disebut sebagai media partner karena media sosial yang dipilih oleh informan.
media sosial tersebut menjadi sumber Dari tiga media sosial terbanyak yang
informasi atau media aktualisasi diri dalam dipilih oleh informan itu adalah Facebook,
melakukan aktivitas parenting. Instagram, dan Twitter.
Tingkat pengguna media sosial Facebook menempati urutan
tercatat begitu tinggi di Indonesia. terbanyak pertama yang dipilih oleh
Percakapan atau distribusi informasi informan karena dinilai memiliki fitur
khususnya Facebook, bisa mencapai 5,02 paling lengkap untuk memenuhi kebutuhan
juta update status per hari dengan asumsi mereka dalam perolehan dan penyebaran
dua persen dari pengguna aktif Facebook informasi. Hal tersebut merupakan bukti
berada di Indonesia (SocialBaker, dalam nyata adanya kebutuhan informasi yang
Wasesa, 2013). Sedangkan untuk aktivitas dirasa perlu untuk dipenuhi oleh informan.
Twitter mencapai 7,35 juta tweets/re-tweets Menurut Chaplin (dalam Kholifah,
per hari dengan rata-rata lima persen dari 2013:6) kebutuhan informasi adalah
pengguna aktif (comScore, dalam Wasesa, permintaan terhadap informasi yang
2013). merupakan perwujudan dari adanya rasa
Tingginya angka pengguna dan kekurangan di dalam diri manusia.
tingginya aktivitas baik percakapan Kebutuhan informasi yang muncul
maupun pemberitaan di media sosial, pada diri informan, didorong oleh situasi
menjadikannya sangat efektif dalam problematik yang terjadi di dalam dirinya
penyebaran informasi dan diskusi. Mereka berupa informasi tentang pola asuh yang
yang pada realita offline tidak memiliki dirasa kurang memadai. Hal tersebut
kekuatan bersuara, dapat menggunakan menyebabkan informan merasa perlu untuk
media sosial untuk berinteraksi dengan memperoleh input dari sejumlah sumber di
lainnya bahkan lebih berani luar dirinya. Dan Facebook, menjadi salah
mengemukakan pendapat dan buah satu jawaban yang paling banyak
pikirnya berkaitan dengan aktivitas digunakan sebagai media perolehan
parenting. Di sini, media sosial telah informasi di dunia parenting bagi informan.
memfasilitas tindakan mereka dalam Tidak hanya itu, kebutuhan akan
realitas online yang akan memengaruhi berkehidupan sosial juga dinilai dapat
35
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

terpenuhi melalui media ini. Tingkat dengan mengunggah foto ataupun video
kebutuhan hubungan (relatedness needs), perkembangan anak-anak mereka.
merupakan kebutuhan untuk membagi Melihat fakta tersebut, dapat
pikiran dan perasaan dengan orang lain dan diketahui bahwa penggunaan media sosial
membiarkan mereka menikmati hal-hal tidak sekedar untuk pemenuhan kebutuhan
yang sama dengan kita. Dalam hal ini, informasi. Muncul kebutuhan lain yang
informan berkeinginan untuk menurut Teori Hierarcy of Needs Abraham
berkomunikasi secara terbuka dengan orang Maslow (dalam Rahmat, 2005: 56),
lain yang dianggap penting dalam dikategorikan sebagai kebutuhan untuk self
kehidupan mereka dan mempunyai esteem. Pada masa seperti sekarang ini,
hubungan yang bermakna dengan apa yang kebutuhan akan pengakuan, kepercayaan
dialaminya. diri, prestise, menjadi hal yang dianggap
Melalui media sosial facebook, lumrah untuk diraih setelah kebutuhan
informan dapat terhubung dengan ibu muda dasar fisik dianggap telah terpenuhi.
lainnya yang juga sama-sama tengah Sementara itu, terdapat alasan lain
mengais informasi seputar parenting yang diungkapkan informan dalam memilih
sekaligus bertukar pengalaman tentang media sosial sebagai media partner dalam
proses parenting. Kebutuhan semacam ini menjalankan pola asuh. Twitter, menjadi
merupakan kebutuhan sosial yang tidak media sosial terbanyak ke tiga yang dipilih
dapat dipisahkan dari sifat manusia sebagai oleh informan dalam penelitian ini. Selain
makhluk sosial. akses informasi, Twitter dipercaya
Sementara di peringkat kedua memiliki tingkat kepercayaan sumber yang
diduduki oleh media sosial Instagram. tinggi. Hal tersebut karena berdasarkan data
Alasan informan menggunakan Instagram yang diperoleh, terdapat sejumlah akun
juga variatif. Namun secara garis besar Twitter milik pakar kesehatan anak, pakar
dapat disimpulkan bahwa Instagram dipilih ibu menyusui, pakar komunikasi keluarga,
oleh mereka karena fitur-fitur yang pakar gizi dan kesehatan anak, pakar
mendukung pemenuhan kebutuhan psikolog bahkan pakar kesehatan
aktualisasi diri informan. Melalui akun reproduksi wanita.
Instagram, seorang informan merasa Banyaknya pakar nasional di
mendapatkan kepuasan batin saat bidang parenting yang sengaja membuat
membagikan momen kebersamaan mereka akun Twitter dengan tujuan menyebarkan
dengan anak dan keluarganya. Secara informasi seputar parenting, dirasakan
psikologis, ada rasa ingin 'unjuk gigi' begitu melegakan kegundahan informan.
36
Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media...

Bahkan, cukup banyak pakar parenting Terkait kasus demam pada anak,
yang secara sukarela merespon sejumlah semua informan dalam penelitian ini lebih
pertanyaan yang sering diutarakan oleh ibu memilih untuk meredakan demam dengan
muda. cara mengompres, melakukan bounding
Berdasarkan hasil penilitian dapat dengan anak, skin to skin, atau memberikan
diketahui bahwa telah terjadi pergeseran obat turun panas yang dianjurkan oleh
sumber informasi terhadap nilai-nilai dokter. Meskipun informan dalam
parenting yang dilakukan oleh sejumlah penelitian ini juga tidak mengelak bahwa
ibu muda masa kini. Jika dulu para ibu mereka masih tetap memberikan
muda seringkali mendapatkan informasi pertolongan pertama dengan cara
tentang nilai-nilai parenting dari orang tua, tradisional berupa irisan atau parutan
mertua, kakak ipar dan beberapa orang bawang merah yang dibalur dengan minyak
yang dituakan lainnya, saat ini para ibu ke seluruh tubuh sang anak, namun cara
muda justru mendapatkan informasi tentang lain yang dinilai kurang tepat seperti
nilai-nilai parenting dari media. Meskipun memberikan air kopi untuk balita, sudah
sejumlah informan mengakui bahwa nilai- mulai ditinggalkan.
nilai parenting yang mereka aplikasikan Pada kasus lain, misalnya
dalam mengasuh anak-anak juga diperoleh mengahadapi pertanyaan kritis dari anak-
dari orang yang mereka tuakan, namun anak yang sedang tumbuh dan berkembang,
prosentasenya lebih kecil dibanding dengan informan memilih untuk memberikan
yang mereka dapatkan dari media sosial. penjelasan dan pemahaman kepada anak
Terdapat kecenderungan untuk dengan alasan yang lebih dapat diterima
memercayai sejumlah informasi dari media oleh logika anak. Misalnya, proses toilet
sosial dibanding informasi parenting dari training yang mengharuskan anak untuk
lingkungan keluarga yang dituakan. tidak buang air kecil sembarang tempat
Misalnya, jika demam menyerang anak didasari dengan sejumlah pemahaman yang
balita (bawah lima tahun), bagi orang tua disampaikan dengan baik kepada anak-anak
jaman dahulu sah-sah saja memberikan mereka.
beberapa tetes air kopi untuk meredakan Cara tersebut diperoleh informan
demam anak balita mereka. Namun, ibu dari ilmu parenting yang ada di sejumlah
muda masa kini sudah mulai meninggalkan media sosial. Berbeda dengan masa lampu
cara tersebut yang dianggap bukan menjadi di mana orang tua tidak memberitahukan
sebuah solusi untuk meredakan demam. secara gamblang apa alasan di balik sebuah
larangan. Misalnya, istilah 'ora ilok' - 'ada
37
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

setannya' - 'nanti kuwalat' - dan sejumlah dapat diartikan sebagai kekuatan yang
alasan non-logis lainnya mulai ditinggalkan terdapat dalam diri individu yang
oleh para ibu muda yang menjadi informan mendorong untuk berbuat sesuatu. Motif
dalam penelitian ini. Mereka menyadari memberikan tujuan dan arah kepada
bahwa anak-anak harus mulai diberikan tingkah laku sesorang.
penjelasan yang masuk akal demi Berdasarkan definisi-definisi di
tertanamnya jiwa disiplin dan pemahaman atas, peneliti menyimpulkan bahwa motif
yang baik terhadap sesuatu. memiliki tiga hal utama yaitu kebutuhan,
Berdasarkan hasil penelitian, para dorongan, dan tujuan. Berkaitan dengan
informan sudah mulai belajar bijak dalam penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa ibu
mengantisipasi rengekan anak-anak muda sebagai individu yang bebas
mereka. Misalnya dengan memberikan memiliki kebutuhan informasi dan
arahan atau mengalihkan perhatian sang kebutuhan aktualisasi diri yang kemudian
anak kepada hal lain yang menjadi mendorongnya untuk melakukan sesuatu
ketertarikan anak. Cara tersebut dinilai demi memenuhi kebutuhannya itu,
lebih cerdas baik bagi perkembangan sehingga mucullah sebuah perilaku.
motorik maupun psiokomotor si anak. Kebutuhan mengakses dan menyebarkan
informasi dan diskusi dalam dunia
2. Motif Penggunaan Media Sosial parenting telah mendorong ibu muda dalam
Pada hakikatnya, setiap manusia penelitian ini untuk melakukan sebuah
memiliki motif yang menjadi dorongan aktivitas sosial di ranah online demi
dalam setiap melakukan tindakan dan mewujudkan tujuannya itu.
dalam setiap pemilihan keputusan. James Berbagai alasan yang mendorong
Drever (dalam Slameto, 2010:58) informan menggunakan media sosial
memberikan definisi motif sebagai an sebagai media parenting terdiri dari dua
effective-conative factor which operates in motif utama yang oleh peneliti disebut
determining the direction of an individuals dengan istilah motif rasional dan motif
behavior towards an end or goal, emosional. Batasan motif rasional dalam
consioustly apprehended or unconsioustly. konteks penelitian ini adalah hal-hal logis
Sementara Sanjaya (2006:27) yang mendorong informan untuk memilih
menyatakan bahwa motif merupakan media sosial tertentu sebagai media
dorongan, hasrat, keinginan, dan tenaga parenting mereka. Di antara sejumlah
penggerak lainnya yang berasal dari dalam jawaban yang dikemukakan informan
dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif
38
Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media...

berdasarkan wawancara mendalam maupun Sementara itu, pada informan yang


FGD dapat ditarik beberapa poin utama: sama, juga ditemukan adanya dorongan
1. Media sosial dipercaya mampu lainnya yang peneliti sebut dengan istilah
memberikan informasi terkini motif emosional. Hal-hal yang masuk
tentang parenting. dalam kelompok motif emosional ini
2. Media sosial lebih mudah dijangkau adalah:
akses informasinya dibanding 1. Alasan gengsi personal karena tidak
dengan media konvensional berupa ingin disebut ketinggalan jaman.
penyuluhan atau konseling dengan 2. Alasan kekininian atau mengikuti
pihak keluarga atau kerabat yang trend.
dituakan. 3. Alasan sebagai media eksistensi diri
3. Media sosial memungkinkan ibu sebagai seorang ibu muda masa
muda untuk berinteraksi dengan kini.
ibu muda lainnya. 4. Alasan mencurahkan isi hati atas
4. Media sosial memudahkan ibu kepenatan dalam kehidupan
muda baik yang bekerja maupun berkeluarga.
yang tidak bekerja untuk saling Berdasarkan dua kelompok di atas
bertukar pengalaman tentang pola dapat disimpulkan bahwa motif yang
asuh pada masing-masing anak melatarbelakangi informan dalam
mereka tanpa harus bertatap-muka. menggunakan media sosial sebagai media
5. Media sosial dapat memberikan parenting sangat dipengaruhi oleh faktor
informasi yang lebih jelas karena psikologis. Di mana, faktor psikologis juga
tidak hanya bersumber pada sangat erat kaitannya dengan konsep
informasi dalam bentuk kata atau pemaknaan atas dirinya.
kalimat tetapi juga dilengkapi
dengan bentuk visual baik gambar
ataupun video.

39
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

Konsep diri tiada lain adalah Gambar 1.1


persepsi tentang diri yang relatif menetap.
MOTIF KOGNITIF MOTIF AFEKSI
(SELF IMAGE) (self esteem)
Ronald B. Adler dalam Kuswarno
(2009:198) menyatakan bahwa "Self
concept is the relatively stable set of MOTIF
INDIVID
U
perceptions you hold of yourself". Definisi
MOTIF MOTIF
tersebut menunjukkan bahwa seperangkat RASIONAL EMOSIONAL
penilaian atau persepsi terhadap objek
persepsi yang menyangkut diri sendiri Sumber: Mettasatya, hasil penelitian 2016

biasanya lebih ajeg, tetap, atau konstan.


Grafik di atas menunjukkan bahwa
Penilaian tersebut bisa saja berdasarkan hal
terdapat motif yang menjadi dorongan pada
yang menyangkut pengetahuan yang
informan. Motif yang muncul dari hasil
bersifat kognitif, dan segala sesuatu yang
penelitian ini adalah motif rasional dan
berkaitan dengan perasaan.
motif emosional. Motif rasional adalah
Dalam hal ini, Jalalludin Rahmat
motif berupa hasil pola pikir informan
(2005:100) memisahkan konsep diri dalam
terhadap nilai-nilai logis yang sama dengan
dua hal utama yaitu citra diri (self image)
motif kognitif. Informan juga memiliki
dan harga diri (self esteem). Citra diri
dorongan lain yang masuk dalam kategori
berkaitan dengan faktor-faktor kognitif
motif emosional yaitu dorongan yang
individu sementara harga diri berhubungan
muncul sebagai bentuk emosional selaras
dengan faktor afektif individu.
dengan motif afeksi.
Berdasarkan pernyataan di atas
Pada saat informan
dapat diambil benang merah bahwa dalam
mengemukakan alasan bahwa dirinya
penelitian ini, yang disebut oleh peneliti
memilih media sosial sebagai media
sebagai motif rasional berbanding lurus
parenting karena media sosial dipercaya
dengan citra diri (self image) sedangkan
mampu memberikan informasi terkini
motif emosional berbanding lurus dengan
tentang pola asuh anak, maka hal itu masuk
harga diri (self esteem) seperti berikut:
dalam kategori motif rasional. Namun,
pada saat yang sama, informan juga merasa
gengsi jika disebut tidak kekinian dan
disebut orang tua yang ketinggalan jaman,
maka hal itu masuk ke dalam ranah motif
emosional.

40
Ascharisa Mettasatya Afrilia, Penggunaan New Media...

Simpulan Daftar Pustaka


Informan telah memiliki konsep diri Gunarsa. 2002. Psikologi Perkembangan
yang konstan sebagai ibu yang ditunjukkan Anak dan Remaja. Jakarta : PT.
dalam pencarian informasi sebagai input Gunung Mulia
dari ketidakmemadainya kebutuhan Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi
informasi. Terdapat dua motif yang (Konsepsi, Pedoman, dan Contoh
mendorong informan untuk menggunakan Penelitia). Bandung: Widya
media sosial sebagai media parenting, yaitu Padjajaran.
motif rasional dan motif emosional. Rahmat, Jalalludin. 2005. Psikologi
Kemudian terdapat tiga media sosial utama Komunikasi: cetakan ke-16. Bandung:
yang dipilih informan dengan sejumlah Remaja Rosdakarya.
alasan, yaitu media sosial facebook, Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
instagram, dan twitter. Pembelajaran Berorietasi Standar
Berdasarkan penelitian ini Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
disarankan bagi para ibu muda agar lebih Prenada Media Group.
bijak dalam 'menceburkan' diri ke ranah Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor
media sosial. Perlu adanya proses memilih yang Memengaruhi. Jakarta : Rineka
dan memilah informasi yang diperoleh dari Cipta.
media sosial agar terhindar dari jebakan Wasesa, A.Silih, 5 Juni, (2013). Gossip,
arus informasi yang mungkin saja justru Issue and World of Mouth (pdf).
memberikan dampak negatif bagi proses Disampaikan dalam seminar Nasional
parenting yang dilakukan. Bagi pemerintah UGM. Yogyakarta.
khususnya bidang Kementrian Komunikasi Wijaya, Ketut Krisna. (2015). “Laporan
dan Informasi, Pemberdayaan Perempuan, Pengguna Website Mobile Media
dan Komisi Perlindungan Anak, diharapkan Sosial Indonesia”, dalam
mampu memberikan 'nutrisi' bagi https://id.technisia.com/laporan-
masyarakat khususnya bagi kaum ibu pengguna-website-mobile-media-
tentang nilai-nilai parenting yang lebih sosial-Indonesia
baik dan berkualitas.

41
JURNAL KOMUNIKASI DAN KAJIAN MEDIA VOLUME 1, NOMOR 1, Oktober 2017: 31-42

Khalifah. 2013. “Studi Analisis Kebutuhan


Informasi”, dalam
http://www.academia.edu/16907199/St
udi_analisis_Kebutuhan_informasi,
diunduh pada Juni 2016 pukul 10.00
WIB.
Apriastuti, Dwi, Anita. 2013. “Analisis
Tingkat Pendidikan Dan Pola Asuh
Orang Tua Dengan Perkembangan
Anak Usia 48-60 Bulan”, dalam
http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/P
rada/article/view/28/26, diunduh pada
Juli 2016 pukul 15.40 WIB.

42

Anda mungkin juga menyukai