Anda di halaman 1dari 20

PETA KONSEP HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

NEGARA

HAK
UUD NRI
TAHUN 1945
KEWAJIBA
N

WARGA NEGARA
1. Makna Hak dan Kewajiban Warga Negara

Hak merupakan semua hal yang harus kalian peroleh atau dapatkan. Hak dapat berbentuk kewenangan atau kekuasaan untuk
melakukan sesuatu. Hak yang diperoleh merupakan akibat dari dilaksanakannya kewajiban. Dengan kata lain, hak dapat diperoleh
apabila kewajiban sudah dilakukan, misalnya seorang pegawai berhak mendapatkan upah apabila sudah melaksanakan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pada pembelajaran di bab pertama, kalian sudah diperkenalkan dengan konsep hak asasi
manusia. Menurut kalian sama tidak maknanya dengan konsep warga negara? Untuk mengetahui jawabannya, coba kalian cermati
uraian materi berikut ini. Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap pribadi manusia. Karena itu, hak asasi manusia
itu berbeda penger tian nya dengan hak warga negara. Hak warga negara merupakan seperangkat hak yang melekat dalam diri
manusia dalam kedudukannya sebagai anggota dari sebuah negara. Hak asasi sifatnya universal, tidak terpengaruh status kewarga
negaraan seseorang. Akan tetapi hak warga negara dibatasi oleh status kewarganegaraannya. Dengan kata lain, tidak semua hak
warga negara adalah hak asasi manusia. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa semua hak asasi manusia juga merupakan hak warga
negara, misalnya hak setiap warga negara untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan Republik Indonesia adalah hak asasi warga
negara Indonesia. Hak ini tidak berlaku bagi orang yang bukan warga negara Indonesia. Bagaimana dengan konsep kewajiban warga
negara? Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Dengan demikian, kewajiban warga negara dapat diartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang warga
negara sebagaimana diatur dalam ketentuan perundangundangan yang berlaku. Apa yang membedakannya dengan kewajiban asasi?
Kewajiban asasi merupakan kewajiban dasar setiap orang. Dengan kata lain, kewajiban asasi terlepas dari status kewarganegaraan
yang dimiliki oleh orang tersebut. Sementara itu, kewajiban warga negara dibatasi oleh status kewarganegaran seseorang. Akan tetapi,
meskipun demikian, konsep kewajiban warga negara memiliki cakupan yang lebih luas, karena meliputi pula kewajiban asasi.
Misalnya, di Indonesia menghormati hak hidup merupakan kewajiban setiap orang terlepas apakah ia warga negara Indonesia atau
bukan. Adapun, kewajiban bela negara hanya merupakan kewajiban warga negara Indonesia saja, sementara warga negara asing tidak
dikenakan kewajiban tersebut. Hak dan kewajiban warga negara merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keduanya memiliki
hubungan kausalitas atau hubungan sebab akibat. Seseorang mendapatkan haknya dikarenakan dipenuhinya kewajiban yang
dimilikinya. Misalnya, seorang pekerja mendapatkan upah, setelah dia melaksanakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya. Selain
itu, hak yang didapatkan seseorang sebagai akibat dari kewajiban yang dipenuhi oleh orang lain. Misalnya, seorang pelajar
mendapatkan ilmu pengetahuan pada mata pelajaran tertentu, sebagai salah satu akibat dari dipenuhinya kewajiban oleh guru yaitu
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Hak dan kewajiban warga negara juga tidak dapat dipisahkan, karena bagaimanapun
dari kewajiban itulah muncul hak-hak dan sebaliknya. Akan tetapi, sering terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak
seimbang. Misalnya, setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, akan tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada maka akan terjadi kesenjangan sosial yang
berkepanjangan.

2. Jenis-Jenis Hak dan Kewajiban Warga Negara Republik Indonesia


Kalau kalian telaah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, baik naskah sebelum maupun setelah
perubahan, kalian akan dengan mudah menemukan ketentuan mengenai warga negara dengan segala hal yang melekat pada dirinya.
Ketentuan tersebut dapat kalian identifikasi mulai dari Pasal 26 sampai dengan Pasal 34. Dalam ketentuan tersebut juga diatur
mengenai jenis hak dan kewajiban warga negara Indonesia. Berikut ini diuraikan beberapa jenis hak dan kewajiban yang diatur dalam
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
a. Hak atas kewarganegaraan
Siapakah yang menjadi warga negara dan penduduk Indonesia? Pasal 26 Ayat (1) dan (2) dengan tegas menjawab pertanyaan
tersebut. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut bahwa yang menjadi warga negara ialah orang orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Adapun, yang menjadi penduduk Indonesia
ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Pasal 26 ini merupakan jaminan atas hak warga
negara untuk mendapatkan status kewarganegaraannya yang tidak dapat dicabut secara semena-mena. Pasal 26 ini juga merupakan
salah satu pencerminan dari pokok pikiran kedaulatan rakyat, penjabaran sila keempat yang menjadi landasan kehidupan politik
di negara kita, Indonesia tercinta.
b. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
Negara Republik Indonesia menganut asas bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum dan
pemerintahan. Ini adalah konsekuensi dari prinsip kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan. Pasal 27 Ayat (1) menyatakan
bahwa Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Hal ini menunjukan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dan tidak
adanya diskriminasi di antara warga negara mengenai kedua hal ini. Pasal 27 Ayat (1) ini merupakan jaminan hak warga negara
atas kedudukan yang sama dalam hukum dan juga merupakan kewajiban warga negara untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan.
c. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
Pasal 27 Ayat (2) menyatakan bahwa Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Pasal ini memancarkan asas keadilan sosial dan kerakyatan yang merupakan hak warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak. Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur hal ini misalnya terdapat dalam Undang-
Undang Agraria, Perkoperasian, Penanaman Modal, Sistem Pendidikan Nasional, Tenaga Kerja, Perbankan, dan sebagainya yang
bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja agar warga negara memperoleh penghidupan yang layak.
d. Hak dan kewajiban bela negara
Pasal 27 Ayat (3) menyatakan bahwa Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Ketentuan
tersebut menegaskan hak dan kewajiban warga negara menjadi sebuah kesatuan. Dengan kata lain, upaya pembelaan negara
merupakan hak sekaligus menjadi kewajiban dari setiap warga negara Indonesia.
e. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul
Pasal 28 menetapkan hak warna negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran secara lisan maupun
tulisan, dan sebagainya. Syarat-syaratnya akan diatur dalam undang-undang. Dalam ketentuan ini terdapat tiga hak warga negara,
yaitu hak kebebasan berserikat, hak kebebasan berkumpul, serta hak kebebasan untuk berpendapat.

f. Kemerdekan memeluk agama


Pasal 29 Ayat (1) menyatakan bahwa Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa. Ketentu an ayat ini menyatakan
kepercayaan bangsa Indonesia ter hadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian Pasal 29 Ayat (2) menyatakan Negara menjamin
kemerdekaan tiaptiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan kepercayaan
itu. Hal ini merupakan hak warga negara atas kebebasan beragama. Dalam konteks kehidupan bangsa Indonesia, kebebasan
beragama ini tidak diartikan bebas tidak beragama, tetapi bebas untuk memeluk satu agama sesuai dengan keyakinan masing-
masing, serta bukan berarti pula bebas untuk mencampuradukkan ajaran agama.
g. Pertahanan dan keamanan negara
Pertahanan dan keamanan negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan dalam bentuk
hak dan kewajiban yang dirumuskan dalam Pasal 30 Ayat (1) dan (2). Ketentuan tersebut menyatakan hak dan kewajiban warga
negara untuk ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
h. Hak mendapat pendidikan
Sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercermin dalam alenia keempat pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu bahwa pemerintah negara Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan
kehidupan bangsa, pasal 31 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan bahwa setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan. Ketentuan ini merupakan penegasan hak warga negara untuk mendapatkan
pendidikan. Selanjutnya dalam Pasal 31 Ayat (2) ditegaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya. Pasal ini merupakan penegasan atas kewajiban warga negara untuk mengikuti pendidikan dasar.
Untuk maksud tersebut, Pasal 31 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
i. Kebudayaan nasional Indonesia
Pasal 32 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan bahwa Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan mesyarakat dalam memelihara dalam
mengembangkan nilai-nilai budayanya. Hal ini merupakan penegasan atas jaminan hak warga negara untuk mengembangkan nilai-
nilai budayanya. Kemudian dalam Pasal 32 Ayat (2) disebutkan Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai
kekayaan budaya nasional. Ketentuan ini merupakan jaminan atas hak warga negara untuk mengembangkan dan menggunakan
bahasa daerah sebagai bahasa pergaulan.
j. Perekonomian nasional
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur tentang perekonomian nasional. Pasal 33 yang
terdiri atas lima ayat menyatakan sebagai berikut. (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Ketentuan pasal 33 ini merupakan jaminan hak warga negara atas usaha perekonomian dan hak warga negara untuk mendapatkan
kemakmuran.
k. Kesejahteraan sosial
Masalah kesejahteraan sosial dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesi Tahun 1945 diatur dalam Pasal 34. Pasal
34 terdiri atas empat ayat. (1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan sistim
jaminan sosial bagi seluruah rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan. (3) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. Pasal 34 ini memancarkan
semangat untuk mewujudkan keadilan sosial. Ketentuan dalam pasal ini memberikan jaminan atas hak warga negara untuk
mendapatkan kesejahteraan sosial yang terdiri atas hak mendapatkan jaminan sosial, hak mendapatkan jaminan kesehatan, dan
hak mendapatkan fasilitas umum yang layak.
3. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila

Nilai praksis pada hakikatnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai instrumental. Dengan kata lain, nilai praksis merupakan
realisasi dari ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan perundang-undangan yang terwujud dalam sikap dan tindakan
sehari-hari. Nilai praksis Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai perkembangan
zaman dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Pancasila sebagai ideologi yang terbuka. Hak dan kewajiban warga negara
dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila nilai-nilai dasar dan instrumental dari Pancasila itu sendiri dapat dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh warga negara. Oleh sebab itu, setiap warga negara harus menunjukkan sikap positif dalam
kehidupan sehari-hari.
NO SILA PANCASILA SIKAP POSITIF YANG DITUNJUKKAN
1 a. Hormat-menghormati dan bekerja sama antarumat beragama sehingga terbina
kerukunan hidup.
b. Saling menghormati kebebasan beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
c. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2 a. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama manusia.


b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Tenggang rasa kepada orang lain.
d. Tidak semena-mena kepada orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
f. Berani membela kebenaran dan keadilan.
g. Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3 a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan


negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara .
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
4 a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d. Menerima dan melaksanakan setiap keputusan musyawarah.
e. Mempertanggungjawabkan setiap keputusan musyawarah secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

5 a. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.


b. Menghormati hak-hak orang lain.
c. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
d. Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.
e. Menjauhi sifat boros dan gaya hidup mewah.
f. Rela bekerja keras.
g. Menghargai hasil karya orang lain.
Faktor Terjadinya Pelanggaran Hak dan Pengingkaran
Kewajiban Warga Negara
A. Materi Reguler
1. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara

Pada sub sebelumnya, kita sudah membahas tentang hak dan kewajiban sesuai dengan Pancasila. Nah, pada subbab ini,
kita akan membicarakan tentang kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga negara.

Pelanggaran hak warga negara terjadi ketika warga negara tidak dapat menikmati atau memperoleh haknya sebagaimana
yang ditetapkan oleh undang-undang. Pelanggaran hak warga negara merupakan akibat dari adanya pelalaian atau pengingkaran
terhadap kewajiban baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh warga negara sendiri. Misalnya, kemiskinan yang masih
menimpa sebagian masyarakat Indonesia. Hal itu dapat disebabkan program pembangunan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Atau, bisa juga disebabkan oleh perilaku warga negara sendiri yang tidak mempunyai keterampilan sehingga kesulitan
mendapatkan pekerjaan yang layak.

Menurut kalian faktor apa saja yang menyebaban pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara masih terjadi?
Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban yang dilakukan warga negara disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut.(Wulandari, 2017:93)

a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelaku. Kita harus menyadari bahwa tidak semua pelanggaran hak
dan pengingkaran kewajiban disebabkan oleh factor dari luar. Faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Egoisme, yaitu tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri tanpa memedulikan orang lain.
Oleh sebab itu, ia akan lebih banyak menuntut haknya dan sering kali mengingkari kewajiannya. Ia bahkan dapat
melakukan segala cara agar hak-haknya terpenuhi. Perbuatan inilah yang sering kali melanggara hak-hak orang lain.
2) Rendahnya kesadaran berbangsa dan bernegara. Faktor ketidak tahuan atau ketidaksadaran dapat menyebabkan seorang
berbuat seenaknya. Ia pun tidak tahu atau bahkan tidak mau tahu bahwa orang lain mempunyai hak yang harus dihormai
dan kewajiban yang harus dijalankan.
3) Intoleran dengan bersikap tidak mengharagai, membiarkan, ataupun membolehkan pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Hal ini
menyebabkan munculnya sikap saling tidak menghargai dan tidak menghormati atas kedudukan dan keberadaan orang
lain. Ia pun akan cenderung melakukan diskriminasi kepada orang lain.
Benih dari intoleransi adalah ketakutan dan ketidakpedulian. Selain itu, jika tidak ada rasa cinta satu sama lain maka tidak
toleransi.
b. Faktor Eksternal, yaitu semua pengaruh dari luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu sampai melakukan pelanggaran
hak dan pengingkaran kewajiban. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Penyalahgunaan kekuasaan
Penyalahgunaan kekuasaan/ kewenangan merupakan suatu kebijakan yang diberikan suatu pejabat ke pejabat
lainya yang ditujukan untuk menjalankan pekerjaanya tidak sesuai dengan kewenangan yang dimiliki pejabat tersebut
dengan kata lain pejabat tersebut menyimpang dari wewenangnya.
Penyalahgunaan Kewenangan terdiri dari 3 macam yaitu :
a) Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau
untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan.
b) Penyalahgunaan kewenangan yang kedua yaitu tindakan pejabat tersebut adalah benar ditujukan untuk kepentingan
umum, tetapi menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh undang-undang atau peraturan-
peraturan lain.
c) Penyalahgunaan kewenangan yang terakhir yaitu menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk
mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.

Pada konteks ini, penyalahgunaan kekuasaan di masyarakat tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Pemilik
kekuasaan selain pemerintah dapat melakukan tindakan yang mengarah kepada pelanggaran hak maupun pengingkaran
kewajiban. Contohnya adalah tindakan yang dilakukan oleh para preman.

13 Warga diduga preman pemalak


di wilayah hukum Polsek Plaju
diamankan. Sumber:
http://palembang.tribunnews.com.
2) Ketidaktegasan Aparat Penegak Hukum

Menurut Pasal 1 Bab 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang dimaksud aparat peegak
hukum adalah sebagai berikut:

(1) Penyelidik adalah pejabat polisi Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberikan
wewenang khusus oeh undangundang untuk melakukan penyelidikan.
(2) Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum serta
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh hukum tetap.
(3) Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan ketetapan hakim.
(4) Hakim adalah pejabat peradilan yang diberi wewenang oleh undangundang untuk mengadili.
(5) Penasehat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-undang untuk memberikan
bantuan hukum.

Bagi negara hukum tentunya memiliki aparat penegak hukum yang berintegritas mutlak diperlukan. Apalah
jadinya jika aparat penegak hukum tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran yang terjadi. Satu pembiaran kasus
hukum akan memicu kasus-kasus pelanggaran yang lain untuk muncul. Hak itu karena tidak ada efek jera bagi pelakunya.
Selain ketidaktegasan, aparat yang bertindak sewenang-wenang juga dapat menimbulkan pelanggaran.

3) Penyalahgunaan Teknologi
Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani, technologia, techne yang berarti ‘keahlian’ dan logia yang berarti
‘pengetahuan’. Teknologi mengacu pada objek benda yang dipergunakan untuk kemudahan aktivitas manusia, seperti
mesin, perkakas, atau perangkat keras
Macam-macam teknologi Informasi dan komunikasi
(a) Internet
Internet adalah sebuah jaringan komputer yang sangat besar yang terdiri dari jaringan-jaringan kecil yang
saling terhubung yang menjangkau seluruh, Internet adalah Kumpulan jaringan komputer sehingga pemakai dapat
berbagi informasi dengan sumber-sumber yang lebih luas.
(b) Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan
roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.
(c) Radio
Radio adalah alat penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang
memiliki frekuensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1 mm)
(d) Handphone (Telepon Genggam)
Telepon genggam, biasanya disebut juga dengan cellular. Merupakan pengembangan teknologi telepon,
dimana perangkatnya dapat digunakan sebagai perangkat untuk mobile atau berpindah-pindah.
(e) Telepon
Telepon adalah alat telekomunikasi yang dapat mengirimkan pembicaraan melalui sinyal listrik
(f) Laptop/ Notebook
Laptop/ Notebook adalah perangkat canggih yang fungsinya sama dengan komputer tetapi bentuknya praktis
dapat dilihat dan dibawa kemana-mana karena bobotnya yang ringan, bentuknya yang ramping dan daya listriknya
yang menggunakan baterai charger, sehingga bisa digunakan tanpa harus mencolokkan ke steker.
(g) Deskbook
Deskbook adalah perangkat sejenis komputer dengan bentuknya yang jauh lebih praktis yaitu CPU menyatu
dengan monitor sehingga mudah diletakkan di atas meja tanpa memakan banyak tempat.
(h) Komputer
Komputer adalah perangkat berupa hardware dan software yang digunakan untuk membantu manusia dalam
mengolah data menjadi informasi dan menyimpannya untuk ditampilkan di lain waktu.

Kemajuan teknologi tidak selamanaya akan berdampak positif. Penggunaan teknologi yang tidak semestinya
dapat menyebabkan pelanggaran tehadap hak dan pengingkaran kewajiban.

Sebutkan contoh penggunaan teknologi yang tidak


semestinya yang dapat melanggar hak dan
pengingkaran kewajiban!

4) Kesenjangan Sosial dan Ekonomi yang Tinggi

Setiap negara di dunia ini memiliki masalah kesenjangan dalam bidang social dan ekonomi. Namun yang
membedakannya adalah mencolok dan tidaknya ketidakseimbangan tersebut terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Biasanya, pemicuya adalah perbedaan tingkat kekayaan atau jabatan yang dimiliki. Apabila hal tersebut dibiarkan, akan
menimbulkan terjadinya pelanggaran HAM, seperti perbudakan, pelecehan, perampokan, bahkan bisa saja terjadi
pembunuhan.
Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
A. Warga Negara Partisipatif
Melakukan penindakan dengan tegas terhadap kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban memang penting
untuk dilakukan. Tapi yang lebih penting adalah membangun partisipasi warga negara dalam upaya pencegahannya. Upaya
tersebut dilakukan agar kasus-kasus yang pernah terjadi tidak akan terulang lagi di kemudian hari dan orang dapat berhenti
melakukan pelanggaran.
Setiap bangsa dan Negara mengharapkan warganya ikut berpartisipasi atau
terlibat dalam setiap kegiatan pembangunan yang dilakukan. Bentuk dan wujud
partisipasi sangat beragam, dapat berupa fisik dan non fisik. Partisipasi dilakukan
dengan berbagai alasan/landasan, seperti : karena paksaan dengan disertai sanksi,
ajakan orang/kelompok lain atau kesadaran sendiri (Wisistiono dan Wiyoso, 2009).
Partisipasi yang paling baik adalah partisipasi yang dilakukan seseorang karena
kesadaran dan kemauan sendiri. Koentjaraningrat (1994) mengatakan ada tiga
bentuk partisipasi : (1) berbentuk tenaga, (2) berbentuk pikiran, dan (3) berbentuk
materi atau benda.
Partisipasi dalam bentuk tenaga, di mana warga negara terlibat atau ikut
serta dalam berbagai kegiatan melalui tenaga yang dimilikinya. Partisipasi dalam Sumber: www.medcom.id
Gambar 3.1 Sejumlah aktivis yang tergabung
bentuk ini seringkali disebut dengan partisipasi fisik. Contoh partisipasi dalam
dalam Koalisi Pejalan Kaki menggelar aksi
bentuk fisik, seperti : ikut serta telibat dalam kerja bakti atau gotong royong yang
simpatik di Jakarta. Aksi tersebut bertujuan
dilaksana di lingkungan RT, RW dan sebagainya. untuk menuntut dikembalikannya fungsi
Partisipasi dalam bentuk pikiran, di mana warga Negara dapat terlibat atau trotoar bagi pejalan kaki
ikut serta dengan cara menyumbangkan ide, gagasan atau pemikiran dalam
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bersama serta untuk kebaikan bersama. Contoh partisipasi dalam bentuk ini,
seperti : menyampaikan saran atau memberikan masukan kepada pihak pemerintah baik dengan cara lisan maupun tertulis
melalui media (Koran, majalah, radio atau televisi) dan disampaikan dengan cara dan bahasa yang santun dan bersifat
membangun.
Sedangkan partisipasi dalam bentuk materi atau benda adalah keterlibatan atau keikutsertaan warga negara dalam suatu
kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk materi maupun benda tertentu. Contoh partisipasi dalam bentuk ini, seperti :
memberikan sumbangan berupa uang atau barang pada korban bencana alam, atau memberikan dana bantuan kepada warga
negara yang sedang dilanda banjir di daerah tertentu, dan sebagainya.
Berpartisipasi merupakan salah satu ciri sebagai warga negara yang baik. Seseorang dengan alasan apapun tidak boleh tidak
berpartisipasi, karena berpartisipasi merupakan kewajiban warga negara. partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan
warga negara dalam proses bernegara, berpemerintahan, dan bermasyarakat. Ada tiga unsur yang harus dipenuhi untuk dapat
dikatakan warga negara berpatisipasi, yaitu:
1) Ada rasa kesukarelaan atau tanpa adanya paksaan
2) Adanya keterlibatan secara emosional
3) Adanya manfaat yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dari keterlibatannya. (Haris Syamsudin, 2007:57)
Warga negara partisipatif adalah warga negara yang senantiasa melibatkan diri atau ikut serta dalam berbagai kegiatan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada berbagai aspek kehidupan nasional.

B. Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Pelanggaran Hak Dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara
Upaya pencegahan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban tidak akan berhasil apabila hanya dilakukan oleh beberapa
pihak. Pemerintah dan rakyat harus bekerjasama membangun suatu tatanan kehidupan sosial yang harmonis tersebut dengan
berpartisipasi mencegah terjadinya pelanggaran hak dan kewajiban warga Negara di berbagai lingkungan kehidupan sehari-hari,
baik lingkunan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun bangsa dan Negara sebagai berikut.
a. Keluarga
Partisipasi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban di lingkungan
keluarga sebagai berikut.
1. Menaati nasihat orang tua
2. Berperilaku baik kepada semua anggota keluarga
3. Mengerjakan tugas rumah dengan baik
4. Membuat daftar kegiatan sehari-hari
5. Makan bersama keluarga di ruang makan
b. Sekolah
Partisipasi yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban di likungan sekolah sebagai
berikut.
1. Mengerjakan tugas sekolah dengan baik
2. Mengerjakan ujian tanpa nyontek
3. Membantu teman yang kesulitan dalam belajar
4. Datang kesekolah tepat waktu
5. Melaksanakan piket kelas
c. Masyarakat
Partisipasi yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban di likungan masyarakat sebagai
berikut.
1. Membina kerukunan dengan tetangga
2. Membantu tetangga yang terkena musibah
3. Tidak mengganggu ketenangan lingkungan
4. Melaksanakan piket ronda
5. Menaati jam belajar masyarakat
d. Bangsa dan Negara
Partisipasi yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban di lingkungan bangsa dan
negara sebagai berikut.
1. Mematuhi hukum yang berlaku
2. Menggunakan helm saat berkendara bermotor
3. Membayar pajak
4. Menggunakan dan merawat fasilitas umum dengan baik
5. Kritis terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak dengan rakyat
Upaya membangun partisipasi warga negara tentunya harus dimulai dari diri kita sendiri. Apabila kesadaran dari diri sendiri
sudah tumbuh, selanjutnya beranjak ke lingkungan keluarga sampai ke kehidupan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Astri, Lusie.2016. Pengaruh Penggunaan Produk Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Sikap Moral Siswa Kelas Viii Di
Smp Erlangga Kecamatan Kotaagung Timur Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2015/2016.Lampung:Universitas
Lampung, diunduh dari http://digilib.unila.ac.id/24343/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf pada 28
Juni 2018, pukul 21.00 WIB.
Hamidah, S.2015.Kajian Teori.Malang:UIN Malah, diunduh dari http://etheses.uin-malang.ac.id/1216/6/11410138_Bab_2.pdf pada 26
Juni 2018, pukul 14.00 WIB
Sodeli, M, dan Lubis Y.2018.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Tinjauan Tentang Kewenangan, diunduh dari http://digilib.unila.ac.id/2209/9/BAB%20II.pdf pada 28 Juni 2018, pukul 20.00 WIB.
Taupan, M, dan Suwita I.A. 2018.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran untuk Siswa SMA-MA/SMK-MAK Kelas
XII.Bandung:Penerbit Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai