Sosiologi Hukum:
Ruang Lingkup dan Kegunaannya
Mengapa sosiologi menempati kedudukan penting dalam kajian ilmu hukum di dunia,
terutama di Indonesia? Karena, seperti dikatakan Roscoe Pound, sosiologi bisa memperjelas
pengertian “hukum” dan segala sesuatu yang berdiri di belakang gejala-gejala ketertiban
umum, yang dapat diamati oleh ahli hukum.1
Kemajuan terpenting dalam ilmu hukum modern, demikian Roscoe Pound, adalah
perubahan pandangan analitis ke fungsional. Sikap fungsional menuntut supaya hakim, ahli
hukum, dan pengacara mengingat adanya hubungan antara hukum dan kenyataan sosial yang
hidup.2 Sementara itu, menurut Esmi Warassih, antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu hukum
mempunyai hubungan yang saling melengkapi dan memengaruhi. Perbedaan fungsi antara
keduanya boleh dikata hanya bersifat marjinal.3
Sebagai cabang sosiologi yang terpenting, sosiologi hukum masih dicari perumusannya.
Kendati selama puluhan terakhir semakin mendapat perhatian dan aktual, sosiologi hukum
belum memiliki batas-batas tertentu yang jelas. Ahli-ahlinya belum menemukan kesepakatan
mengenai pokok persoalannya, atau masalah yang dipecahkannya, serta hubungannya dengan
cabang ilmu hukum lainnya.4
Terdapat pertentangan antara ahli sosiologi dan ahli hukum mengenai keabsahan
sosiologi hukum. Ahli hukum memerhatikan masalah quid juris, sementara ahli sosiologi
bertugas menguraikan quid facti: mengembalikan fakta-fakta sosial kepada kekuatan
hubungan-hubungan. Sosiologi hukum dipandang oleh ahli hukum dapat menghancurkan
semua hukum sebagai norma, asas yang mengatur fakta-fakta, sebagai suatu penilaian. Para
ahli khawatir, kehadiran sosiologi hukum dapat menghidupkan kembali penilaian baik-buruk
(value judgement) dalam penyelidikan fakta sosial.5
1
Alvin S. Johnson, Sosiologi Hukum, diterjemahkan oleh Rinaldi Simamora, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal.
1.
2
Ibid., hal. 10.
3
Esmi Warassih, Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis, (Semarang: Suryandaru Utama, 2005), hal. 2.
4
Alvin S. Johnson, op. cit., hal. 9.
5
Loc. cit.
1
Terdapat perbedaan antara sosiologi hukum yang dikenal di Eropa dan ilmu hukum
sosiologis yang dikenal di Amerika Serikat. Sosiologi hukum memusatkan penyelidikan di
lapangan sosiologi dengan membahas hubungan antargejala kehidupan kelompok dengan
“hukum”. Sementara itu, ilmu hukum sosiologis menyelidiki ilmu hukum serta hubungannya
dengan cara menyesuaikan hubungan dan tertib tingkah-laku dalam kehidupan kelompok.6
Sosiologi hukum berkembang atas suatu anggapan dasar bahwa proses hukum
berlangsung di dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan masyarakat.9 O.W.
Holmes, seorang hakim di Amerika Serikat, mengatakan bahwa kehidupan hukum tidak
berdasarkan logika, melainkan pengalaman.10
Menurut Soerjono Soekanto, ruang lingkup sosiologi hukum meliputi (1) pola-pola
perilaku (hukum) warga masyarakat, (2) hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan
wujud dari kelompok-kelompok sosial, dan (3) hubungan timbal-balik antara perubahan-
perubahan dalam hukum dan perubahan-perubahan sosial dan budaya.11
6
Ibid., hal. 10.
7
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1980), hal. 4.
8
Esmi Warassih, op. cit., hal. 3.
9
Soerjono Soekanto, loc. cit.
10
Alvin S. Johnson, op. cit., hal. 11.
11
Soerjono Soekanto, op. cit., hal 10-11.
12
Alvin S. Johnson, op. cit., hal. 3.
13
Soerjono Soekanto, loc. cit.
14
Ibid., hal. 22.
2