Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak

dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai

pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat

Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari

nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan

kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam

pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja

jantung.

Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama

yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai

suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka

kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun

berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet yang

salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan

lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang

notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung.

Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang

olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin

tinggi.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa klasifikasi dari jantung?

2. Apa pengertian dari gagal jantung?

3. Apa saja etiologi pada gagal jantung?

4. Bagaimanakah patologi dari gagal jantung?

5. Bagaimanakah manifestasi klinis dari gagal jantung?

6. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita gagal ginjal apa saja?

7. Apa saja penatalaksanaan dari gagal jantung?

8. Komplikasi dari gagal jantung itu apa?

9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita gagal jantung?

C. TUJUAN

1. Tujuan umum

- Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan

keperawatan dengan gagal jantung.

2. Tujuan khusus

- Memahami klasifikasi gagal jantung


- Memahami pengertian dari gagal jantung

- Mengetahui etiologi gagal jantung

- Memahami patofisiologi dari gagal jantung

- Mengetahui manifestasi klinis dari gagal jantung.

- Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita gagal ginjal.

- Mengetahui penatalaksanaan dari gagal jantung.

- Mengetahui komplikasi dari gagal jantung.

- Menguasai konsep asuhan keperawatan pada gagal jantung.


BAB II

PEMBAHASAN

1.KONSEP TEORI GAGAL JANTUNG

A.Klasifikasi

Jantung terdiri dari empat ruangan yaitu atrium kanan dan atrium kiri yang

dipisahkan oleh septum intratrial, serambi kanan dan serambi kiri yang dipisahkan oleh

septum intraventrikuler. Gagal jantung dapat terjadi pada salah satu bagian jantung

misalnya jantung bagian kiri ataupun jantung bagian kanan, dan juga bisa terjadi pada

kedua-duanya. Kondisi pada penyakit gagal jantung bukanlah berarti bahwa jantung

berhenti bekerja (cardiac arrest), melainkan jantung tidak mampu lagi memompakan

darah seperti biasanya yang terjadi pada orang normal tanpa kelainan gagal jantung.

Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan

pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan

akibat tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volum akhir diastolic dalam

ventrikel kiri meningkat. Sedangkan gagal jantung kanan karena gangguan atau

hambatan pada daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan

menurun tanpa didahului oleh adanya gagal jantung kiri. Bila gangguan jantung kiri

dan jantung kanan terjadi bersamaan. Dalam keadaan gagal jantung kongestif, curah

jantung menurun sedemikian rupa sehingga terjadi bendungan sistemik bersama

dengan bendungan paru.


B.Pengertian

Gagal jantung adalah suatu keadaan patolofisiologis berupa kelainan fungsi

jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolism jaringan dan atau kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume

diastolik secara abnormal.

Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

tubuh (Purnawan Junadi, 1982).

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana

cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi

sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen

yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi

kebutuhan oksigen pada erbagai organ(NiLuhGedeYasmin,1993).

C.Etiologi

Faktor presdiposisi gagal jantung adalah penyakit yang menimbulkan

penurunan fungsi ventrikel seperti penyakit arteri koroner, hipertensi, kardiomiopati,

penyakit pembuluh darah atau penyakit kongenital dan keadaan yang membatasi

pengisian ventrikel seperti stenosis mitral, kardiomiopati atau penyakit pericardial

Faktor pencetus gagal jantung antara lain meningkatnya asupan garam,

ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, infark miocard akut esensial,

serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam, emboli paru, anemia,

tirotoksikosis, kehamilan dan endokarditis infektif.

Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002) penyebab gagal jantung

kongestif, yaitu: kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner, hipertensi sistemik atau
pulmonal (peningkatan afterload) , peradangan dan penyakit miokardium degeneratif,

penyakit jantung lain, faktor sistemik.

D.Patofisiologi

Sindrom gagal jantung disebabkan oleh beberapa komponen:

1. Ketidak mampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan

stroke volum dan cardiac output menurun.

2. Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel(systolic overload)

menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah

ventrikel.

3. Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel(diastolic overload) akan

menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi.

4. Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung

dimana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal jantung

walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mamu untuk memenuhi

kebuthuna sirkulasi tubuh.

5. Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk kedalam ventrikel

atau pada aliran balik venous return akan menyebabkan pengeluaran atau output

ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.


Gagal jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja(tekanan

atau volume) yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung itu sendiri. Beban

volume atau preload disebabkan karena kelainan ventrikel memompa darah lebih

banyak semenit sedangkan beban tekanan atau afterload disebabkan oleh kealinan yang

meningkatkan tahanan terhadap pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan atau

gangguan fungsi miokard dapat disebabkan oleh menurunnya kontraktilitas dan oleh

hilangnya jaringan kontraktil ( infark miokard ).Dalam menghadapi beban lebih,

jantung menjawab ( berkompensasi ) seperti bila jantung menghadapi latihan fisik.

Akan tetapi bila beban lebih yang dihadapi berkelanjutan maka mekanisme kompensasi

akan melampaui batas dan ini menimbulkan keadaan yang merugikan. Manifestasi

klinis gagal jantung adalah manifestasi mekanisme kompensasi.

E.Menefestasi Klinis

Gagal jantung kiri :

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak

mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu:

1. Dispnea

Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran

gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari

yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)

2.Batuk
3.Mudah lelah

Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari

sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.

Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan

insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.

4.Kegelisahan dan kecemasan

Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas

dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

Gagal jantung kanan

1. Kongestif jaringan perifer dan viseral.

2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan

berat badan,

3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi

akibat pembesaran vena di hepar.

4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga

abdomen.

5. Nokturia

6. Kelemahan.
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Dongoes (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat d ilakukan untuk

menegakkan diagnosa CHF yaitu:

1. Elektro kardiogram (EKG)

Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi,

fibrilasi atrial.

2. Skan jantung

Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding .

3. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram doppler)

Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup,

atau area penurunan kontraktili tas ventrikular.

4. Kateterisasi jantung

Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung

kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.

5. Rongent dada

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau

hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.

6. Enzim hepar

Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.


7. Elektrolit

Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.

8. Oksimetri nadi

Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi

kronis.

9. Analisa gas darah (AGD)

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau hipoksemia

dengan peningkatan PCO2 (akhir).

10. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin

Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan

kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

11. Pemeriksaan tiroid

Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus

gagal jantung.

G.PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan adalah :

1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat

farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi

antidiuretik, diit dan istirahat.

Terapi Farmakologis :

1. Glikosida jantung.

Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat

frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan

tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi dan mengurangi edema

2. Terapi diuretik.

Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus

hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.

3. Terapi vasodilator.

Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap

penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan

peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

4. Diet

Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan edema.


H.KOMPLIKASI

Komplikasi dapat berupa :

1. Kerusakan atau kegagalan ginjal

Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat

menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung

dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.

2. Masalah katup jantung

Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada

katup jantung.

3. Kerusakan hati

Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu

banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang

mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.

4. Serangan jantung dan stroke.

Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di

jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan

pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau

stroke.
2.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas/istrahat

 Gejala

- Keletihan/kelemahan terus menerus sepanjang hari.

- Insomnia.

- Nyeri dada dengan aktivitas.

 Tanda

- Gelisah, perubahan status mental.

2. Sirkulasi

 Gejala

- Riwayat hipertensi, IM akut, episode GJK sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah

jantung, endokarditis.

 Tanda

- TD : rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan atau kronis), atau tinggi

(kelebihan beban cairan).

- Frekuensi jantung : takikardi.

- Irama jantung : disritmia.


- Bunyi jantung : S3 (gallop).

- Nadi : nadi perifer berkurang; perubahan dalam kekuatan denyutan.

- Punggung kuku : pucat atau sianosis dengan pengisisan kapiler lambat.

- Bunyi napas : ronki, krekels.

3. Integritas ego

 Gejala

- Ansietas.

- Stress yang berhubungan dengan penyakit.

 Tanda

- Berbagai manifestasi prilaku.

4. Eleminasi

 Gejala

- Penurunan berkemih.

- Diare.

5. Makanan dan cairan

 Gejala

- Kehilangan nafsu makan.


- Mual/muntah.

- Penambahan berat badan yang signifikan.

 Tanda

- Penambahan beerat badan cepat.

6. Pernapasan

 Gejala

- Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk,atau dengan beberapa bantal.

- Batuk dengan atau tanpa sputum.

- Penggunaan bantuan pernafasan.

 Tanda

- Pernapasan : takipnea.

- Batuk : kering/nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus dengan atau tanpa

sputum.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan structural (kelainan katup).

2. Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen, kelemahan

umum.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi

natrium dan air.

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya cairan antara kapiler dan

alveolus.

5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali,

splenomigali.

6. Integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan perfusi jaringan.

7. Kurang pengetahuan, mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan dengan

kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi

jatung/penyakit/gagal.

C. Perencanaan Keperawatan

1. Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan structural (kelainan katup).

 Tujuan :

- Menununjukan tanda vital dalam batas normal, dan bebas gejala gagal jantung.

- Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.

- Ikut serta dalam aktvitas mengurangi beban kerja jantung.

 Intervensi

- Aukskultasi nadi, kaji frekuensi jantung, irama jantung.


Rasional : agar mengetahui seberapa besar tingkatan perkembangan penyakit secara

universal.

- Pantau TD

Rasional : pada GJK peningakatan tekanan darah bisa terjadi kapanpun.

- Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.

Rasional : pucat menunjukan menurunnya perfusi perifer sekunder terhadap tidak

adekuatnya curah jantung. Sianosis dapat terjadi akibat dari suplai oksigen yang

berkurang pada jaringan atau sel.

- Berikan pispot di samping tempat tidur klien.

Rasional : pispot digunakan untuk menurunkan kerja ke kamar mandi.

- Tinggikan kaki, hinderi tekanan pada bawah lutut.

Rasional : menurunkan statis vena dan dapat menurunkan insiden thrombus atau

pembentukan emboli.

- Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.

Rasional : meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, untuk melawan

hipoksia.

- Berikan obat sesuai indikasi.


o Vasodilator, contoh nitrat (nitro-dur, isodril).

Rasional : vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung, dan menurunkan

volume sirkulasi.

2. Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen, kelemahan

umum.

 Tujuan

- Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan keperawatan diri

sendiri.

- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat di ukur, dibuktikan oleh

menurunya kelemahan dan kelelahan tanda vitalselam aktivitas.

 Intervensi

- Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien

menggunakan vasodilator, dan diuretic.

Rasional : hipotensi ortostatik dapa terjadi karena akibat dari obat vasodilator dan

diuretic.

- Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,disritmia, dispnea,

pucat.

Rasional : penuruna atau ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume

sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi

jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.


- Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.

Rasional : dapat menunjukan dekompensasi jantung dari pada kelebihan aktivitas.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi

natrium dan air.

 Tujuan

- Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan cairan pemasukan

dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat

diterima, berat badan stabil, dan tak ada edema.

 Intervensi

- Pantau haluaran urin, catat jumlah dan warna.

Rasional : haluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena perunan perrfusi ginjal.

- Ajarkan klien dengan posisi semifowler.

Rasional : posisi terlentang atau semi fowler meningkatakan filtrasi ginjaldan

menurunkan ADH sehingga meningkatkan dieresis.

- Ubah posisi klien dengan sering.,

Rasional : pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan

inmobilisasi atau baring lama merupakan kumpulan stressor yang mempengaruhi

integritas kulit dan memerlukan intervensi pengawasan ketat.


- Kaji bising usus. Catat kelluhan anoreksia, mual.

Rasional : kongesti visceral dapat menganggu fungsi gaster/intestinal.

- Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.

Rasional : penurunan mortilitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif dan

absorsi. Makan sedikit dan sering meningkatkan digesti/mencegah ketidaknyamanan

abdomen.

- Palpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas/nyeri tekan/

Rasional : perluasan gagal jantung menimbulkan kongesti vena, menyebabkan distensi

abdomen, pembesaran hati, dan menganggu metabolism obat.

