PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada akhirnya dapat
menimbulkan korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Visi dari pembangunan
layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
dalam system ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan
kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan social dan kesejahteraan
para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak
positif atas berkelanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu, isu keselamatan dan
kesehatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh
para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah system pekerjaan.
Penggunaan peralatan kerja yang tidak sesuai dengan prosedur, dan sebagainya.
tentang prosedur dalam melakukan pekerjaan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan hal yang penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan kerja tidak
biaya pengobatan dan biaya rumah sakit atau bahkan menanggung biaya pengguburan
Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi secara umum 80 – 85% disebabkan karena
factor manusia, yaitu unsafe action. Unsafe action yaitu tindakan yang salah dalam
bekerja dan tidak sesuai dengan yang telah ditentukan (human error), biasanya terjadi
yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak baik atau kondisi
peralatan kerja yang berbahaya (unsafe condition), biasanya dipengaruhi oleh hal –
hal seperti alat – alat yang tidak layak pakai, alat pengamanan yang kurang
memenuhi standar.
global ada 60.000 kecelakaan fatal pertahunnya. Sekitar 1 dari 6 kecelakaan yang
dilaporkan, terjadi pada sector kuntruksi. Health and Safety Executive (HSE) di
Inggris tahun 2014 mengemukakan bahwa jenis pekerjaan dengan jumlah kematian
tinggi yang dialami oleh pekerja diantaranya yaitu roffers, carpenter, joiners dan
contruction. Dari 142 kematian, penyebab utama disebabkan karena jatuh dari
ketinggian sebesar 45 %, lainnya merupakan kontak dengan mesin atau listrik serta
non – fatal dengan luka berat yang terjadi pada tahun 2013 – 2014 yaitu 150 per
100.000 pekerja. Dari luka berat yang terjadi 31 % diantaranya terjadi karena jatuh
Menurut OSHA (2017), salah satu kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
biasanya terjadi di lingkungan kerja adalah musculoskeletal, hal ini diperkuat oleh
riset the Burean of Labour Statistic (BLS) tahun 2013 menyebutkan kasus MSDs
Hanif Dhakiri, Angka tersebut berasal dari beberapa kategori. “Termasuk dalam
kategori kecelakaan kerja adalah kecelakaan lalu lintas pada perjalanan pekerja
menuju tempat kerja, serta perjalanan pulang dari tempat kerja menuju tempat
tinggal”. Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2018,
sebanyak 58,76 persen dari total angkatan kerja Indonesia adalah tamatan SMP ke
bawah. Hal tersebut berdampak pada kesadaran pentingnya perilaku selamat dalam
bekerja. Dalam rangka menekan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sebagai
VISI – MISI
Visi :
Misi :
bidang K3
Kebijakan :
berkelanjutan.
pada dasarnya berarti prioritas dalam pemilihan dan pelaksanaan pengendalian yang
berhubungan dengan bahaya K3. Ada beberapa kelompok control yang dapat
2. Substitusi
4. Kontrol Administratif
Keputusan Menteri Kesehatan No. 432 Tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen
bahaya yang mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di Rumah Sakit,
para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan Rumah Sakit.
khususnya pasal 164, 165, dan 166 dijelaskan bahwa pengelola tempat kerja /
pengelola Rumah Sakit harus menjamin Keselamatan dan Kesehatan baik terhadap
pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai
potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk
secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja
Riau – Sumatera Barat pada Kuartal I/2016 mencatat 3.576 kasus kecelakaan kerja
yang terjadi di Riau dan Sumatera Barat. Dari total 3.576 tersebut, 1.291 diantaranya
terjadi di Riau dan 1.285 di Sumatera Barat. Sedangkan kasus kecelakaan kerja di
Rumah Sakit di Sumatera Barat dari Hasil Penelitian Hatta dan Zukri tahun 2002
medis di Rumah Sakit yang ada di Sumatera Barat lebih banyak terjadi pada petugas
yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (91,3%) dari pada yang menggunakan
kimia yang merupakan bahan toksisk korosif, mudah meledak, dan terbakar serta
bahan biologi. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat – alat yang mudah
pecah, berionisasi dan radiasi serta alat – alat elektronik dengan voltase yang
hewan percobaan.
Berdasarkan wawancara awal yang di lakukan di Rumah Sakit Islam Siti Rahmah
dengan pihak Sanitarian Rumah Sakit di dapatkan bahwa penerapan pemakaian Alat
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik
Pelindung Diri di Laboratorium Klinik Rumah Sakit Siti Rahmah Tahun 2020” ?.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk me