Anda di halaman 1dari 43

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN
Nomor 16 P/HUM/2014

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
Memeriksa dan mengadili perkara permohonan keberatan hak uji materiil terhadap

do
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
gu 2013 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital dan Penyiaran
Multipleksing Melalui sistem Terestrial Terhadap Undang-Undang Nomor 32 Tahun

In
A
2002 tentang Penyiaran, pada tingkat pertama dan terakhir telah memutuskan sebagai
berikut, dalam perkara:
ah

lik
ASOSIASI TELEVISI JARINGAN INDONESIA (ATVJI),
berkedudukan di Jakarta, dalam hal ini diwakili oleh Tuan Bambang
am

ub
Santoso, selaku Ketua Umum ATVJI, beralamat di Jalan Mesjid I Nomor
2, RT.11, RW.007, Kelurahan Rawa Bunga, Kecamatan Jatinegara,
Jakarta Timur, dan Tuan Muhamad Agung Dharmajaya, selaku Sekretaris
ep
k

Jenderal ATVJI, beralamat di Komplek Paspampres, RT.001, RW.007,


ah

Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasa Rebo, Jakarta Timur,


R

si
Selanjutnya memberi kuasa dengan hak substitusi kepada :
Andi Simangunsong,

ne
ng

Christma Celi Manafe,


Agan Rangga Mahendra,

do
gu

Andar R. Hasiholan Panggabean,


Bryan Bernadi,
In
Dwi Laksono Setyowibowo,
A

Handy Samot Sihotang, para Advokat pada kantor hukum AFS


Partnership, beralamat di Menara Thamrin, Lt.14, Suite 1408, Jalan M.H.
ah

lik

Thamrin Kav.3, Jakarta 10250, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor


001/SK/ATVJI/II/2014, tanggal 12 Februari 2014 ;
m

ub

Selanjutnya disebut sebagai Pemohon;


melawan:
ka

ep

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK


INDONESIA, berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 9,
ah

Jakarta 10110,
es

Selanjutnya memberi kuasa dengan hak substitusi kepada :


M

ng

on

Halaman 1 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1 Prof. DR. Ing. Ir. Kalamullah Ramli, M.Eng., Direktur Jenderal

R
Penyelenggaraan Pos dan Informatika;

si
2 R. Susanto, SE., MMBAT., Sekretaris Direktorat Jenderal

ne
ng
Penyelenggara Pos dan Informatika;
3 D. Susilo Hartono, SH., MH., Kepala Biro Hukum;

do
4 Dra. Agnes Widiyanti, Direktur Penyiaran Direktorat Jenderal
gu Penyelenggara Pos dan Informatika;
5 DR. Ir. Ismail, MT., Direktur Telekomunikasi Khusus Direktorat

In
A
Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika;
6 Ir. Anang Achmad Latif M.Sc., Kepala Sub Direktorat
ah

lik
Pengembangan Infrastruktur Diretorat Jenderal Penyelenggara Pos
dan Informatika;
am

ub
7 Drs. I Gusti Ngurah Wirajana, Kepala Sub Direktorat Jenderal
Penyelenggara Pos dan Informatika;
8 Syaharuddin, ST., MT., Kepala Sub Direktorat Televisi Direktorat
ep
k

Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika;


ah

9 Lelwati, SH., Kepala Bagian Hukum dan Kerjasama Sekretariat


R

si
Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika;
10 Amir Sholeh, SH., Kepala Bagian Hukum Biro Hukum ;

ne
ng

11 Febri Ivana Tarigan, SH., MH., Kepala Sub Bagian Penelaahan dan
Bantuan Hukum Sekretariat Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos

do
gu

dan Informatika;
12 Ardian Rahardjo, SH., Kepala Sub Bagian Kerjasama Sekretariat
In
Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika;
A

13 Malkan, SH., Kepala Sub Bagian Pertimbangan Hukum Biro


Hukum ;
ah

lik

14 Heri Sunarto, SH., Kepala Sub Bagian Advokasi Hkum Biro Hukum ;
15 Lailah, SH., MH., Staf Bagian Hukum dan Kerjasama, Sekretariat
m

ub

Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika;


16 Zeni Damayanti Hasibuan, SH., Staf Bagian Hukum dan Kerjasama,
ka

ep

Sekretariat Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika;


17 Sulis Setyo Handoyo, SH., Staf Bagian Hukum dan Kerjasama,
ah

Sekretariat Direktorat Jenderal Penyelenggara Pos dan Informatika;


R

es

18 Muhammad Imaduddin, SH., Staf Bagian Hukum Biro Hukum ;


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
19 Febrina Maringga Damanik, SH., Staf Bagian Hukum Biro Hukum,

R
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 247/M.KOMINFO/

si
HK.01.02/03/2014 tanggal 19 Maret 2014 ;

ne
ng
Selanjutnya disebut sebagai Termohon;
Mahkamah Agung tersebut;

do
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
gu DUDUK PERKARA
Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 4 Maret

In
A
2014 yang diterima di Kepaniteraan Mahkamah Agung pada tanggal 4 Maret 2014 dan
diregister dengan Nomor 16 P/HUM/Th.2014 telah mengajukan permohonan keberatan
ah

lik
hak uji materiil terhadap Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara
am

ub
Digital dan Penyiaran Multipleksing Melalui sistem Terestrial Terhadap Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, dengan dalil-dalil yang pada
pokoknya sebagai berikut:
ep
k

Bahwa sebelum Pemohon menyampaikan dalil-dalil permohonannya, perlu


ah

Pemohon sampaikan bahwa penerbitan PM No. 32 ini merupakan salah satu upaya
R

si
terselubung dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
(“Kemenkominfo”), untuk mengaktifkan kembali suatu kebijakan yang sebelumnya

ne
ng

telah lahir dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/
M.KOMINFO/11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial

do
gu

Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) (“PM No. 22”) (vide Bukti P-3), dimana
sebelumnya PM No.22 tersebut telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung melalui Putusan
In
Uji Materiil Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 38 P/HUM/2012 (“Putusan
A

No. 38/2012”) (vide Bukti P-4).


Adapun alasan pembatalan tersebut dikarenakan PM No. 22 ini telah jelas dan
ah

lik

tegas bertentangan dengan UU Penyiaran, dimana PM No. 22 telah membuat


ketidakpastian hukum kepada lembaga-lembaga penyiaran swasta dalam melaksanakan
m

ub

kegiatan penyiarannya. Oleh karenanya, kami mohonkan kepada Majelis Hakim Agung
yang kami hormati, agar berkenan untuk mempertimbangkan Putusan No. 38/2012
ka

ep

tersebut dalam memeriksa permohonan a quo. Untuk lebih memperjelas, maka


perkenankan Pemohon mengutip amar Putusan No. 38/2012 sebagai berikut:
ah

“Mengabulkan permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon ASOSIASI


R

es

TELEVISI JARINGAN INDONESIA (ATVJI) tersebut;


M

ng

on

Halaman 3 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menyatakan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 22/PER/

R
M.KOMINFO/11/2011, tanggal 22 November 2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran

si
Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free To Air) bertentangan

ne
ng
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2002 tentang Penyiaran juncto Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

do
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan karenanya tidak sah dan tidak
gu berlaku umum;
Memerintahkan kepada Menteri Komunikasi Dan Informatika RI untuk

In
A
mencabut Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor 22/PER/
M.KOMINFO/11/2011, tanggal 22 November 2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran
ah

lik
Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free To Air)”
Untuk mempermudah referensi terhadap pasal-pasal terkait uji materiil ini, berikut ini
am

ub
kami cantumkan kutipan dari pasal-pasal yang Pemohon untuk diuji:

PM No.32 UU PENYIARAN
ep
k

PASAL 4 AYAT (2) PASAL 33 AYAT (4)


ah

LPS dalam menyelenggarakan penyiaran televisi secara digital sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat Izin dan perpanjangan izin p
R

si
(1) huruf c harus bekerja-sama dengan LPS yang menyelenggarakan Penyiaran Multipleksing Melalui a masukan d
Sistem Terestrial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b b rekomend

ne
ng

c hasil kesep
antara KPI
d izin alokas

do
gu

PASAL 8 AYAT (1) PASAL 20

LPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c, dapat menyelenggarakan penyiaran televisi Lembaga Penyiaran Swasta
In
A

secara digital pada 1 (satu) atau beberapa wilayah layanan dalam 1 (satu) provinsi menyelenggarakan 1 (satu) s
ah

PASAL 9 AYAT (1)


lik

LPP TVRI dan LPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dapat menyelenggarakan Penyiaran
Multipleksing Melalui Sistem Terestrial pada beberapa wilayah layanan dalam 1 (satu) provinsi.
m

ub

PASAL 13 AYAT (2)


PASAL 25
Jasa penyiaran sebagaimana
ka

ep

1 LPS yang telah ditetapkan oleh Menteri sebagai Lembaga Penyiaran Pe-nyelenggara Penyiaran a Lembaga Penyiaran
Multipleksing ber-dasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/ b Lembaga Penyiaran
ah

M.KOMINFO/11/2011 tentang Pe-nyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial c Lembaga Penyiaran


R

Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air), tetap diakui keberadaannya, termasuk namun d Lembaga Penyiaran
es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tidak terbatas pada, hak untuk menyelenggara-kan penyiaran multipleksing dan hak penggunaan

R
spektrum frekuensi radio yang telah dimilikinya, serta tetap dapat menjalankan kegiatannya. PUTUSAN MAHKAMAH

si
2 Hal-hal yang telah ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini tetap berlaku sepanjang “Menyatakan Peraturan Me

ne
ng
tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini atau belum diganti dengan yang baru. tanggal 22 November 2011
Tetap Tidak Berbayar (Free

do
3 Perizinan penyelenggaraan penyiaran televisi secara analog tetap berjalan sesuai dengan yaitu Undang-Undang Nom
gu Pengumuman Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta Jasa Penyiaran 2011 tentang Pembentukan
Televisi Secara Analog Melalui Sistem Terestrial. umum”.

In
A
4 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Nomor 22/PER/M.
KOMINFO/11/2011 tentang Penye-lenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan
ah

lik
Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

I KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON


am

ub
Perkenankanlah Pemohon menjelaskan terlebih dahulu kedudukan hukum (Legal
ep
k

Standing) dari Pemohon atas Uji Materiil yang Pemohon ajukan ini. Adapun
ah

mengacu kepada Pasal 31 A ayat (2) Undang-Undang Mahkamah Agung, bahwa


R

si
Pemohon Uji Materiil harus diajukan oleh pihak yang dirugikan dengan memenuhi
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang tersebut. Secara lengkap,

ne
ng

akan Pemohon kutip di bawah ini:


“Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh

do
pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan perundang-
gu

undangan di bawah undang-undang yaitu :


a Perorangan warga negara Indonesia;
In
A

b Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
ah

lik

yang diatur dalam undang-undang; atau


c Badan hukum publik atau badan hukum privat”
m

ub

Adapun ATVJI sendiri merupakan badan hukum privat berupa asosiasi yang terdiri
dari anggota-anggotanya yaitu Lembaga Penyiaran Swasta lokal berjaringan, di
ka

mana pada dasarnya keberadaan ATVJI adalah untuk membina dan/atau melindungi
ep

dan/atau menjaga eksistensi anggota-anggotanya untuk dapat memenuhi tugas dan


ah

tanggung jawabnya dalam melakukan kegiatan penyiaran baik dalam hal


R

penyelenggaraan infrastuktur maupun penyelenggaraan program siaran (content)


es
M

ng

on

Halaman 5 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Penyiaran. Hal

R
ini telah sesuai dengan salah satu misi dari ATVJI yang tertuang dalam BAB IV

si
angka 3 Akta Nomor 25 Tentang Penyataan Keputusan Rapat Pendirian Asosiasi

ne
ng
Televisi Jaringan Indonesia tertanggal 16 November 2011 (vide Bukti P-5), yang
dikutip sebagai berikut :

do
“Menjaga dan membela kepentingan industri penyiaran pada umumnya dan
gu televisi jaringan pada khususnya” ;
Pemberlakuan Peraturan Menteri Nomor 32 baik langsung maupun tidak langsung

In
A
telah membawa dampak pada kepentingan industri penyiaran yaitu berupa
hilangnya dan/atau matinya dan/atau perubahan fungsi pada lembaga-lembaga
ah

lik
penyiaran yang telah ada, termasuk juga terhadap anggota-anggota ATVJI, padahal
jelas bahwa anggota-anggota ATVJI telah memiliki izin penyiaran sesuai dengan
am

ub
Undang-Undang Penyiaran dan Izin Stasiun Radio sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi (“UU Telekomunikasi”). Oleh
karenanya sudah jelas bahwa sebagai bentuk perlindungan hukum dan kepastian
ep
k

hukum baik dalam mempertahankan eksistensi anggota-anggota ATVJI maupun


ah

membela kepentingan industri penyiaran khususnya pada anggota-anggota ATVJI


R

si
dalam melakukan penyiaran, maka ATVJI memiliki kepentingan atas keberadaan
Peraturan Menteri Nomor 32 tersebut. Mengingat, Undang-Undang Penyiaran selalu

ne
ng

menjunjung tinggi semangat untuk tetap mempertahankan dan melindungi


eksistensi dari lembaga-lembaga penyiaran yang telah memiliki izin penyiaran.

do
gu

Lebih lanjut, perihal kerugian sebagaimana yang dipersyaratkan di atas, adapun


kerugian yang timbul bagi Pemohon sebagai badan hukum privat antara lain:
In
a Adanya ketidakpastian hukum bagi pemegang Izin Penyelenggaraan Penyiaran
A

(“IPP”) yang telah diterbitkan oleh Pemerintah, perihal prosedur penerbitan IPP.
Adapun prosedur penerbitan IPP tersebut telah melalui proses panjang yaitu
ah

lik

dimulai dari:
i Evaluasi Dengar Pendapat;
m

ub

ii Forum Rapat Bersama antara Komisi Penyiaran Indonesia


(“KPI”) dan Pemerintah;
ka

ep

iii Penerbitan Izin Siaran Radio;


iv Penerbitan IPP Sementara;
ah

v Evaluasi Uji Coba Siaran; dan


R

es

vi Penerbitan IPP.
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
IPP tersebut memberikan hak kepada anggota-anggota pemohon untuk

R
melakukan kegiatan penyiaran selama 10 (sepuluh) tahun. Akan tetapi dengan

si
adanya pemberlakuan Peraturan Menteri Nomor 32 dimaksud, seluruh proses di

ne
ng
atas menjadi tidak berarti, karena lembaga penyiaran yang telah memperoleh
IPP dapat saja kehilangan hak-nya untuk melakukan penyiaran dan hanya

do
gu mengoperasikan peralatan infrastruktur penyiarannya.
b Kerugian material yang tidak terhingga sebagai akibat pemberlakuan Peraturan
Menteri Nomor 32 tersebut, yang dapat menyebabkan lembaga penyiaran yang

In
A
notabene adalah anggota dari Pemohon, menjadi mati/hilang/berkurang hak-
hak-nya atau menjadi merubah fungsi dari lembaga penyiaran tersebut. kerugian
ah

lik
material tersebut secara lebih rinci adalah sebagai berikut:
• Tidak berfungsinya infrastruktur lembaga penyiaran termasuk tidak
am

ub
terbatas pada tower, transmisi, exiter, antena, rumah jaga, tanah
lokasi tower, dan sebagainya. Padahal lembaga penyiaran termasuk
ep
juga anggota-anggota pemohon yang telah memperolah IPP sudah
k

mengeluarkan dana dan/atau berinvestasi dalam jumlah besar pada


ah

perangkat-perangkat tersebut. Kerugian ini timbul karena salah satu


R

si
syarat untuk memperoleh IPP adalah telah diperolehnya izin
penggunaan frekuensi radio (vide Pasal 33 ayat (4) huruf (d) Undang-

ne
ng

Undang Penyiaran), sedangkan sebelum izin penggunaan frekuensi


radio diterbitkan maka terlebih dahulu harus dibangun sarana dan

do
gu

prasarana yang dinyatakan laik operasi (vide Pasal 66 Undang-


Undang Telekomunikasi). Adapun pemenuhan syarat-syarat tersebut
In
A

dilaksanakan oleh pemohon izin karena adanya landasan kepastian


untuk menjalankan kegiatan penyiaran melalui IPP yang telah
ah

diperolehnya dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun;


lik

• Pada periode penyiaran bersamaan pemancaran siaran televisi sistem


analog dan sistem digital (penyiaran simulcast), lembaga penyiaran
m

ub

wajib melakukan pembayaran ganda atas (i) biaya IPP kepada Negara
ka

(Pemerintah) berdasarkan pasal 33 ayat (7) Undang-Undang


ep

Penyiaran; (ii) biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio


berdasarkan Pasal 29 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
ah

2000 Tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit


es

Satelit (“PP No. 53/2000”) (vide Bukti P-6) dan (iii) biaya tarif sewa
M

ng

on

Halaman 7 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
saluran dari Penyelenggara Penyiaran Multipleksing berdasarkan

R
Peraturan Menteri Nomor 32. Padahal fasilitas dan hak yang

si
dinikmati oleh lembaga penyiaran justru berkurang dan sebagian

ne
ng
hilang, yaitu hak pengelolaan dan penyelenggaraan infrastruktur
penyiaran.

do
Bahwa kerugian tersebut secara nyata-nyata timbul dikarenakan Peraturan Menteri
gu Nomor 32 tersebut, oleh karenanya Pemohon merasa layak dan pantas untuk
mengajukan Uji Material atas Peraturan Menteri Nomor 32 dimaksud kepada

In
A
Mahkamah Agung, selaku lembaga yang berwenang untuk memeriksa Uji Material
ini.
ah

lik
II PASAL 4 AYAT (2) PERATURAN MENTERI NOMOR 32
BER-TENTANGAN DENGAN PASAL 33 AYAT (4)
am

ub
UNDANG-UNDANG PENYIARAN KARENA
MENYEBABKAN IZIN SPEKTRUM RADIO YANG
SEHARUSNYA DIKUASAI OLEH NEGARA MENJADI
ep
k

OBJEK BISNIS YANG DIKUASAI DAN DAPAT


ah

DISEWA-SEWAKAN OLEH LPS YANG DAPAT


R

si
MENYELENGGARAKAN PENYIARAN
MULTIPLEKSING

ne
ng

Bahwa melalui penerapan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Nomor 32 ini telah
menyebabkan Izin Spektrum Radio (“ISR”) yang seharusnya dikuasai negara dan

do
gu

diberikan kepada LPS untuk melakukan kegiatan penyiaran, menjadi benda


dagangan yang dapat dimanfaatkan LPS untuk memperkaya perseorannya. Adapun
In
LPS yang memiliki peluang tersebut adalah LPS yang dapat menyelenggarakan
A

penyiaran multipleksing (“LPS Multipleksing”). LPS Multipleksing dapat


menyewa-nyewakan objek milik negara untuk kepentingan pribadi perseorannya.
ah

lik

Hal ini juga menyebabkan ISR yang dimiliki oleh LPS menjadi mandul karena tidak
dapat dipergunakan karena harus melangsungkan kerja sama dengan LPS
m

ub

Multipleksing agar dapat melakukan kegiatan penyiaran layaknya pemilik ISR.


Untuk lebih detail, maka Pemohon jelaskan sebagai berikut:
ka

ep

a ISR merupakan syarat mutlak terhadap penerbitan Izin Penyelenggaraan


Penyiaran (“IPP”)
ah

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa LPS sebelum memperoleh IPP wajib memenuhi persyaratan-persyaratan

R
lainnya terlebih dahulu antara lain ISR. Hal ini mengacu kepada Pasal 33 angka

si
(4) Undang-Undang Penyiaran sebagai berikut:

ne
ng
“Izin dan perpanjangan izin penyelenggaraan penyiaran diberikan oleh negara
setelah memperoleh:

do
a. Masukan dan hasil evaluasi dengar pendapat antara pemohon dan KPI;
gu b. Rekomendasi kelayakan penyelenggaraan penyiaran dari KPI;
c. Hasil kesepakatan dalam forum rapat bersama yang diadakan khusus untuk

In
A
perizinan antara KPI dan Pemerintah; dan
d. Izin alokasi dan penggunaan spektrum frekuensi radio oleh Pemerintah atas
ah

lik
usul KPI”
Pengertian dari ISR ini sendiri menurut Pasal 63 Peraturan Pemerintah
am

ub
Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Komunikasi (“PP No.52/2000”) (vide Bukti P-7), adalah:
“Izin penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan sendiri oleh
ep
k

badan hukum yang menggunakan sistem komunikasi radio lingkup terbatas dan
ah

sistem komunikasi radio dari titik ke titik dinamakan izin stasiun radio”
R

si
Oleh karenanya, Lembaga Penyiaran Swasta dalam hal melakukan kegiatan
penyiaran, wajib memiliki ISR, yaitu sebagai saluran frekuensi radio untuk

ne
ng

memancarkan program-nya. Maka tentu, ISR dan IPP tidak dapat dipisahkan
dalam hal melakukan kegiatan penyiaran.

do
gu

Adapun hak yang diberikan bagi pemegang ISR, termasuk bagi Lembaga
Penyiaran Swasta yang telah memiliki IPP, sesuai dengan PP No.53/2000,
In
maka Lembaga Penyiaran Swasta tersebut berhak untuk menggunakan
A

spektrum frekuensi radio dalam bentuk kanal frekuensi radio tersebut, selama
jangka waktu tertentu. Hal ini diatur di dalam Pasal 23 angka (2) PP
ah

lik

No.53/2000 yang berbunyi sebagai berikut:


“(2) Izin stasiun radio untuk penggunaan spektrum frekuensi radio dalam
m

ub

bentuk kanal frekuensi radio diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang 1 (satu) kali selama 5 (lima) tahun”
ka

ep

Dengan demikian jelas bahwa pemegang ISR memiliki jangka waktu yang
cukup panjang untuk memanfaatkan ISR-nya dalam menjalankan kegiatan
ah

penyiaran ;
R

es

b ISR sesungguhnya dikuasai oleh negara


M

ng

on

Halaman 9 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa sesungguhnya ISR tersebut dikuasai negara, maka dari itu negara lah

R
yang berwenang untuk memberikan izin penggunaannya kepada LPS yang

si
layak. Hal ini sebagaimana termuat pula di dalam Pasal 6 angka (2) Undang-

ne
ng
Undang Penyiaran, yang berbunyi sebagai berikut:
“(2) Dalam sistem penyiaran nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

do
Negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk
gu penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Dengan demikian, pemerintah selaku penguasa spektrum frekuensi radio

In
A
menjamin kepada Lembaga Penyiaran Swasta pemegang ISR untuk dapat
menggunakan spektrum frekuensi radionya dalam kegiatan penyiaran, dalam
ah

lik
jangka waktu yang ditetapkan tanpa adanya campur tangan pihak manapun.
c LPS pemegang ISR menjadi harus menjalin kerjasama dengan LPS
am

ub
Multipleksing agar dapat melakukan kegiatan penyiaran
Namun, melalui Pasal 4 ayat (2) PM No. 32 tersebut, maka terbuka peluang
bagi LPS Multipleksing untuk memanfaatkan posisinya untuk menyewa-
ep
k

nyewakan spektrum milik negara (yang seharusnya dapat dipergunakan untuk


ah

kegiatan penyiaran bagi LPS pemegang ISR), sehingga LPS yang sudah
R

si
memegang ISR belum tentu dapat melakukan kegiatan penyiaran walaupun
sudah memiliki IPP. Karena jika tidak tercapai kesepakatan dengan LPS

ne
ng

Multipleksing, maka semua izin tersebut akan tidak ada gunanya, dan tentunya
LPS dimaksud akan mengalami kerugian yang sangat besar. Adapun kutipan

do
gu

Pasal 4 ayat (2) PM No. 32 tersebut adalah sebagai berikut:


“LPS dalam menyelenggarakan penyiaran televisi secara digital sebagaimana
In
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c harus bekerjasama dengan LPS yang
A

menyelenggarakan Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b”
ah

lik

Berdasarkan pasal tersebut, maka LPS WAJIB menjalin kerja sama dengan
LPS Multipleksing untuk dapat menggunakan saluran siaran atau slot dalam
m

ub

kanal frekuensi radio. Adapun kerja sama tersebut adalah melalui hubungan
sewa menyewa, dimana LPS wajib menyewa kanal frekuensi pada LPS
ka

ep

Multipleksing. Tentunya dengan ini maka LPS Multipleksing memiliki


kemampuan untuk mengatur kanal frekuensi, karena dapat saja menerima atau
ah

menolak kerja sama sewa tersebut, yang mana hal ini jelas menggantikan fungsi
R

es

negara sebagai penguasa atas spektrum frekuensi radio tersebut yang telah
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
menerbitkan ISR. Padahal sesuai dengan Pasal 6 angka (2) Undang-Undang

R
Penyiaran spektrum frekuensi radio tersebut sebenarnya tidak dapat dijual

si
belikan, dialihkan, termasuk juga tidak dapat disewakan;

ne
ng
Oleh karenanya, Peraturan Menteri Nomor 32 ini menyebabkan adanya
tumpang tindih kewenangan, dimana seharusnya LPS sudah berhak

do
menggunakan spektrum frekuensi radio dengan ISR yang telah dimilikinya,
gu akan tetapi ISR tersebut menjadi tidak berguna karena LPS Multipleksing
diberikan wewenang untuk menguasai spektrum frekuensi tersebut.

In
A
d Perbedaan LPS pada UU Penyiaran dengan LPS Multipleksing pada PM
No.32
ah

lik
Untuk lebih jelasnya perbedaan tersebut kami sampaikan dalam bentuk bagan
di bawah ini :
am

ub
UU Penyiaran PM No.32

LPS wajib memiliki ISR dan IPP. LPS wajib memiliki ISR dan IPP.
Untuk dapat melakukan kegiatan penyiaran, LPS Untuk dapat melakukan kegiatan
ep
cukup memiliki ISR dan IPP dimaksud. penyiaran, LPS selain wajib memiliki
k

ISR dan IPP, tetapi juga wajib memiliki


Izin Penyewaan kepada LPS
ah

Multipleksing sebagai bentuk kerja


R

si
sama.
ISR dikuasai oleh Negara Pengusaan ISR selain oleh negara,
namun dimiliki juga LPS Multipleksing

ne
ng

yang notabene adalah pihak swasta.


ISR dilarang dijual belikan, dialihkan termasuk juga ISR disewakan
disewakan

do
gu

Berdasarkan seluruh penjelasan Pemohon di atas, maka pengaturan hak untuk


In
A

menggunakan spektrum frekuensi radio di dalam Peraturan Menteri Nomor telah


bertentangan dengan yang diatur di dalam UU Penyiaran. Dengan pertentangan
ah

lik

tersebut, maka seharusnya Peraturan Menteri Nomor 32 dinyatakan secara hukum


tidak berlaku/tidak mengikat dan/atau dinyatakan batal atau setidak-tidaknya
m

ub

ketentuan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Nomor 32 dinyatakan secara hukum
tidak berlaku/tidak mengikat dan/atau dinyatakan batal;
ka

III PASAL 8 AYAT (1) DAN PASAL 9 AYAT (1)


ep

PERATURAN MENTERI NOMOR 32 BERTENTANGAN


ah

DENGAN PASAL 20 UNDANG-UNDANG PENYIARAN


R

KARENA LPS DAPAT MELAKUKAN KEGIATAN


es

PENYIARAN LEBIH DARI 1 (SATU) SIARAN DENGAN


M

ng

on

Halaman 11 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1 (SATU) SALURAN SIARAN PADA 1 (SATU)

R
CAKUPAN WILAYAH SIARAN

si
Bahwa suatu LPS jelas dibatasi dalam melakukan kegiatan penyiarannya, yaitu

ne
ng
terikat pada Pasal 20 Undang-Undang Penyiaran, yang berbunyi:
“Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi

do
masing-masing hanya dapat menyelenggarakan 1 (satu) siaran dengan 1 (satu)
gu saluran siaran pada 1 (satu) cakupan wilayah siaran”
Namun tetapi melalui Peraturan Menteri Nomor 32 justru LPS (yang terdiri dari

In
A
LPS penyelenggara penyiaran televisi secara digital dengan LPS penyelenggara
penyiaran multipleksing in casu Pasal 3 Peraturan Menteri Nomor 32) tersebut
ah

lik
dapat menyelenggarakan siaran lebih dari 1 (satu) siaran dengan lebih dari 1 (satu)
saluran dalam 1 (satu) wilayah siaran, adapun saluran yang dimaksud adalah saluran
am

ub
digital dan multipleksing. Adapun kutipan dari Pasal 8 ayat (1) dan 9 ayat (1)
Peraturan Menteri Nomor 32 tersebut adalah sebagai berikut:
“Bagian Keempat Wilayah Layanan
ep
k

Pasal 8
ah

1 LPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c, dapat


R

si
menyelenggarakan penyiaran televisi secara digital pada 1 (satu) atau beberapa
wilayah layanan dalam 1 (satu) provinsi.

ne
ng

Pasal 9
1 LPP TVRI dan LPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), dapat

do
gu

menyelenggarakan Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial pada


beberapa wilayah layanan dalam 1 (satu) provinsi”
In
Melalui Peraturan Menteri Nomor 32 ini seolah-olah disampaikan ada 2 (dua) LPS
A

yang berbeda antara LPS sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) yaitu
LPS saja dengan LPS pada Pasal 9 ayat (1) yaitu LPS Multipleksing. Akan tetapi,
ah

lik

mengacu kepada Undang-Undang Penyiaran sebenarnya lembaga penyiaran hanya


dibagi menjadi 4 (empat) yaitu Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran
m

ub

Swasta (in casu LPS), Lembaga Penyiaran Komunitas dan Lembaga Penyiaran
Berlangganan. Diluar dari 4 (empat) klasifikasi tersebut tidak ada lembaga
ka

ep

penyiaran lain, termasuk tetapi tidak terbatas pada LPS Multipleksing (adapun
penjelasan lebih mendetail perihal penetapan LPS baru tersebut akan kami bahas
ah

pada Bagian IV).


R

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Oleh karenanya, melalui Peraturan Menteri Nomor 32 tersebut, LPS bisa melakukan

R
kegiatan penyiaran melalui 2 (dua) saluran siaran yaitu secara digital dan secara

si
multipleksing, dalam beberapa wilayah dalam 1 (satu) provinsi. Maka dari itu jelas-

ne
ng
jelas hal ini telah bertentangan dengan konsep yang diatur di dalam Undang-
Undang Penyiaran, dimana LPS hanya boleh menyelenggarakan 1 (satu) siaran

do
gu dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1 (satu) cakupan wilayah siaran. Dengan
demikian sudah selayaknya Peraturan Menteri Nomor 32 tersebut dinyatakan secara
hukum tidak sah/tidak berlaku untuk umum/tidak mengikat dan/atau dinyatakan

In
A
batal, atau setidak-tidaknya ketentuan Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (1) Peraturan
Menteri Nomor 32 dinyatakan secara hukum tidak berlaku/tidak mengikat dan/atau
ah

lik
dinyatakan batal;.
IV PASAL 25 AYAT (1) PERATURAN MENTERI NOMOR
am

ub
32 BERTENTANGAN DENGAN PASAL 13 AYAT (2)
UNDANG-UNDANG PENYIARAN SERTA PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NOMOR 38P/HUM/2012
ep
k

DIKARENAKAN TELAH MENGAKUI LEMBAGA


ah

PENYIARAN BARU YANG DIATUR MELALUI


R

si
PERATURAN YANG TELAH DIBATALKAN OLEH
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA.

ne
ng

Menindaklanjuti dalil Pemohon di bagian III bahwa melalui Peraturan Menteri


Nomor 32 Kemenkominfo telah mengakui keabsahan lembaga penyiaran swasta

do
gu

yang baru yaitu Lembaga Penyiaran Penyelenggara Penyiaran Multipleksing (“LPS


Multipleksing”) sebagaimana sebelumnya telah dibentuk melalui Peraturan Menteri
In
Nomor 22;
A

1 Peraturan Menteri Nomor 22 yang bertentangan dengan Undang-Undang


Penyiaran telah membentuk Lembaga Penyelenggara Penyiaran
ah

lik

Multipleksing
Adapun melalui Peraturan Menteri Nomor 22 (yang telah dibatalkan oleh
m

ub

putusan Nomor 38/2012) telah membentuk lembaga penyiaran baru dengan


cara memisahkan fungsi dari Lembaga Penyiaran Swasta (“LPS”) dalam
ka

ep

melakukan kegiatan penyiaran, yaitu menjadi:


a Lembaga Penyelenggara Penyiaran Program Siaran (“LPPPS”), yang
ah

hanya dapat bertindak sebatas penyelenggara program siaran; dan


R

es
M

ng

on

Halaman 13 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
b Lembaga Penyiaran Penyelenggara Penyiaran Multipleksing (“LPS

R
Multipleksing”), yang hanya dapat bertindak sebatas penyelenggara

si
infrastruktur penyiaran.

ne
ng
Pemisahan ini bertentangan dengan Undang-Undang Penyiaran, dimana fungsi
LPS menurut Undang-Undang Penyiaran adalah sebagai penyelenggara

do
infrastruktur penyiaran dan penyelenggara program siaran yang tercakup
gu menjadi 1 (satu) dalam IPP-nya. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 13 ayat
(2) Undang-Undang Penyiaran, yang berbunyi:

In
A
“Jasa penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan oleh
a Lembaga Penyiaran Publik;
ah

lik
b Lembaga Penyiaran Swasta;
c Lembaga Penyiaran Komunitas; dan
am

ub
d Lembaga Penyiaran Berlangganan.”
Untuk lebih memperjelas maka kami sampaikan bagan perbedaan dan/
atau pertentangan kedua lembaga penyiaran tersebut:
ep
k
ah

PERTENTANGAN LEMBAGA PENYIARAN ANTARA UU No.32/2002 DENGAN PM No.22


R

si
KRITERIA UU
PMNo.32/2002
No.22

LPPPS LPPPM

ne
ng

LPS

Fungsi Menyelenggarakan
Menyediakan program
jasa siaran.
pe-nyiaran baik dalam menye-nyelenggarakan siaran
Menyelenggarakan infrastruktur penyia-ran.
• Baru dapat menyeleng-garakan siaran setelah • Menyewakan atau tidak memberi
(

do
gu

ada kesepakatan sewa-menyewa saluran siaran saluran siaran kepada LPPPS


i
dari LPPPM
s
i
s
In
i
A

a
r
a
n
ah

lik

)
maupun menyeleng-garakan
i
n
m

ub

f
r
a
s
ka

t
ep

r
u
k
ah

t
R

u
r
es

p
M

e
ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
-
n

R
y

si
i
a
r

ne
ng
a
n
Kewenang Ditentukan
Ditentukanoleh
olehPemerintah
Menteri danbersama-sama
adanya kesepakatan
dengansewa
KPI menyewa dari Ditentukan oleh Menteri
an Dalam LPPPM

do
Menentuka
gu n Lembaga
Penyiaran
Dasar IIPP, Izin Penyelenggara Penyiaran LPPPS yang diberikan Menteri dan IPP yang diberikan negara dan izin penyelenggara penyiaran
Melakukan PPPersetujuan
yang diberikan
Sewa negara
oleh LPPPM yang diberikan oleh Mentri

In
A
Penyiaran
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik

Status Frekuensi
Hanya diperbolehkan
yang diberikan
me-nyewa
tidak boleh
kanal
dipindahtangan-kan
frekuensi atau saluran
kepada
siaran
pihak
yang
manapun
Mendapatkan frekuensi radio untuk Teknologi Digital dan dib
m

Kepemilika di kuasai oleh LPPPM, yang nota bene adalah swasta wewenang untuk me-nyewakan terhadap sisa saluran/slot yan
ub

n kepada LPPPS
Frekuensi
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Halaman 15 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
am

ub
ep
k
ah

Kewajiban Membayar
Membayarbiaya
biayaizin
izinpenyelenggaraan
pe-nyelenggaraanpenyiaran
penyiarandan
kepada
biayaNegara
hak penggunaan
dan Membayar
frekuensi biaya
besertaizin
per-panjangannya
penyelenggara penyiaran kepada Negar
Pembayara kbiaya sewa-menyewa kanal frekuensi atau saluran siaran kepada LPPPM,
R

si
n eyang nota bene adalah swasta
p
a

ne
ng

d
a
Negara

Kualitas Kualitas
Tidak dapat
siaran
bebas
ditentukan
menentukan
sendirikualitas
oleh LPSsiaran
karena
karena
LPSsarana
berfungsi
dan/atau
selain menyeleng-garakan
Kualitas siaran sesuai
siarandengan
nuga me-
kemampuan LPPPM

do
gu

Siaran ninfrastruktur dalam penyiaran menggunakan sarana dan/atau infrastruktur


yLPPPM
e
l
In
e
A

n
g
g
a
ah

lik

r
a
k
a
m

ub

n
i
n
f
ka

r
ep

a
s
t
ah

r
u
R

k
es

t
M

u
ng

r
on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
.
Sumber Hanya
Hanyamemperoleh
memperolehpen-dapatan
pendapatan dari iklan niaga karna frekuensi
penggunaan
maupun
kanalwaktu
Pe,bayarn
siaranuang
tidaksewa
dapatdari
diperjual
LPPPSbelikan

si
Pendapatan frekuensi dari LPPPM

ne
ng
Dengan demikian, pada dasarnya Undang-Undang Penyiaran tidak mengenal
lembaga penyiaran yang disebut sebagai LPS Multipleksing ataupun LPPPS,

do
gu akan tetapi secara sewenang-wenang dibentuk oleh PM No. 22.
2 Peraturan Menteri Nomor 22 telah dibatalkan melalui uji materiil di
Mahkamah Agung melalui Putusan No. 38/2012 dengan salah satu alasan

In
A
bahwa Peraturan Menteri Nomor 22 telah membentuk lembaga penyiaran
yang bertentangan dengan Undang-Undang Penyiaran ;
ah

lik
Bhwasanya Peraturan Menteri Nomor 22 (yang menjadi acuan pembuatan
Peraturan Menteri Nomor 32) telah diajukan untuk di uji materiil oleh Pemohon
am

ub
dan telah diputus melalui Putusan No. 38/2012, yang pada intinya menyatakan
bahwa Peraturan Menteri Nomor 22 dimaksud bertentangan dengan Undang-
Undang Penyiaran, serta dinyatakan tidak berlaku. Terdapat beberapa alasan
ep
k

mengapa Majelis Hakim Agung membatalkan Peraturan Menteri Nomor 22


ah

tersebut, yang mana salah satunya adalah mempertimbangkan bahwa Peraturan


R

si
Menteri Nomor 22 tersebut telah membuat lembaga penyiaran baru
sebagaimana yang kami kutip dari halaman 33 Putusan No. 38/2012 dibawah

ne
ng

ini:
“Sedangkan objek HUM (Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI

do
gu

Nomor 22/PER/M.KOMINFO/11/2011) dalam penerapan perubahan teknologi


penyiaran multipleksing menempuh jalan radikal, yang dapat berakibat
In
hilangnya hak-hak lembaga penyiaran swasta berikut konsumennya (Ex Pasal
A

14 ayat (6), sehingga sesungguhnya perubahan terhadap relevansi idealistik


ah

hukum seperti ini harus diakomodir dalam peraturan perundang-undangan yang


lik

pembentukan-nya melalui Wakil Rakyat (DPR)”


Catatan:
m

ub

Yang dimaksud dengan hilangnya hak tersebut adalah hilangnya hak lembaga
ka

penyiaran yang meskipun memiliki IPP dan ISR untuk dapat melakukan
ep

kegiatan penyiaran seutuhnya (sebagaimana yang diamanatkan Undang-


Undang Penyiaran) yaitu sebagai penyelenggara infrastruktur penyiaran dan
ah

penyelenggara program siaran.


es
M

ng

on

Halaman 17 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dengan demikian, sudah jelas dan tegas bahwa pembentukan LPS

R
Multipleksing ataupun LPPPS melalui Peraturan Menteri Nomor 22 adalah

si
bertentangan dengan Undang-Undang Penyiaran dan akhirnya dibatalkan oleh

ne
ng
Mahkamah Agung melalui Putusan No. 38/2012.
3 Peraturan Menteri Nomor 32 telah mengatur kembali LPS Multipleksing

do
gu dari PM No. 22 yang jelas-jelas telah dibatalkan dan dinyatakan
bertentangan dengan Undang-Undang Penyiaran;
Sungguh mengherankan walaupun telah dibatalkan dan dinyatakan

In
A
bertentangan dengan Undang-Undang Penyiaran, tetapi Kemenkominfo tetap
membuat peraturan baru yang pada intinya mengadopsi atau menghidupkan
ah

lik
kembali Peraturan Menteri Nomor 22 yang telah dibatalkan. Hal ini
sebagaimana yang tertera tegas pada Pasal 25 ayat (1) Peraturan Menteri
am

ub
Nomor 32, yang berbunyi sebagai berikut:
“LPS yang telah ditetapkan oleh Menteri sebagai Lembaga Penyiaran
Penyelenggara Penyiaran Multipleksing berdasarkan Peraturan Menteri
ep
k

Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/M.KOMINFO/11/2011 tentang


ah

Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak


R

si
Berbayar (Free to Air), tetap diakui keberadaannya”
Oleh karenanya jelas, bahwa Peraturan Menteri Nomor 32 berupaya untuk

ne
ng

menghidupkan kembali lembaga penyiaran yang bertentangan dengan Undang-


Undang Penyiaran dan tentunya pula Putusan No. 38/2012. Dengan demikian

do
gu

sudah selayaknya Peraturan Menteri Nomor 32 tersebut dinyatakan secara


hukum tidak sah/tidak berlaku untuk umum/tidak mengikat dan/atau dinyatakan
In
batal, atau setidak-tidaknya ketentuan Pasal 13 ayat (2) PM No. 32 dinyatakan
A

secara hukum tidak berlaku/tidak mengikat dan/atau dinyatakan batal.


v. KESELURUHAN PM NO. 32 BERTENTANGAN DENGAN UU PENYIARAN
ah

lik

SERTA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 38P/HUM/2012


DIKARENAKAN TELAH MENGATUR HAL-HAL YANG SEHARUSNYA
m

ub

DIATUR DI TINGKAT UNDANG-UNDANG OLEH DEWAN PERWAKILAN


ka

RAKYAT (DPR)
ep

Sebagaimana yang telah kami jelaskan pada bagian pembukaan, bahwasanya


Peraturan Menteri Nomor 32 ini merupakan peraturan akal-akal dari
ah

Kemenkominfo demi menghidupkan kembali hal-hal yang sebelumnya telah dibuat


es

melalui Peraturan Menteri Nomor 22 yang telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung.
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Sebagai gambaran, maka kami sampaikan pertentangan-pertentangan di dalam

R
Peraturan Menteri Nomor 22 terhadap Undang-Undang Penyiaran yang kemudian

si
diterima dan dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung dalam membuat Putusan

ne
ng
No.38/2012. Adapun hal tersebut antara lain:
a Pembentukan lembaga penyiaran baru yang bertentangan dengan lembaga

do
penyiaran yang telah diatur di dalam Undang-Undang Penyiaran;
gu b Penerapan kebijakan “analog switch off” yang mampu mematikan usaha-
usaha lembaga penyiaran di Indonesia, sementara hal ini bertentangan dan/

In
A
atau tidak diatur di dalam Undang-Undang Penyiaran;
c Pengaturan yang mengizinkan swasta dapat menguasai/menyewa-nyewakan
ah

lik
frekwensi agar lembaga penyiaran lain dapat melakukan kegiatan penyiaran
meskipun telah memiliki IPP dan ISR nya sendiri;
am

ub
d Menganulir kewenangan dan keterlibatan KPI dalam proses penentuan
spektrum frekuensi radio, pengaturan infrastruktur penyiaran dan dalam
proses seleksi lembaga penyiaran.
ep
k

Menyoroti poin a dan d diatas, hal ini lah yang kemudian ditindaklanjuti oleh
ah

Kemenkominfo untuk membuat Seleksi Lembaga Penyiaran Penyelenggara


R

si
Penyiaran Multipleksing pada Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital
Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free-To-Air) (asal muasal

ne
ng

pelaksanaan seleksi ini telah bertentangan dengan Undang-Undang Penyiaran dan


ditegaskan pula melalui Putusan No. 38/2012). Dikarenakan Kemenkominfo

do
gu

terlanjur melaksanakan isi dari Peraturan Menteri Nomor 22, maka Kemenkominfo
alih-alih menerbitkan peraturan baru untuk dapat menjalankan isi dari Peraturan
In
Menteri Nomor 22 yang telah dibatalkan tersebut, meskipun Kemenkominfo
A

sepenuhnya sadar bahwa produk dari Peraturan Menteri Nomor 22 (yang telah
dinyatakan bertentangan dengan hukum) adalah juga bertentangan dengan hukum
ah

lik

dan seharusnya tidak dapat dilaksanakan. Patut dipertanyakan, mengapa


Kemenkominfo tetap memaksakan pelaksanaan atas suatu peraturannya yang telah
m

ub

dibatalkan oleh Mahkamah Agung.


1 Pengaturan di dalam Peraturan Menteri Nomor 22 yang diadopsi dalam
ka

ep

Peraturan Menteri Nomor 32 seharusnya diatur di dalam bentuk Undang-


Undang bukan melalui peraturan menteri
ah

Bahwa Mahkamah Agung dalam Halaman 33 Putusan No. 38/2012 telah


R

es

menegaskan bahwa hal-hal yang diatur di dalam Peraturan Menteri Nomor 22


M

ng

on

Halaman 19 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(yang diadopsi oleh Peraturan Menteri Nomor 32) haruslah diatur oleh Undang-

R
Undang melalui rapat di DPR. pertimbangan ini sebagaimana yang kami kutip

si
di bawah ini:

ne
ng
“Sedangkan objek HUM (Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI
Nomor 22/PER/M.KOMINFO/11/2011) dalam penerapan perubahan teknologi

do
penyiaran multipleksing menempuh jalan radikal, yang dapat berakibat
gu hilangnya hak-hak lembaga penyiaran swasta berikut konsumennya (Ex Pasal
14 ayat (6), sehingga sesungguhnya erubahan terhadap relevansi idealistik

In
A
hukum seperti ini harus diakomodir dalam peraturan perundang-undangan yang
pembentukannya melalui Wakil Rakyat (DPR)”
ah

lik
2 Kemenkominfo tidak membawa rancangan konsep tersebut ke DPR
melainkan kembali membuat peraturan pengganti yang memuat hal yang
am

ub
sama, yaitu Peraturan Menteri Nomor 32 yang memuat materi lanjutan
sebagai pengganti Peraturan Menteri Nomor 22
Berdasarkan fakta yang disampaikan oleh Pemohon, ternyata pengaturan hal-
ep
k

hal di dalam Peraturan Menteri Nomor 22 tersebut tidak dijadikan pembahasan


ah

di DPR, sebagaimana yang seharusnya dan ditegaskan melalui Putusan No.


R

si
38/2012. Kemenkominfo justru membuat peraturan baru (in casu Peraturan
Menteri Nomor 32) demi dapat memberlakukan kembali hal-hal yang diatur di

ne
ng

dalam Peraturan Menteri Nomor 22. Tindakan ini sebagaimana tercantum jelas
pada Pasal 25 Peraturan Menteri Nomor 32, sebagaimana yang kami kutip di

do
gu

bawah ini:
“Pasal 25
In
1 LPS yang telah ditetapkan oleh Menteri sebagai Lembaga Penyiaran
A

Penyelenggara Penyiaran Multipleksing berdasarkan Peraturan Menteri


Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/ M.KOMINFO/11/2011 tentang
ah

lik

Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak


Berbayar (Free to Air), tetap diakui keberadaannya, termasuk namun tidak
m

ub

terbatas pada, hak untuk menyelenggarakan penyiaran multipleksing dan hak


penggunaan spektrum frekuensi radio yang telah dimilikinya, serta tetap dapat
ka

ep

menjalankan kegiatannya.
2 Hal-hal yang telah ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini tetap
ah

berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini atau belum
R

es

diganti dengan yang baru.


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3 Perizinan penyelenggaraan penyiaran televisi secara analog tetap berjalan sesuai

R
dengan Pengumuman Peluang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran

si
Swasta Jasa Penyiaran Televisi Secara Analog Melalui Sistem Terestrial.

ne
ng
4 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Nomor 22/PER/
M.KOMINFO/11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital

do
Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) dicabut dan
gu dinyatakan tidak berlaku.”
Berdasarkan Pasal 25 Peraturan Menteri Nomor 32 tersebut jelas

In
A
Kemenkominfo telah mengabaikan dan berusaha mengaburkan Putusan No.
38/2012, yaitu melalui:
ah

lik
a Kemenkominfo menggunakan Peraturan Menteri Nomor 32 agar tetap
dapat memberlakukan hal-hal yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri
am

ub
Nomor 22;
b Kemenkominfo mencabut Peraturan Menteri Nomor 22 bukan dikarenakan
adanya Putusan No. 38/2012, melainkan dikarenakan diberlakukannya
ep
k

Peraturan Menteri Nomor 32.


ah

3 PM No. 32 juga harus dibatalkan karena isi dari Peraturan Menteri Nomor 32
R

si
tersebut haruslah disusun melalui undang-undang yang dirumuskan di DPR
Berdasarkan fakta dan penjelasan di atas, maka jelas keseluruhan hal-hal yang

ne
ng

dimuat di dalam Peraturan Menteri Nomor 32 tersebut telah bertentangan


dengan Undang-Undang Penyiaran dan Putusan No. 38/2012, serta haruslah

do
gu

dibahas dan diatur dalam tingkat undang-undang, melalui DPR bukan melalui
peraturan menteri. Dengan demikian sudah selayaknya Peraturan Menteri
In
Nomor 32 tersebut dinyatakan secara hukum tidak sah/tidak berlaku untuk
A

umum/tidak mengikat dan/atau dinyatakan batal.


Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka selanjutnya Pemohon mohon
ah

lik

kepada Ketua Mahkamah Agung berkenan memeriksa permohonan keberatan dan


memutuskan sebagai berikut:
m

ub

Primair:
1 Mengabulkan Permohonan Pemohon ini untuk seluruhnya;
ka

ep

2 Menyatakan Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika


Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
ah

Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital Dan


R

es
M

ng

on

Halaman 21 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial bertentangan

R
dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran;

si
3 Menyatakan Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika

ne
ng
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital Dan

do
Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial secara hukum
gu tidak berlaku/tidak mengikat dan/atau dinyatakan batal;
Subsidair:

In
A
Menyatakan Ketentuan Pasal 4 ayat (2); Pasal 8 ayat (1); Pasal 9 ayat (1) dan Pasal
25 Ayat (1) Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia
ah

lik
Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital
Dan Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial secara hukum tidak berlaku/
am

ub
tidak mengikat dan dinyatakan batal.
atau
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim Agung yang memeriksa, mengadili dan memutus
ep
k

permohonan ini ternyata berpendapat lain, dengan ini Pemohon memohon diberikan
ah

putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).


R

si
Menimbang, bahwa untuk mendukung dalil-dalil permohonannya, Pemohon
telah mengajukan surat-surat bukti berupa:

ne
ng

1 Fotokopi Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara

do
gu

Digital Dan Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial (“PM No. 32”)
(Bukti P-1) ;
In
2 Fotokopi Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran (“UU
A

Penyiaran”) (Bukti P-2)


3 Fotokopi Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/
ah

lik

M.Kominfo/11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital


Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Bukti P-3)
m

ub

4 Fotokopi Putusan Uji Materiil Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor


38 P/HUM/2012 (Bukti P-4) ;
ka

ep

5 Fotokopi Akta Nomor: 25 Tentang Penyataan Keputusan Rapat Pendirian


Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia tertanggal 16 November 2011 (Bukti P-5);
ah

6 Fotokopi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 Tentang Penggunaan


R

es

Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Bukti P-6) ;


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
7 Fotokopi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000

R
tentang Penyelenggaraan Komunikasi (Bukti P-7) ;

si
Menimbang, bahwa permohonan keberatan hak uji materiil a quo telah

ne
ng
disampaikan kepada Termohon pada tanggal 6 Maret 2014 berdasarkan Surat Panitera
Muda Tata Usaha Negara Mahkamah Agung Nomor 16/PER.PSG/III/ 16 P/HUM/

do
TH.2014, tanggal 6 Maret 2014;
gu Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah
mengajukan jawaban tertulis pada tanggal 20 Maret 2014, yang pada pokoknya atas

In
A
dalil-dalil sebagai berikut:
I. POKOK PERMOHONAN PEMOHON
ah

lik
1 Pemohon menyatakan memiliki legal standing karena:
a ATVJI merupakan badan hukum privat berupa asosiasi yang beranggotakan
am

ub
Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) lokal berjaringan. Keberadaan ATVJI adalah untuk
membina dan/atau melindungi dan/atau menjaga eksistensi anggota-anggotanya untuk
ep
dapat memenuhi tugas dan tanggung jawabnya dalam kegiatan penyiaran.
k

b Pemberlakuan PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 telah membawa kerugian pada


ah

kepentingan industri penyiaran, termasuk juga terhadap Pemohon/anggota-anggota


R

si
TVJI, sebagai badan hukum privat, antara lain:
1 Adanya ketidakpastian hukum bagi pemegang IPP yang telah diterbitkan

ne
ng

Pemerintah, karena dengan berlakunya PM Kominfo No. 32 Tahun 2013, Lembaga


Penyiaran yang telah memiliki IPP dapat kehilangan haknya untuk melakukan

do
gu

penyiaran, dan hanya mengoperasikan peralatan infrastruktur penyiarannya.


2 Kerugian material yang tidak terhingga sebagai akibat
In
pemberlakuan PM Kominfo No. 32 Tahun 2013, sehingga dapat menyebabkan Lembaga
A

Penyiaran yang notabene adalah anggota Pemohon, menjadi mati/hilang/berkurang hak-


ah

haknya atau merubah fungsi lembaga penyiaran tersebut;


lik

2 Dalam surat permohonannya, Pemohon mendalilkan bahwa terdapat


pertentangan material antara beberapa pasal dalam PM Kominfo No.32 Tahun 2013
m

ub

dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2002, sebagai berikut:


ka

a Pasal 4 ayat (2) PM Kominfo No.32 Tahun 2013 bertentangan dengan Pasal 33
ep

ayat (4) Undang-Undang No. 32 Tahun 2002;


b Pasal8 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (1) PM Kominfo No.32 Tahun
ah

2013bertentangan dengan Pasal20 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002;


es
M

ng

on

Halaman 23 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
c Pasal 25 ayat (1) PM Kominfo No.32 Tahun 2013 bertentangan dengan Pasal 13

R
ayat (2) Undang-Undang No.32 Tahun 2002.

si
Oleh karenanya, Pemohon memohon dalam petitumnya, sebagai

ne
ng
berikut:
a. Primer

do
1 Menyatakan PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 tentang
gu Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital dan
Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial bertentang-an dengan Undang-

In
A
Undang No.32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran;
ah

lik
2) Menyatakan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.32 Tahun
2013 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital dan
am

ub
Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial secara hukum tidak
berlaku/tidak mengikat danj atau dinyatakan batal.
b. Subsider
ep
k

Menyatakan ketentuan Pasal 4 ayat (2), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9ayat (1) dan
ah

Pasal 25 ayat (1) PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan


R

si
Penyiaran Televisi Secara Digital dan Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem
Terestrial secara hukum tidak berlakujtidak mengikat dan dinyatakan batal.

ne
ng

II. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON


a Pemohon Tidak Memenuhi Kualifikasi Sebagai Badan Hukum Privat

do
gu

Sehingga Tidak Memiliki Hak Mengajukan Permohonan Keberatan (Hak Uji Materiil)
1 Bahwa Pemohon tidak memiliki legal standing dalam mengajukan permohonan
In
Uji Materiil ini karena Pemohon bukan merupakan badan hukum privat sebagaimana
A

dipersyaratkan dalam Pasal 31 A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009


ah

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang


lik

Mahkamah Agung (Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009);


2 Bahwa Pasal 31A ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 mengatur
m

ub

yang dapatmengajukan permohonan Uji Materiil adalah perorangan Warga Negara


ka

Indonesia, kesatuan masyarakat hukum adat, dan atau badan hukum privat. Sedangkan
ep

kedudukan hukum yang didalilkan oleh Pemohon tidak memenuhi salah satu dari
kriteria tersebut. Jika Pemohon mendalilkan dirinya sebagai sebuah badan hukum privat,
ah

maka Pemohon telah gagal membuktikan dirinya sebagai badan hukum privat
es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu badan hukum

si
yang akta pendiriannya disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.
3 Bahwa dalil Pemohon sebagai 'badan hukum privat' tidak didukung oleh Akta

ne
ng
Pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM, dan hanya mendasarkan legal
standing-nya pada Akta No. 25 tentang Keputusan Rapat Pendirian ATVJI, tanggal 16

do
gu November 2011;
4 Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalil-dalil Pemohon tidak memenuhi
kualifikasi sebagai badan hukum privat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

In
A
undangan, sehingga Pemohon tidak memiliki hak untuk mengajukan permohonan hak
uji materiil.
ah

lik
b Pengajuan Permohonan Uji Materiil ini Tidak Mewakili Kepentingan
Penyelenggara Televisi Berjaringan
am

ub
1 Bahwa permohonan Pemohon tidak mewakili kepentingan
penyelenggara televisi berjaringan, sebagai berikut:
ep
a Tidak mewakili sikap dari kesuluruhan anggota ATVJI; dan
k

b Tidak mewakili sikap dari penyelenggara televisi jaringan yang bukan anggota
ah

R
dari ATV JI.

si
2. Bahwa permohonan Pemohon tidak mewakili sikap dari keseluruhan anggota

ne
ng

ATVJI sebagaimana dimaksud pada butir 1 huruf a, terlihat dari fakta


bahwa terdapat beberapa LPS lokal yang merupakan anggota ATVJI telah
secara sukarela mengikuti seleksi penyelenggaraan multipleksing

do
gu

berdasarkan PM Kominfo No. 22/PER/M.KOMINFO/ll/2011 tentang


Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap
In
A

Tidak Berbayar (PM


Kominfo No.22 Tahun 2011), yaitu: PT. Televisi Anak Spacetoon Jakarta
ah

lik

(Net. TV), PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV) dan PT.Metropolitan
Televisindo (B Channel) (Bukti Tl).
m

ub

3. Bahwa permohonan Pemohon tidak mewakili sikap dari pe- nyelenggara


televisi jaringan yang bukan anggota ATVJI
ka

sebagaimana dimaksud pada butir 1 huruf b, terlihat dari fakta bahwa


ep

penyelenggara televisi berjaringan seperti: PT. Rajawali Citra Televisi


ah

Indonesia (RCTI), PT Televisi Transformasi Indonesia, PT Global


R

Informasi Bermutu, PT Media Televisi Indonesia, PT Duta Visual


es

Nusantara Tivi Tujuh, PT Cakrawala Andalas Televisi, PT Lativi


M

ng

on

Halaman 25 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Mediakarya, PT Surya Citra Televisi, PT Cipta Televisi

R
Pendidikan Indonesia dan PT Indosiar Visual Mandiri, telah secara

si
sukarela mengikuti seleksi dan ditetapkan sebagai LPS yang

ne
ng
menyelenggarakan multipleksing berdasarkan PM Kominfo No. 22 Tahun
2011 (Bukti T2). Bahkan para penyelenggara televisi berjaringan

do
dimasksud, telah membangun infrastruktur dalam
gu rangka pelaksanaan penyelenggaraan penyiaran televisi digital, yang
membutuhkan nilai investasi tidak sedikit.

In
A
4 Bahwa asosiasi penyelenggara penyiaran televisi di Indonesia bukanhanya
ATVJI, terdapat asosiasi lainnya seperti Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI).
ah

lik
ATVJI hanya mewakili persentase kecil dari seluruh penyelenggara penyiaran di
Indonesia.
am

ub
5 Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Pemohon sama sekali tidak mewakili
kepentingan penyelenggara televisi berjaringan, sehingga mengakibatkan tidak jelasnya
(obscuure) kepentingan Pemohon dalam mengajukan permohonan ini;
ep
k

c Tidak Ada Kerugian yang Diderita Pemohon dengan Berlakunya PM Kominfo


ah

No. 32 Tahun 2013


R

si
1 Bahwa dalil-dalil Pemohon yang menguraikan kerugian yang dideritanya tidak
beralasan dan menunjukkan kerancuan berpikir, sebagai berikut:

ne
ng

a PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 menimbulkan ketidak-pastian hukum bagi


pemegang Izin Penyelenggaraan Penyiaran yang telah diberikan hak untuk bersiaran

do
gu

selama 10 (sepuluh) tahun, karena Pemohon merasa dapat saja kehilangan haknya untuk
melakukan penyiaran ;
In
b PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 menimbulkan kerugian material yang tidak
A

terhingga sehingga dapat menyebabkan Lembaga Penyiaran yang notabene anggota dari
Pemohon, menjadi matiy hilangj berkurang hak-haknya atau merubah fungsi dari
ah

lik

lembaga penyiaran tersebut ;


2 Bahwa dalil-dalil Pemohon mengenai kerugian dimaksud, menunjukkan
m

ub

kerancuannya dalam berpikir, karena menyamakan substansi pengaturan PM Kominfo


No. 32 Tahun 2013 dengan PM Kominfo No. 22 Tahun 2011. Dalil-dalil kerugian
ka

ep

dimaksud, lebih tepat jika ditujukan pada PM Kominfo No. 22 Tahun 2011 yang telah
dibatalkan oleh Mahkamah Agung melalui Putusan No. 38P/ HUM/TH.2012 dan
ah

Putusan No. 40P/HUM/TH.2012;


R

es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Sebagai tindak lanjut dari Putusan Mahkamah Agung tersebut, Pemerintah

R
telah mencabut PM Kominfo No. 22 Tahun 2011 dan mengganti dengan

si
PM Kominfo No. 32 Tahun 2013.

ne
ng
3 Bahwa Termohon menghormati Putusan No. 38P/HUM/TH.2012 dan Putusan
No. 40P/HUM/TH.2012, sehingga substansi pengaturan dalam PM Kominfo No. 32

do
gu Tahun 2013 telah mengakomodir pertimbangan-pertimbangan hukum dalam Putusan
Mahkamah Agung dimaksud. Dengan demikian terdapat perbedaan substansi
pengaturan yang fundamental dengan PM Kominfo No. 22 Tahun2011, antara lain PM

In
A
Kominfo No. 32 Tahun 2013 tidak mengatur Analog Switch Off (ASO).
4 Bahwa kerancuan berpikir Pemohon sebagaimana dimaksud dalam butir 1)
ah

lik
menunjukan kecemasan yang tidak beralasan atau cenderung ingin kepentingan dirinya
sendiri atau anggota asosiasinya saja yang ditempatkan di atas kepentingan masyarakat
am

ub
yang lebih besar, sebagaimana diuraikan sebagai berikut:
a Dengan tidak adanya pengaturan ASO dalam PM Kominfo No.32 Tahun 2013
telah memberikan jaminan kepastian hukum penyelenggara penyiaran televisi secara
ep
k

analog, untuk tetap menjalankan usaha penyiaran. Artinya dengan tidak adanya
ah

pengaturan ASO, maka penyelenggaraan penyiaran secara analog dan penyelenggaraan


R

si
penyiaran secara digital dapat berjalan secara berdampingan dengan tidak saling
mematikan (non zero sum-game). Hal ini menjadi fakta yang mematahkan dalil

ne
ng

Pemohon yang merasa dirugikan oleh terbitnya PM No. 32 Tahun 2013.


b Kerugian material yang tidak terhingga yang didalilkan Pemohon sama sekali

do
gu

tidak didukung dengan uraian dan bukti-bukti yang jelas. Jika yang dimaksudkan
terbitnya PM No. 32 Tahun 2013 dapat menyebabkan lembaga penyiaran yang notabene
In
A

anggota dari Pemohon, menjadi mati/hilang/berkurang hak-haknya atau menjadi


merubah fungsi dari lembaga penyiaran tersebut, maka Pemohon tidak menjelaskan
ah

hubungan sebab-akibat kausalitas antara hal-hal yang didalilkannya tersebut;


lik

5 Bahwa terbitnya PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 justru


memberikan peluang penyelenggaraan penyiaran yang baru karena teknologi digital
m

ub

memungkinkan efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensi radio, sehingga pada 1 kanal


ka

frekuensi dapat dimanfaatkan oleh maksimal 12 program siaran. Hal ini akan membuka
ep

kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam


ah

penyelenggaraan penyiaran melalui penyiaran digital yang sejalan dengan prinsip-


R

prinsip diversity of
es

content dan diversity of ownership, serta akan membuka lapangan pekerjaan bagi
M

ng

on

Halaman 27 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
masyarakat, bertumbuhnya industri kreatif nasional, meningkatnya peluang usaha di

R
bidang penyelenggaraan penyiaran televisi termasuk penyelenggara televisi berjaringan

si
(anggota ATVJI) yang berkompeten, dan pemenuhan hak asasi masyarakat dalam

ne
ng
berkomunikasi dan memperoleh informasi;

6 Bahwa dengan demikian, dalil-dalil kerugian Pemohon hanya berlandaskan pada

do
gu asumsi semata dan keinginan pribadi (persoonlijk), karena faktanya PM Kominfo No.32
Tahun 2002 justru memberikan kesempatan usaha yang lebih luas dalam
penyelenggaraan penyiaran, sehingga menurut hukum sama sekali tidak terbukti adanya

In
A
kerugian hak Pemohon yang dipersyaratkan dalam permohonan uji materil ini;
Berdasarkan uraian-uraian di atas, menurut Termohon adalah tepat dan sudah
ah

lik
sepatutnya jika Majelis Hakim Mahkamah Agung secara bijaksana menyatakan
Pemohon tidak memiliki legal standing sehingga permohonan Pemohon ditolak
am

ub
atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard). (Lihat

Putusan Mahkamah Agung Nomor 37 P/HUM/2011 tertanggal 22 Desember 2011);


ep
k

III. KEBERATAN TERHADAP POKOK PERMOHONAN


ah

a Pembentukan PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 Secara Formal Telah Memenuhi


R

si
Prosedur Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

ne
ng

1 Bahwa pokok-pokok pikiran Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 telah


mengamanatkan Pemerintah untuk mengantisipasi penggunaan teknologi digital di

do
bidang penyiaran sebagaimana tercantum dalam Bagian Penjelasan Umum Paragraf 6
gu

angka 4: ((Mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi


khususnya di bidang penyiaran, seperti teknologi digital, kompresi, komputerisasi,
In
A

televisi kabel, satelit, dan bentuk-bentuk khusus lain dalam penyelenggaraan siaran";
2 Bahwa Pasal 13 ayat (3) PP No.11 Tahun 2005 tentang
ah

lik

Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik, Pasal 2 ayat (3) PP No.50


Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta, dan Pasal
m

ub

2 ayat (3) PP No.51 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga


Penyiaran Komunitas memberikan kewenangan bebas (vrije bestuur) kepada Menteri
ka

Komunikasi dan Informatika untuk menyusun penyelenggaraan penyiaran baik melalui


ep

satelit maupun terestrial, sebagai berikut:


ah

⇒ Pasal 13 ayat (3) PP No.11 Tahun 2005: "Ketentuan lebih lanjut mengenai
R

penyelenggaraan perujiarari melalui sistem terestrial dan sistem satelit


es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan

R
Menteri',

si
⇒ Pasal 2 ayat (3) PP No.50 Tahun 2005: "Ketentuan lebih lanjut mengenai

ne
ng
penyelenggaraan penyiaran melalui sistem terestrial dan sistem satelit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b diatur dengan

do
gu Peraturan Menteri";
⇒ Pasal 2 ayat (3) PP No.51 Tahun 2005:
"Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan penyiaran

In
A
melalui sistem terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri;
ah

lik
3 Bahwa Pemerintah telah menetapkan kebijakan penyiaran digital dimaksud
sebagai salah satu target pembangunan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010
am

ub
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2010 - 2014 (Perpres No.5 Tahun 2010) dan merupakan target Unit Kerja Presiden
ep
bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).
k

4 Bahwa PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 yang dibentuk berdasarkan


ah

R
kewenangan Menteri Komunikasi dan Informatika untuk melaksana-kan Pasal 13 ayat

si
(3) PP No.11 Tahun 2005 jis Pasal 2 ayat (3) PP No.50 Tahun 2005 dan Pasal 2 ayat (3)

ne
ng

PP No.51 Tahun 2005 telah sesuai dengan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Undang-Undang
No.12 Tahun 2011) yang berbunyi: "Peraturan Perundang-undangan sebagaimana

do
gu

dimaksud pada ayat (1) diakui keberada-annya dan mempunyai kekuatan hukum
mengikat sepanjanq diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi
In
A

atau dibentuk berdasarkan kewenangan" .


5. Bahwa penyusunan PM Kominfo No.32 Tahun 2013 tidak dapat terlepas dari
ah

lik

prinsip-prinsip pengaturan penyelenggaraan penyiaran sebagaimana


diamanatkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 jis PP No. 50
m

ub

Tahun 2005, PP No. 51 Tahun 2005 dan Perpres No.5 Tahun 2010, antara
lain berupa perwujudan diversity of content dan diversity of ownership.
ka

6 Bahwa berdasarkan uraian dimaksud, maka PM Kominfo No.32 Tahun 2013


ep

telah memenuhi persyaratan formal pembentukan peraturan perundang-undangan,


ah

sehingga materi pengaturan PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 menurut hukum


R

es
M

ng

on

Halaman 29 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
mempunyai kekuatan

R
hukum mengikat sesuai dengan Undang-Undang No.12 Tahun 2011;

si
b Pembentukan PM Kominfo No.32 Tahun 2013 Secara Materiil Telah Memenuhi

ne
ng
Kerangka Peraturan Perundang-undangan di Bidang Penyiaran :
1 Manfaat Penyiaran Televisi Digital bagi Kepentingan Masyarakat dan

do
gu Pemenuhan Hak Asasi dalam Berkomunikasi dan Memperoleh Informasi ;
a Bahwa penyelenggaraan penyiaran televisi secara digital telah
diterapkan secara universal sebagai kemajuan perkembangan teknologi

In
A
komunikasi dan informasi;
b Penyelenggaraan penyiaran televisi digital membawa manfaat terhadap
ah

lik
perkembangan dan pertumbuhan industri di bidang penyiaran. Sehingga untuk menjaga
daya saing nasional, industri penyiaran Indonesia tidak boleh tertinggal dan harus
am

ub
mengimplementasikan penyiaran digital. Apalagi dengan segera akan dibukanya pintu
perdagangan bebas antar negara.
ep
c Bahwa saat ini 80% (delapan puluh persen) dari 212 (dua ratus dua belas) negara
k

di dunia sudah beralih dari penyiaran analog menjadi penyiaran digital. Oleh karenanya
ah

Indonesia mulai menata usaha penyiaran dengan memperhatikan per-kembangan


R

si
tersebut.
d Secara umum perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di bidang

ne
ng

penyiaran berbasiskan pada prinsip-prinsip, sebagai berikut:


1 Bahwa penyiaran digital merupakan keniscayaan per- kembangan teknologi

do
gu

komunikasi dan informasi di bidang penyiaran;


2 Bahwa perkembangan teknologi digital dibidang penyiaran membawa perubahan
In
dalam penyelenggaraan penyiaran menjadi lebih efisien, dimana penggunaan
A

teknologi digital dapat memanfaatkan 1 (satu) kanal frekuensi radio untuk


ah

menyalurkan sampai dengan 12 (dua belas) program siaran. Artinya sistem


lik

penyelenggaraan penyiaran secara analog menggunakan 1 (satu) kanal frekuensi


untuk melakukan siaran (1 untuk 1) sementara 1 (satu) kanal frekuensi pada
m

ub

penyelenggaraan penyiaran secara digital dapat digunakan untuk 12 (dua belas)


ka

siaran (1 untuk
ep

12) ;
3 Bahwa kanal frekuensi radio yang digunakan untuk
ah

penyiaran televisi digital berbeda dengan kanal frekuensi radio untuk penyiaran
es
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
televisi analog, sehingga kebera-daannya tidak saling mengganggu dan berjalan

R
ber-dampingan;

si
2 Penyelenggaran Penyiaran Digital Oleh Pelaku Usaha Yang Membangun

ne
ng
Infrastruktur Penyiaran dan Menyelenggarakan Program Siaran ;
a Bahwa perkembangan teknologi digital di bidang penyiaran telah membawa

do
gu perubahan dalam industri penyiaran itu sendiri.
b Bahwa penyelenggaraan penyiaran digital membutuhkan
peranan pelaku usaha yang memanfaatkan spektrum frekuensi radio dengan membangun

In
A
infrastruktur penyiaran (penyelenggara multipleksing) serta pelaku usaha
yangmenyediakan program siaran (penyelenggara penyiaran televisi digital) bagi
ah

lik
terselenggaranya penyelenggaraan penyiaran televisi secara digital ;
3 Pokok-Pokok Pikiran Penyelenggaraan Penyiaran Digital Dalam Kerangka
am

ub
Undang-Undang No.32 Tahun 2002 PP No.50 Tahun 2005
a PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 Berbeda Secara
Fundamental dengan PM Kominfo No. 22 Tahun 2011 ;
ep
k

1 Bahwa selain disusun dalam kerangka Undang-Undang No.32 Tahun 2002 jis
ah

Pasal 13 ayat (3) PP No.ll Tahun 2005, Pasal 2 ayat (3) PP No.50 Tahun 2005, dan Pasal
R

si
2 ayat (3) PP No.51 Tahun 2005, penyusunan PM Kominfo No.32 Tahun 2013 Juga
telah mengakomodir pertimbang-an-pertimbangan hukum dalam Putusan No.38 P/

ne
ng

HUM/ 2012 dan Putusan 40P/HUM/2012.


2 Bahwa dengan demikian substansi pengaturan PM Kominfo No.32 Tahun 2012

do
gu

berbeda secara fundamental dengan PM Kominfo No. 22 Tahun 2011, sebagai berikut:
1 PM Kominfo No.32 Tahun 2013 tidak mengatur Analog
In
Switch Off (ASO), yaitu waktu dimana penyiaran analog
A

harus dihentikan untuk beralih ke penyiaran digital.


ah

Sehingga tetap menjamin keberlangsungan usaha


lik

Lembaga Penyiaran Swasta yang bersiaran secara


analog ;
m

ub

2 PM Kominfo No.32 Tahun 2013 tidak membentuk


ka

lembaga penyiaran baru berupa Lembaga Penyiaran


ep

Penyelenggara Penyiaran Multipleksing (LPPPM) dan


Lembaga Penyiaran Penyelenggara Program Siaran
ah

(LPPPS) ;
es
M

ng

on

Halaman 31 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3 PM. Kominfo No.32 Tahun 2013 tidak mengatur

si
pembagian wilayah siaran berdasarkan zona ;
b Efisiensi Pemanfaatan Spektrum Frekuensi Radio dan Diversity of Content ;

ne
ng
Bahwa perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dibidang
penyiaran menempatkan pemanfaatan kanal frekuensi radio yang

do
gu berbeda antara penyelenggaraan penyiaran televisi secara analog
dengan penyelenggaraan penyiaran televisi secara digital, sebagai
berikut:

In
A
1 Penyelenggaraan penyiaran televisi analog memanfaatkan 1 (satu) kanal
frekuensi radio untuk menyalurkan 1 (satu) program siaran, sehingga 1 (satu) kanal
ah

lik
frekuensi radio penyiaran analog hanya dapat digunakan oleh 1 (satu) lembaga
penyiaran (LPP, LPS, atau LPK)
am

ub
2 Penyelenggaraan penyiaran televisi secara digital meman-faatkan 1 (satu) kanal
frekuensi radio untuk menyalurkan beberapa program siaran, sehingga 1 (satu) kanal
frekuensi radio penyiaran digital dapat dimanfaatkanoleh beberapa lembaga penyiaran
ep
k

(LPP, LPS, dan LPK).


ah

c PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 Tidak Membentuk Lembaga Penyiaran Baru ;


R

si
1 Bahwa penyiaran digital menempatkan penyelenggara penyiaran televisi secara
digital sebagai satu kesatuan dengan penyiaran multipleksing, sehingga dalam

ne
ng

melaksanakan amanat Pasal 13 ayat (3) PP No.11 Tahun2005, Pasal 2 ayat (3) PP No.50
Tahun 2005, dan Pasal 2 ayat (3) PP No.51 Tahun 2005, Menteri Komunikasi dan

do
gu

Informatika mengatur penyelenggaraan penyiaran televisi secara digital dan penyiaran


multipleksing melalui sistem terestrial" dalam 1 (satu) regulasi, yaitu PM Kominfo
In
A

No.32 Tahun 2013.


2 Bahwa sesuai Penjelasan Pasal 2 ayat (1) huruf b angka 3 PP No. 50 Tahun
ah

2005: "Penyiaran multipleksing adalah penyiaran dengan transmisi 2 (dua) program atau
lik

lebih. pada 1 (satu) saluran pada saat yang bersamaan", maka pelaksanan penyiaran
multipleksing memerlukan penyelenggara multipleksing yang membangun infra-
m

ub

struktur penyiaran yang memanfaatkan kanal frekuensi radio tertentu bagi


ka

terselenggaranya transmisi siaran secara bersamaan dengan maksimal 12 (dua belas)


ep

program siaran.
3 Bahwa sesuai dengan prinsip penyelenggaraan penyiaran berdasarkan izin
ah

sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang No.32 Tahun 2002:
es

"Sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga penyiaran wajib memperoleh izin


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
penyelenggaraan penyiaran", maka Pemerintah menetapkan kebijakan penyelenggara

R
multipleksing harus dilakukan oleh pelaku usaha/Lembaga Penyiaran yang telah

si
memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) ;

ne
ng
Selanjutnya dalam kerangka penyelenggaraan penyiaran,
penyelenggara multipleksing dapat menyiarkan 1 (satu) program

do
siaran melalui infrastruktur yang dimilikinya;
gu 4 Bahwa dengan mempersyaratkan kepemilikan IPP untuk menyelenggarakan
multipleksing, maka PM Kominfo No.32 Tahun 2013 tidak membentuk lembaga

In
A
penyiaran yang baru. Sesuai dengan prinsip penyelenggaraan penyiaran berbasis
perizinan, yang menyelenggarakan multipleksing adalah LPS yang ditetapkan sebagai
ah

lik
penyelenggara multipleksing ;
1 Penyiaran Digital Tidak Mematikan Penyiaran Analog Bahwa untuk
am

ub
rnelaksanakan penyiaran digital dalarn kerangka UU No.32 Tahun 2013, PM Korninfo
No. 32 Tahun 2013 rnenetapkan kebijakan penyelenggaraan penyiaran televisi secara
digital yang berjalan bersarna-sarna dengan penyelenggaraan penyiaran televisi secara
ep
k

analog (simulcast).
ah

2 Bahwa dengan kebijakan simulcast dimaksud, rnaka hak-hak penyelenggara


R

si
penyiaran secara analog tetap terlindungi, termasuk hak-hak asasi masyarakat dalam
berkomunikasi dan medapatkan informasi. Selain itu penetapan kebijakan simulcast juga

ne
ng

sudah rnelihat dan melalui perbandingan dengan negara-negara lain yang telah
melaksanakan penyiaran digital, terrnasuk rnemperhatikan kesiapan rnasyarakat

do
gu

Indonesia dalarn rnenerima penyiaran digital.


3 Bahwa untuk rnerealisasi penyiaran digital secara simulcast, PM Kominfo No.32
In
Tahun 2013 rnengatur penetapan penggunaan spektrurn frekuensi radio oleh Menteri
A

Kornunikasi dan Informatika sesuai dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalarn


Pasal 33 UU No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi.
ah

lik

4 Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, penyelenggaraan


penyiaran televisi secara digital sebagairnana diatur dalarn PM Kominfo No. 32 Tahun
m

ub

2013 sama sekali tidak rnenghilangkan hak - hak penyelenggara penyiaran televisi
secara analog.
ka

ep

V TANGGAPAN TERMOHON TERHADAP KEBERATAN


PERMOHONAN
ah

1 Bahwa memperhatikan alasan-alasan Pemohon yang menghendaki agar :


R

es
M

ng

on

Halaman 33 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
a. LPS dalam menyelenggarakan penyiaran televisi secara digital tidak harus

R
berkerja sama dengan LPS yang menyelenggarakan multipleksing;

si
b LPS tidak dapat menyelenggarakan penyiaran televisi pada beberapa wilayah

ne
ng
layanan dalam 1 (satu) provinsi;
c LPS tidak dapat menyelenggarakan penyiaran multipleksing pada beberapa

do
gu wilayah layanan dalam 1 (satu) provinsi;
d Putusan Mahkamah Agung dalam perkara ini berlaku surut
(retroaktif), dengan membatalkan hak-hak LPS yang me-nyelenggarakan penyiaran

In
A
multipleksing yang telah ditetapkan Pemerintah maka menurut Termohon, alasan-alasan
Pemohon sama sekali tidak memiliki landasan hukum yang jelas;
ah

lik
2 Bahwa menanggapi alasan-alasan Pemohon dimaksud, diuraikan sebagai berikut:
am

ub
a Tanggapan Umum
1 Bahwa Pemohon yang mendalilkan substansi pengaturan PM Kominfo No. 32
Tahun 2013 bertentangan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 telah
ep
k

mengabaikan keberadaan PP No.ll Tahun 2005, PP No.50 Tahun 2005, dan PP No.51
ah

Tahun 2005 sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No.32 Tahun 2002.
R

si
Hal ini menunjukkan dalil-dalil Pemohon tidak memiliki alur pikir yang sistematis
sehingga menafsirkan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002

ne
ng

berdasarkan pemahamannya sendiri.


2 Bahwa ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang

do
gu

Penyiaran telah diatur lebih lanjut dalam PP No.11 Tahun 2005, PP No.50 Tahun 2005,
dan PP No.51 Tahun 2005 sebagai peraturan perundang-undangan yang sah dan diakui
In
keberadaannya dalam tata urutan peraturan perundang-undangan.
A

3 Jika sikap pengabaian terhadap peraturan perundang-


undangan yang berlaku seperti yang ditunjukan oleh Pemohon dibiarkan dan tidak
ah

lik

diluruskan, maka akan merongrong kewibawaan hukum dan konstitusi yang telah
menahbiskan Indonesia sebagai negara hukum, sehingga sesuai dengan prinsip rule of
m

ub

law, hukum positif harus dipatuhi dan ditempatkan di atas kepentingan lainnya.
b Tanggapan Atas Keberatan Pemohon Terhadap Pasal 4 ayat (2) PM Kominfo
ka

ep

No.32 Tahun 2013


1 Bahwa keberatan Pemohon terhadap ketentuan Pasal 4 ayat (2) PM Kominfo
ah

No.32 Tahun 2013 membuktikan bahwa Pemohon pada dasarnya tidak menghendaki
es

adanya pengaturan tentang digital terkait dengan kepentingannya sebagai pemilik IPP
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
yang ditempatkan pada kanal frekuensi radio tertentu. Apabila tidak diatur dalam PM

R
Kominfo No. 32 Tahun 2013, maka Pemohon secara leluasa sesuai kehendaknya sendiri

si
dapat menerapkan teknologi digital tanpa adanya pengawasan dari Pemerintah. Artinya

ne
ng
secara tidak langsung Pemohon menginginkan tidak terwujudnya diversity of content
dan diversity of ownership dalam penyelenggaraan penyiaran sebagaimana diamanatkan

do
dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002.
gu 2 Bahwa PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 mengatur pemegang izin kanal
frekuensi radio dalam hal ini penyelenggara multipleksing hanya dapat menyiarkan 1

In
A
(satu) program siaran pada kanal frekuensi dimaksud, sedangkan sisa salurannya tetap
dikuasai oleh Pemerintah dan pemanfaatannya akan dibuka bagi pelaku usaha penyiaran
ah

lik
lainnya yang akan ditentukan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun
2002 dan peraturan pelaksanaannya.
am

ub
c Tanggapan Atas Keberatan Pemohon Terhadap Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 9 ayat
(1) PM Kominfo No.32 Tahun 2013
1 Bahwa terkait dengan keberatan Pemohon yang menyatakan Pasal 8 ayat (1) dan
ep
k

Pasal 9 ayat (1) PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 bertentangan dengan Pasal 20
ah

Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 merupakan hal yang tidak relevan, karena:
R

si
a Mengingat ketentuan Pasal 20 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002:
"Lembaga Penyiaran Swasta jasa penyiaran radio dan jasa

ne
ng

penyiaran televisi masing-masing hanya dapat menyelenggarakan 1


(satu) siaran dengan 1 (satu) saluran siaran pada 1 (satu) cakupan

do
gu

wilayah siaran" maka pengaturan LPS Televisi hanya dapat


menyelenggarakan 1 siaran dengan 1 saluran siaran pada 1 cakupan
In
wilayah siaran adalah ketentuan yang mengatur mengenai
A

penyelenggaraan penyiaran analog yang berdampingan dengan


penyiaran digital simultaneous broadeasting/ simuleast, dengan
ah

lik

penjelasan sebagai berikut:


(1) Mencermati perumusan kalimatnya, menggunakan frasa "1
m

ub

siaran dengan 1 saluran siaran pada 1 cakupan wilayah siaran".


Terdapat penggunaan "kata" yang berbeda pada kalimat
ka

ep

tersebut, yaitu "dengan" dan "pada".


(2) Penggunaan kata "dengan" memiliki pengertian
ah

melekat, artinya 1 siaran melekat pada 1 saluran


R

es

siaran.
M

ng

on

Halaman 35 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
(3) Sedangkan penggunaan kata "pada" menjelaskan konteksnya

R
yaitu yang dilakukan di cakupan wilayah siaran tertentu.

si
(4) Dengan demikian penyelenggaraan penyiaran pada cakupan

ne
ng
wilayah siaran tertentu hanya dapat dilaksana-kan sebanyak 1
siaran untuk setiap 1 saluran siaran.

do
(5) Sesuai dengan perkembangan teknologi dan prmsip
gu penyelenggaraan penyiaran digital, dalam 1 (satu) cakupan
wilayah siaran terdapat lebih dari 1 (satu) saluran siaran, yang

In
A
terdiri atas:
a Saluran siaran analog; dan
ah

lik
b Saluran siaran digital;
maka dalam hal suatu Lembaga Penyiaran
am

ub
melaksanakan penyiaran simulcast melalui saluran penyiaran
analog berdampingan dengan saluran penyiaran digital, pada
masing-masing saluran siaran tersebut hanya diperbolehkan
ep
k

menyiarkan 1 (satu) siaran. Artinya diperbolehkan bagi


ah

Lembaga Penyiaran untuk menyiarkan 1 (satu) siaran pada


R

si
saluran siaran analog dan 1 (satu) siaran pada saluran siaran
digital (simulcast). Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 2 PP

ne
ng

No. 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran


Lembaga Penyiaran Swasta yang berbunyi sebagai berikut:

do
gu

"Dalam menyelenggarakan penyraran multipleksing Lembaga


Penyiaran Swasta hanya dapat menyiarkan 1 (satu) program
In
siaran:"
A

b Ketentuan Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (1) PM Kominfo No. 32 Tahun 2013
yang mengatur mengenai pembagian wilayah layanan dalam 1 (satu) Provinsi, tidak
ah

lik

berkaitan dantidak bertentangan dengan pengaturan saluran siaransimulcast dalam Pasal


20 UU No. 32 Tahun 2002.
m

ub

2 Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, ketentuan Pasal 8ayat (1) dan Pasal 9
ayat (1) dalam PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 sama sekali tidak bertentangan dengan
ka

ep

Pasal 20 UU No. ahun 2002 di atas, karena mengatur hal yang berbeda,sehingga tidak
ada pertentangan antara ketentuan-ketentuan tersebut.
ah

d Tanggapan Atas Keberatan Pemohon Terhadap Pasal 25 ayat (1) PM Kominfo


R

es

No.32 Tahun 2013


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1 Bahwa keberatan Pemohon terhadap Pasal 25 ayat (1) PM Kominfo No. 32

si
Tahun 2013 menghendaki agar kebijakan Pemerintah terkait dengan penetapan
Lembaga Penyiaran Swasta yang menyelenggarakan penyiaran multipleksing (Bukti

ne
ng
T2) dibatalkan oleh Mahkamah Agung, membuktikan permohonan Pemohon
bertentangan dengan hukum, karena meminta kepada Mahkamah Agung untuk

do
gu menerapkan asas retroaktif yang bertentangan dengan UUD 1945, sehingga
permohonan dimaksud sudah sepatutnya ditolak.
2 Bahwa ketentuan Pasal 25 ayat (1) PM Kominfo No. 32 Tahun 2013 tidak dapat

In
A
dilepaskan dari ketentuan ayat (2) nya yang menyatakan "Hal-hal yang telah ditetapkan
sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
ah

lik
dengan Peraturan Menteri ini atau belum diganti dengan yang baru."
Artinya LPS yang telah ditetapkan oleh Menteri sebagai
am

ub
Lembaga Penyiaran Penyelenggara Penyiaran Multipleksing
berdasarkan PM Kominfo No. 22 Tahun 2011 tetap diakui
ep
keberadaannya, dengan syarat harus menyesuaikan dengan ketentuan
k

dalam PM Kominfo No. 32 Tahun 2013, yaitu penyesuaian menjadi


ah

LPS yang menyelenggarakan penyiaran multipleksing melalui sistem


R

si
terestrial sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) huruf a PP No. 50
Tahun 2005 sebagai berikut: "Lembaga Penyiaran Swasta

ne
ng

diselenggarakan melalui sistem terestrial dan/atau melalui sistem satelit


dengan klasifikasi sebagai berikut:

do
gu

a. Penyelenggaraan penyiaran melalui sistem terestrial meliputi:


1. Penyiaran radio AM/MW secara analog atau digital;
In
2. Penyiaran radio FM secara analog atau digital;
A

3. Penyiaran televisi secara analog atau digital;


ah

4. Penyiaran multipleksing";
lik

PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan keberatan hak uji materiil
m

ub

dari Pemohon adalah sebagaimana tersebut di atas;


ka

Menimbang, bahwa yang menjadi objek permohonan keberatan hak uji materiil
ep

Pemohon adalah Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia


Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital Dan
ah

Penyiaran Multipleksing (vide bukti P-l) atau secara khusus kepada Pasal 4 ayat (2),
es

Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (1) dan Pasal 25 Ayat (1)Peraturan Menteri Komunikasi
M

ng

on

Halaman 37 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan

R
Penyiaran Televisi Secara Digital Dan Penyiaran Multipleksing (vide bukti P-l);

si
Bahwa, objek permohonan Hak Uji Materiil merupakan peraturan perundang-

ne
ng
undangan yang secara hirakhis berada di bawah Undang-Undang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, sehingga Mahkamah Agung

do
berwenang untuk melakukan pengujian terhadap objek permohonan a quo;
gu Menimbang, bahwa sebelum Mahkamah Agung mempertimbangkan tentang
substansi permohonan yang diajukan Pemohon, maka terlebih dahulu akan

In
A
dipertimbangkan apakah permohonan a quo memenuhi persyaratan formal, yaitu apakah
Pemohon mempunyai kepentingan untuk mengajukan permohonan keberatan hak uji
ah

lik
materiil, sehingga Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dalam
permohonan a quo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 A ayat (2) Undang-Undang
am

ub
Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung dan Pasal 1 ayat (4) dan Pasal 2 ayat (4) Peraturan
Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil;
ep
k

Menimbang, bahwa Para Pemohon adalah Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia


ah

(ATVJI) merupakan badan hukum privat berupa asosiasi yang terdiri dari anggota-
R

si
anggotanya yaitu Lembaga Penyiaran Swasta lokal berjaringan, di mana pada dasarnya
keberadaan ATVJI adalah untuk membina dan/atau melindungi dan/atau menjaga

ne
ng

eksistensi anggota-anggotanya untuk dapat memenuhi tugas dan tanggung jawabnya


dalam melakukan kegiatan penyiaran baik dalam hal penyelenggaraan infrastuktur

do
gu

maupun penyelenggaraan program siaran (content) yang didasarkan pada ketentuan-


ketentuan dalam Undang-Undang Penyiaran. Hal ini telah sesuai dengan salah satu misi
In
dari ATVJI yang tertuang dalam BAB IV angka 3 Akta Nomor 25 Tentang Penyataan
A

Keputusan Rapat Pendirian Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia tertanggal 16


November 2011 (vide Bukti P-5);
ah

lik

Menimbang, bahwa Pemberlakuan Peraturan Menteri Nomor 32 baik langsung


maupun tidak langsung telah membawa dampak pada kepentingan industri
m

ub

penyiaran yaitu berupa hilangnya dan/atau matinya dan/atau perubahan fungsi pada
lembaga-lembaga penyiaran yang telah ada, termasuk juga terhadap anggota-
ka

ep

anggota ATVJI, padahal jelas bahwa anggota-anggota ATVJI telah memiliki izin
penyiaran sesuai dengan Undang-Undang Penyiaran dan Izin Stasiun Radio sesuai
ah

dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi (“UU


R

es

Telekomunikasi”). Oleh karenanya sudah jelas bahwa sebagai bentuk perlindungan


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
hukum dan kepastian hukum baik dalam mempertahankan eksistensi anggota-

R
anggota ATVJI maupun membela kepentingan industri penyiaran khususnya pada

si
anggota-anggota ATVJI dalam melakukan penyiaran, maka ATVJI memiliki

ne
ng
kepentingan atas keberadaan Peraturan Menteri Nomor 32 tersebut. Mengingat,
Undang-Undang Penyiaran selalu menjunjung tinggi semangat untuk tetap

do
mempertahankan dan melindungi eksistensi dari lembaga-lembaga penyiaran yang
gu telah memiliki izin penyiaran.
Dengan mendasarkan pada tujuan dari Pemohon tersebut dan dikaitkan dengan upaya

In
A
Pemohon dalam mengajukan permohonan HUM a quo, maka Pemohon berkepentingan
untuk mengajukan permohonan a quo, sehingga Para Pemohon mempunyai legal
ah

lik
standing untuk mengajukan permohonan HUM a quo;
Menimbang, bahwa Pemohon mendalilkan bahwa Peraturan Menteri Komunikasi
am

ub
Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital Dan Penyiaran Multipleksing (vide
bukti P-l) merupakan peraturan yang sengaja dibentuk untuk menghidupkan kembali
ep
k

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor


ah

22/PER/M.KOMINFO/11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital


R

si
Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) (vide Bukti P-3) yang
sebelumnya telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung melalui Putusan Uji Materiil

ne
ng

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 38 P /HUM/2012 (vide Bukti P-4). Untuk
itu maka Mahkamah Agung terlebih dahulu akan menganalisa objek permohonan

do
gu

keberatan hak uji materiil dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
Nomor 22/PER/M.KOMINFO/11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi
In
Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) (vide Bukti P-3) serta
A

Putusan Uji Materiil Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 38 P /HUM/2012


(vide Bukti P-4), antara lain sebagai berikut:
ah

lik

- Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/M.KOMINFO/


ll/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan
m

ub

Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) (vide Bukti P- 3) yang pada intinya merupakan
pengaturan terhadap penyelenggaraan televisi digital multipleksing, sebagaimana
ka

ep

yang diatur pula dalam objek permohonan keberatan hak uji materiil;
- Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/ M.KOMINFO/
ah

ll/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan


R

es

Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) (vide Bukti P- 3) terbukti bertentangan dengan
M

ng

on

Halaman 39 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Undang-Undang Penyiaran (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002), dan oleh

R
karenanya telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung dalam putusan Nomor 38 P /

si
HUM/2012 (vide Bukti P-4);

ne
ng
- Mahkamah Agung dalam pertimbangannya di dalam Putusan Uji Materiil
Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 38 P /HUM/2012 (vide Bukti P-4)

do
telah menegaskan bahwa penerapan perubahan teknologi penyiaran
gu multipleksing menempuh jalan radikal, yang dapat berakibat hilangnya hak-
hak lembaga penyiaran swasta berikut konsumennya. Oleh karenanya

In
A
perubahan terhadap relevansi idealistik hukum dimaksud haruslah diakomodir
dalam peraturan perundang-undangan yang pembentukannya melalui Wakil Rakyat
ah

lik
(DPR), mengingat materi yang diatur di dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika Nomor 22/PER/ M.KOMINFO/ll/2011 tentang Penyelenggaraan
am

ub
Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to
Air) (vide Bukti P-3) tentang penyiaran digital multipleksing sarna sekali tidak
pernah diatur di dalam Undang-Undang Penyiaran;
ep
k

- Pengaturan mengenai hak-hak sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri


ah

Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/M.KOMINFO/ll/2011 tentang


R

si
Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak
Berbayar (Free to Air) (vide Bukti P-3) harus diakomodir dalam perubahan

ne
ng

peraturan perundang-undangan yang pembentukannya melalui Wakil Rakyat


(DPR);

do
gu

- Hal ini menyangkut pula pada pemberian hak-hak baru yakni izin termasuk
tetapi tidak terbatas pada izin lembaga penyiaran multipleksing, yang mana
In
tidak dikenal dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
A

haruslah terlebih dahulu dirumuskan secara tegas jenis lembaga penyiaran swasta
dimaksud;
ah

lik

- Selama Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran belum atau tidak
mengaturnya, maka selayaknya izin lembaga penyiaran swasta
m

ub

multipleksing tersebut harus dinyatakan tidak dapat diberlakukan atau batal


demi hukum ;
ka

ep

- Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/


M.KOMINFO /11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital
ah

Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) (vide Bukti P-


R

es

3) telah nyata bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi yaitu Undang-
M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran juncto Undang-Undang Nomor 2

R
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sehingga harus

si
dibatalkan dan oleh peraturan yang menjadi objek dalam perkara uji materiil a quo

ne
ng
harus dibatalkan sehingga tidak mempunyai kekuatan hukum. Termohon kemudian
menerbitkan objek permohonan keberatan hak UJI materiil dengan pertimbangan

do
karena Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/
gu M.KOMINFO/11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital
Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to

In
A
Air) (vide Bukti P-3) telah dicabut melalui Putusan Uji Materiil Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 38 P /HUM/2012 (vide Bukti P-4);
ah

lik
- .Bahwa ternyata sebelum Termohon menerbitkan Peraturan Menteri Komunikasi Dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
am

ub
Penyiaran Televisi Secara Digital Dan Penyiaran Multipleksing (vide bukti P-l), hal-
hal yang diatur di dalamnya belum pula diakomodir dalam peraturan perundang-
undangan yaitu perubahan terhadap Undang-Undang Penyiaran. Sehingga pada
ep
k

dasarnya penerapan objek permohonan keberatan hak uji materiil dengan penerapan
ah

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/


R

si
M.KOMINFO /11/2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital
Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) (vide Bukti P-3),

ne
ng

- Bahwa benar sepatutnya pengaturan mengenai hak-hak yang diatur di dalam


Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 32

do
gu

Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital Dan


Penyiaran Multipleksing (vide bukti P-l) harus dirumuskan di Wakil Rakyat (DPR),
In
dan masuk dalam perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
A

Penyiaran, sebagaimana ditegaskan di dalam Putusan Uji Materiil Mahkamah


Agung Republik Indonesia Nomor 38 P /HUM/2012 (vide Bukti P-4).
ah

lik

oleh karenanya Mahkamah Agung menilai bahwa pada dasarnya Peraturan Menteri
Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
m

ub

Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital Dan Penyiaran Multipleksing (vide


bukti P-I) mengatur hal yang sama dengan yang diatur dalam Peraturan Menteri
ka

ep

Komunikasi dan Informatika Nomor 22/PER/M.KOMINFO/11/2011 tentang


Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak
ah

Berbayar (Free to Air) (vide Bukti P-3) yang telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung,
R

es

maka Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 32


M

ng

on

Halaman 41 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara Digital Dan Penyiaran

R
Multipleksing juga tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

si
Menimbang, bahwa sebenarnya substansi objek permohonan uji materiil ini

ne
ng
sudah pernah diajukan (nebis in idem) oleh Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia
(ATVJI) dalarn perkara Nomor 38 P/HUM/2012 dan telah diputus dengan amar putusan

do
mengabulkan permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon. Oleh karena
gu peraturan yang digugat mengatur materi yang sarna dengan peraturan yang telah
diputusan dalam Putusan Nomor 38 P /HUM/2012, maka gugatan a quo harus

In
A
dinyatakan nebis in idem dan tidak dapat diterima;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan keberatan hak uji materiil dari
ah

lik
Pemohon dinyatakan tidak dapat diterima, maka Pemohon dihukum untuk membayar
biaya perkara ;
am

ub
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
ep
k

2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009, Peraturan
ah

Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materiil, serta peraturan
R

si
perundang-undangan lain yang terkait;
MENGADILI,

ne
ng

Menyatakan permohonan keberatan hak uji materiil dari Pemohon: ASOSIASI

TELEVISI JARINGAN INDONESIA (ATVJI) tersebut tidak dapat diterima;

do
gu

Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp


1.000.000,00 (satu juta Rupiah) ;
In
A

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada


hari Kamis, tanggal 11 Desember 2014, oleh Dr. H. Imam Soebechi, SH., MH., Ketua
ah

Muda Urusan Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang ditetapkan oleh Ketua
lik

Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, H. Yulius, SH., MH., dan Dr. H. Supandi,
SH., M.Hum., Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota Majelis, dan diucapkan dalam
m

ub

sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim
ka

Anggota Majelis tersebut dan dibantu oleh Rafmiwan Murianeti, SH., MH., Panitera
ep

Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;


Anggota Majelis: Ketua Majelis,
ah

Ttd./ H. Yulius, SH., MH. Ttd./ Dr. H. Imam Soebechi, SH., MH.
es

Ttd./ Dr. H. Supandi, SH., M.Hum.


M

ng

on
gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
R

si
Panitera Pengganti :
Ttd./ Rafmiwan Murianeti, SH.,
MH.

ne
ng

do
gu
Biaya-biaya :
1. M e t e r a i……. Rp 6.000,00
2. R e d a k s i…... Rp 5.000,00

In
A
3.Administrasi…... Rp 989.000,00
Jumlah : Rp 1.000.000,00
ah

lik
am

ub
Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG R.I.
a.n. Panitera
ep
Panitera Muda Tata Usaha Negara,
k
ah

si
ASHADI, SH.
NIP. 220000754

ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Halaman 43 dari 45 halaman. Putusan Nomor 16 P/HUM/2014.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Anda mungkin juga menyukai