Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Dalam melakukan pembangunan daerah sangat diperlukan adanya koordinasi baik di
dalam daerah itu sendiri, tetapi juga dengan daerah lainnya terutama daerah yang memiliki
kedekatan letak wilayah, kesamaan struktur wilayah, budaya maupun sector-sektor basis
ekonomi yang sama. Koordinasi ini berkaitan dengan pelimpahan sebagian kekuasaan dari
pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan mendekatkan pelayanan umum melalui Undang-Undang No.32 tahun
2004 tentang “pemerintahan daerah” dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang
“permbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemeritahan daerah”.
Pemberlakuan Undang-Undang No.32 tahun 2004 dan Undang-Undang No.33 tahun
2004 diharapkan memicu daerah untuk berlomba-lomba dalam melaukan pembangunan
dan pengembangan wilayah di daerahnya masing-masing, karena pemerintah pusat selalu
melakukan evaluasi dan kotrolling terhadap implementasi salah satunya oleh “performa”
daerah masing dalam melaksanakan indicator-indikator pembangunan nasional.
Tidak jarang mencapai tujuan tersebut banyak pemerintah daerah akan melakukan
analisi SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat) untuk mencari keunggulan dan
kelemahan daerah masing-masing dan salah satu langkah dalam menyiasati kelemahan
daerah terutama pada tingkat Kota atau Kabupaten, banyak pemerintah Kabupaten/Kota
yang melakukan Kawasan kerjasama antar daerah baik dengan daerah yang satu provinsi
maupun dengan Kota atau Kabupaten di provinsi lainnya.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari ekonomi regional?
b. Apakah yang dimaksud dengan homogenous region, nodal atau pola rised region, dan
planning/administrative?
c. Bagaimana contoh dari homogenous region, nodal atau pola rised region, dan
planning/administrative?
d. Bagaimana tata ruang wilayah regional?
e. Bagaimana ketimpangan antara wilayah?
f. Bagaimana integrasi ekonomi regional?
g. Bagaimana contoh kerjasama regional?
h. Bagaimana studi kasus di indonesia?

1
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari ekonomi regional
b. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan homogenous region, nodal atau pola rised
region, dan planning/administrative
c. Untuk mengetahui tata ruang wilayah regional
d. Untuk mengetahui ketimpangan antara wilayah
e. Untuk mengetahui integrasi ekonomi regional
f. Untuk megetahui contoh kerjasama regional

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Regional


Ilmu Ekonomi Regional adalah suatu cabang dari Ilmu Ekonomi yang dalam
pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi satu wilayah dengan wilayah lain.
Geografi ekonomi adalah keberadaan suatu kegiatan disuatu lokasi, dan bagaimana wilayah
disekitarnya bereaksi atas kegiatan tersebut. Geografi ekonomi mempelajari gejala-gejala

2
dari suatu kegiatan yang bersangkut paut dengan tempat atau lokasi sehingga ditemukan
prinsip-prinsip penggunaan ruang yang berlaku umum. Prinsip-prinsip ini dapat dipakai
dalam membuat pengaturan penggunaan ruang wilayah yang efektif dan efisien
berdasarkan tujuan umum yang hendak dicapai.
Perbedaan ekonomi regional dengan geografi ekonomi adalah bahwa geografi ekonomi
membahas kegiatan secara individual, yaitu mempelajari dampak satu atau sekelompok
kegiatan disatu lokasi terhadap kegiatan lain di lokasi lain atau bagaimana kinerja kegiatan
disuatu lokasi itu sebagai akibat dekat atau jauhnya lokasi itu dari lokasi kegiatan lain.
Ekonomi tidak membahas satu kegiatan, tetapi menganalisis suatu wilayah atau bagian
wilayah secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah dengan potensinya yang
beragam dan bagaimana mengatur suatu kebijakan yang dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi seluruh wilayah.
Geografi ekonomi maupun ekonomi regional mengenal dan mempergunakan beberapa
istilah yang sama, misalnya wilayah nodal, wilayah homogen, kota dan wilayah
belakangnya, tetapi dengan pendekatan yang berbeda. Beberapa pemikiran tentang
ekonomi regional dicetuskan oleh vonthunen (1826), weber (1929), ohlin (1939) dan losch
(1939). Namun secara umum water isard (1956) dianggap sebagai orang pertama yang
memberi wujud atau landasan bagi perkembangan ekonomi regional.
Ekonomi regional mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1970- an, dimana pemerintah
mulai menyadari bahwa kebijakan ekonomi tidak dapat dibuat seragam untuk semua daerah
karena kondisi dan potensi daerah satu berbeda dengan daerah lainnya.

B. Pengertian Homogenous Region, Nodal atau Pola Rised Region, dan


Planning/Administrative

a) Regional Homogen
Wilayah Homogen adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan pada kenyataan bahwa
faktor-faktor dominan pada wilayah tersebut bersifat homogen (kesamaan),
sedangkan faktor-faktor yang tidak dominan bisa saja beragam (heterogen). Dengan
demikian wilayah homogen adalah wilayah yang di identifikasikan berdasarkan
adanya sumber-sumber kesamaan atau faktor pencirinya yang menonjol di wilayah
tersebut. Kesamaan tersebut dapat berupa kesamaan struktur produksi, konsumsi,
pekerjaan, topografi, iklim, prilaku social, pandangan politik, tingkat pendapatan, dll.

3
Faktor penyebab homogenitas wilayah secara umum terdiri dari penyebab alamiah
dan penyebab artificial. Faktor alamiah berupa kemampuan lahan iklim dan berbagai
fakto rlainnya. Faktor artificial berupa wilayah homogeny atas dasar kemiskinan (peta
kemiskinan), suku bangsa, budaya, dll.
b) Regional Nodal
Region nodal disebut juga region fungsional. Region Fungsional bersifat dinamis
dibandingkan dengan regioan formal, yaitu ditandai oleh adanya geraakan dari dan
kepusat. Pusat tersebut disebut dengan node. Sejauh mana node dapat menarik daerah
sekitarnya sehingga tercipta interaksi maksimal, maka sejauh itulah batas region
nodalnya. Suatu region nodal terdapat empat unsure penting sebagai berikut :
1) Adanya arus barang, ide/gagasan dan manusia
2) Adanya node/pusat yang menjadi pusat pertemuan arus tersebut secara
teroganisir.
3) Danya wilayah yang makin meluas.
4) Adanya jaring-jaring rute tempat tukar menukar berlangsung.
c) Daerah Administrative
Boudeville (dalam Glason, 1978) mendefinisikan wilayah perencanaan sebagai
wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan
ekonomi. Wilayah perencanaan dapat dilihat sebagai wilayah yang cukup besar untuk
memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam penyebaran penduduk
dan kesempatan kerja, namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-pesoalan
perencanaannya dapat dipandang sebagai satu kesatuan.
Klassen (dalam Glasson, 1978) mengatakan bahwa perencanaan harus mempunyai
ciri-ciri :
1) Cukup besar untuk mengambil keputusan-keputusan investasi yang berskala
ekonomi.
2) Mampu mengubah industrinya sendiri dengan tenaga kerja yang ada.
3) Mempunyai struktu rekonomi yang homogen.
4) Mempunyai sekurangnya satu titik pertumbuhan.
5) Menggunakan satu cara pendekatan perencanaan pembangunan.
6) Masyarakat dalam wilayah itu mempunyai kesadaran bersama terhadap
persoalannya.

Contoh pemerintah pusat ingin menanggulangi pencemaran air yang terjadi di daerah
aliran sungai Bengawan Solo maka wilayah cakupan perencanaan bukan hanya
menjadi tanggung jawab Provinsi Jawa Tengah tetap juga di Povinsi Jawa Timur yang

4
mencakup Ngawi, Madiun, Magetan, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan
Ponorogo.

C. Tata Ruang Wilayah Regional

Tata Ruang (land use) adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun secara
regional dan lokal. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang dimana struktur
ruang adalah susunan pusat-pusat pemukiman dan system jaringan sarana dan prasarana
yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan social ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiiki hubungan fungsional. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Tata ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga perlu lebih
diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona diwilayah perkotaan dibagi
dalam beberapa zona sebagai berikut: perumahan dan pemukiman, perdagangan dan jasa,
industri, pendidikan, perkantoran dan jasa, terminal, wisata dan taman rekreasi, pertanian
dan perkebunan,tempat pemakaman umum, tempat pembuangan sampah.
Dampak dari rencana tata ruang di wilayah perkotaan yang tidak diikuti adalah
kesemrawutan kawasan mengakibatkan berkembangnya kawasan kumuh yang berdampak
pada gangguan terhadap system transportasi, sulitnya mengatasi dampak lingkungan yang
berimplikasi kepada kesehatan, dan sulitnya mengatasi kebakaran apabila terjadi
kebakaran.
Di Indonesia konsep perencanaan mempunyai kaitan erat dengan konsep
pengembangan wilayah. Konsep pengembangan wilayah telah dikembangankan oleh
Sutami pada era 1970-an, dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur yang intense
fakan mampu mempercepat terjadinya pengembangan wilayah.

D. Ketimpangan Antara Wilayah

Pembangunan secara umum mampu meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan


masyarakat, namun demikian pembangunan tersebut ternyata menimbulkan kesenjangan
perkembangan antar wilayah. Ketimpangan pembangunan terutama terjadi antara Jawa-
Luar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) – Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta
antar kota-kota dan antara kota-desa. Banyak wilayah yang masih tertinggal dalam
pembangunan. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum
banyak tersentuh oleh program-program pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan

5
sosial, ekonomi, dan politik masih sangat terbatas secara terisolir dari wilayah disekitarnya.
Oleh karena itu, kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di wilayah tertinggal
memerlukan perhatian dan keberpihakan pembangunan yang besar dari pemerintah.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah tetinggal, termasuk yang
masih dihuni oleh komunitas adat terpencil antara lain :
1) Terbatasnya akses transportasi yang menghubungkan wilayah tertiggal dengan wilayah
yang relative lebih maju.
2) Kepadatan penduduk relative rendah dan tersebar.
3) Kebanyakan wilayah-wilayah miskin sumber daya alam dan sumber daya manusia.
4) Belum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh pemerintah daerah
karena dianggap tidak menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara langsung.
5) Belum optimalnya dukungan sector terkait untuk pengembangan wilayah-wilayah ini.

Wilayah perbatasan dan terpencil kondisinya masih terbelakang. Wilayah perbatatan,


termasuk pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar,
serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan dan keamanan negara.
Kondisi social ekonomi masyarakat yang tertinggal di daerah ini umumnya jauh lebih
rendah dengan kondisi social ekonomi warga negara tetangga. Hal ini telah mengakibatkan
timbulnya berbagai kegiatan illegal di daerah perbatasan yang dikhawatirkan dalam jangka
panjang dapat menimbulkan berbagai kerawanan sosial. Permasalahan utama dari
ketertinggalan pembangunan wilayah perbatasan adalah arah kebijakan pembangunan
kewilyahan yang selama ini cenderung berorientasi ‘’inward looking’’ sehingga seolah-olah
kawasan perbatasannya hanya menjadi halaman belakang dari pembangunan negara.
Akibatnya, wilayah-wilayah perbatasan dianggap bukan merupakan wilayah prioritas
pembangunan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Ketidak seimbangan pertumbuhan
antar kota- kota besar, metropolitan dengan kota-kota menengah. Pertumbuhan kota-kota
besar dan metropolitan saat ini masih terlalu terpusat di Pulau Jawa sampai Bali, sedangkan
pertumbuhan kota-kota menengah dan kecil, terutama di luar Jawa, berjalan lambat dan
tertinggal.

E. Integrasi Ekonomi Regional

Menurut Kusrahmadi (2012) secara teoritis integrase dapat dilukiskan sebagai


pemilikan perasaan keterkaitan pada suatu pranata dalam suatu lingkup territorial guna

6
memenuhi harapan-harapan yang bergantung secara damai diantara penduduk. Oleh Karena
itu, pengertian integrasi adalah membuat unsur-unsurnya menjadi satu kesatuan yang utuh.
Integrsi berarti menggabungkan seluruh bagian menjadi sebuah keseluruhan dan tiap-
tiap bagian diberi tempat, sehingga membentuk kesatuan yang harmonis dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang bersemboyan dalam Bhineka Tunggal Ika.
Menurut Drake integrasi nasional adalah suatu konsep yang multi dimensional, kompleks,
dan dinamis. Masyarakat Indonesia sangat heterogen dan pluralistis. Oleh karena itu, bagi
integrasi sosial budaya unsur-unsurnya memerlukan nilai-nilai sebagai orientasi tujuan
kolektif bagi interaksi antar unsur.
Dalam integrasi nasional masyarakat termotivasi untuk loyal kepada negara dan bangsa.
Dalam integrasi terkandung cita-cita untuk menyatukan rakyat, mengatasi permasalahan
SARRA melalui pembangunan Integral. Integrase nasional yang solid akan memperlancar
pembangunan nasional dan pembangunan yang berhasil akan memberikan dampak positif
terhadap negara dan bangsa sebagai perwujudan nasionalisme. Dengan berhasilnya
pembangunan sebagai wujud nasionalisme, konflik-konflik yang mengarah kepada
perpecahan atau disintegrasi dapat diatasi karena integrase nasional memerlukan kesadaran
untuk hidup bersama dalam mewujudkan masyarakat yang harmonis.

F. Contoh Kerjasama Regional

Kerjasama antar pemerintah daerah merupakan suatu isu yang perlu diperhatikan
pemerintah saat ini mengingat perannya dalam menentukan ketahanan negara, dan melihat
begitu banyak masalah dan kebutuhan masyarakat di daerah yang harus di atasi atau
dipenuhi dengan melewati batas-batas wilayah administrative. Mengingat peran strategis
yang dimainkan provinsi dalams istem negara kesatuan ini maka peningkatan peran dan
kemampuan provinsi dalam mekanisme kerjasama ini, termasuk penyesuaian struktur
fungsi kelembagaannya harus menjadi agenda penting pemerintah dimasa mendatang.

a) Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)

Salah satu contoh dari kerjasama antar regional di bidang ekonomi yang satu ini
memiliki tujuanya itu merundingkan segala masalah mengenai harga, produksi, dan hak
konsesi minyak bumi dengan berbagai perusahaan minyak. Organisasi ini didirikan

7
pada 14 September 1960 di Kota Baghdad, Irak, dengan anggota awal sebanyak lima
negara. Pada tahun 1962, Indonesia bergabung kedalam keanggotaan OPEC namun
pada tahun 2008 Indonesia menjadi negara net importer minyak sehingga
keanggotaannya di dalam OPEC ditangguhkan dan menjadi anggota aktif lagi pada
tahun 2014. Namun, pada tahun 2016, Indonesia kembali ditangguhkan
keanggotaannya karena kebijakan OPEC bahwa Indonesia harus menurunkan produksi
minyaknya agar penurunan harga minyak dunia dapatdihambat.

b) Asian Development Bank (ADB)

ADB merupakan institusi keuangan yang diperuntukkan bagi pengentasan kemiskinan


di benua Asia dan kawasan Pasifik. Institusi ini berdiri pada tahun 1966 dengan 31
negara anggota. Hingga saa tini, jumlah negara anggota ADB berkembang pesat hingga
mencapai 63 negara anggota. Proyek terkenal yang telah dilakukan oleh ADB dalam
rangka mencapai tujuannya yaitu pembangunan jalur pipa Trans-Afghanistan, proyek
rekonstruksi dan rehabilitasi gempa bumi di Gujarat, India, serta program kerjasama
ekonomi regional Asia Tengah.

c) North American Free Trade Area (NAFTA)

NAFTA merupakan salah satu contoh kerjasama antar regional di bidang ekonomi
antara negara-negara di kawasan Amerika Utara, yaitu Amerika Serikat dan Kanada
dengan tambahan negara Meksiko. Tugas dari NAFTA yaitu mengatur jalannya
kegiatan perekonomian yang termasuk di antaranya yaitu hubungan jual beli,
komunikasi, kegiatan sosial, dan lain sebagainya. Terdapat 462 juta lebih penduduk
dalam lingkup NAFTA dengan PDB sebesar USD 1.6 triliun per tahunnya.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi Regional memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkambangan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang
terjadi di Indonesia saat ini masih terjadinya ketimbangan diberbagai wilayah di Indonesia.
Salah satu dari penyebabnya adalah luasnya wilayah Indonesia dan banyaknya pulau-pulau
kecil yang ada di Indonesia yang membuat sulitnya untuk meratakan masalah ekonomi.
Penyebab lainnya adalah kurangnya pengelolaan sumber daya alam di pulau-pulau kecil
yang disebabkan oleh jauhnya dari sarana transportasi dan kurang cekatannya manusia
dalam mengelola sumber daya tersebut. Masalah ekonomi di Indonesia dapat
diminimalisirkan apabila pemerintah memberikan perhatian yang sama terhadap
masyarakat kota dan masyarakat yang tinggal di pedalaman Indonesia. Contohnya
memberikan fasilitas yang sama seperti membangun infrastuktur untuk masyarakat yang
berada di desa.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rustiadi, Ernan, dkk, 2007, ‘’Perencanaan dan pengembngan wilayah’’, Crestpent Press,

P4W-LPPM IPB, Bogor.

Sukirno, Sadono, 1981. Beberapa Aspek Persoalan dalam Pembangunan Daerah, Jakarta : FEU

Sumaatmadja, Nursi, 1988. Studi Geografi Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung ;
Alumni.

Supriyadi, Bambang, 2010. Modul Ilmu Kewilayahan. Sumedang: Institut Pemerintahan dalam
Negeri.

Referensi dari materi yang diberikan Dosen

10

Anda mungkin juga menyukai