Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

STRUKTUR BANGUNAN
“STRUKTUR BETON”

Dosen Pengampu:
Senki Desta Galuh, ST., MT.

Disusun Oleh:
Sulanggana Tartuwa 1810611008
Yesi Dwi Nusa Indah 1810611010
Wahyu Gusti Dwi Guniawan 1810611015

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH JEMBER
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalammu'alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
karunia-Nya penulis bisa menyusun sebuah makalah yang berjudul "Struktur Beton"
dengan lancar.

Tujuan penulisan ini adalah untuk melengkapi syarat ujian mata pelajaran
Struktur Bangunan. Penulis sangat berterima kasih kepada Bapak Senki Desta Galuh,
ST. MT. selaku dosen pengampu mata kuliah ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak lepas dari banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik maupun saran.
Kritik dan saran tersebut akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya.

Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Jember, 8 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN 3

Sejarah Beton 3

Pengertian Beton 4

Sifat-sifat Beton 5

Jenis-jenis Beton 6

Kelebihan dan Kekurangan Beton 17

Bahan Penyusun Beton 18

Syarat Agregat Menurut SII, ASTM dan SK SNI 25

BAB III PENUTUP 36

Kesimpulan 36

Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti


abu pozzolan sebagai pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan
Romawi bahkan mungkin sebelumnya. Dengan campuran kapur, pozzolan,
dan batu apung, bangsa Romawi banyak membangun infrastruktur seperti
akuaduk, bangunan, drainase dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang
serupa bisa dilihat pada beberapa bangunan kuno yang tersisa. Benteng
Indrapatra di Aceh yang dibangun pada abad ke-7 oleh kerajaan Lamuri,
bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu gunung. Orang Mesir
telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu vulkanik
mampu meningkatkan kuat tekan beton.

Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan


merupakan awal era beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet
menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau
kelembapan bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L. Lambot
untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk
dipamerkan dalam Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman
dari Prancis mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk
mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun 1886,
Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton.
C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah beton?

2. Apa pengertian beton?

3. Apa saja sifat-sifat dari beton?

4. Apa saja jenis-jenis beton?

5. Apa kelebihan dan kekurangan beton?

6. Apa saja bahan-bahan penyusun beton?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BETON


Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal
bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur,
ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi
Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang
menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan
aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India
ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman
dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu
vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di
Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-
1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi
mekanis dan kimia sejumlah material pembentuknya. DPU-LPMB
memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen portland
atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,dengan
atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-
03:1).
Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan tulisannya tentang prinsip-
prinsip konstruksi dengan meninjau kelemahan bahan beton terhadap tariknya.
Kemudian pada tahun 1850, J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal
kecil dari bahan semen untuk di pamerkan pada pameran dunia tahun 1855.
Lalu J. Monir, seorang ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka metal
sebagai tulangan beton untuk mengatasi tariknya pada tempat tamannya. Pada
tahun 1886, seorang warga negara Jerman yang bernama Koenen menerbitkan
3
tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. Sejarah penemuan
teknologi beton dimulai dari :
· Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;
· J.L Lambot (1850) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan
dua bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama–sama memikul
beban);
· F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi
atap, pipa dan kubah;
· Gustav Wayss & Koenen (1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang
sebagai penahan gaya geser dan penggunaan balok “T” untuk mengurangi
beban akibat berat sendiri;
· Neuman melakukan analisis letak garis netral;
· Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
· E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.
Contoh Pemakaian Konstruksi Beton pada Jamannya :
· Bangunan kubah Pantheon didirikan th 27 SM;
· Pemakaian Pot bunga dari beton yang menggunakan kawat anyaman (produk
dipatenkan oleh Joseph Monier tahun 1867);
· Pembuatan kapal beton yang dilengkapi penulangan (tahun 1855);
· Jembatan Lamnyong-Darussalam; dan
· Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

2.2 PENGERTIAN BETON


Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar,
dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa
padat. Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa
pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton
berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang
khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.

4
2.3 SIFAT-SIFAT BETON
Sifat dan karakteristik beton:
1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta
tegangan hancur tarik yang rendah
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul momen
lengkung atau tarikan
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin lama makin besar
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah.
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa
dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang
tinggi.
8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus
dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka
dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik
11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.
12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative
rendah.
13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai
50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta
aman terhadap bahaya kebakaran.
14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi dengan massa
jenis γc sekitar 2400 kg/m3 bahan ini memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 (

5
1000g kg setara dengan 1 kN, di mana gravitasi dalam cm/dt2), mengakibatkan
bangunan beton sangat berat.
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa
susut dan rangkak.