- Pemberian obat sesuai indikasi.

o Diuretic contoh furrosemid (lasix), bumetanid (bumex).

Rasional : meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat reabsorbsi natrium

pada tubulus ginjal.

o Tiazid dengan agen pelawan kalium, contoh spironolakton (aldakton).

rasional meningkatkan diuresi tanpa kehilangan kalium berlebihan.

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya cairan antara kapiler dan

alveolus.

 Tujuan

- Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan.


- Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan.

 Intervensi

- Aukskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi.

Rasional : menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukan

kebutuhan untuk intervensi lanjut.

- Anjurkan pasien untuk batuk efektif, napas dalam.

Rasional : memberikan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen.

- Pertahankan posisi semifowler.

Rasional : Menurunkan kosumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan inflamasi paru

maksimal.

- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

Rasional : meningkatkan kontraksi oksigen alveolar, yang dapat

memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan.

- Berikan obat sesuai indikasi.

o Diuretic, furosemid (laxis).

Rasional : menurunkan kongesti alveolar, mningkatkan pertukaran gas.

o Bronkodilator, contoh aminofiin.

Rasional : meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas kecil.


5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali,

splenomigali.

 Tujuan

- Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selam di RS, RR Normal ,

tak ada bunyii nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu pernafasan. Dan GDA

Normal.

 Intervensi

- Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.

Rasional : distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai

akibat dari diafragma yang menekan paru-paru.

- Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu nafas

Rasional : kesulitan bernafas dengan ventilator dan/atau peningkatan tekanan jalan

napas di duga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi.

- Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas krekels, mengi.

Rasional : bunyi napas menurun/tak ada bila jan napas obstruksi sekunder terhadap

perdarahan, krekels dan mengi menyertai obstruksi jalan napas/kegagalan pernapasan

- Tinggikan kepala dan bantu untuk mencapi posisi yang senyaman mungkin.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahka pernapasan.

Pengubahan posisi dan ambulansi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda

sehingga memperbaiki difusi gas.

6. Integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan perfusi jaringan.

 Tujuan

- Mempertahankan integritas kulit.

- Mendemonstrasikan prilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.

 Intervensi

- Kaji kulit, adanya edma, area sirkulasi terganggu, atau kegemukan/kurus.

Rasional : kulit berisiko karena gangguan sirkulasi perifer, dan gangguan status nutrisi.

- Pijat area yang kemerahan atau memutih.

Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jarinagan.

- Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu rentang gerak aktif/pasif.

Rasional : memperbaiki sirkulasi/menurunkan waktu satu area yang meganggu aliran

darah.

- Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban.

Rasional : terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.

- Hindari obat intramuscular.


Edema intertisisal dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbs obat dan predisposisi

untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi.


BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN.

Gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

dijumpai dan menjadi penyebab mortalitas utama baik di negara maju maupun di

negara sedang berkembang. Kejadian gagal jantung dalam individu yang menderita

kematian jantung mendadak sekitar 64 dan 90 %

Gagal jantung adalah pemberhentian sirkulasi normal darah dikarenakan

kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif pada saat systole.

Akibat kekurangan penyediaan oksigen ke otak , menyebabkan korban kehilangan

kesadaran dan berhenti bernafas dengan tiba-tiba.

Terdapat tiga aspek penting dalam menanggulangi gagal jantung yaitu

pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan pengobatan terhadap faktor

pencetus . Termasuk dalam pengobatan medikamentosa yaitu mengurangi retensi

cairan dan garam, meningkatkan kontraktilitas dan mengurangi beban jantung.

Sekaligus pengobatan umum meliputi istirahat, pengaturan suhu, kelembapan, oksigen,

pemberian cairan dan diet.

B.SARAN.

Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal jantung

diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.


Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan gagal jantung

selain itu pengobatan terbaik untuk gagal jantung adalah pencegahan atau pengobatan

dini terhadap penyebabnya.


DAFTAR PUSTAKA

Barbara C long.(1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.

Carpenito J.L. (1997). Nursing Diagnosis. J.B Lippincott. Philadelpia.

Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi

3 EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai