Anda di halaman 1dari 2

AHMAD PORWO EDI ATMAJA

Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro


Tugas Sosiologi Hukum

Sosiologi Hukum:
Ruang Lingkup dan Kegunaannya

Mengapa sosiologi menempati kedudukan penting dalam kajian ilmu hukum di dunia,
terutama di Indonesia? Karena, seperti dikatakan Roscoe Pound, sosiologi bisa memperjelas
pengertian “hukum” dan segala sesuatu yang berdiri di belakang gejala-gejala ketertiban
umum, yang dapat diamati oleh ahli hukum.1

Kemajuan terpenting dalam ilmu hukum modern, demikian Roscoe Pound, adalah
perubahan pandangan analitis ke fungsional. Sikap fungsional menuntut supaya hakim, ahli
hukum, dan pengacara mengingat adanya hubungan antara hukum dan kenyataan sosial yang
hidup.2 Sementara itu, menurut Esmi Warassih, antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu hukum
mempunyai hubungan yang saling melengkapi dan memengaruhi. Perbedaan fungsi antara
keduanya boleh dikata hanya bersifat marjinal.3

Sebagai cabang sosiologi yang terpenting, sosiologi hukum masih dicari perumusannya.
Kendati selama puluhan terakhir semakin mendapat perhatian dan aktual, sosiologi hukum
belum memiliki batas-batas tertentu yang jelas. Ahli-ahlinya belum menemukan kesepakatan
mengenai pokok persoalannya, atau masalah yang dipecahkannya, serta hubungannya dengan
cabang ilmu hukum lainnya.4

Terdapat pertentangan antara ahli sosiologi dan ahli hukum mengenai keabsahan
sosiologi hukum. Ahli hukum memerhatikan masalah quid juris, sementara ahli sosiologi
bertugas menguraikan quid facti: mengembalikan fakta-fakta sosial kepada kekuatan
hubungan-hubungan. Sosiologi hukum dipandang oleh ahli hukum dapat menghancurkan
semua hukum sebagai norma, asas yang mengatur fakta-fakta, sebagai suatu penilaian. Para
ahli khawatir, kehadiran sosiologi hukum dapat menghidupkan kembali penilaian baik-buruk
(value judgement) dalam penyelidikan fakta sosial.5

1
Alvin S. Johnson, Sosiologi Hukum, diterjemahkan oleh Rinaldi Simamora, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal.
1.
2
Ibid., hal. 10.
3
Esmi Warassih, Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis, (Semarang: Suryandaru Utama, 2005), hal. 2.
4
Alvin S. Johnson, op. cit., hal. 9.
5
Loc. cit.
1
Terdapat perbedaan antara sosiologi hukum yang dikenal di Eropa dan ilmu hukum
sosiologis yang dikenal di Amerika Serikat. Sosiologi hukum memusatkan penyelidikan di
lapangan sosiologi dengan membahas hubungan antargejala kehidupan kelompok dengan
“hukum”. Sementara itu, ilmu hukum sosiologis menyelidiki ilmu hukum serta hubungannya
dengan cara menyesuaikan hubungan dan tertib tingkah-laku dalam kehidupan kelompok.6

Memang, sebagaimana dikatakan Soerjono Soekanto, untuk mengetahui hukum yang


berlaku, sebaiknya seseorang menganalisis gejala-gejala hukum dalam masyarakat secara
langsung: meneliti proses-proses peradilan, konsepsi-konsepsi hukum yang berlaku dalam
masyarakat (semisal tentang keadilan), efektivitas hukum sebagai sarana pengendalian sosial,
serta hubungan antara hukum dan perubahan-perubahan sosial.7 Perkembangan masyarakat
yang susunannya sudah semakin kompleks serta pembidangan kehidupan yang semakin maju
dan berkembang menghendaki pengaturan hukum juga harus mengikuti perkembangan yang
demikian itu.8

Sosiologi hukum berkembang atas suatu anggapan dasar bahwa proses hukum
berlangsung di dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan masyarakat.9 O.W.
Holmes, seorang hakim di Amerika Serikat, mengatakan bahwa kehidupan hukum tidak
berdasarkan logika, melainkan pengalaman.10

Menurut Soerjono Soekanto, ruang lingkup sosiologi hukum meliputi (1) pola-pola
perilaku (hukum) warga masyarakat, (2) hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan
wujud dari kelompok-kelompok sosial, dan (3) hubungan timbal-balik antara perubahan-
perubahan dalam hukum dan perubahan-perubahan sosial dan budaya.11

Sosiologi hukum memiliki kegunaan yang bermacam-macam. Pertama, sosiologi hukum


mampu memberi penjelasan tentang satu dasar terbaik untuk lebih mengerti Undang-undang
ahli hukum ketimbang hukum alam, yang kini tak lagi diberi tempat, tetapi tempat kosong
yang ditinggalkannya perlu diisi kembali.12 Kedua, sosiologi hukum mampu menjawab
mengapa manusia patuh pada hukum dan mengapa dia gagal untuk menaati hukum tersebut
serta faktor-faktor sosial lain yang memengaruhinya.13

Ketiga, sosiologi hukum memberikan kemampuan-kemampuan bagi pemahaman


terhadap hukum di dalam konteks sosial. Keempat, sosiologi hukum memberikan
kemampuan-kemampuan untuk mengadakan analisis terhadap efektivitas hukum dalam
masyarakat, baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana untuk mengubah masyarakat,
maupun sarana untuk mengatur interaksi sosial, agar mencapai keadaan-keadaan sosial
tertentu. Kelima, sosiologi hukum memberikan kemungkinan dan kemampuan-kemampuan
untuk mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum di dalam masyarakat.14 []

6
Ibid., hal. 10.
7
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1980), hal. 4.
8
Esmi Warassih, op. cit., hal. 3.
9
Soerjono Soekanto, loc. cit.
10
Alvin S. Johnson, op. cit., hal. 11.
11
Soerjono Soekanto, op. cit., hal 10-11.
12
Alvin S. Johnson, op. cit., hal. 3.
13
Soerjono Soekanto, loc. cit.
14
Ibid., hal. 22.
2

Anda mungkin juga menyukai