2.4 JENIS-JENIS BETON


Beton dibedakan dalam 2(dua) kelompok besar yaitu :
Ø Beton Keras
Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik,
kekuatan tekan, tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap
temperatur, keawetan dan kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut
yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena merupakan gambaran dari
mutu beton yang ada kaitannya dengan struktu beton. Berbagai test uji
kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain :
a. Uji kekuatan tekan ( compression test)
b. Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test )
c. Uji kekuatan lentur
d. Uji lekatan antara beton dan tulangan
e. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

Ø Beton Segar
Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi
pemilihan peralatan yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan serta
kemungkinan mempengaruhi sifat-sifat beton pada saat mengeras. Ada 2(dua)
hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton :
a. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang
mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.
b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam
kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa
adanya bleeding dan segregation.
Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan beberapa
cara, tetapi kebanyakan dari pengetesan tersebut hanya bersifat empiris. Hanya
6
sedikit yang memenuhi standart, dan semua test tersebut bersifat ‘a single point
test’ jadi tidak dapat dibandingkan satu samalainnya karena mereka mengukur
sifat-sifat beton yang berbeda. Walaupun begitu adalah penting untuk
mendapatkan beberapa dari sifat workabilitas karena penting untuk control
kualitas. Pengukuran workabilitas yang telah dikembangkan antara lain:
a. Slump test
b. Compaction test
c. Flow test
d. Remoulding test
e. Penetration test
f. Mixer test

Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan


menjadi sepuluh macam.
Ø Beton Mortar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air.
Ada tiga ragam mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan
lumpur. Beton mortar semen yang dipasangi anyaman tulangan baja di
dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan
daktilitas yang baik.
Mortar sebenarnya adalah campuran semen, air, pasir namun ada yang
berpendapat bahwa mortar adalah bahan bangunan berbahan dasar semen yang
digunakan sebagai “perekat” untuk membuat struktur bangunan. Perbedaan mortar
dengan semen adalah pada mortar adalah semen siap pakai yang komponen
pembentuknya umumnya adalah semen itu sendiri, filler, dan berbagai jenis additif
yang sesuai.
Seperti kita tahu, dalam proses penggunaan semen oleh tukang,
biasanya kita melihat tukang mencampur semen, pasir ayak, kapur (lime),
bata merah halus (opsional), dan air. Pencampuran ini tentunya selalu tidak
pernah seragam dan juga hanya berdasarkan “intuisi” si tukang. Adanya
mortar tentunya merubah konsep cara pencampuran seperti itu karena mortar
adalah Semen Instant siap pakai, hanya tambah air, aduk, kemudian langsung
bisa dipakai Jenis-jenis mortar Di Indonesia telah diperkenalkan beberapa
jenis mortar, yaitu antara lain :
7
1. Tile Adhesive (Perekat Keramik) Ada vertikal (dinding) dan horizontal (lantai),
dan juga ada perekat keramik baru diatas keramik lama (tanpa membongkar
keramik lama)
2. Tile Grout Sebagai pengisi nat (celah) antar keramik.
3. Thin Bed Untuk perekat AAC (Autoclaved Aerated Concrete) alias bata ringan
4. Skim Coat Untuk pelapis dinding baru dll.
Keuntungan Mortar:
1. Diproduksi di pabrik sehingga kualitas dan kuantitasnya dapat dipercaya jika
dibanding dengan pembuatan di lapangan.
2. Mudah, tinggal ditambah air saja.
3. Adanya penambahan bahan additif pada mortar dapat menanggulangi
terjadinya lantai terangkat, dinding pecah-pecah/retak, dll. Proses Pembuatan
Mortar

Ø Beton Ringan
Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang
berbobot ringan. Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa
membentuk gelembung-gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak
jumlah gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-porinya pun
akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian membesar.
Hasilnya, bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain yang memiliki
ukuran sama persis. Beton ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-
struktur.
Kelebihan dan Kekurangan Beton Ringan Ada beberapa Kelebihan dari
Beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete (AAC), yaitu :
1. Balok AAC mudah dibentuk. Sehingga dapat dengan cepat dan akurat dipotong
atau dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alat yang digunakan
pun sederhana, cukup menggunakan alat pertukangan kayu.
2. Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, sehingga dapat
meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
3. AAC dapat mempermudah proses konstruksi. Untuk membangun sebuah gedung
dapat diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak perlu batu atau
kerikil untuk mengisi lantai beton.

8
4. Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi. Apalagi pabrik AAC
dibangun sedekat mungkin dengan konsumennya.
5. Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah. Sehingga cepat dalam
pengerjaannya.
6. Semennya khusus cukup 3 mm saja.
7. Mengurangi biaya struktur besi sloff atau penguat.
8. Mengurangi biaya penguat atau pondasi
9. Waktu pembangunan lebih pendek. Tukang yang mengerjakan lebih sedikit.
Sehingga secara keseluruhan bisa lebih murah dan efisien
10. Tahan panas dan api, karena berat jenisnya rendah.
11. Kedap suara
12. Tahan lama, kurang lebih sama tahan lamanya dengan beton konvensional
13. Kuat tetapi ringan, karena tidak sekuat beton. Perlu perlakuan khusus. dibebani
AC menggunakan fisher FTP, Wastafel fisher plug FX6/8, panel dinding fisher
sistem injeksi.
14. Anti jamur
15. Tahan gempa
16. Anti serangga
17. Biaya perawatan yang sedikit, bangunan tak terlalu banyak mengalami perubahan
atau renovasi hingga 20 tahun.
18. Nyaman
19. Aman, karena tidak mengalami rapuh, bengkok, berkarat, korosi.

Selain kelebihan, Beton AAC juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu :


 Karena ukurannya yang besar, untuk ukuran yang tanggung, akan memakan waste
yang cukup besar. Diperlukan keahlian tambahan untuk tukang yang akan
memasangnya, karena dampaknya berakibat pada waste dan mutu pemasangan.
 Perekat yang digunakan harus disesuaikan dengan ketentuan produsennya,
umumnya adalah semen instan.
 Nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak
dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural).
 Harganya cenderung lebih mahal dari bata konvesional. Di pasaran, beton ringan
dalam bentuk bata dijual dalam volume m3, sehingga dengan ukuran
60cmx20cmx10cm / m3 bata ringan terdiri dari 83 buah. Jika dikonversikan dalam
9
m2 maka 1 m2 terdiri dari 8.5 buah. Harga per bata kurang lebih Rp. 8000,-,
sehingga harga per m2 nya Rp.68.000,-. Belum termasuk semen instan dan ongkos
pasangnya.

Ø Beton Non-Pasir
Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan
pasir, melainkan hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan
terbentuknya rongga udara di celah-celah kerikil sehingga total berat jenisnya
pun lebih rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada beton
ini juga lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur
ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.
Adapun kelebihan dari beton non pasir sebagai berikut:

1.Merupakan beton yang ringan dengan kerapatan sekitar 25 sampai 30%


kurang dari beton normal karena tidak ada agregat halus, sehingga berat
struktur menjadi ringan.

2. Karena tidak memiliki pasir atau agregat halus, ia memiliki susut


pengeringan yang lebih sedikit dibandingkan beton normal

3. Memiliki karakteristik isolasi termal yang lebih baik daripada beton normal
dan karenanya berguna untuk konstruksi dinding luar.

4. Karena tidak memiliki agregat halus, luas permukaan yang dibutuhkan


untuk pelapis semen berkurang. Jadi, jumlah semen yang dibutuhkan
dikurangi per meter kubik dibandingkan dengan beton normal. Sehingga
menjadi lebih ekonomis/

5. Sifat ringan dari beton tidak berpengaruh pada kualitas disebabkan


pemisahan agregat kasar sehingga tidak memiliki agregat halus. Dengan
demikian, bisa dijatuhkan dari ketinggian.

6. Dapat dipadatkan tanpa memerlukan jenis vibrator beton dan dapat dengan
mudah dilakukan dengan cara menekuk dengan batang.

10
Adapun kekurangan dari beton non pasir sebagai berikut :

1. Karena tidak ada agregat halus untuk mengisi kekosongan beton ini, ia
memiliki permeabilitas tinggi dibandingkan beton biasa. Jadi, bukan ide
bagus untuk membangun beton bertulang dengan beton non pasir, karena
penguatnya akan mudah terkorosi.

2. Untuk membuat beton ini menjadi kedap air, tambahan lapisan plesteran
batu diperlukan, sehingga meningkatkan biaya.

3. Beton non pasir tidak dapat diuji untuk kemampuan kerja dengan
menggunakan uji normal untuk beton seperti uji kemerosotan atau pemadatan.
Nilai kemampuan kerja dan metode pengujiannya tidak diketahui.

Ø Beton Hampa
Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air
pengencer adukan beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun
hanya mengandung air yang telah bereaksi dengan semen saja sehingga
memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali
dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit. Beton
jenis ini banyak digunakan untuk pembangunan gedung-gedung tinggi, karena
memiliki kekuatan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena proses
penyedotan air pengencer adonan beton dengan alat vakum sehingga adonan
hanya mengandung air yang sudah tercampur dengan semen saja.

Adapun kelebihan dari beton hampa sebagai berikut :


1.Bekisting bisa dilepas lebih awal dan permukaanya dapat di manfaatkan di awal
2.pengurangan rasio air semen dapat meningkatkan kuat tekan dengan 10 sampai 50%
dan menurunkan permeabilitas
Adapun kekurangan dari beton hampa sebagai berikut :
1.

11
Ø Beton Bertulang
Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan
baja. Perlu diketahui, beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi
lemah dengan gaya tarik. Oleh karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke
dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik meningkat. Beton
bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai,
kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.
Adapun kelebihan dari beton bertulang sebagai berikut :
1. Beton bertulang dengan kuat tekan relatif lebih tinggi dari bahan konstruksi
lain.
2. Ketebalan penutup beton tertentu hanya mengalami kerusakan pada
permukaannya saja, dan tahan terhadap terhadap api dan air.
3. Struktur beton bertulang sangat kuat dan kokoh.
4. Biaya pemeliharaan pada beton bertulang tergolong rendah
5. Struktur beton bertulang dapat bertahan sampai jangka waktu yang sangat
lama
6. Pilihan paling hemat biaya pada Beton bertulang dibandingkan dengan
material lainnya.
7. Beton bertulang bisa didesain dalam banyak bentuk yang sederhana seperti
kolom hingga berbentuk atap kubah walaupun rumit.
8. Material beton bertulang mudah didapatkan seperti baja tulangan, semen,
pasir, kerikil, dan air.
9. Konstruksi beton bertulang lebih mudah dibanding struktur baja dalam
pembuatannya
Adapun kekurangan dari beton bertulang sebagai berikut :
1. Beton memiliki Kuat tarik yang sangat rendah karenanya penggunaan
tulangan tarik.
2. Waktu pengerjaan beton bertulang dibutuh waktu lebih lama.
3. Sifat kualitas beton bertulang bervariasi
4. Dibutuhkan bekisting sebagai penahan pada saat pengecoran, Berat sendiri
beton (2,4 t/m3)
5. Penyangga bekisting tetap berada pada tempatnya untuk menjaga sampai
beton mengeras pada umur beton yang telah ditetapkan untuk menahan
beratnya sendiri.
6. Biaya material bekisting lebih mahal sampai sepertiga dari total biaya sebuah
struktur beton.
7. Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton sangat berpengaruh pada
struktur-struktur bentang-panjang dimana berat beban mati beton sendiri.
8. Sifat beton bervariasi dengan campuran dan pengadukannya

12
Ø Beton Pra-Tegang
Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton
bertulang. Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal
dimasukkan ke beton harus ditegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya
beton tidak mengalami keretakan walaupun menahan beban lenturan yang
besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk menyangga
struktur bangunan bentang lebar.
Adapun kelebihan dari beton pra tegang sebagai berikut :
1. Beton prategang memiliki risiko mengalami retak terbuka di daerah tarik yang
sangat minim. Hal ini membuat konstruksinya jauh lebih tahan terhadap korosi.
2. Karakteristik beton prategang yaitu kedap air. Jenis beton ini sangat bagus
digunakan untuk pelaksanaan proyek pembangunan yang lokasinya dekat
dengan perairan.
Adapun kekurangan dari beton pra tegang sebagai berikut :
1. Harga satuan material untuk membuat beton prategang lebih mahal daripada
beton konvensional. Penyebabnya tidak lain karena mutu material tersebut jauh
lebih baik.
2. Dibutuhkan proses pengerjaan yang lebih rumit untuk membuat beton
prategang. Begitu pula dengan proses perhitungannya pun membutuhkan
ketelitian yang sangat tinggi.
3. Beton prategang memerlukan pengangkeran ujung serta plat landas sebagai
salah satu elemen yang menyusun konstruksinya.
4. Pengontrolan di setiap tahap pelaksanaan pembangunan menggunakan
prategang membutuhkan pengawasan yang sangat ketak baik dari segi material,
peralatan, maupun tenaga kerjanya.

Ø Beton Pra-Cetak
Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan
disebut beton pra-cetak. Beton ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar
kualitasnya lebih baik. Selain itu, pemilihan beton tersebut juga kerap didasari
pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia. Beton
pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang pembangunan dan pengadaan material.
Adapun kelebihan dari beton pra cetak sebagai berikut :

13
1) Mampu menghasilkan kekuatan yang tinggi.
2) Tidak memerlukan perawatan yang berlebih.
3) Tahan api.
4) Tidak mudah mengalami perubahan volume (stabil).
5) Tahan terhadap panas.
6) Dapat diproduksi secara mekanis.
Adapun kekurangan dari beton pra cetak sebagai berikut :

1.Beton Sangat Berat


2. Kesalahan tidak Dapat Ditoleransi
3. Koneksi panel mungkin Sulit

Ø Beton Massa
Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup
banyak. Penuangan beton ini juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata.
Begitu pula dengan perbandingan antara volume dan luas permukaannya pun
sangat tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran
lebih dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi
besar, pilar bangunan, dan bendungan.contoh penerapan pada beton ini:
A) Konstruksi Dinding Penahan Tanah
B) Konstruksi Dam/ Bendungan
C) Konstruksi Landasan Pacu Pesawat
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan beton massa adalah perbedaan
temperatur bagian dalam dan bagian luar yang terjadi akibat adanya panas hidrasi.
Panas yang timbul ini menyebabkan beton mengembang namun bagian luar lebih
cepat mendingin dan menyusut volumenya sedangkan bagian dalam masih panas dan
belum menyusut, maka terjadilah perbedaan volume. Tahap berikutnya lapisan bagian
luar mendingin dan menyusut sehingga menarik lapisan luar yang sudah terlebih
dahulu menyusut sehingga timbul kecenderungan retak retak. Proses berlangsungnya
retak retak ini bersamaan dengan proses pengerasan beton.

14
Ø Beton Siklop
Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup
besar sebagai bahan pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut
berkisar antara 15-20 cm. Bahan ini lantas ditambahkan ke adukan beton
normal sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton siklop seringkali
dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.

Beton ini banyak dimanfaatkan dalam berbagai konstruksi. Contohnya adalah


:

 Pembuatan bendungan
 Konstruksi jembatan
 Dll

Salah satu material yang digunakan untuk pembuatan beton ini adalah batu.
Jenis batu haruslah dipilih dati yang berkualitas, khususnya bagi yang
menginginkan konstruksi awet dan tahan lama.

Salah satu cirinya adalah : batu keras, awet, bebas dari reta, serta tidak rusak
karena pengaruh cuaca. Untuk hasil yang maksimal, maka batu haruslah
bersudut runcing yang tidak terkontaminasi dengan bahan lain yang bisa
menghambat pengikatan dengan beton. Untuk ukuran batu yang digunakan
adalah tidak lebih dari 25 cm.

 Konstruksi dengan Beton Siklop

 Beton siklop merupaan beton dengan campuran mutu beton fc’=15Mpa


atau Anda juga bsia mengartikannya ke dalam istilah K175. Beton tanpa
tulangan ini membutuhkan batu-batuan pecah dengan ukuran paling
maksimum adalah 25 cm. Semua batuan diletakkan dengan hati-hati dan
teliti.

 Dalam pemasangannya, Anda juga haus memperhatikan agar batuan


tersebut tidak boleh jatuh apalagi jika konstruksinya di tempat yang
tinggi. Hal ini dikarenakan Anda harus menghindari batuan dari
kerusakan dan resiko merusak bentuk acuan atau pasangan beton lain
yang letaknya berdekatan.

15
 Semua batuan tersebut haruslah dibasahi terlebih dahulu sebelum
ditempatkan. Untuk volumenya sendiri adalah sepertiga dari total
voklume pekerjaan beton siklop. Sedangkan untuk konstruksi dinding
penahan tanah serta pilar lebih tebal dari 60 cm.

 Untuk konstruksi yang optimal hasilnya, maka setiap batuan ini haruslah
dilindungi dengan adukan beton dengan tebal 15 cm. Sedangkan jarak
antara batu pecah maksimum adalah 30 cm dengan jarak terhadap
permukaan minimum adalah 15 cm. Pada permukaan bagian atas, harus
dilindungi dengan beton penutup atau disebut pula dengan caping.

Ø Beton Serat
Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat
tertentu ke dalam adukan beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di
antaranya asbestos, plastik, kawat baja, hingga tumbuh-tumbuhan.
Penambahan serat dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas pada beton
tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.
Sifat-sifat Beton Serat atau beton fiber Salah satu sifat penting dari beton
adalah daktilitas. Daktilitas yaitu kemampuan struktur atau komponennya
untuk melakukan deformasi inelastik bolak-balik berulang di luar batas titik
leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya
dukung bebannya (SNI 03-1729-2002).
Salah satu alasan penambahan serat pada beton adalah untuk menaikkan
kapasitas penyerapan energi dari matrik campuran, yang berarti meningk
atkan daktilitas beton. Penambahan daktilitas juga berarti penambahan
perilaku beton terhadap lelah (fatigue) dan kejut (impact).

Beton serat mempunyai kelebihan dibanding beton tanpa serat dalam


beberapa sifat strukturnya antara lain keliatan (ductility), ketahanan terhadap
beban kejut (impact resistance), kuat tarik dan lentur (tensile and flexural
strength), kelelahan (fatigue life), ketahanan terhadap pengaruh susut
(shrinkage) dan ketahanan terhadap keausan (abrasion) (Soroushian and
Bayashi, 1987).

Menurut As’ad (2008), beton serat memberi banyak keuntungan antara lain:

16
 Serat terdistribusi secara acak di dalam volume beton pada jarak yang relatif
dekat satu sama lain. Hal ini akan memberi tahanan berimbang ke segala arah
dan memberi keuntungan material struktur yang dipersiapkan untuk menahan
beban gempa dan angin.
 Perbaikan perilaku deformasi seperti ketahanan terhadap impak, daktilitas
yang lebih besar, kuat lentur, dan kapasitas torsi yang lebih baik.
 Meningkatkan ketahanan beton terhadap formasi dan pembentukan retak.
 Peningkatan ketahanan pengelupasan (spalling) dan retak pada selimut beton
akan membantu menghambat korosi besi tulangan dari serangan kondisi
lingkungan yang berpotensi korosi.

Perencanaan Campuran Beton Serat Atau Beton Fiber

Penambahan serat banyak mengubah perilaku beton setelah retak misalnya


terjadi peningkatan regangan tarik setelah beton runtuh, sehingga dihasilkan
beton yang lebih keras dan lebih tahan benturan (Salain, 2008 dalam Jaya,
2010). Peningkatan kekerasan beton banyak dipengaruhi oleh konsentrasi
serat dan ketahanan serat terhadap cabutan yang terutama ditentukan oleh
perbandingan aspek serat (perbandingan panjang/diameter) dan faktor lain
seperti bentuk dan tekstur permukaan. Perencanaan campuran beton serat
ditentukan berdasarkan (Salain, 2008 dalam Jaya 2010):
a. Kandungan serat < 2% dari volume beton,
b. Perbandingan aspek panjang dan diameter serat < 100,
c. Diameter agregat < 19 mm

2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON


Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat
(terkadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia
tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia) pada perbandingan tertentu.
Kelebihan dari beton adalah:
· Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan
lokal, kecuali semen Portland.

17
· Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah
· Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
· Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan
batu.
· Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan
Kekurangan dari beton adalah:
· Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena
itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
· Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang
panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan
beton.
· Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga
perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak
akibat perubahan suhu.
· Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki
air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.
· Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

2.6 BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON


1. SEMEN.
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran
dengan air atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi
yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
18
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan
prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd.
V.
b. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone
murni.
c. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
d. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari
pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida,
besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini
digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen
portland. Semen portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus
yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri
dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai
tambahan.

2. AGREGAT
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya
alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses
pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga
diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar. Agregat halus untuk
beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari
batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah
batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah
agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran
19
butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada
maksud pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;
Ditinjau dari asalnya
1. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau
hasil penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan
beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun
kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah
butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah
berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan
sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
a. Kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh
a;lam dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya
karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada
umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga
dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini
bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya
untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut.
b. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih
banyak karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian
untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton
dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak
daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton
dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada
permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus.
c. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum
digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan
bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat
isolasi panas yang baik.
20
2. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan
penggunaan khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam.
Berikut adalah contoh agregat buatan:
a. Klinker dan Breeze
Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna,
massanya mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar.
Adapun breeze merupakan bahan residu yang kurang keras dan kurang baik
pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah
terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan
kelembapan. Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula
terjadinya rambatan kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun
pembangkit tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat.
Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi blok dan pelat
untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.
b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang tanah liat dan batu
tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan
berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan
pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.
c. Cooke breeze
Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang
yang kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur
rumah tangga di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung
banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak
tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu
mendapat perhatian.
d. Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur
berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale
dibakar mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian
bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah

21
yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak
hingga mencapai susunan butir yang diperlukan.
e. Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-
senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan
pembakaran dalam dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu
ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur
berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-
lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk
mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri
dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.

Ditinjau dari berat jenisnya


1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat
digunakan untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat
ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan dan
fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun
buatan. Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite,
dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7.
agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton
yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa
sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton normal
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya
magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan
juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung
sinar radiasi sinar X.

Ditinjau dari Bentuknya


22
1. Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai
rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta
semen untuk menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak
cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat
berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada
agregat bulat, yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini
membutuhkan pasta semen lebih banyak untuk mendapatkan beton segar yang
baik (dapat dikerjakan).
2. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan
permukaannya kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil
pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu
antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga membentuk daya
lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi
maupun lapis perkerasan jalan.
3. Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar
dan tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan
yang berlapis.
4. Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang
terpanjang dan terlebar lebih dari 3.

Ditinjau dari tekstur permukaan


1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam,
obsidian.
2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan,
permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini:
basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
3. Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-
butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan
sebagainya.
23
4. Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan
adanya butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5. Agregat berpori dan berongga.

3. AIR DAN BAHAN CAMPURAN


Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena
itu, air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen.
Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur
dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu
diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai
sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk
pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk
mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil
pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk
beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam
yang dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat
memperbaiki sifat beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi
menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan
harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak
perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua
disebut zat campuran. Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas
adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu
terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah. Ada beberapa jenis
zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat
untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk
memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum
udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat
untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam
semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah.
Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk
golongan zat pendispersi.

24
2.7. SYARAT AGREGAT MENURUT SII, ASTM DAN SK SNI
2.7.1. Syarat Mutu Agregat Untuk Beton
a. Agregat Halus (pasir):

1) Butirannya tajam, kuat dan keras

2) Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.

3) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :

a) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %

b) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %

4) Agregat halus tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati
ayakan 0,060 mm) lebih dari 5 %. Apabila lebih dari 5 % maka pasir harus
dicuci.

5) Tidak boleh mengandung zat organik, karena akan mempengaruhi mutu beton.

Bila direndam dalam larutan 3 % NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh
lebih gelap dari warna larutan pembanding.

6) Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 1,5-3,8. Apabila diayak dengan
susunan ayakan yang ditentukan, harus masuk salah satu daerah susunan butir
menurut zone 1, 2, 3 atau 4 dan harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a) sisa di atas ayakan 4,8 mm, mak 2 % dari berat b)


sisa di atas ayakan 1,2 mm, mak 10 % dari berat c)
sisa di atas ayakan 0,30 mm, mak 15 % dari berat

7) Tidak boleh mengandung garam

b. Agregat Kasar (Kerikil) :

25
1) Butirannya tajam, kuat dan keras

2) Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.

3) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :

a. Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %

b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10

26
Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat melewati ayakan
0,060 mm) lebih dari 1 %. Apabila lebih dari 1 % maka kerikil harus dicuci.

5) Tidak boleh mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat merusak beton.

6) Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10 dan harus memenuhi
syarat sebagai berikut :

a. sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 % dari berat

b. sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98 % dari berat

c. Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang


berurutan, mak 60 % dan min 10 % dari berat.

7) Tidak boleh mengandung garam.

Syarat Mutu Agregat Menurut SII 0052-80


a. Agregat Halus

1) Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,50 – 3,80.

2) Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 5 %

3) Kadar zat organic ditentukan dengan larutan Na-Sulfat 3 %, jika dibandingkan


warna standar tidak lebih tua daripada warna standar.

4) Kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding


yang berasal dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka hasil bagi tidak
lebih dari 2,20.

5) Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :

a. Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %.

b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.


27
b. Agregat Kasar

1) Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,0 – 7,10.

2) Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 1 %.

3) Kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga, mak 5 %.

4) Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :


a. Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 12 %.

b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 18 %.

5) Tidak bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini
menggunakan semen yang kadar alkali sebagi Na2O lebih besar dari 0,6 %.

6) Tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat.

7) Kekerasan butir ditentukan dengan bejana Rudellof dan dengan bejana Los

Angeles adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Persyaratan Kekerasan Agregat Untuk Beton

Kekerasan dg bejana Rudellof, Kekerasan dg


bg. Hancur menembus ayakan bejana geser Los
2 mm, mak , % Angeles, bag
hancur
Fraksi Butir Fraksi Butir menembus
Kelas dan Mutu Beton
ayakan 1,7 mm,
19-30 mm 9,5-19 mm mak, %
Beton kelas I 22 - 30 24 - 32 40 - 50
Beton kelas II
14 - 22 16 - 24 27 - 40
Beton kelas III/beton
pratekan
kurang dari 14 kurang dari 16 kurang dari 27

28
Syarat Mutu Agregat Menurut ASTM C33-86
a. Agregat Halus

1) Kadar Lumpur atau bagaian butir lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no

200), dalam % berat, mak :

- Untuk beton yg mengalami abrasi : 3,0

- Untuk jenis beton lainnya : 5,0

2) Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan, mak 3,0

%.

3) Kandungan arang dan lignit :

- Bila tampak, permukaan beton dipandang penting kandungan mak 0,5 %.

- Untuk beton jenis lainnya 1,0 %.

4) Agregat halus bebas dari pengotoran zat organic yang merugikan beton. Bila
diuji dengan larutan Natrium Sulfat dan dibandingkan dengan warna standar,
tidak lebih tua dari warna standar. Jika warna lebih tua maka agregat
halus itu harus ditolak, kecuali apabila :

a. Warna lebih tua timbul oleh adanya sedikit arang lignit atau yg sejenisnya.

b. Diuji dengan cara melakukan percobaan perbandingan kuat tekan


mortar yg memakai agregat tersebut terhadap kuat tekan mortar yg
memakai pasir standar silika, menunjukkan nilai kuat tekan mortar
tidak kurang dari 95 % kuat tekan mortar memakai pasir standar. Uji
kuat tekan mortar harus dilakukan sesuai dengan cara ASTM C87.

5) Agregat halus yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan


mengalami basah dan lembab terus menerus atau yg berhubungan dg tanah
basah, tidak boleh mengandung bahan yg bersifat reaktif terhadap alkali
29
dalam semen, yg jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yg
berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap
alkali boleh dipakai untuk membuat beton dengan semen yg kadar
alkalinya dihitung sebagai setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O)
tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang dapat mencegah
terjadinya pemuaian yang membahayakan akibat reaksi alkali agregat
tersebut.

6) Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat :

a. Jika dipakai Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %.

b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.

7) Susunan besar butir (gradasi). Agregat halus harus mempunyai susunan besar
butir dalam batas-batas sebagai berikut :

Tabel 2.2. Syarat Gradasi Agregat Halus Menurut ASTM

Ukuran Lubang Ayakan (mm) Prosentase Lolos Komulatif (%)


9,5 100
4,75 95-100
2,36 80-100
1,18 50-85
0,60 25-60
0,30 10-30
0,15 2-10

agregat halus tidak boleh lebih mengandung bagian yang lolos lebih dari

45 % pada suatu ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya.


Modulus kehalusannya tidak kurang dari 2,3 dan tidak lebih dari 3,1.

30
b. Agregat Kasar

1) Agregat kasar yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan mengalami


basah dan lembab terus menerus atau yg berhubungan dg tanah basah, tidak boleh
mengandung bahan yg bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yg jumlahnya
cukup dapat menimbulkan pemuaian yg berlebihan di dalam mortar atau beton.
Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh dipakai untuk membuat beton
dengan semen yg kadar alkalinya dihitung sebagai setara Natrium Oksida (Na2O
+ 0,658 K2O) tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang dapat
mencegah terjadinya pemuaian yang membahayakan akibat reaksi alkali agregat
tersebut. Syarat yang lain untuk agregat kasar seperti pada SII.
2.7.2. Syarat Mutu Agregat Untuk Beton Aspal Menurut SNI 1737 – 1989 – F

No Jenis Pengujian Persyaratan Satuan


Min Max
1 Abrasi 40 %
2 Impact 30 %
3 Crushing 30 %
4 Berat Isi Padat
5 Berat Jenis
Bulk 2.5
SSD
2.5
6 Apparent
Penyerapan 3 %
7 Sand Equivalent 2.5
50 %
8 Kelekatan Terhadap aspal 95 %
9 Kepipihan 25 %
10 Soundness Na2SO4 12 %
11 Atterberg limit Non Plastis
12 Gumpalan Lempung 0.25 %

PENGUJIAN SIFAT-SIFAT AGREGAT

Cara-cara memeriksa sifat-sifat pasir :

a. Untuk mengetahui kandungan tanah liat/Lumpur pada pasir dilakukan dengan


cara meremas atau menggenggam pasir dengan tangan. Bila pasir masih
terlihat bergumpal dan kotoran tertempel di tangan, berarti pasir banyak
mengandung Lumpur.

31
b. Kandungan Lumpur dapat pula dilakukan dengan mengisi gelas dengan air,
kemudian masukkan sedikit pasir ke dalam gelas. Setelah diaduk dan
didiamkan beberapa saat maka bila pasir mengandung Lumpur, Lumpur akan
terlihat mengendap di atasnya.

c. Pemeriksaan kandungan zat organic dilakukan dengan cara memasukkan pasir


ke dalam larutan Natrium Hidroksida ( NaOH) 3 % . Setelah diaduk dan
didiamkan selama 24 jam, warnanya dibandingkan dengan warna
pembanding.

d. Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam Natrium Sulfat atau Magnesium
Sulfat.

Untuk memeriksa agregat kasar ,kerikil alam dan batu pecah dilakukan sama seperti
pengujian pada pasir ditambah dengan pemeriksaan kekerasan dan ketahanan aus.

a) Pemeriksaan Kekerasan kerikil dilakukan dengan bejana Rudellof, bagian


yang hancur ( tembus ayakan 2 mm) tidak boleh lebih dari 32 %

b) Pemeriksaan ketahanan aus dilakukan dengan mesin uji aus “ LOS


ANGELES”, bagian yang hancur tidak boleh lebih dari 50 %.

c) Pemeriksaan Berat Jenis dan Daya Serap Air Agregat kasar.

Tujuan dari pemeriksaan BJ ini adalah untuk menentukan jumlah agregat (


volume padat ) dalam suatu campuran beton. Pemeriksaan Berat jenis
agregat dilakukan dengan cara :

ambil 5 kg agregat kasar, kemudian cuci agregat untuk menghilangkan


lumpur.

Contoh agregat kemudian dikeringkan/dioven pada suhu 100°C – 110°C


sampai mencapai berat tetap, kemudian dinginkan pada suhu kamar
selama 1 – 3 jam dan ditimbang (A).

Setelah dingin, contoh tadi direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya
contoh dikeluarkan dari dalam air rendaman kemudian dilap dengan kain

32
sampai semua air yang melekat pada permukaan agregat tidak tampak lagi,
usahakan agar tidak terjadi penguapan melalui pori-pori agregat (dalam
kondisi SSD)

Contoh uji ditimbang dalam kondisi jenuh permukaan kering (SSD =

saturated surface dry condition) = B.

Kemudian contoh uji ditimbang dalam air, sambil diusahakan tidak ada
udara yang tersekap di dalamnya (C).

Setelah ditimbang dalam air, contoh dikeringkan dalam oven pada suhu

100°C – 110°C sampai beratnya tetap, kemudian timbang.

A
Berat jenis Bulk =
B C

 Berat Jenis SSD = B


B-C
A
Berat Jenis Semu =
A C

B A
Daya Serap Air = x100 , dengan :
A

A = Berat contoh kering oven

B = Berat contoh dalam kondisi SSD


C = berat dalam air.

33
Gb. 2.1. Pengujian BJ Pasir Gb. 2.2. Pengujian Daya Gb. 2.3. Pengujian BI Kerikil

Serap Air Agregat

Gb. 2.4. Pengujian gradasi Gb. 2.5. Pengujian Kekerasan Gb. 2.6. Pengujian Organic
Agregat Agregat Impurtis Pasir

BAHAN-BAHAN YANG MERUGIKAN AGREGAT

Bahan-bahan yang merugikan agregat adalah bahan-bahan yang mengganggu


proses pengikatan dan pengerasan beton, mengurangi kekuatan serta berat isi
beton, menyebabkan terkelupasnya beton dan mempengaruhi ketahanan beton
terhadap karat

34
Bahan-bahan tersebut adalah :

Bahan-bahan padat yang menetap, seperti : lempung, Lumpur dan abu.

Bahan-bahan ini apabila terdapat dalam agregat dalam jumlah banyak, maka
akan ada kecenderungan penggunaan air yang banyak dalam campuran beton,
sehingga mutu beton menjadi jelek. Selain itu, bahan- bahan ini juga akan
menghalangi pengikatan antara semen dan agregat.

Bahan organic dan humus, seperti : daun-daun yg membusuk, humus,

asam untuk menyamak, dll. Bahan-bahan ini akan mengganggu proses hidrasi pada
beton.

Garam, seperti : Chlorida, sulfat, Karbonat dan Fosfat. Bahan-bahan ini

dapat bereaksi secara kimiawi sehingga memperlambat atau merobah proses


pengikatan semen, menurunkan kekuatan bahkan menghancurkan beton. Apabila
agregat mengandung Chlorida lebih dari 2 % maka Chlorida tersebut akan
menyerap air dalam udara sehingga meningglkan noda putih pada permukaan beton.
Selain itu, jenis garam ini juga akan mnyebabkan karat pada tulangan sehingga
retak-retak pada beton dan menyebabkan terurainya beton yang bersangkutan. Pada
kondisi yang demikian, beton tidak dapat diperbaiki lagi, karena serangan karat oleh
Chlorida berlangsung terus menerus tidak dapat dicegah.

Agregat yang reaktif terhadap alkali, yaitu agregat yg mengandung silika

reaktif, biasanya terdapat pada batuan cherts, batu kapur dan beberapa jenis
batuan beku. Jenis agregat ini dapat bereaksi dengan alkali yang ada dalam semen
dan membentuk gel-silika, sehingga agregat mengembang/membengkak dan
menyebabkan timbulnya retak serta

penguraian beton.

35
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan
penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan
kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk
Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia.
Disamping mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah
dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil
serta mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan
lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.

3.2 SARAN
1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur, pekerjaan
penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika tidak kualitas
beton menurun.
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan
pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang
dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date )
seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan
struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan berpedoman
pada faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pengalaman tenaga
kerja serta segi ekonomisnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Nurdin Asri, Dkk. (2017) “BETON”


http://duniatekniksipil.web.id/category/struktur-beton/
http://sukamabar.blogspot.co.id/2013/06/tentang-struktur-beton-bertulang.html
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40304/mod_resource/content/1/Panduan%20Belaj
ar%20SBD%20Rev%201.pdf
https://www.ilmubeton.com/2018/02/perbedaan-pasta-semen-mortar-dan-beton.html

http://infocom-hmjts-uty.blogspot.com/2012/03/definisi-beton-ringan.html

37

Anda mungkin juga menyukai