Anda di halaman 1dari 7

BOX GIRDER

A. PENDAHULUAN

Girder adalah sebuah balok diantara dua penyangga dapat berupa pier
ataupun abutment pada suatu jembatan atau fly over. Umumnya girder
merupakan balok baja dengan profil I, namun girder juga dapat berbentuk
box (box girder), atau bentuk lainnya. Menurut material penyusunnya girder
dapat terdiri dari girder beton dan girder baja. Sedangkan menurut sistem
perancangannya, girder terdiri dari girder precast yaitu girder beton yang
telah di cetak di pabrik tempat memproduksi beton kemudian beton tersebut
di bawa ke tempat pembangunan jembatan atau fly over dan pada saat
pemasangan dapat menggunakan girder crane. Selain girder precast, juga
dikenal istilah on-site girder, yaitu girder yang di cor di tempat pelaksanaan
pembangunan jembatan, girder ini dirancang sesuai dengan perancangan
beton pada umumnya yaitu dengan menggunakan bekisting sebagai
cetakannya.

Sehingga yang disebut jembatan sistem girder adalah sebuah struktur


bangunan jembatan yang komponen utamanya (balok) berbentuk girder.
Girder ini dapat terbuat dari beton bertulang, beton prategang, baja atau
kayu. Panjang bentang jembatan girder beton bertulang ini dapat sampai 25
m, dan untuk jenis girder yang menggunakan beton prategang umumnya
memiliki panjang bentang di atas 20 m sampai 40 m. Contoh jembatan girder
yang paling umum kita jumpai adalah jembatan sungai.

Setiap bentuk girder memiliki kelebihan dan kekurangan masing-


masing. Girder dengan profil balok I memiliki kelebihan pada pengerjaannya
yang mudah serta cepat dalam berbagai jenis kasus, namun jika jembatan
yang akan dibangun memiliki bentuk kurva, girder balok I menjadi lemah
karena kurang kuat terhadap kekuatan puntir/memutar, yang sering disebut
sebagai torsi. Web kedua pada balok I perlu ditambahkan dalam gelagar
kotak untuk meningkatkan kekuatan stabilitas untuk menahan torsi, Hal ini
membuat gelagar kotak/box girder merupakan pilihan yang tepat untuk
jembatan dengan bentuk kurva.

Box girder sangat cocok digunakan untuk jembatan bentang panjang.


Biasanya box girder didesain sebagai struktur menerus di atas pilar karena
box girder dengan beton prategang dalam desain biasanya akan
menguntungkan untuk bentang menerus. Box girder sendiri dapat berbentuk
trapesium ataupun kotak. Namun bentuk trapesium lebih digemari
penggunaannya karena akan memberikan efisiensi yang lebih tinggi
dibanding bentuk kotak.

Pada box girder terdapat bentuk penampang yang berongga dan


berbentuk trapesium. Dengan adanya rongga pada box girder, maka berat
atau beban box tersebut menjadi lebih ringan. Selain itu, gaya yang diterima
box girder hanya gaya tekan di bagian atas box dan gaya tarik di bagian
bawah box sehingga pada bagian tengah box girder tidak menerima gaya
apapun. Karenanya, box girder dibuat berongga agar beban pada struktur atas
berkurang. Rongga pada box girder ini menjadi satu kesatuan dengan beton
box girder. Kemudian, adanya rongga pada box girder karena inersia box
yang tidak berpengaruh pada padatnya box. Inersia yang dimaksud adalah
momen inersia penampang yang merupakan satu parameter geometri yang
sangat berperan dalam analisis struktur.

Box girder biasa digunakan untuk struktur bentang panjang karena


berfungsi untuk menahan beban besar yang berada di atasnya. Sebagian
orang mungkin bertanya-tanya bagaimana metode pemasangan dari box
girder tersebut.
Metoda pertama yang dilakukan pada pemasangan box girder adalah
pemasangan dengan sistem perancah atau formwork. Pada sistem ini beton
dapat dicor di tempat (cast in situ) atau pracetak (precast). Sistem perancah
inilah yang berperan untuk dasar pembentukan box girder. Setelah selesai
dicor dan beton terbentuk, sistem perancah akan dibongkar kembali.

Kedua, menggunakan sistem kantilever atau balance cantilever.


Sistem kantilever dapat digunakan untuk beton cor di tempat maupun
pracetak. Umumnya, metode ini memanfaatkan efek kantilever seimbangnya
sehingga struktur dapat berdiri sendiri, tanpa menggunakan sistem
pendukung berat lainnya seperti perancah. Menariknya, metode ini dapat
dilakukan dari atas struktur sehingga tidak perlu struktur penunjang di
bawahnya yang dapat mengganggu aktivitas bawah jembatan.

Ketiga, sistem peluncur atau launching, sistem ini menggunakan alat


berat gantry atau launching truss yang merupakan struktur baja sebagai alat
peluncur dan pengangkat.

Lalu, tahap pemasangan box girder umumnya dimulai dari


pengiriman box girder ke lapangan. Setelah itu pemasangan alat angkat pada
box girder. Kemudian box girder diangkat oleh alat berat. Setelah selesai,
box girder diatur dan cek elevasi. Selanjutnya tahapan terakhir melakukan
stressing dan grouting.

B. LATAR BELAKANG

Keberadaan Jalan Tol Layang Pettarani sebagai bagian dari Jalan Tol
Ujung Pandang, sangat diharapkan menjadi salah satu solusi Transportasi
darat sebagai angkutan Logistik penunjang pertumbuhan ekonomi secara
nasioanl, khususnya dalam rangka mengatasi kemacetan serta mendukung
mobilitas barang dan jasa di Kota Makassar.
C. TUJUAN

Tujuan penyelenggaraan Jalan Tol yaitu


1. Memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang
2. Meningkatkan pelayanan distribusi barang dan jasa guna menunjang
pertumbuhan ekonomi
3. Meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan
4. Meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna jalan
PENGGUNAAN BOX GIRDER PADA PROYEK TOL LAYANG
AP. PETTARANI MAKASSAR

Tol layang ini rencananya akan membentang sepanjang Jalan Andi Pangeran
Pettarani hingga Jalan Sultan Alaudin atau sekitar 4,3 kilometer.

Keberadaan tol layang ini diharapkan mampu mengurai kemacetan dan


mempermudah akses transportasi masyarakat menuju bandara dan pelabuhan.
Sebagai jalan tol layang pertama di Makassar, diperkirakan Tol AP Pettarani akan
menjadi ikon baru kota Makassar.

Di dalam rancangannya, WIKA Beton memaksimalkan lebar jalan eksisting


yang terbatas tanpa adanya pembebasan lahan sekitar. Tak hanya itu, teknologi
konstruksi yang akan digunakan pada proyek ini tergolong baru di Makassar. WIKA
Beton memilih metode span by span dengan Launching Gantry untuk proses erection
box girder serta sistem Bracket sebagai metode kerja pier.

Teknologi yang akan digunakan dalam pembangunan Pettarani Tol Road


atau Tol Ujung Pandang Seksi III Jalan Layang Tol Andi Pangeran Pettarani, yaitu
sistem beton pracetak segmental box girder.

Teknologi yang digunakan pada pembangunan Tol Layang Pettarani, sama


dengan yang digunakan pada Jembatan Simpang Susun Semanggi di Jakarta.
Dengan metode erection pengangkatan dengan lifter yang diperkuat dengan
prestressed

Penggunaan metode ini dianggap efektif menekan risiko gangguan lalu lintas
yang mungkin muncul saat proses pengerjaan proyek berlangsung. Durasi
pengerjaan proyek pun bisa menjadi lebih cepat dari rencana. Apalagi semua alat
Launching Gantry yang digunakan di proyek ini milik WIKA Beton sendiri seperti
yang terbukti efektif digunakan di proyek LRT Kelapa Gading dan JLKA Medan-
Kualanamu.
WIKA Beton melalui Pabrik Produk Beton (PPB) Sulawesi Selatan siap
memproduksi produk beton pracetak salah satunya Box Girder untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan tol layang pertama di Makassar, Tol Layang A.P.
Pettarani. Per 3 November 2018, PPB Sulsel telah selesai memproduksi 160 segment
Box Girder dan hingga saat ini proses produksi masih terus berlangsung.
Pada proyek ini, WIKA Beton mendapat kepercayaan dari PT Bosowa
Marga Nusantara untuk bertindak sebagai kontraktor utama yang berperan dalam
desain konstruksi, produksi beton pracetak untuk struktur fondasi dan struktur
layang, hingga melakukan jasa instalasi. Kontribusi WIKA Beton pada proyek ini
merupakan upaya perwujudan visi WIKA Beton di bidang Engineering, Production
dan Installation (EPI) industri beton di Asia Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai