G2 – 04011381722232
LEARNING ISSUE: GLAUKOMA
Definisi
Patofisiologi
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel ganglion retina
yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya
akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cawan
optik.Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intraokuler. Semakin tinggi
tekanan intraokuler semakin besar kerusakan saraf pada bola mata. Pada bola mata normal
tekanan intraokuler memiliki kisaran 10-22 mmHg.
Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup akut dapat mencapai 60-80 mmHg,
sehingga dapat menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai dengan edema
kornea dan kerusakan nervus optikus.
Klasifikasi
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer (Primary Open Angle Glaucoma/POAG)
Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial yang
kuat. Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular meshwork
sehingga dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos yang
menyebabkan peningkatan takanan intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma
primer sudut terbuka terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem
trabekulum dan kanalis schlemm. Aliran humor aquos glaukoma sudut terbuka.
b. Glaukoma Sudut Tertutup Primer (Primary Closed Angle Glaucoma/PCAG)
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi
anatomis tanpa ada kelainan lainnya. Adanya peningkatan tekanan intraokuler
karena sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi trabekular meshwork
oleh iris perifer.
2. Glaukoma Sekunder
Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan manifestasi
dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan paling sering
disebabkan oleh uveitis.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan
perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital seringkali diturunkan.
Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya epifora dapat juga berupa fotofobia
serta peningkatan tekanan intraokuler. Glaukoma kongenital terbagi atas glaukoma
kongenital primer (kelainan pada sudut kamera okuli anterior), anomali perkembangan
segmen anterior, dan kelainan lain (dapat berupa aniridia, sindrom Lowe, sindrom
Sturge-Weber dan rubela kongenital).
Pemeriksaan
1. Tonometri
Tonometri merupakan suatu pengukuran tekanan intraokuler yang menggunakan
alat berupa tonometer Goldman. Faktor yang dapat mempengaruhi biasnya penilaian
tergantung pada ketebalan kornea masing-masing individu. Semakin tebal kornea pasien
maka tekanan intraokuler yang di hasilkan cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya,
semakin tipis kornea pasien tekanan intraokuler bola mata juga rendah. Tonometer yang
banyak digunakan adalah tonometer Schiotz karena cukup sederhana, praktis, mudah
dibawa, relatif murah, kalibrasi alat mudah dan tanpa komponen elektrik. Penilaian
tekanan intraokuler normal berkisar 10-22 mmHg. Pada usia lanjut rentang tekanan
normal lebih tinggi yaitu sampai 24 mmHg. Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-
50% pasien ditemukan dengan tekanan intraokuler yang normal pada saat pertama kali
diperiksa.
2. Penilaian Diskus Optikus
Diskus optikus yang normal memiliki cekungan di bagian tengahnya. Pada pasien
glaukoma terdapat pembesaran cawan optik atau pencekungan sehingga tidak dapat
terlihat saraf pada bagian tepinya.
3. Pemeriksaan Lapangan Pandang
Gangguan lapangan pandang pada glaukoma dapat mengenai 30 derajat lapangan
pandang bagian central. Cara pemeriksaan lapangan pandang dapat menggunakan
automated perimeter.
4. Gonioskopi
Gonioskopi merupakan pemeriksaan dengan alat yang menggunakan lensa khusus
untuk melihat aliran keluarnya humor aquos. Fungsi dari gonioskopi secara diagnostik
dapat membantu mengidentifikasi sudut yang abnormal dan menilai lebar sudut kamera
okuli anterior.
Terapi Medikamentosa
Trial lens
Trial frame
Kartu Snellen
Astigmat dial
Kartu Ishihara
Ruangan dengan panjang 5 m atau 6 m
Penerangan yang cukup
Cara Pemeriksaan:
Tidak ada alat khusus, bisa dengan jari telunjuk atau suatu benda yang warnanya
menyolok (misalnya ballpen yang ujungnya berwarna merah, dsb).
Cara Pemeriksaan:
Senter
Jari telunjuk/ballpen/pensil
Cara Pemeriksaan:
Pemeriksa duduk tepat di depan pasien dalam jarak antara 60 cm, berhadapan,
sama tinggi.
Penderita duduk, memandang obyek yang letaknya jauh (± 6 m).
Nyalakan senter dari jarak 60 cm, sinar diarahkan pada glabela penderita.
Perhatikan refleks sinar tersebut pada kornea, bila simetris berarti pasangan bola
mata dalam orbita sejajar (tampak pantulan sinar di tengah pupil, sedikit ke
medial).
Kemudian penderita diminta mengikuti gerakan ujung jari pemeriksa,
pensil/ballpen yang digerakkan dari central ke perifer ke 6 arah kardinal tanpa
menggerakkan kepala (melirik saja).
Diperhatikan gerakan kedua mata, keduanya bebas ke segala arah ataukah ada
yang tertinggal.
Khusus untuk melihat gerakan bola mata ke bawah, angkatlah kedua kelopak atas
dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Untuk tes konvergensi, ujung jari/ senter/ ballpen/ pensil dari jarak ± 45 cm di
depan pangkal hidung didekatkan ke arah pangkal hidung hingga jarak 5 cm
sampai 8 cm, untuk menilai kekuatan konvergensi.
4. Pemeriksaan Segmen Anterior
Senter
Magnifying Loupe
Lensa Spheris positif
Kapas steril
Air dan sabun untuk cuci tangan
Cara Pemeriksaan:
Oftalmoskop direk
Cara Pemeriksaan:
Tonometer Schiotz
Cara Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan Cara Subjektif (Palpasi)
Penderita duduk tegak, melirik ke bawah.
Jari telunjuk kanan dan kiri pemeriksa bergantian menekan bola
mata pada kelopak atas kearah belakang bawah (450) dengan halus
dan penuh perasaan. Tiga jari yang lain bersandar pada kening dan
tulang pipi, bandingkan kanan dan kiri.
Hasilnya TN, TN+1, TN+2, TN+3; TN-1, TN-2, TN-3.
b. Pemeriksaan Cara Obyektif (Tonometer Schiotz)
Tonometer ditera/dikalibrasi dengan meletakkan tonometer tegak
lurus pada lempengan kalibrasi, dan jarum harus menunjuk angka
0.
Bersihkan permukaan kaki tonometer diusap dengan kapas
alkohol.
Penderita diberi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan, cara
pemeriksaan dan bagaimana penderita harus bersikap.
Penderita diminta tidur terlentang, posisi kepala horizontal. Mata
penderita ditetesi Panthocaine 0,5% atau 2%, 1 – 2 tetes.
Penderita diminta memandang ke satu titik tepat diatasnya, dengan
cara memfiksasi ibu jarinya yang diacungkan di atasnya, sehingga
sumbu optik mata benar-benar vertikal.
Pemeriksa berada di superior pasien.
Kelopak atas dan bawah dibuka lebar dengan menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri, tidak boleh menekan bola mata,
kemudian tonometer diletakkan dengan hati-hati pada permukaan
kornea, tepat di tengah, tanpa menggeser, posisi benar-benar
vertikal. Letakkan tonometer tepat di atas kornea tanpa menekan
bola mata.
Tinggi rendahnya tekanan bola mata menentukan besarnya
indentasi yang ditimbulkan oleh alat tersebut. Besar kecilnya
indentasi menentukan besarnya simpangan jarum yang
dihubungkan pada lempeng tersebut.
Bila dengan beban 5,5 gram menunjukkan angka skala 0 maka
beban perlu ditambahkan dengan beban 7,5gram atau 10 gram.
Tonometer diangkat, dibersihkan dengan kapas alkohol.
Mata diberi zalf mata (misalnya Chloramfenicol).
Lihat tabel, berapa mmHg tekanan bola matanya.
Cara baca dan menuliskan hasil : Misalnya dengan beban 5,5 gram
simpangan jarum tonometer menunjukkan angka 5 pada tabel
terlihat hasilnya 17,3 mmHg.