Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang
terpenting di Indonesia. Kelahiran perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis
oleh Andrian Hallet (Seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar tentang
kelapa sawit di Afrika) pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawitnya di Sungai
Liput (Aceh) dan di Pulau Radja (Asahan). Sejak ini Indonesia dikenal sebagai
produsen kalapa sawit. Pada saat itu, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mencapai 170.000 hektar. Walaupun kelapa sawit bukan tanaman asli tetapi
produk olahannya yaitu berupa minyak kalapa sawit telah menjadi salah satu
komuniti perkebunan yang handal.
Industri pengolahan kelapa sawit merupakan industri hulu yang sangat
penting. Industri makanan, kosmetik, sabun dan cat merupakan industri yang
menggunakan bahan dasar kelapa sawit. Bahkan akhir-akhir ini ada upaya
penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar
alternatif. Kondisi ini memacu perkembangan industri pengolahan kelapa sawit,
baik kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Hal ini sejalan dengan semakin
meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit. Komoditi minyak sawit
merupakan salah satu dari 13 jenis minyak nabati dunia dan menurut World Oil
(1995) secara keseluruhan produksi dan konsumsi minyak nabati dunia pada abad
21 perlu harus dikaji dan dikembangkan untuk upaya peningkatan efesiensi pada
setiap sub sistem agribisnis pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi
minyak sawit (CPO) yang merupakan salah satu agribisnis yang sangat
menentukan kemampuan daya saing pemasaran minyak dan kernel sawit.
Kebijakan pemerintah dalam hal menggunakan pembangunan Perkebunan Rakyat
atau Perkebunan Inti Rakyat (PIR) sehingga di dukung dan ditunjang oleh
perkebunan besar.

1
2

Sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran


cukup penting dalam perekonomian Indonesia, karena merupakan komoditas
andalan ekspor sehingga menjadi penghasil devisa negara di luar minyak dan gas.
Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar dalam negeri juga masih
cukup besar. Pasar yang banyak menyerap produk minyak sawit (Crude Palm
Oil/CPO) dan minyak inti sawit (Palm 1 Kernel Oil/PKO) adalah industri
fraksinasi/ranifasi (terutama insdustri minyak goreng), lemak khusus ( cocoa
butter substitute), margarin/shortening, oleochemical dan sabun mandi [BPS,
2006]. Selain produk konvensional, minyak sawit juga merupakan salah satu
bahan yang dapat dijadikan sumber bahan bakar/energi (biodisel) yang terbarukan
untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang semakin
tipis persediaannya [Ditjen Perkebunan, 2006].
Agroindustri sawit berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir. Sampai tahun 2010, luas kebun sawit di Indonesia telah mencapai 7,8
juta hektar, dengan produksi crude palm oil (CPO) lebih dari 19,8 juta ton per
tahun yang ditampilakan pada Gambar 1.1 [Dinas Perkebunan, 2011].
Riau merupakan daerah yang sangat cukup luas untuk perkembangan dan
industri sawit, karena di Riau memiliki sumber daya alam yang memadai. Selama
periode waktu 2008 – 2011, luas areal kebun sawit di Provinsi Riau meningkat
sebesar 8% (1.673.553 menjadi 1.807.404 ha). Kenaikan ini berasal dari
pembukaan areal oleh masyarakat dan perluasan oleh perusahaan swasta.
Perluasan areal kebun sawit diatas rataan perkembangan nasional. Hal ini dihitung
berdasarkan perkembangan luas tanam yakni sebesar 44.617 ha/th.
Beberapa faktor yang mendukung berkembangnya perkebunan sawit di Riau
antara lain:
(i) kondisi tanah dan iklim yang sesuai untuk pengembangan tanaman
sawit,
(ii) komitmen yang tinggi dari Pemerintah Daerah untuk
mengembangkan perkebunan dengan visi ”Terwujudnya kebun
untuk kesejahteraan masyarakat Riau tahun 2020”,
3

(iii) tingginya minat masyarakat karena pada saat dan pasca krisis
ekonomi 1997 petani sawit sangat diuntungkan dengan adanya
kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO),
(iv) sawit memberikan pendapatan yang tinggi kepada petani
dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya.

Salah satu perusahaan yang mengelola sawit di daerah Riau adalah PTPN V.
PT Perkebunan Nusantara V (Persero), disingkat PTPN V, dibentuk berdasarkan
PP No. 10 Tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. Perusahaan yang berstatus
sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan
kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTP II, PTP IV dan PTP V [PT
Perkebunan Nusantara, 2003]. Sampai saat ini, PTP Nusantara V telah memiliki
12 pabrik sawit (PKS) yang memproduksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm
Kernel. PKS yang ada di bawah PTPN V adalah Sei Pagar, Sei Galuh, Sei Garo,
Tandan Putih, Lubuk dalam, Sei Buatan, Tanjung Medan, Sei Rokan, Sei Tapung,
Tarantam, Tandun, dan Sei Intan.
Salah satu PKS yang ada di bawah PTPN V yang bergerak dalam
memproduksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel di Riau adalah PT.
Perkebunan Nusantara V PKS Sei. Galuh. Pabrik ini dibangun pada tahun 1989
dan mulai beroperasi pada bulan Agustus 1990, dengan area perkebunan seluas
2.688 Ha dan area pabrik seluas 19 Ha, yang terletak di Desa Pantai Cermin,
Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, yang berjarak ± 42 km
dari Kota Pekanbaru dengan kapasitas olah 60 ton TBS/jam. Namun pada tahun
2009 hingga saat ini, kapasitas olah pabrik mengalami penurunan menjadi 30
ton/jam akibat pasokan TBS berkurang dan berbagai faktor lainnya. Tandan Buah
Segar (TBS) sebagai bahan baku PKS Sei. Galuh berasal dari kebun inti, kebun
plasma dan dari pihak ke-tiga. Produk yang dihasilkan oleh PKS Sei. Galuh
berupa Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel).
4

1.2. Tujuan Kerja Praktek


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini
adalah:
1. Agar dapat mengetahui dan mempelajari proses pengolahan Tandan Buah
Segar (TBS) sawit menjadi minyak mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan
kernel (inti) di PT. Perkebunan Nusantara V PKS Sei. Galuh.
2. Memahami proses-proses yang terjadi sepanjang alur produksi serta cara
kerja alat yang digunakan.
3. Dapat menerapkan teori yang telah didapat pada perkuliahan ke lapangan
sehingga dapat memahami proses yang terjadi dalam pengolahan sawit.
4. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa agar nantinya dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja.
5. Dapat membekali mahasiswa dengan pengalaman dan keterampilan di
dalam dunia kerja yang dapat bermanfaat setelah terjun ke masyarakat.
6. Menjalin hubungan baik antara Fakultas Teknik Universitas Riau dengan
PT. Perkebunan Nusantara V Sei. Galuh.

1.3. Ruang Lingkup Kerja Praktek


Ruang lingkup kerja praktek merupakan batasan bagi mahasiswa dalam
melakukan kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek. Adapun ruang lingkup
yang dilaksanakan meliputi ruang lingkup secara umum dan Tugas khusus
1.3.1. Secara umum
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin
tentang Pabrik Pengolahan Sawit PT. Perkebuanan Nusantara V Sei Galuh.
2. Mengadakan komunikasi
Mengadakan komunikasi secara langsung dengan Asisten, Mandor,
Operator dan Karyawan tentang jalannya proses, baik proses pengolahan,
peralatan, laboratorium, administrasi dan organisasi perusahan serta analisa
proses CPO dan kernel.
5

3. Peninjauan langsung
Melihat langsung keadaan pabrik yang sebenarnya meliputi peralatan,
prinsip kerja, proses pengolahan, sarana pendukung dan laboratorium yang
ada.
1.3.2. Tugas Khusus
Ruang lingkup tugas khusus yaitu pada fibre cyclone yang bertujuan untuk
mengevaluasi losses terhadap pengurangan minyak pada nut sawit di PKS
Sei Galuh.

Anda mungkin juga menyukai