8864 1 15933 1 10 20140514 PDF
8864 1 15933 1 10 20140514 PDF
ABSTRAK
Kelelahan ialah penurunan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang ditandai
dengan hilangnya kemauan untuk bekerja, sehingga berakibat pada kecelakaan kerja.
Musculoskeletal disorders terjadi apabila adanya kelelahan dan keletihan secara terus
menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelelahan secara umum
maupun distribusi keluhan muskuloskeletal berdasarkan karakteristik responden. Desain
penelitian adalah deskriptif cross-sectional dengan pengisian kuesioner 30 Item of
Rating Scale dan Nordic Body Map terhadap 43 penjahit di Kota Denpasar. Pemilihan
sampel dengan teknik consecutive sampling. Hasil studi didapatkan bahwa tingkat
kelelahan rendah pada responden sebesar 58,1%, tingkat kelelahan sedang sebesar
34,9%, dan 7% dengan tingkat kelelahan tinggi. Lokasi keluhan muskuloskeletal yang
paling sering terjadi pada responden adalah sakit atau kaku pada leher bawah,
punggung, dan pinggang dengan persentase yang sama sebanyak 86,05%. Terdapat
perbedaan rerata skor terhadap karakteristik responden. Penjahit laki-laki, penjahit
berusia >30 tahun, penjahit yang bekerja > 8 jam dalam sehari, dan penjahit yang kurus
memiliki rerata skor kelelahan dan keluhan muskuloskeletal yang lebih tinggi dibanding
lainnya. Studi analitik lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
yang bermakna.
1
hours in a day, and tailor who had a BMI below normal have a higher mean of fatigue
and musculoskeletal disorders score than the other. Further analytical study is needed to
determine the existence of significant differences.
2
periode waktu yang lama dari usaha banyak terjadi dan diperkirakan sekitar
otot dalam menerima beban statis. 60% dari semua penyakit akibat kerja.8
Selain itu, MSDs dapat muncul oleh Prevalensi nyeri muskuloskeletal pada
kerusakan tiba-tiba yang disebabkan pekerja berkisar antara 6-76 % selama
adanya aktivitas berat atau pergerakan satu tahun dan prevalensi ini lebih
yang tak terduga. Keluhan tinggi pada wanita dibandingkan
muskuloskeletal yang dirasakan mulai dengan pria.7 Angka prevalensi Low
dari keluhan ringan sampai keluhan Back Pain antara 7,6-37% yang terjadi
berat, baik yang bersifat sementara pada pekerja aktif.9
(reversible) maupun menetap Kelelahan dan MSDs merupakan
(persistent). Keluhan yang bersifat faktor yang dapat menyebabkan
sementara akan segera hilang apabila turunnya produktivitas kerja, hilangnya
pembebanan dihentikan. Sedangkan jam kerja, tingginya biaya pengobatan
pada keluhan yang menetap, rasa sakit dan material, serta rendahnya kualitas
pada otot akan terus berlanjut walaupun kerja. Salah satu usaha yang memiliki
pembebanan kerja telah dihentikan. resiko kelelahan kerja dan
Keluhan ringan biasanya akan musculoskeletal disorders cukup tinggi
menghilang setelah istirahat dan tidak adalah usaha sektor informal,
mempengaruhi performance kerja. Bila khususnya industri jahitan. Usaha ini
keluhan muskuloskeletal sampai ke sangat sering dijumpai, baik yang
tahap yang berat, nyeri akan tetap ada bersifat perorangan maupun dalam satu
walaupun setelah istirahat dan akan kelompok usaha. Penyakit akibat kerja
berpengaruh terhadap pekerjaan. MSDs pada usaha jahitan biasanya terjadi
bukan merupakan diagnosis klinis, karena peralatan yang digunakan apa
melainkan rasa nyeri karena kumpulan adanya tanpa memenuhi syarat
cedera pada sistem muskuloskeletal ergonomi alat tersebut, posisi duduk
akibat tidak diterapkannya prinsip- yang lama dengan postur janggal,
prinsip ergonomi dalam pekerjaan yang gerakan yang berulang-ulang, pekerjaan
dilakukan.4 yang monoton, serta jam kerja yang
Menurut WHO tahun 2003, tidak menentu. Usaha ini pada
musculoskeletal disorders merupakan umumnya masih belum tersentuh oleh
penyakit akibat kerja yang paling kepedulian pemilik usaha terhadap
3
pekerjanya. Banyak penyakit yang Sampel dipilih dengan teknik
timbul akibat kerja pada usaha ini yang consecutive sampling pada tempat-
diabaikan oleh pemilik usaha ataupun tempat usaha penjahitan yang berada di
pekerja itu sendiri. Kota Denpasar, sampai jumlah subjek
Penelitian ini bertujuan untuk yang diperlukan terpenuhi.
