BAB II Fix

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Status Gizi Balita

a. Pengertian

Gizi adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang

mengandung unsur-unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral,

lemak, protein dan air yang dipergunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan, dan perkembangan dari organ-organ tubuh

manusia (Mitayani, 2010).

Status Gizi Balita menurut WHO adalah mencocokkan umur

anak (dalam bulan) dengan berat atau tinggi badan standar tabel

WHO-NCHS (World Health Organization – National Center for

Health Statistics). Jika hasil berat anak setelah dicocokkan dengan

tabel WHO-NCHS masih kurang maka status gizi balita tersebut

dinyatakan kurang. Begitu pula dengan tinggi badan, jika setelah

dicocokkan dengan tabel WHO-NCHS masih kurang maka termasuk

pendek (stunted) (Mila, 2012).

Status gizi yang baik sangat ditentukan oleh pemberian makan

(nutrisi) yang dikonsumsi yang kandungan gizinya cukup dan harus

disesuaikan dengan kebutuhan gizi balita, sehingga anak dapat tumbuh

10
11

dan berkembang secara normal, sehat dan kuat. Laju pertumbuhan

balita meningkat bila dibandingkan dengan pada masa bayi. Pada usia

ini anak-anak belajar berbicara dan memahami bahasa sehingga

mereka dapat meminta makanan yang diinginkan. Perkembangan

kemampuan motorik dapat memungkinkan mereka belajar untuk

makan sendiri dengan menggunakan tangan dan minum dengan

cangkir. Mereka mengenal berbagai macam makanan dengan berbagai

rasa dan tekstur. Pada usia ini mereka juga belajar bermain dan

menghilangkan keinginannya untuk makan. Pada saat itulah orangtua

harus dapat mengarahkan anak untuk mengenal berbagai jenis

makanan yang kelak berpengaruh terhadap kebiasaan makan

selanjutnya (Respati, 2015).

b. Klasifikasi Status Gizi Balita

Pada balita Status gizi dapa diukur berdasarkan umur (U), berat

badan (BB), dan Tinggi Badan (TB). Variabel BB dan TB

dikategorikan dalam tiga bentuk yaitu berdasarkan Berat badan

menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB). Nilai berat badan dan tinggi

badan di konversikan ke dalam zScore (Depkes RI, 2009). Dalam

menginterprestasikan ketiga indeks tersebut dibutuhkan nilai ambang

batas. Penentuan ambang batas dapat digambarkan kedalam tiga


12

bentuk yaitu persen terhadap median, persentil dan standar deviasi unit

(Purwati 2016).

Klasifikasi dan penentuan status gizi berdasarkan antropometri

yaitu :

1) gizi lebih : overweight dan obesity

2) gizi baik : wellnourished

3) gizi kurang : underweight (mild dan moderate malnutrition)

4) gizi buruk : severe malnutrition (marasmus, kwashiorkor dan

marasmic kwasiokor)

Menurut buku pedoman pemantauan status gizi (PSG) melalui

posyandu, Depkes RI (2010) indeks dan baku rujukan yang

digunakan dalam pengolahan data adalah indeks BB menurut

umur dengan menggunakan baku rujukan antropometri WHO-

NCHS, dengan menentukan 4 kategori sebagai berikut:

1) gizi baik : ≥ 80% terhadap bakuan median.

2) gizi sedang : 70-79,9% terhadap bakuan median.

3) gizi kurang : 60-69,9% terhadap bakuan median.

4) gizi buruk : < 60% terhadap bakuan median (Soegianto, 2007).

c. Penilaian Status Gizi Balita

Cara penilaian status gizi yang paling umum dipakai di

Indonesia yaitu dengan buku acuan WHO-NCHS, yaitu :


13

1) Nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U, BB/TB) dibandingkan

dengan nilai rujukan WHO-NCHS.

2) Dengan menggunakan batas ambang (cut-off point) untuk masing

– masing indeks, maka status gizi dapat ditentukan

3) Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan

agar tidak terjadi kerancuan dalam interpretasi.

Batas ambang dan istilah status gizi untuk indeks BB/U, TB/U dan

BB/TB berdasarkan hasil kesepakatan pakar gizi mengenai standard

baku nasional di Indonesia, disepakati sebagai berikut :

a) Indeks BB/U

1) Gizi lebih, bila Z-skor terletak > +2 SD

2) Gizi baik, bila Z-skor terletak dari ≥-2 SD s/d +2 SD

3) Gizi kurang, bila Z-skor terletak dari < -2 SD sampai ≥ -3SD

4) Gizi buruk, bila Z-skor terletak < -3 SD

b) Indeks TB/U

1) Normal, bila Z-skor terletak ≥ 2 SD

2) Pendek (stunted), bila Z-skor terletak < -2 SD

c) Indeks BB/TB

1) Gemuk, bila Z-skor terletak > +2 SD

2) Normal, bila Z-skor terletak dari ≥ -2 SD sampai +2 SD


14

3) Kurus (wasted), bila Z-skor terletak dari < -2 SD sampai ≥ -3

SD

4) Kurus sekali, bila Z-skor terletak < -3 SD (Depkes RI, 2002).

1. Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropo yang berarti manusia dan

metri adalah ukuran. Metode antropometri dapat diartikan sebagai

mengukur fisik dan bagian tubuh manusia. Jadi dapat disimpulkan

bahwa antropometri adalah pengukuran tubuh atau bagian tubuh

manusia. Dalam menilai status gizi dengan metode antropometri

adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai metode untuk

menentukan status gizi. Konsep dasar yang harus dipahami dalam

menggunakan antropometri untuk mengukur status gizi adalah konsep

dasar pertumbuhan (Aritonang, 2010).

Pertumbuhan adalah terjadinya perubahan sel-sel tubuh, terdapat

dalam 2 bentuk yaitu bertambahnya jumlah sel dan atau terjadinya

pembelahan sel, secara akumulasi menyebabkan terjadinya perubahan

ukuran tubuh. Jadi pada dasarnya menilai status gizi dengan metode

antropometri adalah menilai pertumbuhan. Beberapa alasan yang

menyebabkan antropometri digunakan sebagai indikator status gizi,

yaitu:
15

1) Pertumbuhan seorang anak agar berlangsung baik memerlukan

asupan gizi yang seimbang antara kebutuhan gizi dengan asupan

gizinya.

2) Gizi yang tidak seimbang akan mengakibatkan terjadinya

gangguan pertumbuhan, kekurangan zat gizi akan mengakibatkan

terhambatnya pertumbuhan, sebaliknya kelebihan asupan gizi

dapat mengakibatkan tumbuh berlebih (gemuk) dan

mengakibatkan timbulnya gangguan metabolisme tubuh.

Oleh karena itu antropometri sebagai variabel status pertumbuhan

dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai status gizi.

Antropometri untuk menilai status gizi mempunyai keunggulan

dan juga kelemahan dibandingkan metode yang lain. Beberapa

kelebihan dan kekurangan antropometri digunakan sebagai penentuan

status gizi tersebut adalah:

1) Kelebihan antropometri untuk menilai status gizi antara lain:

a) Prosedur pengukuran antropometri umumnya cukup sederhana

dan aman digunakan.

b) Untuk melakukan pengukuran antropometri relatif tidak

membutuhkan tenaga ahli, cukup dengan dilakukan pelatihan

sederhana.
16

c) Alat untuk ukur antropometri harganya cukup murah

terjangkau, mudah dibawa dan tahan lama digunakan untuk

pengukuran.

d) Ukuran antropometri hasilnya tepat dan akurat.

e) Hasil ukuran antropometri dapat mendeteksi riwayat asupan

gizi yang telah lalu.

f) Hasil antropometri dapat mengidentifikasi status gizi baik,

sedang, kurang dan buruk.

g) Ukuran antropometri dapat digunakan untuk skrining

(penapisan), sehingga dapat mendeteksi siapa yang mempunyai

risikogizi kurang atau gizi lebih

2) Metode antropometri untuk menilai status gizi, juga mempunyai

kekurangan di antaranya adalah:

a) Hasil ukuran antropometri tidak sensitif, karena tidak dapat

membedakan kekurangan zat gizi tertentu, terutama zat gizi

mikro misal kekurangan zink. Apakah anak yang tergolong

pendek karena kekurangan zink atau kekurangan zat gizi yang

lain.

b) Faktor-faktor di luar gizi dapat menurunkan spesifikasi dan

sensitivitas ukuran. Contohnya anak yang kurus bisa terjadi

karena menderita infeksi, sedangkan asupan gizinya normal.


17

Atlet biasanya mempunyai berat yang ideal, padahal asupan

gizinya lebih dari umumnya.

c) Kesalahan waktu pengukuran dapat mempengaruhi hasil.

Kesalahan dapat terjadi karena prosedur ukur yang tidak tepat,

perubahan hasil ukur maupun analisis yang keliru. Sumber

kesalahan bisa karena pengukur, alat ukur, dan kesulitan

mengukur.

Untuk menilai status gizi dengan metode antropometri memerlukan

4 (empat) variabel yaitu:

1) Jenis kelamin

Menurut KBBI, jenis kelamin diartikan sebagai sifat (keadaan)

laki-laki atau perempuan seseorang. Untuk menilai status gizi

seseorang, penting memperhatikan jenis kelamin seseorang karena

pola pertumbuhan anak laki-laki berbeda dengan pola

pertumbuhan anak perempuan. Sehingga kita tidak boleh hanya

mengandalkan kebiasaan nama untuk menentukan jenis kelamin,

sebagai contoh nama Sri tidak selalu perempuan, sebaliknya nama

Agus juga tidak selalu laki-laki. Dengan indeks BB/U kurva

pertumbuhan pada umur yang berbeda pertumbuhan berat badan

anak laki-laki lebih tinggi dibanding dengan anak perempuan.


18

2) Umur

Umur merupakan lama waktu hidup seseorang durasi atau lama

hidup seseorang dari saat lahir. Berdasarkan Standar Pemantauan

Pertumbuhan (2005), umur ditetapkan sebagai bulan penuh (30

hari). Sebagai contoh umur 23 hari = 0 bulan, umur 3 bulan 14

hari = 3 bulan, umur 3 bulan 29 hari = 3 bulan. Untuk keperluan

penilaian status gizi maka umur dinyatakan dalam satuan bulan

penuh.

3) Berat Badan

Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan

mineral yang terdapat di dalam tubuh. Terdapat beberapa alasan

kenapa berat badan digunakan sebagai parameter antropometri.

Alasan tersebut di antaranya adalah perubahan berat badan mudah

terlihat dalam waktu singkat, berat badan dapat menggambarkan

status gizi saat ini. Untuk melakukan pengukuran berat badan

diperlukan alat yang hasil ukurannya akurat. Untuk mendapatkan

ukuran berat badan yang akurat, maka terdapat beberapa

persyaratan di antaranya adalah alat ukur berat badan harus mudah

digunakan dan dibawa, mudah didapatkan dan harganya relatif

murah, ketelitian alat ukur 0,1 kg (100 gram), skala mudah dibaca,

cukup aman digunakan serta alat sudah dikalibrasi. Beberapa jenis

alat timbang yang biasa digunakan untuk mengukur berat badan


19

diantaranya dacin untuk menimbang berat badan balita, timbangan

detecto, bath room scale (timbangan kamar mandi), timbangan

injak digital, dan timbangan lainnya.

4) Panjang/Tinggi Badan.

Panjang badan atau tinggi badan merupakan parameter

antropometri untuk pertumbuhan linier. Tinggi badan merupakan

parameter antropometri untuk menilai pertumbuhan panjang atau

tinggi badan. Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu yang

lama, sehingga sering disebut akibat masalah gizi kronis. Alat

ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan harus

mempunyai ketelitian 0,1 cm. Anak yang berusia 0–2 tahun diukur

dengan ukuran panjang badan, sedangkan anak berusia lebih 2

tahun dengan menggunakan mikrotois.

d. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita

a) Agen

Agen adalah agregat yang keberadaannya atau

ketidakberadaannya mempengaruhi timbulnya masalah gizi pada

diri manusia. Agregat yang disebabkan oleh ketidakberadaannya

menimbulkan masalah gizi, misal zat gizi, akibat kekurangan zat

gizi tertentu dapat menimbulkan masalah gizi misal kekurangan

vitamin C mengakibatkan sariawan. Agregat yang lain misal


20

Kimia dalam tubuh (hormon dan lemak), tubuh memerlukan

hormon untuk proses metabolisme tubuh, demikian juga lemak.

