Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN

DI INDUSTRI PATUNG PANDU MUKTI DESA BANGUNJIWO, KASIHAN,


BANTUL
Dosen Pengampu: Bambang Suwerda SKM, M.Kes
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Disusun oleh :
Kelompok 2
Regita Ika Yasmin ( P07133216019 )
Guruh Candra Firmansyah ( P07133216037 )
Annisa Adnin Aulia ( P07133216038 )
Arief Numan Anafise ( P07133216039 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Belajar Lapangan Mata Kuliah Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas Kasihan I Bantul dan di masyarakat sekitar Puskesmas Kasihan I Bantul ini telah
memperoleh persetujuan dari Dosen Pengampu Mata Kuliah, dan pejabat yang berwenang pada,

Hari :

Tanggal :
Yogyakarta, 28 Mei 2019

Menyetujui,

Dosen Mata Kuliah Pembimbing Puskesmas

Bambang Suwerda, SST, Msi Y. Agung Mulyotomo, Am.KL

NIP. 196907091994031002 NIP. 196808191992031009

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Kasihan I Ketua Jurusan Kesehatan


Lingkungan

Mohammad Mirza Fauzi,SST,Mkes


Dr. Ratna Ikawati
NIP. 197707191991031002
NIP. 198308142009032013

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktik Belajar Lapangan yang
wajib ditempuh oleh mahasiswa di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta. Laporan ini disusun sebagai pelengkap Praktik Belajar Lapangan di Puskesmas
Kasihan I, Bantul.
Dengan selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan – masukan kepada kami. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi kemudahan kepada kami dalam melaksanakan
praktik dan penyusunan laporan.
2. Mohammad Mirza Fauzi, SST, Mkes selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
3. dr. Ratna Ikawati selaku Kepala Puskesmas Bambanglipuro.
4. Y. Agung Mulyotomo, Am.KL selaku sanitarian dan pembimbing PBL di
Puskesmas Kasihan I.
5. Ismiyatun, Am.KL selaku sanitarian dan pembimbing PBL di Puskesmas Kasihan
I.
6. Seluruh staff dan karyawan Kasihan I
7. Narto, BE, STP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Praktik Belajar Lapangan
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Yogyakarta, 22 Juni 2019

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... 1

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 3

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 5


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 6
C. Tujuan ................................................................................................................................. 7
D. Manfaat ............................................................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ADKL ....................................................................................................................................... 8
B. Industri ................................................................................................................................ 9
C. Kriya ................................................................................................................................. 10
D. Iklim Kerja ........................................................................................................................ 11
E. Debu ........................................................................................................................................ 13
F. APD .................................................................................................................................. 16

BAB III METODE PELAKSANAAN

A. Jenis Kegiatan ................................................................................................................... 18


B. Waktu Pelaksanaan ........................................................................................................... 18
C. Jalannya Kegiatan ............................................................................................................. 19
D. Analisis Data ..................................................................................................................... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Kegiatan............................................................................................... 24


B. Hasil .................................................................................................................................. 27
C. Pembahasan ...................................................................................................................... 30

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 41
B. Rekomendasi ..................................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 44

LAMPIRAN.................................................................................................................................. 45

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan hidup ialah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan
dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya, sedangkan pencemaran lingkungan hidup adalah masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan (UU No.32 tahun 2009 Pasal 1).
Menurur Prof. Dr. I. Sapardi, faktor-faktor pencemaran lingkungan hidup
meliputi faktor geografik (iklim, perubahan cuaca, kesuburan tanah, dan erosi),
faktor sosial budaya (tingkat ilmu dan pengetahuan masyarakat, tingkat teknologi
yang dimiliki masyarakat, serta perilaku manusia), dan ekosistem (lingkungan
biotik, abiotik, dan proses ekosistem).
Pencemaran lingkungan hidup tidak terlepas dari perilaku manusia. Salah
satu perilaku manusia adalah aktivitas dalam kegiatan industri rumahan.
Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik
yang berada pada kendaraan itu. Peralatan teknik yang dimaksud adalah mesin
kendaraan yang menggerakkan kendaraan agar fungsinya sebagai alat transportasi
semakin mudah dan cepat sampai ke tujuan (PP No.41 Tahun 1993).
Pembangunan yang pesat di Kecamatan Kasihan, Bantul memberikan pula
dampak negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Hal ini
terjadi karena pembangunan yang kurang memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan setempat, yang pada akhirnya meningkatkan
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pencemaran kerusakan lingkungan hidup tersebut menjadi beban sosial, yang
pada akhirnya masyarakat dan pemerintah yang harus menanggung biaya
pemulihannya. Apabila hal ini dibiarkan terus-menerus akan berakibat pada
masalah-masalah yang semakin kompleks dan sulit penanganannya. Oleh
karenanya pembangunan yang harus dilakukan adalah pembangunan yang
berwawasan lingkungan yaitu pembangunan yang memadukan lingkungan hidup
dengan sumber daya alam, untuk mencapai keberlanjutan pembangunan yang

5
menjadi jaminan bagi kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini
dangenerasi masa depan.
Dengan melihat tantangan pengembangan ekonomi dimasa mendatang yang
semakin ketat sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi.
Tuntutan terhadap kebutuhan ekonomi dan sumber daya manusia menjadi lebih
kompetitif mengharuskan lapangan pekerjaan yang dihasilkan oleh industri
menjadi lebih berkualitas. Sebagai penghasil kerajinan patung yang berkualitas
dan memiliki kompetensi penyelenggaraan pemenuhan ekonomi harus mampu
menjadi penyokong ekonomi bagi masyarakat di sekitarnya. Dari kegiatan
produksi, penyediaan fasilitas Alat Pelindung Diri (APD) dan wawasan akan
pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) masih belum optimal karena
merupakan masalah utama yang mempengaruhi kelancaran proses produksi
sehingga perlu menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi pekerja
serta masyarakat yang ada di sekitarnya.
Pandu Mukti merupakan salah satu industri yang menghasilkan kerajinan
patung dibawah wilayah kerja Puskesmas Kasihan I dimana lokasi industri ini
berada di tengah pemukiman. Bertempat di Lemahdadi RT03, Bangunjiwo,
Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan produksi di Industri Pandu Mukti memiliki 23 karyawan yang
dibagi dalam beberapa bagian proses pembuatan patung. Mulai dari desain,
pemahatan, pengamplasan dan pewarnaan/pengecetan. Kegiatan produksi
berlangsung selama 6 hari kerja dalam seminggu. Hasil dari kegiatan selain
patung juga menghasilkan limbah berupa polutan debu, potongan kayu, serta
partikel-partikel udara yang dihasilkan dari semen dan proses pengecatan.
Limbah-limbah yang dihasilkan ini dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dan
ketidak nyamanan warga yang tinggal di sekitar industri.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam


analisis dampak kesehatan industri patung Pandu Mukti, yaitu “Apa saja
dampak kesehatan lingkungan yang ditimbulkan oleh industri patung Pandu
Mukti?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh keberadaan industri patung Pandu Mukti terhadap
dampak kesehatan ligkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh keberadaan industri patung Pandu Mukti terhadap
dampak kadar debu.

b. Mengetahui pengaruh keberadaan industri patung Pandu Mukti terhadap


dampak iklim kerja.

c. Mengetahui pengaruh keberadaan industri patung Pandu Mukti terhadap


dampak penggunaan APD.

D. Maanfaat
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Bantul
Membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan,
perencanaan, dan pengelolaan lingkungan dalam hal pengendalian dampak
negatif dan dampak positif yang meliputi aspek biofisik, sosial ekonomi
budaya dan kesehatan masyarakat di sekitar industri patung Pandu Mukti.
2. Bagi Masyarakat sekitar Industri Patung Pandhu Mukti
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pemajanan polutan
debu terutama yang diakibatkan oleh aktivitas produksi kerajinan patung.
Selain itu, memberikan informasi mengenai bahaya dan mengatasi dampak
paparan debu, iklim kerja, dan penggunaan APD sebagai polutan atau sasaran
kajian

7
serta penanggulangan terkait dampak paparan polutan khususnya pada
industri patung Pandu Mukti.
3. Bagi Pekerja Industri Patung Pandu Mukti
Membantu memberi kontrol kualitas kerja yang baik terkait dampak
lingkungan di industri patung Pandu Mukti.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan


1. Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
ADKL pada dasarnya merupakan model pendekatan guna mengkaji
dan atau menelaah secara mendalam untuk mengenal, memahami dan
memprediksi kondisi karakteristik lingkungan yang berpotensi terhadap
timbulnya resiko kesehatan, dengan mengembangkan tatalaksana terhadap
sumber perubahan media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak
kesehatan yang terjadi.
Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna menelaah
rencana usaha atau kegiatan dalam tahapan pelaksanaan maupun pengelolaan
kegiatan serta melakukan penilaian guna menyusun atau mengembangkan
upaya pemantauan maupun pengelolaan untuk mencegah, mengurangi, atau
mengelola dampak kesehatan masyarakat akibat suatu usaha atau kegiatan
pembangunan.
a. Proses ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok yaitu :
1) Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana usaha atau
kegiatan pembangunan baik yang wajib atau tidak wajib
menyusun studi AMDAL.
2) Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan
lingkungan dalam rangka pengelolaan kualitas lingkungan hidup
yang terkait erat dengan masalah kesehatan masyarakat.
b. Telaah ADKL sebagai kajian aspek kesehatan masyarakat meliputi :
1) Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak
rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.
2) Proses dan potensi terjadinya pemajanan
3) Potensi besarnya dampak \ risiko terjadinya penyakit (angka
kesakitan dan angka kematian).
4) Karakteristik penduduk yang beresiko.
5) Sumber daya kesehatan.

9
6) Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses
penyebaran penyakit.

c. Telaah tersebut dilakukan dengan penilaian / analisis pada :


1) Sumber dampak atau sumber emisi (simpul 1).
2) Media lingkungan sebelum kontak dengan manusia ( simpul
2)
3) Penduduk terpajan. ( simpul 3 )
4) Potensi Dampak Kesehatan ( simpul 4 )

2. Penerapan ADKL dalam AMDAL


Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomer : 876 / Menkes /
SK / VIII / 2001 tentang Pedoman Tehnis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan bahwa penerapan ADKL pada Rencana Usaha atau kegiatan
yang wajib AMDAL, ADKL di terapkan dalam menilai dokumen yang
meliputi :
a. Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan ( KA – ANDAL)
b. Analisis Dampak Lingkungan ( ANDAL ).
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan ( RKL ).
d. Rencana Pemantauan Lingkungan ( RPL )

B. Industri
1. Pengertian Industri
Industri adalah suatu usaha, proses atau kegiatan pengolahan bahan
baku baik bahan mentah ataupun bahan setengah jadi agar menjadi barang
yang bernilai ekonomis lebih tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Industri di definisikan sebagai
perusahaan untuk membuat, memproduksi atau menghasilkan barang-barang.
Industri dapat menjadi tolak ukur akan kemajuan dan kemakmuran
suatu negara. Negara Industri identik dengan negara maju. Seperti Prancis,
Inggris, Amerika, semua adalah contoh negara industri yang kini menjadi
negara-negara besar di dunia yang sangat di perhitungkan. Sedangkan
Indonesia, yang saat ini di kenal sebagai negara agraris merupakan negara
yang masih berada dalam fase berkembang. Karena itu Indonesia demi

10
memakmurkan rakyatnya mulai berusaha untuk membangun industri.
Pembangunan suatu industri memiliki tujuan dan syarat.
2. Tujuan dibangunnya industri
a. Menciptakan dan memperluas lapangan kerja
b. Memperkokoh struktur ekonomi nasional
c. Memberi dan meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha
d. Mengurangi ketergantungan pada barang-barang impor
e. Menghasilkan dan menghemat devisa negara
f. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan-bahan hasil industri
baik barang pangan, sandang ataupun bahan bangunan
3. Syarat pembangunan industri
a. Memiliki modal yang cukup
b. Ketersediaan bahan mentah dan bahan setengah jadi yang melimpah
c. Tersedianya tenaga kerja baik tenaga ahli maupun tenaga kerja
terampil
d. Adanya permintaan dari pasar
e. Proses pengolahan dan pemasaran yang baik
f. Transportasi yang lancar dan memadai
g. Situasi politik yang mendukung dan keamanan yang terjamin

C. Kriya
1. Pengertian Kriya
Kriya atau hastakarya, kerajinan tangan adalah kegiatan seni yang
menitik-beratkan kepada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah
bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang
tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis.
Kriya bisa "meminjam" banyak pengetahuan dalam seni rupa murni
seperti cara mematung atau mengukir untuk menghasilkan produk, namun
tetap dengan tidak terlalu berkonsentrasi kepada kepuasan emosi seperti lazim
terjadi misalnya pada karya lukis dan patung. Kriya juga lebih sering
mengikuti tradisi daripada penemuan yang sering ditemukan secara individu
oleh seorang perupa. Kriya bisa berbentuk karya dari tanah, batu, kain, logam
ataupun kayu.

11
2. Seni Kriya Patung
Patung adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara
khusus sebagai suatu karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut
pematung. Tujuan penciptaan patung adalah untuk menghasilkan karya seni
yang dapat bertahan selama mungkin. Karenanya, patung biasanya dibuat
dengan menggunakan bahan yang tahan lama dan sering kali mahal, terutama
dari perunggu dan batu seperti marmer, kapur, dan granit. Kadang, walaupun
sangat jarang, digunakan pula bahan berharga seperti emas, perak, jade, dan
gading. Bahan yang lebih umum dan tidak terlalu mahal digunakan untuk
tujuan yang lebih luar, termasuk kayu, keramik, dan logam. Bahan
manufaktur seperti resin juga kerap kali digunakan karena durabilitas dan
harganya yang relatif murah.
Pada masa lalu patung dijadikan sebagai berhala, simbol Tuhan atau
Dewa yang disembah. Tapi seiring dengan makin rasionalnya cara berfikir
manusia, maka patung tidak lagi dijadikan berhala melainkan hanya sebagai
karya seni belaka. Fenomena pemberhalaan patung ini terjadi pada agama-
agama atau kepercayaan-kepercayaan yang politeisme seperti terjadi di Arab
sebelum munculnya agama samawi. Lihat juga arca. Mungkin juga dalam
Hindu kuno di India dan Nusantara, dalam agama Buddha di Asia, Konghucu,
kepercayaan bangsa Mesir kuno dan bangsa Yunani kuno. Salah satu fungsi
patung terdapat dibawah ini.

D. Iklim Kerja
1. Pengertian Iklim Kerja
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembaban udara,
kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. Cuaca kerja
yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan dapat
menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan
produktivitas kerja (Subaris, dkk, 2008).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor,
iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi akibat dari tingkat pengeluaran panas dari
tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya (PER.13/MEN/X/2011).

12
Suhu di tempat kerja dapat dipengaruhi dari mesin dan faktor
lingkungan di tempat kerja. Selama tubuh beraktivitas maka tubuh secara
otomatis akan memelihara dan menyeimbangkan antara panas lingkungan
yang diterima dengan panas dari dalam tubuh melalui kehilangan panas dalam
tubuh.
Suhu nyaman bagi orang Indonesia adalah antara 24 - 26°C. suhu yang
lebih dingin mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau kurangnya
koordinasi otot dan suhu panas sendiri akan berakibat menurunkan prestasi
kerja berfikir. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu
reaksi dan memperlambat waktu pengambilan keputusan, mengganggu
kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi saraf perasa motoris, serta
memudahkan emosi untuk dirangsang, maka dari itu bekerja pada lingkungan
kerja yang tinggi dapat membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja
sehingga perlu upaya penyesuaian waktu kerja dan penyelenggaraan
perlindungan yang tepat (Suma’mur, 2014).
2. Sumber Panas Lingkungan Kerja
Menurut Suma’mur (2014), terdapat tiga sumber panas pada lingkungan kerja,
yaitu:
a. Iklim kerja setempat. Keadaan udara di tempat kerja, ditentukan oleh
faktor-faktor keadaan antara lain suhu udara, penerangan, kecepatan
gerakan udara dan sebagainya.
b. Proses produksi dan mesin. Mesin mengeluarkan panas secara nyata
sehingga lingkungan kerja menjadi panas.
c. Kerja otot. Tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan memerlukan
energi yang diperlukan dalam proses oksidasi untuk menghasilkan
energi berupa panas.
3. Pengaruh Iklim Kerja terhadap Karyawan
Menurut Gesang (2011), terdapat enam pengaruh iklim kerja yang tidak
sesuai terhadap tenaga kerja, yaitu sebagai berikut:
a. Gangguan perilaku dan performa kerja, seperti terjadinya kelelahan,
sering melakukan istirahat curian dan lain-lain.
b. Dehidrasi, yaitu suatu kondisi kehilangan cairan tubuh yang berlebihan
yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun
karena gangguan kesehatan).

13
c. Heat rash, seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat
kondisi kulit terus basah.
d. Heat cramps, merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki)
akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium
dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu
banyak dengan sedikit garam natrium.
e. Heat syncope, keadaan yang disebabkan karena aliran darah ke otak tidak
cukup karena sebagian besar aliran darah di bawah ke permukaan kulit
atau perifer yang disebabkan pemaparan suhu tinggi.
f. Heat exhaustion, keadaan yang terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu
banyak cairan dan atau kehingan garam, dengan gejalanya: mulut kering,
sangat haus, lemah, dan sangat lelah.

E. Debu
1. Pengertian Debu
Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh
kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran,
peleburan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan-
bahan baik organik maupun anorganik, misalnya batu, kayu, bijih, logam,
arang batu, butir-butir zat, dan sebagainya. Misalnya debu kayu, kapas,
asbes, dan lain-lain.
Menurut WHO ukuran debu partikel yang membahayakan adalah
berukuran 0,1–5 atau 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran
debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron. Untuk debu
kayu keras seperti debu kayu mahoni atau lingua telah ditetapkan oleh
Depnaker dalam surat Edaran Menteri TenagaKerja No:SE 01/MEN/1997
tentang nilai ambang batas debu kayu diudara lingkungan kerja adalah
sebesar 1 mg/m3. Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit
ataugangguan pada saluran pernapasan akibat debu. Faktor itu antaralain
adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk,konsentrasi.
Daya larut dan sifat kimiawi, lama paparan. Faktorindividu meliputi
mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologisaluran napas dan
faktor imunologis.
a. Ukuran Debu

14
1) Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisapakan
tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas.
2) Debu yang berukuran antara 3-5 mikron tertahan dan
tertimbun pada saluran napas tengah.
3) Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut debu
respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan
dan tertimbun mulai dari bionkiolus terminalis sampai alveoli.
4) Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah
mengendap di alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1-
0,5mikron berdifusi dengan gerak brown keluar masuk alveoli,
bila membentur alveoli debu dapat tertimbun di situ.
Meskipunbatas debu respirabel adalah 5 mikron, tetapi debu
dengan ukuran 5-10 mikron dan kadar yang berbeda dapat
masuk kedalam alveoli.
5) Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan
semuanya bila jumlahnya kurang dari 10 partikel/m3. Bila
jumlahnya 1.000 partikel/m3 udara, maka 10% dari
jumlahituakan ditimbun dalam paru.
b. Jenis Debu
Debu yang non fibrogenik adalah debu yang tidakmenimbulkan
reaksi jaring paru, contohnya adalah debu besi, kapur, timah.Debu ini
dulu dianggap tidak merusak paru disebut debu inert. Belakangan
diketahui bahwa tidak ada debu yang benar-benar inert. Dalam dosis
besar, semua debu bersifat merangsang dan dapat menimbulkan reaksi
walaupun ringan. Reaksi itu berupa produksi lendir berlebihan, bila terus-
menerus berlangsung dapat terjadi hiperplasi kelenjar mukus. Jaringan
paru juga dapat berubah dengan terbentuknya jaringan ke ikat
retikulin. Penyakit paru ini disebut pneumokoniosis nonkolagen. Debu
fibrogenik dapat menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga terbentuk
jaringan paru (fibrosis). Penyakit ini disebut pneumoconiosis kolagen.
Termasuk jenis ini adalah debu silika bebas, batu bara dan asbes. Dari
sifatnya debu dikategorikan pada:
1) Sifat pengendapan, yaitu debu yang cenderung selalu
mengendap karena gaya grafitasi bumi.

15
2) Sifat permukaan basah, sifatnya selalu basah dilapisi oleh
lapisan air yang sangat tipis.
3) Sifat penggumpalan, karena sifat selalu basah maka debusatu
dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk
gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi
danadanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk
gumpalan.
4) Debu listrik statik, debu mempunyai sifat listrik statis yang
dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan demikian
partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya
penggumpalan.
5) Sifat opsis, partikel yang basah/lembab lainnya dapat
memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
Dari macamnya debu juga dapat dikelompokkan antara lain:
1) Debu organik (debu kapas, debu daun-daunan, tembakau dan
sebagainya).
2) Debu mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2,
SiO3,arang batu dan lain-lain), dan
3) Debu metal (debu yang mengandung unsur logam : Pb,
Hg,Cd, Arsen, dan lain-lain).

Dari segi karakter zat nya debu terdiri atas:

1) Debu fisik (debutanah, batu, mineral, fiber),


2) Debu kimia (mineral organik dan anorganik,
3) Debu biologis (virus, bakteri, kista), dan
4) Debu radioaktif

Pada tempat kerja, jenis-jenis debu ini dapat ditemui


dikegiatan pertanian, pengusaha keramik, pengusaha mebel kayu,batu
kapur, batu bata, pengusaha kasur, pasar tradisional, pedagang
pinggir jalan dan lain-lain.

16
F. Alat Pelindung Diri (APD)
1. Pengertian APD
Menurut Tarwaka, Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat
keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuhnya darikemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya
lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Menurut
Budiono, Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan
tenagakerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya
potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidak secara sempurna dapat
melindungi tubuhnya, tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang
mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai
pelengkap pengendalian teknis atau pengendalian administratif. Sedangkan
menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi nomor
PER.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri, Alat Pelindung Diri
selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau
seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Pengusaha wajib
menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Dalam pasal 4
ayat satu pada PER.08/MEN/VII/2010 disebutkan APD wajib digunakan
di tempat kerja di mana:
1) Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang
dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
2) Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan,
diangkut atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak,
mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi,
bersuhu tinggi atau bersuhu rendah;
3) Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah
dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan;
4) Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan
hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan
lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;

17
5) Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan,
gas, minyak, panas bumi, atau mineral lainnya, baik di
permukaan, di dalam bumi maupun di dasar perairan;
6) Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik
di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air
maupun di udara;
7) Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu,
dermaga, dok, stasiun, bandar udara dan gudang;
8) Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain
di dalam air;
9) Dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan;
10) Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi
atau rendah;
11) Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun
tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau
terperosok, hanyut atau terpelanting;
12) Dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau
lubang;
13) Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api,
asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
atau getaran;
14) Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
15) Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi
radio, radar, televisi, atau telepon;
16) Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan
atau riset yang menggunakan alat teknis;
17) Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan
atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan
18) Diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi
listrik atau mekanik.

18
BAB III

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Jenis Kegiatan
Pada hari Selasa, 21 Mei 2019 kami berkunjung ke Industri Patung Pandhu
Mukti untuk mengurus perizinan dan melakukan observasi di lingkungan
industri. Lalu kegiatan kami lanjutkan setelah mendapat perizinan yaitu adalah
wawancara terkait dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh industri ke
masyarakat di sekitar industri. Pada tanggal 17 Juni 2019 kami melakukan
pengambilan sampel untuk pengukuran kadar debu, kebisingan, pencahayaan
dan melakukan wawancara ke para pekerja di Industri Patung Pandhu Mukti.
Setelah pengukuran dan pengambilan sampel kami melakukan pemeriksaan
laboratorium di Laboratorium Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Lalu masuk
ketahap pembuatan laporan.
B. Waktu Pelaksanaan
1. Kunjungan Hari I
a. Hari/Tanggal : Selasa, 21 Mei 2019
b. Waktu : 13.00 – 13.30
c. Materi : Survey awal lokasi dan mengurus perizinan
d. Tempat : Indusri Pandu Mukti. Lemahdadi RT03, Bangunjiwo,
Kasihan, Bantul
2. Kunjungan Hari II
a. Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Juni 2019
b. Waktu : 10.00-12.00
c. Materi : Wawancara masyarakat
d. Tempat : Sekitar Lemahdadi RT03, Bangunjiwo, Kasihan,
Bantul
3. Kunjungan Hari III
a. Hari/Tanggal : Senin, 17 Juni 2019
b. Waktu : 10.00-12.00
c. Materi : Mengukur Debu, Iklim Kerja, dan Observasi

19
d. Tempat : Indusri Pandu Mukti. Lemahdadi RT03, Bangunjiwo,
Kasihan, Bantul

Pemeriksaan Laboratorium
Hari/Tanggal : Senin, 17 Juni 2019
Waktu : 09.00 dan 12.30-16.00 WIB
Pengunjung : semua anggota kelompok
Materi : Pemeriksaan Kadar Debu di Tempat Kerja Pandu Mukti
Tempat : Laboratorium Kimia Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

C. Lokasi Kegiatan
Industri Patung Pandu Mukti yang terletak di Lemahdadi RT03, Desa
Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.

D. Jalannya Kegiatan
1. Mengurus Perizinan dengan pemilik industri
2. Wawancara
a. Pemilik Industri Patung Pandu Mukti
b. Masyarakat sekitar industri
c. Karyawan di Industri Patung
3. Pengukuran
- Kadar debu
Bahan :
 Glass Fiber Filter
Alat :
a) LVAS ( Low Volume Air Sampler)
b) Sumber listrik
c) Roll kabel
d) Almari pengering (oven)
e) Pinset
f) Desikator
g) Neraca Analitik

20
Prosedur Kerja :

a) Glass filter dikeringkan dalam oven 105oC selama 1 jam,


didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang dalam
neraca analitik (A gram).
b) Filter dipasang pada filter holder.
c) Pasang inlet LVAS setinggi 1,5 meter, selanjutnya atur kecepatan
udara sebesar 2 lpm, paparkan 30 menit.
d) Oven glass filter dalam oven 105oC selama 1 jam dan masukkan
dalam desikator 30 menit lalu timbang dengan neraca analitik ( B
gram).
e) Catat hasil dan masukkan ke rumus.
- Kebisingan
Alat dan Bahan :
a) Sound Level Meter
b) Formulir Bis-1
c) Formulir Bis-2
d) Stopwach

Prosedur Kerja :

a) Cek baterai Sound Level Meter.


b) Letakkan SLM pada ketinggian 1-1,2 meter.
c) Hidupkan SLM dengan tombol switch on/off.
d) Stel respon F (fast) pada jenis kebisingan continue dan S pada
kebisingan fluktuatif.
e) Catat angka yang mucul pada display tiap 5 detik.
f) Catat dan masukkan pada formulir Bis-1.
g) Pengukuran dilakukan selama 10 menit (120 angka)
h) Lakukan pengelompokan pada formulir bis-2.
i) Hitung tingkat kebisingan dengan rumus.
- Pencahayaan
Alat dan Bahan
a) Lux meter
b) Manual prosedur penggunaan alat

21
Prosedur kerja :

a) Cek baterai pada Lux Meter.


b) Hidupkan Lux meter.
c) Tentukan titik-titik pengukuran.
d) Paparkan sensor cahaya ke titik pengukuran.
e) Paparkan dengan menutup sensor cahaya dengan tangan lalu
membukanya selama 3 detik dan catat hasilnya.
f) Lakukan hal yang sama pada titik yang lain.
4. Pemeriksaan Laboratorium
5. Menyusun Laporan ADKL

E. Analisis Data
1. Transformasi dan Mekanisme Transport Debu
Penyebaran peencemaran udara berupa debu dari sumber hingga jarak
1 km dipengaruhi oleh kecepatan angin dan arah angin, dari hasil pengukuran
kecepatan angin didapatkan hasil + 1,5 meter/detik. Pencemaran tersebut
menyebar mengikuti arah angin yang kemudian mencemari kualitas udara di
masyarakat dan menyebabkan kontak antar masyarakat dengan bahan
pencemar.
Pencemaran udara tertinggi berada di jam kerja antara jam 08.00-16.00
WIB. Setelah jam kerja selesai kualitas udara kembali baik. Keberadaan debu
tak hanya berasal dari sisa produksi patung dari tempat industri namun juga
berasal dari lalu lintas kendaraan juga musim panas yang banyak membawa
angin.

2. Transformasi dan Mekanisme Transport Iklim Kerja


Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang
ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya
efisiensi dan produktivitas.
Iklim kerja panas yang berada di industri patung dipengaruhi oleh suhu
ruang yang panas di tempat kerja serta kegiatan fisik saat kerja. Dimana semua
proses produksi dilakukan secara manual bukan dengan mesin. Sedangkan
suhu panas yang didapat pekerja dapat mempengaruhi kelincahan,

22
mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi saraf perasa
motoris, serta memudahkan emosi untuk dirangsang, maka dari itu bekerja
pada lingkungan kerja yang tinggi dapat membahayakan bagi keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga perlu upaya penyesuaian waktu kerja dan
penyelenggaraan perlindungan yang tepat (Suma’mur, 2014).
3. Kepatuhan Menggunakan APD
Dalam kegiatannya, pekerja di industri patung Pandu Mukti sudah
memakai APD berupa masker dan sarung tangan. Guna APD memang tidak
secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi dapat mengurangi
tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap
dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis atau pengendalian
administratif.
Dalam kegiatan di industrinya, pengusaha wajib menyediakan APD
bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Guna mengurangi resiko kerugian
dalam hasil produksi juga dalam sisi ekonomi.

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Kegiatan


a. Deskripsi Lokasi
1) Keadaan Geografis
Jalan Ngentak-Kalindaru terletak di Desa Bangunjiwo, Kasihan, Bantul
merupakan salah satu jalan utama menuju Dukuh Ngentak yang
menghubungkan Jalan Ngentak dan Jalan Kalindaru. Titik awal ditandai
dengan pertigaan Tugu Pensil. Di sepanjang jalan Ngentak-Kalindaru
terdapat beberapa bangunan rumah, bengkel, pertokoan, salon, angkringan,
gereja, masjid, sekolah dasar, toserba, makam dan beberapa industri
kerajinan patung lain. Selain bangunan, di sepanjang bahu jalan terdapat
pepohonan yang berfungsi sebagai perindang/peneduh.
Kondisi jalan tersebut merupakan jalan beraspal, luas, padat dan di
beberapa sisinya terdapat kerusakan jalan akibat sering dilalui oleh
kendaraan bermuatan besar seperti truk pengangkut patung dan pasir. Secara
umum (tanpa pengukuran) kualitas udara di jalan tersebut masih tergolong
dalam keadaan baik, karena di sepanjang bahu jalan terdapat pohon
perindang/peneduh, meskipun di area bengkel dan pertokoan tidak terdapat
tanaman yang mampu digunakan sebagai perindang atau penyerap polutan.
Secara Umum Geografis Industri patung Pandawa Mukti terletak
diantara 110° 18.176 Bujur Timur, 7° 50.187′ Lintang Selatan.
Secara umum luas wilayah kerja Puskesmas Kasihan I dengan ibukota
Kecamatan berjarak kurang lebih 5 km, dengan Desa Bangunjiwo berjarak
300 meter dan dengan Desa Tamantirto berjarak 3 km. Secara administratif
Puskesmas Kasihan I memiliki dua wilayah kerja, yaitu Desa Bangunjiwo
dan Tamantirto. Desa Bangunjiwo terdiri dari 19 dusun sedangkan Desa
Tamantirto terdiri dari 10 dusun. Topografi wilayah puskesmas Kasihan I
terdiri dari sebagian besar dataran rendah dan sebagian merupakan tanah
berbukit yang subur sehingga banyak bermunculan perumahan kelas
menengah ke bawah.

24
Industri : Pandawa Mukti
Alamat : Jl. Ngentak-Kalindaru, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Luas lahan : 300 m²
Mulai : Agustus 2010
Jumlah lantai : 1 lantai
Jumlah Karyawan : 23 orang
Iklim : Panas (± 30 - 32⁰C)
Kebisingan : Tidak terlalu bising
Getaran : Rendah
Debu : cukup tinggi (mengingat lokasi yang terletak di Daerah
kering dan panas serta sisa produksi kayu dan sisa
semen)

2) Keadaan Vegetasi
Beberapa tumbuhan yang terdapat disekitar Industri Patung Pandu
Mukti adalah sebagai berikut:

No Tumbuhan Gambar

1. Pohon kelapa

25
2 Pohon pisang

3 Pohon mangga

4 Pohon Jati

26
b. Demografi, Penggunaan Lahan dan Sumber Daya Alam
Industri Patung Pandawa Mukti merupakan Industri Pengrajin Kriya
dengan jumlah karyawan 23 orang, kegiatan yang dilakukan di dalam industry
tersebut antara lain mulai dari desain awal sampai dengan pengecatan hingga
pengangkutan untuk dikirim di seluruh Indonesia dan luar negeri. Luas
industri tersebut mencapai +300 m² termasuk dengan luas rumah pemilik
industri tersebut. Sebab rumah dan tempat kerja menjadi satu.

Berikut topografi lokasi Industri Patung Pandu Mukti :

 Berada di tanah kering yang datar.


 Berada di tengah pemukiman.
 Berada di dekat sungai.
 Dekat dengan Puskesmas Kasihan I
 Dekat dengan Gereja dan Masjid.
 Dekat dengan SMK Muhammadiyah Bangunjiwo.
Kegiatan produksi yang dilakukan pada saat kami melakukan
pemantauan yaitu; proses pencetakan patung dengan bahan dasar
semen dan proses penjemuran patung dengan bahan dasar semen.
Terdapatnya beberapa pohon disumber lokasi yang berguna
sebagai filter alami penyaring debu. Jenis-jenis pohon yang kami amati
yaitu pohon dengan jenis daun lebat. Sehingga mengurangi polutan
debu terhadap warga sekitar industri pengerajin patung.

B. Hasil
Pengukuran dilakukan Pada hari Senin, 17 Juni 2019 saat jam kerja menunjukkan
pukul 10.44 WIB. Pengukuran dilakukan di ruang terbuka tempat dimana pekerja
memukai pekerjaannya pada tahap persiapan bahan sampai dengan mencetak patung
sampai dengan detailing bentuk patung.
1. Suhu dan Kelembaban
Berdasarkan pengukuran menggunakan thermohygrometer didapatkan hasil :
- Suhu : 30,7°C
- Kelembaban : 55,8%

27
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13
tahun 2011, iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara. Berdasarkan hasil iklim kerja di Industri Pandu
Mukti merupakan Iklim Kerja sedang, karena dapat disimpulkan pada
Industri Patung Pandu Mukti dengan hasil pengukuran kecepatan angin
sebesar 1,5 meter/detik, suhu 30,7°C dan kelembaban 55,8%, industri
tersebut memiliki iklim kerja sedang, dimana dijelaskan juga pada surat
edaran dari Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi tersebut bahwa iklim
kerja di tempat kerja diusahakan diantara NAB terendah dan tertinggi,
dimana suhu terendah ada 21°C bola basah dan tertinggi 30°C bola basah
pada kelembaban nisbi udara diantara 65%-95%.

2. Kebisingan
Dengan alat Sound Level Meter yang dipaparkan dengan kebisingan di tempat
kerja bagian pencetakan patung selama 10 menit, didapatkan hasil :
FORMULIR BIS-1

76,4 66,6 65,7 73,0 64,7 75,0 72,8 63,6 73,7 67,9 70,3 64,0

73,7 65,2 69,4 61,2 66,6 60,4 61,7 69,3 60,0 60,7 69,9 60,0

62,2 60,0 71,8 71,3 73,6 70,9 74,5 72,1 72,3 60,7 68,7 61,2

74,6 70,1 66,7 73,1 73,5 65,0 71,9 70,7 64,4 64,0 60,2 66,6

69,7 70,7 64,0 64,5 70,4 61,7 61,0 72,7 66,2 63,8 63,5 63,6

78,7 73,0 69,0 73,2 71,7 67,4 73,9 74,5 70,0 71,7 70,7 61,7

76,3 66,8 71,5 71,3 73,6 80,3 74,5 72,1 72,3 70,7 61,2 74,3

73,5 65,0 73,0 69,7 70,7 64,0 64,5 60,4 61,7 73,5 65,0 61,5

62,1 60,7 64,1 73,7 65,2 69,4 61,2 66,6 60,4 69,0 73,2 61,7

74,0 70,7 65,3 69,7 70,7 64,0 69,4 61,2 66,6 60,4 61,7 60,3

FORMULIS BIS-2

Range Jumlah Presentase Jumlah Kumulatif Presentase

28
60-64 41 34,16 % 41 34,16%

65-69 30 25% 71 59,16%

70-74 44 36,67% 115 95,83%

85-79 4 3,33% 119 99,16%

80-84 1 0,83% 120 100%

Jumlah 120 466

Perhitungan Tingkat Kebisingan


𝑃1
X = 𝐿1 + 𝑥C
𝑃1+𝑝2
(44−4)
= 70 + 𝑥4
(44−4)+(44−30)

= 72,96 dB
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang
Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri nilai ambang
batas untuk kebisingan dengan total 8 jam kerja adalah 85 dB. Hasil pengukuran
kebisingan dinyatakan aman karena masih dibawah nilai ambang batas.
3. Kadar Debu
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙)
Berat debu Titik 1 =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒
𝑥 1000
(16,385 − 16,382)𝑔𝑟
=
30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2 𝑝𝑝𝑚
𝑥 1000

= 0,05 gr/m3 →500 mg/m3


(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙)
Berat debu Titik 2 =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑥 𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒
𝑥 1000
(16,500 − 16,499)𝑔𝑟
=
30 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 2 𝑝𝑝𝑚
𝑥 1000

= 1,66 gr/m3 →1660 mg/m3


Rata-Rata berat debu pada 2 titik tersebut
(500+1660)𝑚𝑔/𝑚3
=
2

= 1080 mg/m3
4. Penggunaan APD
Pengendalian potensi dan faktor bahaya yang telah dilakukan Industri Patung
Pandu Mukti salah satunya dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD).

29
Alat pelindung diri menjadi alternatif terakhir untuk memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Pada lingkungan kerja
Industri Patung Pandu Mukti semua tenaga kerja harus memaki APD sesuai
potensi bahaya yang ditimbulkan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi tenaga
kerja dari kecelakaan maupun penyakit akibat kerja yang mungkin timbul karena
potensi faktor bahaya tersebut.

C. Pembahasan
1. Kepedulian Masyarakat
1) Dampak positif
-Tahap Produksi sampai Pengiriman Barang
a) Kerusakan jalan dan Kemacetan Lalu Lintas
Pada tahap akhir kegiatan industri tentunya ada proses
pengiriman barang jadi ke konsumen maupun ke pihak
ketiga sebagai agen penjuala. Pada tahap ini memerlukan
kendaraan berkapasitas besar, seperti truk tentunya dapat
mengganggu kelancaran lalu linttas karena akses jalan
utama hanya ada satu, yaitu di Jl. Bibis. Hal ini akan
menciptakan kondisi yang rawan kecelakaan akibat lalu
lalangnya kendaraan besar.
b) Fisik-Kimia
Debu-debu atau ceceran material dan bahan pada saat
proses pengangkutan barang jadi hasil produksi dapat
mengakibatkan penurunan kualitas udara terlebih saat angin
bertiup kencang, sehingga material dapat berterbangan ke
wilayah pemukiman warga dan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan seperti: gangguan pernafasan, batuk
dan gangguan penglihatan.
c) Sosial ekonomi dan budaya
Keberadaan industri ini dapat membuka peluang kepada
segelintir orang untuk melakukan tindak kejahatan berupa
pencurian sebab pada proses penjemuran, patung-atung
ditaruh di luar area industri.

30
Terlebih karyawan yang diberasal dari berbagai lapisan
masyarakat dari berbagai daerah menghasilkan
keanekaragaman budaya dalam lingkungan sosial sehingga
menyebabkan kesulitan dalam menyamakan presepsi
masyarakat.

2) Dampak positif
a) Mendukung penataan kota
Kota memiliki peluang kemajuan ekonomi yang sangat
besar dimasa depan. Seiring dengan program peningkatan
ekonomi masyarakat yang dilakukaan oleh pemerintah,
keberadaan industri merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan derajat ekonomi masyarakat. Paling tidak
masyarakat disekitar industri ini merasa terbantu akan
lapangan kerja yang disediakan industri ini.
b) Membuka peluang kerja
Industri ini membuka kesempatan kerja untuk
masyarakat sebagai pengerajin ataupun buruh lepas serta
kurir pengantar patung sebab industri ini tidak memerlukan
persyaratan khusus sebagai karyawannya.
c) Meningkatnya perekonomian
Bertambahnya jumlah lapangan kerja memberi dampak
baik bagi pendapatan masyarakat sekitar. Masyarakat bisa
memenuhi kebutuhannya khusunya dalam sektor ekonomi.

2. Bahan Pencemar Sasaran Kajian


1) Iklim Kerja
Didapatkan hasil 30,7°C, dimana menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri dan NAB untuk suhu udara luar
adalah < 18°C. Industri tersebut masih memenuhi syarat.
Sedangkan hasil pengkuruan kelembaban adalah 55,8%. Berdasarkan
surat edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-
01/Men/1978 tentang nilai ambang batas (NAB) yang berlaku untuk

31
lingkungan kerja panas di industri adalah kelembaban 65%-95% dengan
kisaran suhu 26°C-30°C. Sedangkan menurut ASHRAE (1981) zona
kenyamanan 55%-74% berada pada kisaran suhu 22°C-26°C dan
kelembaban 205-70%.
Dapat disimpulkan pada Industri Patung Pandu Mukti dengan hasil
pengukuran suhu 30,7°C dan kelembaban 55,8%, industri tersebut memiliki
iklim kerja sedang, dimana dijelaskan juga pada surat edaran dari Menteri
Tenaga Kerja dan transmigrasi tersebut bahwa iklim kerja di tempat kerja
diusahakan diantara NAB terendah dan tertinggi, dimana suhu terendah ada
21°C bola basah dan tertinggi 30°C bola basah pada kelembaban nisbi udara
diantara 65%-95%.
2) Kadar Debu
Pengukuran kadar debu menggunakan Low Volume Air Sampler
(LVAS) dilakukan pada ruang kerja seluas 8 x 4 x 3 m. Dengan hasil
pengukuran berat debu sebesar 1080 mg/m3, kadar debu di Industri Patung
Pandu Mukti dikategorikan tidak aman karena sudah jauh melebihi nilai
ambang batas (NAB). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1402 Tahun 2002 nilai ambang batas debu total adalah 0,15 mg/m3. Oleh
karena itu, pekerja diharap selalu menggunakan APD berupa masker sebab
bahan dasar yang digunakan dalam produksi patung adalah semen yang
mengandung bahan kimia SiO3, dimana silika dapat menempel pada paru-
paru dan akan berefek pada beberapa tahun kemudian.
3) Penggunaan APD
Kedisiplinan pekerja yang baik dalam penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pekerja itu
sendiri. Sebab APD merupakan salah satu alat yang dapat mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan kerja. Terbukti berdasarkan hasil wawancara terhadap
pekerja di Industri Patung Pandu Mukti bahwa tidak ada kecelakaan serius
yang merugikan atau bahkan fatal.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per-01/MEN/1981 pasal 4 ayat 3 yang menyatakan bahwa pengurus
wajib menyediakan secara gratis alat pelindung yang mewajibkan
penggunanya bagi tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja. Industri Patung Pandu Mukti menurut

32
karyawan sudah baik dalam melaksanakan K3 terutama tentang penyediaan
APD berupa sarung tangan tetapi ada beberapa kendala dalam penyediaan
APD tertentu seperti masker, yang mana pihak industri menyediakan dalam
jumlah terbatas sehingga ketika stok habis karyawan harus mensiasati
dengan membawa atau membeli sendiri APD berupa masker tersebut.

3. Identifikasi Dan Evaluasi Jalur Pemajanan


1) Jalur Pemajan Lengkap
a. Sumber pencemar
Hasil dari pengamatan, sumber pencemar Industri
Patung Pandu Mukti, Bantul yaitu berupa kadar debu yang
mempengaruhi masyarakat sekitar industri yang berasal dari
hasil kegiatan produksi patung yang berbahan baku semen,
serta iklim kerja yang berasal dari suhu, kelembaban, dan
kecepatan angin di tempat kerja dan kedisiplinan dalam
penggunaan APD berasal dari perilaku pekerja itu sendiri yang
dapat mempengaruhi pekerja secara fisik maupun psikologis.
b. Media lingkungan dan mekanisme penyebaran
Berdasarkan sifat kadar debu dan iklim kerja yang dapat
menyebar melalui udara jika berlebihan atau terpapar-terus
menerus tanpa menggunakan APD sesuai kebutuhannya dapat
menganggu sistem dan organ pernapasan sehingga dapat
menggangu aktivitas bahkan dapat menimbulkan kejadian
penyakit fatal.
Sedangkan faktor sosial atau lingkungan kerja yang
disiplin dapat mempengaruhi perilaku menggunakan APD pada
pekerja.
c. Titik pemajanan
Titik pemajanan kadar debu, iklim kerja, dan potensi
bahaya di di dalam ruang kerja bagian produksi di Industri
Patung Pandu Mukti serta + 300 m sekitar industri tersebut.
d. Cara Pemajanan
Jalur pemajanan yang potensial yaitu melalui kontak
langsung dengan kadar debu, iklim kerja, dan potensi bahaya.

33
Melalui kontak langsung dengan kadar debu, iklim kerja, dan
potensi bahaya, yang di sebabkan oleh kegiatan produksi di
industri patung tersebut dan alat-alat yang digunakan dalam
prosesu produksi patung tersebut. Cara pemajan yaitu kadar
debu, iklim kerja, dan potensi bahaya dapat menyebabkan
sistem dan organ pernapasan terganggusehingga dapat
menggangu aktivitas bahkan dapat menimbulkan kejadian
penyakit fatal. Terlebih bahan baku industri patung ini adalah
semen dimana terkandung bahan kimia berupa silika yang
dapat menyebabkan penyakit silikosis.
2) Identifikasi dan Evaluasi Pemajanan
Pencemaran yang dihasilkan dari proses produksi Industri Patung
Pandu Mukti ke media lingkungan dilihat dari rona awal daerah menunjukan
tingkat pencemar dalam media lingkungan lebih rendah dari rona dan standar.
Rona awal dari pencemaran dilihat dari perubahan kadar debu dan suhu di
sekitar industri. Hal itu mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar. Efek
interaktif yang dirasakan masyarakat adalah kurangnya kenyaman masyarakat
dan pengguna jalan yang berada di lingkungan sekitar Industri Patung Pandu
Mukti, sehingga pencemaran udara berupa suhu panas, berat kadar debu, dan
potensi bahaya yang dapat ditimbulkan akibat kurang disiplinnya penggunaan
APD dapat dikatan sebagai pencemar sasaran yang perlu dilakukan
pengolahan.
Jalur pemajanan diatas merupakan jalur pemajanan riil, hal ini dapat
dilihat dari kelima elemen jalur pemajanan yang menghubungkan sumber
pencemar dengan masyarakat yang terpajan. Melihat dampak yang
ditimbulkan akibat pencemaran udara, sebaiknya pihak Industri Patung Pandu
Mukti mulai memperhitungkan untuk melakukan tindakan yang dapat
mengurangi kadar polutan seperti mengelola lingkungan tempat kerja,
menanam pohon penyerap debu di sekitar Industri, menyediakan APD untuk
pekerja untuk mengurangi faktor risiko akan terjadinya kejadian penyakit
akibat udara dari kegiatan di Industri Patung Pandu Mukti. Dengan demikian
pencemaran diatas perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut. Apabila
pencemar sasaran kajian tersebut dibiarkan berlama-lama tanpa tindakan
pencegahan akan membuat degradasi fisik lingkungan serta merugikan

34
banyak pihak mulai dari pekerja sampai dengan masyarakat di sekitar
industri. Pencemaran yang dirasakan masyarakat akan lebih banyak sehingga
penyakit akan menyebar dan menyebabkan efek samping yang
berkepanjangan.
a. Media lingkungan dan Transport
Media lingkungan yang berperan sebagai pembawa pencemar
dari sumber menuju titik pemajanan dan akhirnya berdampak pada
masyarakat adalah udara. Pencemar sasaran kajian yang bersumber
dari segala proses produksi sampai dengan pengiriman di Industri
Patung Pandu Mukti, Bantul dapat menyebar melalui udara dan
menyebabkan efek samping berupa keadaan tidak nyaman yang akan
menganggu warga sekitar dan peerja yang ada di industri itu sendiri.
Jarak pencemar sasaran kajian sampai tidak berkadar tinggi
kembali yaitu sampai jarak 500 m dari sumber pencemar.
b. Populasi reseptor
Pencemaran debu ditentukan oleh arah angin, arah angin
mengarah dari Barat ke Timur, yaitu ke Jalan Bibis di Desa
Bangunjiwo. Media pemajanan pencemar sasaran adalah melalui
udara. Bahan pencemar tersebut mencemari udara menuju Desa
Bangunjiwo. Sehingga populasi terpajan adalah penduduk yang
berada di wilayah Timur Desa Bangunjiwo.
c. Jalur pemajanan Riil
Dari keseluruhan analisa diatas maka dapat disimbulkan bahwa
jalur pemajanan dalam pencemaraan lingkungan ini adalah jalur
pemajanan riil. Hal ini disebabkan karena kelima elemen jalur
pemajanan dari sumber pencemar ke populasi reseptor telah
terpenuhi sehingga populasi dianggap terpajan. Kelima elemen
tersebut diantaranya:
a) Elemen 1: sumber pencemar yang berasal dari debu hasil
kegiatan di industri, iklim panas yang beradal dari suhu di ruang
kerja dan potensi bahaya terhadap kedisiplinan penggunaan
APD.

35
b) Elemen 2: media lingkungan, mekanisme penyebaran melalui
udara, faktor sosial dan lingkungan perilaku dari pekerja
industri.
c) Elemen 3: titik pemajanan atau area terjadinya kontak antara
manusia dengan lingkungan pencemar yaitu udara dan
lingkungan sekitar.
d) Elemen 4: cara pemajanan sasaran polutan dan kajian tersebut
melalui udara sehingga terhirup oleh sistem pernafasan dan
kontak sosial.
e) Elemen 5: penduduk berisiko terpajan peencemar sasaran adalah
penduduk sekitar industri dan pekerja di industri tersebut.

4. Memperkirakan Dampak Kesehatan Masyarakat


a. Evaluasi Toksikologi
1) Titik Pemajanan Dekat ( + 10 m dari sumber pencemar )
Lama Lama Lintas APD yang
Nama Umur Keluhan
Kerja Paparan Pajanan digunakan
Paliyem 55 15 6 jam - Kontak Celemek
tahun tahun Langsung
Indra 24 2 tahun 8 jam Punggung Kontak Sarung
tahun dan Langsung tangan
pergelangan
tangan sakit.
Didik 22 1 tahun 8 jam Kepanasan Kontak Sarung
tahun dan bahu Langsung tangan dan
sering pegal. masker
Fajar 23 4 tahun 8 jam Sering Kontak Masker
tahun kelilipan dan Langsung
lengan atas
pegal.
Fendy 24 7 bulan 8 jam Pegal pada Kontak Masker
tahun leher bawah Langsung
dan lengan
atas.
Tumijan 31 11 8 jam Nyeri pada Kontak -
tahun tahun bahu kiri dan Langsung
sakit pada
tangan kanan.
Dedi 25 5 tahun 8 jam Sakit pada Kontak Sarung
Trianto tahun lutut dan Langsung tangan
nyeri pada
lengan

36
bawah.
Omi 25 4.5 8 jam Kepanasan Kontak Masker dan
tahun tahun dan mudah Langsung sarung
haus. tangan
Suhono 64 30 8 jam Pusing, Kontak Kacamata
tahun tahun pandangan langsung dan masker
kabur, dan
nyeri pada
lengan atas.
Harmant 41 10 8 jam Nyeri pada Kontak -
o tahun tahun lengan atas Langsung
dan bahu kiri.

2) Titik Pemajanan Terjauh (+ 30 m dari sumber pencemar)


Lama Lama Lintas Dampak
Nama Umur Keluhan
Tinggal Paparan Pajanan Kesehatan
Anang 23 10 bulan 12 jam - Kontak -
Arifidan tahun Langsung
Mustofa 26 2 tahun 24 jam - Kontak -
tahun Langsung
Rizky 20 20 tahun 24 jam Tidak Kontak Kelilipan
tahun nyaman Langsung (iritasi mata)
karena
banyak
debu.
Purna 25 25 tahun 12 jam Tidak Kontak -
Bekti tahun nyaman Langsung
karena
debu.
Sritjana 15 4 tahun 12 jam Tidak Kontak Batuk (alergi
nyaman Langsung debu)
karena
debu.
Tampiasih 41 20 tahun 24 jam Tidak Kontak Sering batuk
tahun nyaman Langsung
karena
debu.
Mujiman 66 7 tahun 12 jam Tidak Kontak Batuk dan flu.
tahun nyaman Langsung
karena
debu.
Sri Utami 50 27 tahun 24 jam Tidak Kontak -
tahun nyaman Langsung
karena
debu.
Punijo 51 30 tahun 12 jam Tidak Kontak Sering bersin
tahun nyaman Langsung
karena
debu.

37
Rajinem 50 4 tahun 24 jam Tidak Kontak -
tahun nyaman Langsung
karena
debu.

5. Evaluasi Outcome Kesehatan


Kondisi lingkungan di tempat kerja industri patung Pandu Mukti akan
menyebabkan terjadinya pencemaran udara dalam jangka waktu yang lama.
Dimana suhu ruang menunjukkan angka 30,7°C dimana batas suhu nyaman
ruang adalah (24°C -28°C).
Analisis Risk Quotient (RQ) / Tingkat Risiko Kadar Debu terhadap Pekerja
Diketahui:
C : 0,5mg/menit (konsentrasi agent)
R : 240mg/hari (rata-rata paparan debu per hari berdasar jam kerja)
te : 8 jam/hari (waktu pajanan permukiman)
fe : 283 hari/tahun (frekuensi pajanan tahunan pekerja)
Dt : 30 tahun (proyeksi untuk penduduk dewasa mendatang)
Wb : 55 kg (rata-rata berat badan ras Asia, Nukman, et. al. 2005)
tavg : 30 tahun x 365 hari/tahun (non karsinogen)

Ditanya: Ink: …. (intake / asupan agent)


Jawab:

mg mg jam hari
0,5 x 240 x 24 x 283 x 30 tahun
𝑰𝒏𝒌 = menit hari hari tahun
ℎ𝑎𝑟𝑖
55 𝑘𝑔 𝑥 30 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 365
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
24451200 mg/kg/tahun
𝑰𝒏𝒌 =
602.250 𝑘𝑔. ℎ𝑎𝑟𝑖

𝑰𝒏𝒌 = 𝟒𝟎, 𝟓𝟗𝒎𝒈/kg/hari

Sehingga, Risk Quotient (RQ) / Tingkat Risiko:

38
Diketahui:
Ink : 𝟒𝟎, 𝟓𝟗𝒎𝒈/𝒌𝒈/hari
RfC : 350 mg/m3 (Keputusan Gubernur DIY No 169 Tahun
2003) = dosis paparan yang diterima tanpa
menimbulkan bahaya
40,59
𝑹𝑸 =
350
𝑹𝑸 = 𝟎, 𝟏𝟏𝟓 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑹𝑸 < 1 (𝑇𝐼𝐷𝐴𝐾 𝑃𝐸𝑅𝐿𝑈 𝐷𝐼𝐾𝐸𝑁𝐷𝐴𝐿𝐼𝐾𝐴𝑁)

6. Evaluasi Kepedulian Masyarakat


Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar dan pekerja di Industri
Patung Pandu Mukti, didapatkan hasil bahwa hampir semua narasumber
memiliki keluhan terhadap lingkungan di sekitar industri tersebut. Debu
merupakan bahan pencemar yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat sekitar
industri, sedangkan iklim kerja atau suhu yang ada di tempat kerja merupakan
bahan pencemar yang sangat berdampak terhadap keluhan atau proses kerja di
Industri Patung Pandu Mukti.
Akan tetapi selama ini masyarakat sekitar industri tidak pernah menolak atau
mengeluhkan langsung akan dampak adanya kegiatan industri di sekitar rumah
mereka. Menurut masyarakat industri tersebut tidak mengganggu kulitas air
bersih di lingkungan mereka serta limbah sisa kegiatan industri tidak mencemari
lingkungan. Namun sebenarnya, bahaya debu sisa produksi tersebut sangatlah
berbahaya untuk lingkungan, sebab industri memakai bahan baku semen dimana
terdapat logam silika yang mana dapat menyebabkan gangguan pernapasan
samapai dengan penyakit silikosis.
Pihak Industri belum melakukan upaya pengurangan potensi bahaya di
lingkungan kerja yang cukup panas yang mana pekerja banyak mengeluhkan
beberapa diantara mereka kurang konsentrasi akibat suhu tempat kerja yang
panas sertaa APD guna mengurangi faktor resiko kecelakaan akibat kerja.
Sedangkan untuk upaya pengurangan debu sebaiknya pihak industri dapat
melakukan penanaman pohon di area depan sekitar industri dengan pohon
berdaun lebat guna mengurangi angin membawa langsung partikel debu.

39
40
BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi lingkungan di sekitar Industri
Patung Pandu Mukti merupakan Industri Pengrajin Kriya dengan jumlah karyawan
23 orang, kegiatan yang dilakukan di dalam industri tersebut antara lain mulai dari
desain awal sampai dengan pengecatan hingga pengangkutan untuk dikirim di
seluruh Indonesia dan luar negeri. Luas industri tersebut mencapai +300 m² termasuk
dengan luas rumah pemilik industri tersebut. Sebab rumah dan tempat kerja menjadi
satu.
Kegiatan produksi yang dilakukan pada saat kami melakukan pemantauan
yaitu; proses pencetakan patung dengan bahan dasar semen dan proses penjemuran
patung dengan bahan dasar semen.

Berdasarkan hasil pengukuran parameter di lingkungan di dapatkan hasil :

1. Kadar debu
Dengan hasil pengukuran berat debu sebesar 1080 mg/m3, kadar debu di
Industri Patung Pandu Mukti dikategorikan tidak aman karena sudah jauh
melebihi nilai ambang batas (NAB). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1402 Tahun 2002 nilai ambang batas debu total adalah 0,15 mg/m3.
2. Iklim kerja
Berdasarkan hasil iklim kerja di Industri Pandu Mukti merupakan Iklim Kerja
sedang, karena dapat disimpulkan pada Industri Patung Pandu Mukti dengan
hasil pengukuran kecepatan angin sebesar 1,5 meter/detik, suhu 30,7°C dan
kelembaban 55,8%, industri tersebut memiliki iklim kerja sedang, dimana
dijelaskan juga pada surat edaran dari Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi
tersebut bahwa iklim kerja di tempat kerja diusahakan diantara NAB terendah
dan tertinggi, dimana suhu terendah ada 21°C bola basah dan tertinggi 30°C bola
basah pada kelembaban nisbi udara diantara 65%-95%.

41
3. Penggunaan APD
Kedisiplinan yang baik dalam penggunaan APD terbukti berdasarkan hasil
wawancara terhadap pekerja di Industri Patung Pandu Mukti bahwa tidak ada
kecelakaan serius yang merugikan atau bahkan fatal.

B. Rekomendasi
1. Pihak pemilik sumber pencemar
Bagi pemilik sumber pencemar yaitu pemilik Industri Patung Pandu Mukti
dapat melakukan pemeriksaan rutin terhadap kesehatan pekerjanya guna
menunjang keberlangsungan industri itu sendiri. Serta giat menyediakan APD guna
terpenuhinya aspek keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per-01/MEN/1981 pasal 4 ayat 3 yang
menyatakan bahwa pengurus wajib menyediakan secara gratis alat pelindung yang
mewajibkan penggunanya bagi tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya
untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
Serta melakukan kegiatan penanaman pohon rindang di seitar industri guna
memperkecil kadar polutan debu dan suhu panas yang dapat di absorbsi oleh daun
pada pohon tersebut. Sehingga masyarakat sekitar dan warga nyaman tinggal di
sekitar industri tersebut.

2. Pemerintah/dinas terkait
a. Pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan mengenai nilai ambang batas
kadar debu serta cara menghtung iklim kerja untuk jenis kegiatan industri
berdasar bahan bakunya.
b. Pemerintah secara rutin melakukan pemeriksaan lingkungan (udara, air, tanah,
dan makanan).
c. Pemerintah bertindak tegas dengan mewajibkan kepada pemilik industri atau
badan usaha menyediakan APD untuk para pekerjanya.
d. Pemerintah bertindak tegas dengan mewajibkan kepada pemilik industri atau
badan usaha untuk melakukan kegiatan timbal balik guna memperbaiki
lingkungan yang sudah mereka ambil sumber dayanya.
e. Pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar Industri Patung
Pandu Mukti untuk menggiatkan menanam tanaman penyerap kadar debu dan
suhu panas, yaitu berupa tanaman sejenis rumput, semak, dan pepohonan. Jenis

42
tumbuhan yang efektif untuk mengurangi debu ialah yang mempunyai tajuk
yang tebal dengan daun yang rindang.

3. Masyarakat terpajan
a. Setiap KK diusahakan menanam tanaman yang mampu menghalau debu, seperti
pohon nangka, mangga, dan bamboo johar.
b. Masyarakat yang sudah terpapar debu direkomendasikan untuk melakukan cek
kesehatan secara berkala.
c. Pekerja diwajibkan menggunakan APD (masker, sarung tangan, kacamata) pada
saat melakukan proses kerjanya guna mengurangi resiko kecelakaan kerja.
d. Masyarakat diusahakan menggunakan APD (masker) pada saat melakukan
aktivitas diluar rumah yang sekiranya terpapar oleh polusi udara.
e. Mengurangi pajanan dengan tetap berada di dalam rumah setidaknya kurangi
aktivitas diluar rumah.

43
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku


Kedokteran. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 288/MENKES/SK/III/2003 tentang Pedoman


Pengendalian Sarana dan Bangunan.

Mahole, G et al, 2003. Development and Application of a Protocol for the


Asessment of Indoor Air Quality. Original Paper. Indoor and Built
Environment.

Mediastika, christina, E., 2008. Akustika Bangunan. Erlangga, Jakarta.

Mukono HJ, 1999. Prinsip-Prinsip Dasar Kesehetan Lingkungan. Airlangga


University Press; Kuhn, D.M. and M.A.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan


Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan Kerja Industri.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

Studi AMDAL Pembangunan Jembatan Suramadu, Universitas Brawijaya. 2015.

Subagiada, Kadek., 2014. Penuntun Praktikum Fisika Lingkungan. Universitas


Mulawarman. Samarinda.

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmograsi Nomor SE-01/MEN/1978


tentang Nilai Ambang Batas untuk Iklim Kerja dan Nilai Ambang Batas untuk
Kebisingan di Tempat Kerja.

44
LAMPIRAN

Melakukan pengukuran parameter fisik Melakukan wawancara dengan


berupa kebisingan pekerja di Industri Patung

Melihat proses kegiatan produksi di Melihat kegiatan proses finishing


Industri Patung dalam pembuatan patung

45

Anda mungkin juga menyukai