mengetahui tingkat kelelahan para Besar sampel penelitian ini
penjahit dan mengetahui lokasi keluhan dihitung dengan menggunakan rumus
muskuloskeletal yang paling sering Stanley Lameshow didapatkan
terjadi pada para penjahit, serta berjumlah 43 orang
perbedaan rerata skor berdasarkan Penelitian ini dilakukan dengan
karakteristik responden (jenis kelamin, wawancara dan pengukuran.
usia, waktu kerja dalam sehari, IMT). Wawancara dilakukan oleh peneliti
dengan panduan kuesioner 30 Item of
METODE Rating Scale dan Nordic Body Map
Penelitian ini merupakan yang dimodifikasi dengan empat skala
penelitian deskriptif cross-sectional. likert. Pengambilan data dilakukan
Penelitian dilakukan terhadap para sebanyak satu kali yakni saat setelah
penjahit yang berada di Kota Denpasar bekerja.
pada bulan November 2013 - Januari Data dianalisis dengan
2014. menggunakan statistik deskriptif serta
Populasi dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel, grafik,
adalah penjahit di industri jahitan dan narasi.
informal yang berada di Kota Denpasar
Bali. Kriteria inklusi pada penelitian ini HASIL
adalah penjahit yang bersedia Karakteristik Subjek
berpartisipasi dalam penelitian dengan Penelitian ini dilakukan terhadap
menandatangani informed consent. para penjahit di Kota Denpasar Bali,
Sedangkan kriteria eksklusi pada yang berlokasi di sekitar daerah Renon,
sampel penelitian yaitu penjahit yang Monang-Maning, Sesetan, Teuku Umar
memiliki riwayat trauma ataupun Barat, dan Gatot Subroto Barat. Jumlah
kelainan kongenital pada responden yang memenuhi kriteria
muskuloskeletal. inklusi dan kriteria eksklusi sebanyak
4
43 orang. Sebagian besar responden 35 ± 10 tahun, rerata indeks massa
berjenis kelamin laki-laki (55,8%) dan tubuh adalah 22,34 ± 3,20 kg/m2, serta
berusia lebih dari 30 tahun (62,8%) waktu kerja dalam sehari rata-rata 9 ± 2
(Tabel 1). Rerata usia responden adalah jam (Tabel 2).
5
Tingkat Kelelahan Para Penjahit kelelahan yang rendah, 34,9 % memiliki
Dari kuesioner 30 Item of Rating tingkat kelelahan sedang, dan sebanyak
Scale terhadap 43 penjahit di Kota 7 % yang memiliki tingkat kelelahan
Denpasar, didapatkan bahwa sekitar tinggi (Grafik 1).
58,1% penjahit masih memiliki tingkat
6
Tabel 3. Rerata Skor Tingkat Kelelahan Secara Umum dan Keluhan
Muskuloskeletal Penjahit di Kota Denpasar
Variabel Kelelahan Keluhan muskuloskeletal
(rerata ± SD) (rerata ± SD)
Jenis kelamin
Laki-laki 57,04 ± 11,59 50,96 ± 12,15
Perempuan 49,47 ± 14,09 45,79 ± 11,33
Umur
≤ 30 tahun 53,19 ± 12,46 49,19 ± 12,06
> 30 tahun 54,00 ± 14,64 51,48 ± 12,64
Waktu kerja dalam sehari
≤ 8 jam 48,75 ± 11,19 45,83 ± 10,56
> 8 jam 59,95 ± 13,21 52,26 ± 12,88
IMT
Kurus 64,33 ± 15,89 60,67 ± 13,32
Normal 53,28 ± 12,50 48,16 ± 12,56
BB lebih 64,20 ± 14,72 50,80 ± 6,18
Obese 46,30 ± 10,67 45,30 ± 11,17
7
Tabel 4. Distribusi Keluhan Muskuloskeletal di Beberapa Lokasi yang memiliki
Persentase > 75% (n=43)
Lokasi Tingkat Keluhan Total
Agak Sakit Sakit Sangat Sakit n (%)
n (%) n (%) n (%)
Leher atas 21 (60,0) 11 (31,4) 3 (8,6) 35 (81,40)
Leher bawah 20 (54,1) 16 (43,2) 1 (2,7) 37 (86,05)
Bahu kiri 19 (57,6) 13 (39,4) 1 (3,0) 33 (76,75)
Bahu kanan 19 (55,9) 14 (41,2) 1 (2,9) 34 (79,07)
Punggung 13 (35,1) 22 (59,5) 2 (5,4) 37 (86,05)
Pinggang 12 (32,4) 23 (62,2) 2 (5,4) 37 (86,05)
8
yang bekerja ≤ 8 jam dalam sehari sikap kerja yang tidak alamiah yakni
(45,83 ± 10,56). Berdasarkan indeks posisi duduk yang statis dan dalam
massa tubuh, rerata skor Nordic Body waktu cukup yang lama serta adanya
Map pada penjahit yang tergolong kurus ketidaksesuaian antara peralatan kerja
memiliki rerata skor yang paling tinggi dengan pekerjanya. Kondisi penjahit
(60,67 ± 13,32) dibandingkan dengan yang dominan berada dalam kondisi
lainnya (Tabel 3). duduk, kepala menunduk, punggung
membungkuk serta leher menekuk
PEMBAHASAN dapat mengakibatkan keluhan nyeri di
Hasil penelitian dengan leher, punggung, maupun pinggang.
menggunakan kuesioner 30 Item of Bila dilihat dari rerata skor 30
Rating Scale didapatkan bahwa sekitar Item of Rating Scale dan Nordic Body
58,1% penjahit memiliki tingkat Map pada karakteristik responden maka
kelelahan yang rendah, 34,9% memiliki terdapat perbedaan rerata skor
tingkat kelelahan sedang, dan 7% berdasarkan jenis kelamin, usia, waktu
memiliki tingkat kelelahan tinggi. Hal kerja dalam sehari, serta indeks massa
ini menunjukkan bahwa pada 93% tubuh. Berdasarkan jenis kelamin, rerata
penjahit belum begitu diperlukan skor kelelahan maupun keluhan
adanya perbaikan pada sikap kerja muskuloskeletal pada penjahit laki-laki
maupun stasiun kerja. Sedangkan lebih tinggi dibanding perempuan. Hasil
sebanyak 7% penjahit yang memiliki review penelitian-penelitian yang
tingkat kelelahan tinggi memerlukan dilakukan oleh NIOSH (National
adanya tindakan perbaikan pada sikap Institute of Safety and Health) tentang
kerja maupun stasiun kerja.10 gangguan otot rangka dengan faktor di
Hasil penelitian dengan tempat kerja didapatkan bahwa keluhan
menggunakan kuesioner Nordic Body muskuloskeletal pada perempuan lebih
Map didapatkan keluhan tinggi dibanding laki-laki, namun
muskuloskeletal yang paling sering terdapat penelitian lainnya yang
dialami oleh para penjahit di Kota melaporkan tidak ada perbedaan antara
Denpasar adalah sakit atau kaku pada perempuan dan laki-laki.11
pada leher bawah, punggung, dan Perbandingan rerata skor
pinggang. Hal ini dapat disebabkan oleh berdasarkan usia didapatkan adanya
9
perbedaan antara responden yang istirahat agar tubuh berkesempatan
berusia lebih dari 30 tahun dengan untuk membentuk energi lagi.5
responden yang berusia ≤ 30 tahun. Perbedaan rerata skor kelelahan
Penjahit yang berusia lebih dari 30 secara umum sama dengan perbedaan
tahun memiliki rerata skor kelelahan rerata skor Nordic Body Map
secara umum dan keluhan berdasarkan indeks massa tubuh
muskuloskeletal yang lebih tinggi. responden. Responden yang indeks
Proses penuaan dimulai pada usia lebih massa tubuhnya di bawah normal
dari 30 tahun secara progresif dan memiliki rerata skor yang lebih tinggi
bertahap, dimana fungsi organ akan dibandingkan dengan responden yang
menurun 1% setiap tahunnya setelah tergolong normal, berat badan lebih
usia 30 tahun.12 Seiring berjalannya maupun obese. Hasil penelitian ini
proses penuaan tersebut, maka akan belum dapat menunjukkan bahwa
mempengaruhi kemampuan kerja serta indeks massa tubuh sangat berpengaruh
munculnya kelelahan maupun penyakit terhadap kelelahan secara umum
akibat kerja. ataupun keluhan muskuloskeletal,
Selain itu, terdapat perbedaan masih terdapat karakteristik lainnya
rerata skor kelelahan secara umum dan yang dapat mempengaruhi hal tersebut
Nordic Body Map terhadap waktu kerja seperti usia dan waktu kerja penjahit
responden dalam sehari. Responden dalam sehari.
yang bekerja lebih dari 8 jam dalam
sehari memiliki rerata skor yang lebih SIMPULAN DAN SARAN
tinggi dibandingkan dengan responden Berdasarkan penelitian yang
yang bekerja ≤ 8 jam dalam sehari. Jam telah dilakukan maka dapat disimpulkan
kerja yang berlebihan dapat bahwa tingkat kelelahan secara umum
mempercepat munculnya kelelahan dan pada para penjahit di Kota Denpasar
keluhan muskuloskeletal, menurunkan sebesar 58,1 % yang memiliki tingkat
ketepatan, kecepatan, dan ketelitian kelelahan rendah, 34,9% yang memiliki
dalam bekerja. Lamanya waktu bekerja tingkat kelelahan sedang, dan sebanyak
dalam sehari sebaiknya tidak melebihi 7 % penjahit yang memiliki tingkat
dari 8 jam dan harus diselingi dengan kelelahan tinggi. Lokasi keluhan
muskuloskeletal yang paling sering
10
terjadi pada penjahit di Kota Denpasar 1. Tarwaka, Bakri SHA, Sudiajeng L.
adalah sakit atau kaku pada leher Ergonomi Untuk Keselamatan,
bawah, punggung, dan pinggang dengan Kesehatan Kerja, dan Produktivitas.
persentase yang sama sebanyak UNIBA Press. 2004.
86,05%. Untuk penjahit laki-laki, 2. Amrizal, Arief. Pengaruh Posisi
penjahit yang berusia lebih dari 30 Kerja Terhadap Kinerja Mahasiswa
tahun, penjahit yang bekerja lebih dari 8 Praktek Engine Sepeda Motor di
jam dalam sehari, dan penjahit yang Fakultas Teknik Universitas
tergolong kurus memiliki rerata skor 30 Padang. Sains Kesehatan. 2005;
Item of Rating Scale dan Nordic Body 18(13).
Map yang lebih tinggi dibanding 3. Ambar. Hubungan Antara
lainnya. Maka dari itu disarankan untuk Kelelahan dengan Produktivitas
para penjahit agar tetap memperhatikan Tenaga Kerja di Bagian Penjahitan
sikap saat bekerja, jam kerja, serta PT Bengawan Solo Garment
asupan nutrisi yang cukup agar Indonesia [skripsi]. Surakarta:
kelelahan dan keluhan muskuloskletal Universitas Sebelas Maret; 2006.
dapat berkurang, sehingga kualitas kerja 4. Dul J, Weerdmeester B. Ergonomics
pun dapat meningkat. Penelitian cross- for Beginners: A Quick Reference
sectional deskriptif ini hanya dapat Guide. New York: Taylor & Francis
mengetahui perbedaan rerata skor Inc, 2003.
tingkat kelelahan dan Nordic Body Map 5. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan
berdasarkan jenis kelamin, usia, waktu Pencegahan Kecelakaan. Haji
kerja dalam sehari, serta indeks massa Masagung. 1993.
tubuh. Studi analitik lebih lanjut 6. Setiawati, Devi, Zilkaida, Anita.
diperlukan untuk mengetahui ada Perbedaan Komitmen Kerja
tidaknya hubungan yang bermakna pada Berdasarkan Orientasi Peran Gender
perbedaan rerata skor kelelahan dan Pada Karyawan di Bidang Kerja
keluhan muskuloskeletal terhadap Non Tradisional. Proceeding
karakteristik para pekerja. PESAT. 2007; 2.
7. Samara D. Nyeri Muskuloskeletal
DAFTAR PUSTAKA Pada Leher Pekerja dengan Posisi
11
Pekerjaan yang Statis. Universa
Medicina. 2007; 26(3): 137-142.
8. Tana L, Delima, Tuminah S.
Hubungan Lama Kerja dan Posisi
Kerja dengan Keluhan Otot Rangka
Leher dan Ekstremitas Atas Pada
Pekerja Garmen Perempuan di
Jakarta Utara. Bul Penel Kesehatan.
2009; 37(1): 12-23.
9. Licciardone JC, Stoll ST, Fulda KG,
Russo DP, Siu J, Winn W, Swift J.
Osteopathic Manipulative
Treatment for Chronic Low Back
Pain. Spine. 2003;28(13).
10. Tarwaka. Ergonomi Industri Dasar-
Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan
Press. 2010.
11. National Institute of Safety and
Health (NIOSH). Musculoskeletal
Disorders and Workplace Factors :
A Critical Review of Epidemiologic
Evidence for Work-Related
Musculoskeletal Disorders of The
Neck, Upper Extremity, and Low
Back. 1997.
12. Darmojo B. Teori Proses Menua.
Buku Ajar Geriatri. Edisi ke-3.
Jakarta : BP FKUI, 2009.
12