Apabila tubuh kekurangan hormon akan menimbulkan berbagai

masalah. Agregat yang karena keberadaannya menimbulkan

masalah gizi, di antaranya kimia dari luar tubuh termasuk obat-

obatan, zat kimia yang masuk dalam tubuh dapat menimbulkan

keracunan, atau dalam jumlah kecil tetapi dikonsumsi dalam

kurun waktu yang lama dapat bersifat karsinogenik. Demikian

juga penggunaan obat, misal obat jenis antibiotik tertentu dapat

mengganggu absorpsi susu. Faktor psikis, keadaan kejiwaan akan

berpengaruh terhadap asupan gizi. Pada orang-orang tertentu

apabila sedang mengalami suasana tegang, maka akan

dikonvensasikan dalam bentuk makanan. Keadaan biologis

seseorang yang menderita penyakit infeksi, kebutuhan gizinya

akan meningkat karena zat gizi diperlukan untuk penyembuhan

luka akibat infeksi.

Penyakit infeksi termasuk ISPA dan diare dapat memperburuk

keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan dan kehilangan

zat-zat sesensial tubuh. Dampak infeksi terhadap pertumbuhan

seperti menurunnya berat badan, hal ini disebabkan oleh hilangnya

nafsu makan penderita infeksi hingga masukan atau intake zat gizi
21

dan energi kurang dari kebutuhannya (Mustapa, Yusna.

Sirajuddin, Saifuddin. Salam 2013).

b) Host (Pejamu)

Pejamu adalah semua faktor yang terdapat dalam diri manusia

yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakit

pada masalah gizi. Faktor – faktor tersebut antara lain :

1) Jenis Kelamin Balita

Jenis kelamin merupakan faktor gizi internal yang

menemukan kebutuhan gizi, sehingga pada waktunya ada

hubungan antara jenis kelamin dengan keadaan gizi. Anak laki-

laki biasanya mendapatkan prioritas yang lebih tinggi dalam

hal makanan dibandingkan anak perempuan. Status gizi balita

perempuan seharusnya lebih tinggi dari pada laki - laki, sebab

pada balita perempuan pada usia dewasa akan mengalami

proses kehamilan. Sehingga ketika pertambahan berat

badannya sesuai dengan bertambahnya usiannya, maka resiko

untuk mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) menjadi

lebih kecil (Sumiahadi et al. 2017).


22

2) Berat Badan Lahir Balita

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah keadaan bayi

lahir dengan berat badan < 2500 gram. Keadaan gizi ibu yang

kurang baik sebelum hamil dan pada waktu hamil cenderung

melahirkan BBLR, bahkan kemungkinan bayi meninggal

dunia. Sejak anak dalam kandungan hingga berumur 2 tahun

merupakan masa emas dan disebut masa kritis untuk tumbuh

kembang fisik, mental, dan sosial. Pada masa ini, tumbuh

kembang otak paling pesat (80%) yang akan menentukan

kualitas SDM pada masa dewasa, sehingga potensi anak

dengan IQ yang rendah sangat memungkinkan (Devi 2010).

Anak yang dilahirkan dengan berat badan rendah

berpotensi menjadi anak dengan gizi kurang, bahkan menjadi

buruk. Lebih lanjut lagi, gizi buruk pada anak balita

berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap

anak gizi buruk mempunyai risiko kehilangan IQ 10 - 13 poin.

Lebih jauh lagi dampak yang diakibatkan adalah meningkatnya

kejadian kesakitan bahkan kematian. Mereka yang masih dapat

bertahan hidup akibat kekurangan gizi yang bersifat permanen,

kualitas hidup selanjutnya mempunyai tingkat yang sangat

rendah dan tidak dapat diperbaiki meskipun pada usia

berikutnya kebutuhan gizinya sudah terpenuhi (Devi 2010).


23

3) Status Pemberian ASI Eksklusif

Gizi pada masa anak sangat berpengaruh terhadap

tumbuh kembang bahkan sejak masih dalam kandungan

sekalipun, gizi memegang peranan penting. Apabila ibu hamil

mendapat makanan yang adekuat, maka bayi yang

dikandungnya akan lahir dengan berat lahir normal. Sedangkan

ibu yang kurang gizi, akan melahirkan bayi dengan berat lahir

rendah. Nutrisi terpenting yang diperoleh pertama kali saat

bayi lahir adalah ASI (Air Susu Ibu). ASI merupakan

makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis

yang harus diberikan kepada bayi di awal kehidupannya. Hal

ini dikarenakan selain mengandung nilai gizi yang cukup

tinggi, ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang akan

melindungi dari berbagai jenis penyakit yang dapat

menghambat petumbuhan bayi tersebut. Pemberian ASI

dimulai sejak bayi dilahirkan selama 6 bulan, tanpa

menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau

minuman lain (Nilakesuma, 2015).


24

c) Environment (Lingkungan)

1) Tingkat Pendidikan Ibu

Pada dasarnya pendidikan merupakan masalah utama

yang berhubungan dengan status gizi (Supariasa, 2013).

Dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat

menerima segala informasi dari luar terutama tetang cara

pengasuhan anak yang baik, asupan gizi yang yang sesuai,

sehingga orang tua dapat menjaga kesehatan anaknya,

pendidikan dan sebagainya (Sumiahadi et al. 2017).

Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam

menunjang ekonomi keluarga juga berperan dalam

penyusunan makanan keluarga, serta pengasuhan dan

perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan

tinggi akan lebih mudah menerima informasi kesehatan

khususnya bidang gizi, sehingga dapat menambah

pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari (Fatonah 2011).

2) Pengetahuan Ibu tentang Gizi Balita

Pengetahuan gizi ibu menjadi salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi status gizi balita. Pengetahuan gizi ibu

berkaitan erat dengan praktik pemberian makan balita. Selain


25

itu, Pengetahuan ibu tentang gizi balita dapat berpengaruh

pada sikap dan perilaku dalam pemilihan makan balita

(Rahma and Nadhiroh 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih, et al.

(2015), menunjukkan balita dengan pengetahuan gizi ibu yang

kurang memiliki hubungan yang bermakna dengan kasus

balita gizi kurang. Balita yang tingkat pengetahuan gizi

ibunya kurang, berisiko mengalami gizi buruk 5,091 kali lebih

besar daripada balita yang ibunya memiliki tingkat

pengetahuan baik (Rahma and Nadhiroh 2017).

3) Tingkat Pendapatan Keluarga

Salah satu faktor yang berhubungan dengan status gizi

seseorang adalah tingkat pendapatan keluarga. Karena

keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan

kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Dalam keterbatasan

penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang

disajikan, tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga

menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-

hari, baik kualitas maupun jumlah makanan (Proverawati,

2010).
26

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata

(Notoatmodjo, 2012).

Selain itu juga, salah satu faktor yang mempengaruhi

status gizi anak adalah faktor sosial ekonomi keluarga. Status

sosial ekonomi berhubungan dengan kemampuan untuk

mencukupi kebutuhan gizi anak. Anak yang dalam keluarga

berstatus sosial ekonomi tinggi cenderung lebih tercukupi

kebutuhan gizinya dibandingkan status sosial ekonomi

rendah. Anak yang dengan status ekonomi baik memberikan

harapan pemenuhan asupan makannya lebih baik

dibandingkan anak dari kelompok sosial ekonomi rendah.

Asupan makan berhubungan selanjutnya berhubungan dengan

status gizi balita (Sumiahadi et al. 2017).


27

2. Pendidikan

a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2012), pendidikan adalah upaya

persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat, agar masyarakat mau

melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi

masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau

tingkat pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh

pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan

kesadarannya melalu proses pembelajaran, sehingga perilaku tersebut

diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap

(langgeng), karena didasari oleh kesadaran.

b. Jenis – Jenis Pendidikan

Pendidikan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Pendidikan Formal

Pendidikan yang mempunyai jenjang atau tingkatan dalam

periode waktu-waktu tertentu berlangsung dari sekolah dasar

sampai universitas dan tercakup disamping studi akademi

umumnya juga berbagai program khusus dan lembaga-lembaga

latihan.
28

2) Pendidikan Informal

Proses yang terjadi seumur hidup sehingga memperoleh sikap

nilai keterampilan dan pengetahuan dari pengalaman sehari-hari

dan pengaruh lingkungan (Tirtoharjo, U, 2005).

c. Pengukuran Tingkat Pendidikan

Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

menjelaskan bahwa indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang

pendidikan dan kesesuaian jurusan. jenjang pendidikan adalah tahapan

pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan

yaitu terdiri dari:

1) Pendidikan Dasar

Jenjang awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah

yang terdiri dari:

a) Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI), atau

bentuk lain yang sederajat.

b) Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah

Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.


29

2) Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri dari:

a) Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah

(MA).

b) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah

Kejuruan (MAK).

3) Pendidikan Tinggi

Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup

program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang terdiri dari:

a) Akademik

b) Politeknik

c) Sekolah tinggi

d) Institut atau Universitas

3. Pengetahuan

a. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan


30

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga dan indra

penglihatan yaitu mata.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan atau ranah kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (over behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

 Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.
31

 Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

 Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan meteri

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau

situasi yang lain.

 Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan meteri atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

 Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.


32

 Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara

lain:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan

bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang

sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif

dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin


33

banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

2) Media massa / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan

lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan

opini dan kepercayan orang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

yang diperolehnya semakin membaik.

4) Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis

pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak

bekerja, wiraswata, pegawai negeri, dan pegawai swasta dalam

semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya


34

hubungan sosial yang baik dengan baik. Pekerjaan dimiliki

peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia,

pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan

dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh

informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah

kesehatan (Notoatmojo S, 2012).

4. ASI Eksklusif

a. Pengertian ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah bahan makanan alamiah yang dapat

diberikan oleh seorang ibu kepada anaknya segera setelah lahir pada

awal kehidupannya (Jauhari, 2018).

ASI Eksklusif adalah memberikan ASI saja dan tidak diberi

makanan dan minuman tambahan seperti pisang, bubur susu, biskuit,

atau nasi tim, susu formula, madu, air putih, teh, minuman ramuan,

kecuali obat untuk terapi (pengobatan penyakit) selama enam bulan

awal kehidupannya. Pemberian ASI secara benar akan dapat

mencukupi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan (Maryunani,

2015).
35

b. Komposisi ASI

ASI mengandung zat gizi yang secara khusus diperlukan untuk

menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat daya tahan

alami tubuh bayi (Maryunani, 2015).

1) Protein

ASI matur mengandung kira-kira 40 persen kasein dan 60

persen protein dadih (whey protein), yang membentuk dadih lunak

di dalam perut dan mudah dicerna. Protein dadih mengandung

protein anti-infeksi, sementara kasein penting untuk mengangkat

kalsium dan fosfat. Laktoferin mengikat zat besi, memudahkan

absorpsi dan mencegah pertumbuhan bakteri di dalam usus

(Pollard, 2016).

Komposisi protein pada ASI lebih mudah diserap oleh tubuh

bayi. Protein memiliki fungsi sebagai pengatur dan pembangun

tubuh bayi. Komponen dasar dari protein adalah asam amino yang

berguna untuk pembentukan struktur otak (Maryunani, 2015).

2) Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa

penting bagi pertumbuhan otak dan terdapat dalam konsentrasi

tinggi dalam susu manusia dibandingkan dengan susu mamalia

lainnya (Pollard, 2016).


36

Laktosa merupakan satu-satunya kerbohidrat yang terdapat

dalam ASI yang berguna untuk penghasil energi, sebagai

karbohidrat utama, meningkatkan penyerapan kalsium dalam

tubuh, merangsang tumbuhanya laktobasilus bifidus (bakteri baik).

Laktobasilus bifidus berfungsi menghambat pertumbuhan

mikroorganisme dalam tubuh bayi yang dapat menyebabkan

berbagai penyakit atau gangguan kesehatan. Selain itu, laktosa

juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan

aktif untuk perkembangan sistem saraf. Zat gizi ini membantu

penyerapan kalsium dan magnesium dimasa pertumbuhan bayi

(Maryunani, 2015).

3) Lemak

Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan

menjadi sumber energi utama bayi serta berperan dalam

pengaturan suhu tubuh bayi (Maryunani, 2015). ASI terdiri dari

asam lemak tak jenuh rantai panjang yang membantu

perkembangan otak dan mata, serta saraf dan sistem vaskuler

(Pollard, 2016).

4) Mineral dan Vitamin

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya

relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi hingga

berusia 6 bulan dan juga mengandung berbagai vitamin seperti


37

vitamin A dan E yang diperlukan oleh bayi dan berfungsi untuk

perkembangan penglihatan bayi (Maryunani, 2015).

Namun, vitamin D dan K tidak terlalu berada dalam jumlah

yang diinginkan. Vitamin D penting untuk pembentukan tulang,

namun jumlahnya bergantung pada jumlah pajanan ibu terhadap

sinar matahari. Vitamin K dibutuhkan untuk pembekuan darah.

Kolostrum mempunyai kadar vitamin K rendah dan oleh karena

itu vitamin K diberikan pada bayi baru lahir (Pollard, 2016).

5) Air

Sekitar 80% dari volume ASI adalah air. Oleh karena itu,

bayi tidak membutuhkan minuman tambahan, sekalipun dalam

kondisi panas. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang

terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara

metabolik aman. Air yang relatif tinggi dalam ASI akan

meredakan rangsangan haus dari bayi (Pollard, 2016).

c. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

Berikut merupakan manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi dan

ibu:

1) Manfaat Pemberian ASI bagi Bayi

a) ASI mengandung nutrisi yang optimal, baik kuantitas dan

kualitasnya.
38

b) ASI meningkatkan kesehatan bayi. Bayi yang diberi ASI

dapat mencegah bayi terserang penyakit. Penyakit yang dapat

di cegah antara lain muntah, diare, penyakit saluran

pernapasan, dan kanker.

c) ASI meningkatkan kecerdasan bayi. ASI memberikan nutrisi

yang penting untuk pertumbuhan otak dan proses menyusui

akan merangsang indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan indra peraba.

d) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak

(bonding) (Roesli, 2009).

2) Manfaat Pemberian ASI bagi Ibu

a) Pemberian ASI dapat menurunkan berat badan ibu setelah

melahirkan. Dengan menyusui dapat membakar kalori 200-

250 kal per hari.

b) ASI lebih ekonomis dibandingkan dengan susu formula.

c) Pemberian ASI eksklusif merupakan metode kontrasepsi yang

alami. Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid

dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat

kontrasepsi alamiah.

d) Pelepasan hormon oksitosin ketika menyusui dapat

meningkatkan perasaan tenang, nyaman, dan untuk bayi.

e) Dengan menyusui dapat membantu uterus kembali ke ukuran


39

normal lebih cepat dan mencegah perdarahan. Wanita yang

menyusui memiliki insiden lebih sedikit terkena osteoporosis

dan beberapa tipe kanker termasuk kanker payudara dan

kanker ovarium (Chandra, 2011).


40

B. Kerangka Teori

Faktor Penyebab Langsung


1) Asupan Zat Gizi
2) Penyakit Infeksi

Status Gizi Balita


Faktor Penyebab Tidak
Berdasarkan Indeks :
Langsung
BB/TB
3) Tingkat Pendidikan Ibu
4) Pengetahuan Ibu
tentang Gizi Balita
5) Riwayat Pemberian
ASI Eksklusif
6) Status Pekerjaan Ibu
7) Pendapatan Keluarga
8) Pola Asuh Orang tua

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

( Modifikasi menurut Notoatmodjo, 2012, Nilakesuma, 2015, Maryunani, 2015,


Standar baku WHO, 2002 )
41

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau

kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau

diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Variabel Independen
Variabel Dependen
- Tingkat Pendidikan Ibu
Status Gizi Anak Balita
- Pengetahuan ibu
tentang gizi balita Berdasarkan indeks :
- Riwayat Pemberian
ASI Eksklusif BB/TB

Gambar 2.2. : Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ha : Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita, tingkat

pendidikan ibu dan riwayat pemberian ASI Eksklusif terhadap status gizi

balita di wilayah kerja Puskesmas Air Putih.

Anda mungkin juga menyukai