LP Premature
LP Premature
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian Bayi Prematur
Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American
Academy Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut
prematur.Bayi prematur atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur kehamilan
37 minggu tanpa memperhatikan berat badan.Sebagian besar bayi lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi premature (Surasmi,
2013).Menurut Sitohang (2014) bayi prematur adalah bayi lahir dengan umur
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan
berat badan untuk masa kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan – sesuai
masa kehamilan (NKBSMK).
Kelahiran premature juga diartikan sebagai kelahiran yang berlangsung pada
umur kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir American College of Obstetricians and Gynecology dalam Suspimantri
(2014).Terdapat tiga kategori bayi lahir prematur menurut WHO, yaitu:
1. Extremly Preterm (< 28 minggu)
2. Very Preterm(28 minggu hingga < 32 minggu)
3. Moderate to Late Preterm(32 minggu hingga < 37 minggu).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bayi prematur
ditetapkan berdasarkan umur kehamilan.
B. Etiologi
Penyebab dari bayi prematur menurut Surasmi (2013) antara lain:
1. Faktor ibu
a. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi.
b. Kelainan bentuk uterus (mis. Uterus bikornis, inkompeten serviks).
c. Tumor (mis. mioma uteri dan , sistoma).
d. Ibu yang menderita angkara sakit antara lain:
e. Akut dengan gejala panas tinggi (mis. tifus abdominalis, malaria).
f. Kronis (mis. TBC, penyakit jaunting, gromerulonefonis).
2. Trauma pada masa kehamilan antara lain:
a. Fisik (mis. Jatuh).
b. Psikologis (mis. stres).
3. Usia ibu pada waktu hamilkurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun..
4. Plasenta antara lain plasenta previo, solusio plasenta.
5. Faktor janin
a. Kehamilan ganda
b. Hidramnion
c. Ketuban pecah dini
d. Cacat bawaan
e. Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis, toksoplasmosis)
f. Insufisiesi plasenta
g. Inkompatibilitas darah ibu dan janin (factor Rhessus, golongan darah
ABO)
6. Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Solusio plasenta
7. Tidak diketahui
C. Patofisiologi
Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat
menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal ini disebabkan karena
respon menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat menambah
aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stress dingin atau suhu lingkungan rendah
adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respons terhadap rangsangan dingin,
tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme
lemak dari cadangan lemak cokelat untuk menghasilkan kalori yang kemudian
dibawa oleh darah ke jaringan. Sterss dingin dapat menyebabkan hipoksia,
metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai
respons terhadap stress dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen.
Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen
berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume
paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang
imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh hemoglobin fetal (HbF) yang
dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lebih lama
pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stress akan direspons oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan ventilasi
paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaan ini menghambat
metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang menyebabkan
peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaandengan metabolisme lemak cokelat
yang menghasilkan asam sehingga meningkatkan konstribusi terjadinya asidosis.
Kegiatan metabolisme anaerob menghilangkan glikogen lebih banyak dari
pada metabolisme aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi
ini terjadi terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran
pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat.
Termoregulasi, bayi prematur umurnya relatif kurang mampu untuk
bertahan hidup karena struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi
biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut
berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan
suhu badannya dalam batas normal. Bayi prematur dan imatur tidak dapat
mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal, karena pusat pengatur suhu
pada otak yang belum matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak cokelat
sebagai sumber kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan
tubuh yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang
lebih banyak. Respons menggigil pada bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi
tidak dapat meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol refleks
kapiler kulit juga masih kurang (Surasmi, 2013).
Menurut Suspimantri (2014) patofisiologi bayi prematur Secara umum,
dapat dikelompokan dalam 4 golongan yaitu :
1. Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
2. Inflamasi/infeksi
3. Perdarahan plasenta
4. Peregangan yang berlebihan pada uterus
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan ansietas yang biasa terjadi
pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya stres fisik
maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis Hypothalamus-
Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi uteroplasenta dan
mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu maupun janin akan
mengakibatkan peningkatan pelepasan hormone Corticotropin Releasing
Hormone (CRH), perubahan pada Adrenocorticotropic Hormone (ACTH),
prostaglandin, reseptor oksitosin, matrix metaloproteinase (MMP), interleukin-
8, cyclooksigenase-2,dehydroepiandrosteron sulfate (DHEAS), estrogen
plasenta dan pembesaran kelenjar adrenal.
Mekanisme kedua adalah decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri
yang menyebar ke uterus dan cairan amnion. Keadaan ini merupakan penyebab
potensial terjadinya persalinan prematur.Infeksi intraamnion akan terjadi
pelepasan mediator inflamasi seperti pro-inflamatory sitokin (IL-1β, IL-6, IL-8,
dan TNF-α ). Sitokin akan merangsang pelepasan CRH, yang akan merangsang
aksis HPA janin dan menghasilkan kortisol dan DHEAS. Hormon-hormon ini
bertanggung jawab untuk sintesis uterotonin (prostaglandin dan endotelin) yang
akan menimbulkan kontraksi. Sitokin juga berperan dalam meningkatkan
pelepasan protease (MMP) yang mengakibatkan perubahan pada serviks dan
pecahnya kulit ketuban.
Mekanisme ketiga yaitu mekanisme yang berhubungan dengan perdarahan
plasenta dengan ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan
mengakibatkan kontraksi miometrium. Perdarahan pada plasenta dan desidua
menyebabkan aktivasi dari faktor pembekuan Xa (protombinase). Protombinase
akan mengubah protrombin menjadi trombin dan pada beberapa penelitian
trombin mampu menstimulasi kontraksi miometrium.
Mekanisme keempat adalah peregangan berlebihan dari uterus yang bisa
disebabkan oleh kehamilan kembar,polyhydramnion atau distensi berlebih yang
disebabkan oleh kelainan uterus atau proses operasi pada serviks. Mekanisme ini
dipengaruhi oleh IL-8, prostaglandin, dan COX-2.
D. Manifestasi Klinis
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi, bergantung
pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematuratau kecil umur
kehamilan saat dilahirkan makin besar pula perbedaannya dengan bayi yang lahir
cukup bulan.
E. Pemeriksaan
Penentuan umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan
kesakitan menurun dengan meningkatnya umur kehamilan.Selain itu, ada
hubungan antara umur kehamilan dan tingkat meturitas fisiologis neonatus.
Menurut Dubowitz taksiran meturitas neonatus ditetapkan melalui penilaian
11 tanda fisik luar dan 10 tanda neurologik.
Penilaian cara Dubowitz
1. Karakteristik fisik eksternal dinilai, kemudian diberi nilai sesuai dengan
panduan, lalu nilai yang diperoleh dijumlah, hasil penjumlahan ini
disebut juga nilai E.
2. Karakteristik neurologis dinilai, kemudian diberi nilai sesuai dengan
panduan, lalu nilai yang diperoleh dijumlah, hasil penjumlahan ini
disebut nialai N.
3. Jumlah nilai karakteristik eksternal ditambah dengan jumlah nilai
karakteristik neurologic (jumlah nilai E + jumlah nilai N), hasil
penjumlahan ini disebut angka perhitungan total.
Angka perhitungan total, dimasukan dalam grafik umur kehamilan bayi
menurut Dubowitz, lalu ditarik garis lurus ke atas sampai pada garis miring yang
terdapat ditengah-tengah grafik, kemudian ditarik garis ke samping kiri ke arah
patokan umur
F. Komplikasi
Komplikasilangsung yang dapatterjadipadabayiberatlahirrendahantara lain:
1. Hipoglikemia
2. Gangguan cairan dan elektrolit
3. Hiperbilirubinemia
4. Sindroma gawat nafas
5. Paten duktus arteriosus
6. Infeksi
7. Perdarahan intraventrikulerApnea of Prematurity
8. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul padabayi-bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR) antara lain:
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada bayi premature disesuaikan dengan kondisi yang
dialami bayi, jika terjadi hipotermi maka dapat dilakukan :
1. Berikan selimut pada bayi;
2. Hangatkan bayi dengan bantuan lampu;
3. Beri minyak (telon/kayu putih) untuk menghangatkan badan bayi;
4. Naikkan suhu ruangan;
5. Penggunaan metode kangguru (menggendong dengan menyentuhkan
tubuh bayi pada dada ibu tanpa penghalang berupa kain atau baju);
6. Optimalkan pemberian ASI pada bayi untuk meningkatkan daya tahan
tubuh bayi;
7. Jemur bayi pada pagi hari di pukul 06.00 – 07.00 WIB (selama kurang
lebih 30 menit), menjemur bayi selain mengurangi hipotermi juga dapat
mencegah terjadinya hiperbilirubin pada bayi.
Penatalaksanaan pada masalah pernapasan antara lain:
1. Penggunaan O2 (nasal, masker, sesuai dengan kebutuhan);
2. Suctioningjika terdapat penumpukan sekret.
Penatalaksanaan pada masalah resiko infeksi pada bayi baru lahir antara lain:
1. Memberikan imunisasi hepatitis B setelah bayi dilahirkan;
2. Menjaga kebersihan pasien (melakukan personal hygiene dengan menyeka
serta mengganti popok pasien secara rutin);
3. Melakukan perawatan tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa;
4. Memberikan nutrisi untuk meningkatkan berat badan dan meningkatkan daya
tahan tubuh pasien;
5. Menjaga kesterilan alat untuk memberi nutrisi, dot ataupun spuit jika bayi
makan menggunakan orogastric atau nasogastric tube;
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien;
7. Membatasi jumlah kunjungan pasien jika masih berada di ruangan perin;
8. Mengganti baju minimal 2x sehari dan mencucinya.
Terjadi adaptasi suhu dari Kulit lebih tipis dari bayi yang
Surfaktan ↓ Paru terisi cairan hangat ke dingin lahir aterm
Ekspansi paru tidak Paru diisi oleh o2 dan Bayi meningkatkan panas tubuh Permeabilitas ↑
maksimal mendesak cairan keluar paru-
paru
Pembakaran brown fat ↑ Penguapan ↑
Reflek telan imatur
MK: Ketidakefektifan
pola nafas Kegagalan pengeluaran cairan
Sistem termoregulasi mencapai
Adanya penumpukan secret atau batas maksimal
dahak pada
Reflek ↓ napas
jalan
telan
MK:MK:
Termoregulasi
hipotermiatidak efektif
Cairan menumpuk di jalan
nafas MK: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Ketidakseimbangan nutrisi
Tekanan atrium kiri ↑ Tekanan atrium tdk adekuat kurang dari keb.tubuh
Pencampuran darah
Hipoksia jaringan
b. PemeriksaanFisik
1) Kepala: linkar kepala 32-35 cm, rambut hitam atau merah, panjang
rambut 2 cm, kulit wajah kemerahan dan licin.
2) Panjang badan : kurangdari 48 cm .
3) Berat badan :kurang dari 2.500 gram, lapisan lemak subkutan
sedikit/tidak ada.
4) Thorax: lingkar dada 30-38 cm.
5) Abdomen:penonjolan abdomen,tali pusat layu, peristaltic usus
terdengar maksimal kurang dari 5 detik.
6) Genetalia: pada bayi laki-laki testis belum turun ke scrotum, pada
bayi perempuan labio perempuan labio mayora belum menutupi
labia minora .
7) Anus : keluar miconium
8) Penilaian maturitas bayi dengan Ballard Score dan Dubowitz
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan belum sempurnanya
ekspansi paru bayi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan lemahnya
reflek telan
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan keterbatasan simpanan
lemak cokelat
4. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan bayi terhadap
system imun yang belum matang
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan reflekmenelanlemahakibatprematuritas
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurangnya
asupan O2 dalam jaringan.
7. Ketidakefektifan pemberian makan bayi
c. Intervensi
Diagnosa
No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan