Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan satu-satunya unit di RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga yang bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman dan
efektif secara keseluruhan. Dalam hal ini pengelolaan obat di rumah sakit mencakup 4 tahap
yaitu seleksi, pengadaan, distribusi, penggunaan yang biasa disebut siklus manajemen obat.
Masing-tahap dalam siklus manajemen obat tersebut saling terkait sehingga harus dikelola
dengan baik dan benar agar memberikan hasil yang optimal.

Pengelolaan di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga berhubungan erat


dengan anggaran dan belanja rumah sakit yang ada di DPA rumah sakit. Besarnya biaya obat
menurut depkes RI secara nasional biaya obat sebesar 40% - 50% dari jumlah operasional
pelayanan di suatu rumah sakit. Hal ini menjadi acuan bagaimana manajemen obat memerlukan
suatu sistem suplay yang teroganisir agar saling mendukung sehingga ketersediaan obat dapat
terjamin dan dapat mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit sehingga mendapatkan
sumber pendapatan yang potensial.

Instalasi Farmasi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga turut melaksanakan


perbaikan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat purbalingga
khususnya dan masyarakat sekitar purbalingga umumnya. Secara umum masalah yang mungkin
timbul dan pernah timbul yang ditemukan di Instalasi Farmasi RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga adalah pengadaan obat e-katalog melalui metode e-purchasing
dimana belum maksimal memenuhi permintaan obat sesuai perencanaan yang telah
diperhitungkan. Formularium Rumah Sakit dalam hal ini sangat penting karena merupakan
pedomana dalam pelaksanaan pengobatan dan berperan pada proses seleksi obat dan pola
peresepan yang dilaksanan staf medis RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Kajian pelayanan kefarmasian RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga ini


adalah sebagai pemenuhan salah satu elemen penilaian survey akreditasi SNARS edisi 1 tahun
2019 dengan maksud untuk mengevaluasi manajemen pengelolaan obat di Instalasi Farmasi
RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga yang meliputi keempat tahap tersebut diatas.

hal. 1 dari 14
Selain manajemen pengelolaan obat maka kajian ini mengevaluasi pelayanan farmasi klinis yang
dilakukan oleh Apoteker Instalasi Farmasi RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap.

hal. 2 dari 14
BAB II

METODE

Metode kajian pelayanan kefarmasian menggunakan data sekunder secara retrospektif


yang diambil dari bulan januari sampai dengan bulan desember 2019. Data sekunder ini diambil
dari dokumen-dokumen perencanaan, pengadaan, penggunaan obat antara lain berupa laporan
perencanaan dan pemakaian obat, laporan keuangan, laporan pengadaan obat, laporan stok
opname Instalasi Farmasi Rumah Sakit, laporan pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa sehingga
dapat mempertajam hasil kajian.

hal. 3 dari 14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

NO PROSES RISIKO TINDAK LANJUT PIC


WAKTU Ket
A. PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI
1. SELEKSI
Seleksi obat Seleksi obat hanya Selain masalah harga, mutu dan KFT
April
dilakukan mempertimbangkan kualitas obat serta sumber obat KA. IF Terlaksana
2019
dengan harga harus jelas dan dipertimbangkan
mempertimb Tidak ada verifikasi Meminta dan mengirimkan surat
angkan dokumen mutu (Surat ke distributor rekanan mengenai Maret
Terlaksana
aspek safety, Izin Edar, CPOB, CoA, dokumen mutu yang diperlukan 2019
efficacy, batch QC, BA/BE)
quality Tidak Obat LASA di berikan penandaan
mempertimbangkan yang jelas dengan sticker LASA
produk LASA dengan dan penempatan obat tidak Terlaksana
obat yang sudah berdekatan,
distok oleh RS
Perlu ketegasan KFT untuk obat-
Merek obat berganti-
obat yang memang sudah
ganti untuk zat aktif
dihapuskan, untuk tidak diminta Terlaksana
yang sama
kembali oleh para dokter melalui
peresepan.
2. PENGADAAN
Obat Obat tidak selalu Perencanaan harus KA. IF
diadakan tersedia ketika di- memperhitungkan obat - obat
sesuai perlukan yang tertolak ketika terjadi
permintaan, sehingga obat yang
kebutuhan
dipesan sesuai dengan kebutuhan
pasien dan rumah sakit.
dilakukan Terlaksana
Obat yang tidak dikirim atau
sesuai kosong distributor terutama obat
peraturan yang dibutuhkan segera /cito
disediakan dengan melakukan
pembelian ke RS lain yang sudah
MOU.
Pengadaan obat Pengadaan obat diperketat dan KA. IF
melalui sub distributor dibatasi dilakukan hanya pada
dengan harga lebih distributor tunggal dan rumah sakit April
Terlaksana
mahal yang sudah bekerjasama (MOU) 2019
dan sudah menyerahkan
dokumen mutu ke pihak RS.

hal. 4 dari 14
NO PROSES RISIKO TINDAK LANJUT PIC WAKTU ket
Anggaran obat untuk Melakukan koordinasi dengan Kabid Septem Usulan
pembelian obat tidak bagian keuangan/ akuntansi perleng ber perubahan
mencukupi mengenai anggaran dan kapan 2019
pembayaran ke pihak distributor. KA. IF

Tidak ada prosedur Dibuat SPO penanganan obat


baku untuk menangani kosong atau mungkin SPO
Terlaksana
kekosongan obat pinjam meminjam dengan faskes
lain
Pengadaan obat Non Bekerja sama dengan KFT untuk KFT April
Formularium tidak membatasi penulisan obat Non KA. IF 2019
dibatasi Formularium serta pengadaan
obat Non Formularium dengan Terlaksana
melakukan substitusi obat.
(lakukan konfirmasi obat ke
dokter)
Obat yang dibutuhkan Tidak menerima obat-obat yang KFT Terlaksana
belum memiliki surat belum memiliki izin edar resmi KA. IF
izin dari BPOM dari BPOM. Salah satu syarat
masuk obat adalah melampirkan
surat izin edar obat.
3. PENYIMPANAN
Penyimpana Penyimpanan obat Dilakukan pemisahan dalam hal KA. IF Terlaksana
n obat yang LASA (NORUM) tidak penyimpanan obat LASA
menjamin dipisah/ditandai (NORUM) dengan diberi jarak
stabilitas, minimal diantarai 2 box obat yang
keamanan, mengandung LASA
mudah dicari
Penyimpana Penyimpanan obat Penyimpanan obat High alert KA. IF Terlaksana
n obat high alert tidak dipisah/ dipisah dari obat-obat lain. Koord
secarakhusu ditandai HAM
s
Lokasi penyimpanan Ada pembatasan penyimpanan KA. IF Terlaksana
obat elektrolit pekat elektrolit pekat di ruang
tidak dibatasi perawatan sesuai paraturan yang
tertuang dalam pedoman
pelayanan Instalasi Farmasi
Penyimpanan obat Menertibkan petugas gudang KA. IF
tidak FEFO Farmasi atau staff di Farmasi Koord
pada saat penyimpanan untuk gudang Terlaksana
melakukan penyimpanan sesuai
aturan FIFO/FEFO

hal. 5 dari 14
NO PROSES RISIKO TINDAK LANJUT PIC WAKTU Ket
Kekuatan obat dengan Membatasi jenis item obat KFT
zat aktif sama sangat dengan zat aktif serta kekuatan KA. IF
bervariasi yang sama. Ber koordinasi
dengan KFT pembatasan item Terlaksana
obat Fast Moving 1 Generik, 2
Branded name. Slow Moving 1
Generik, 2 Branded Name
Suhu tempat Pengaturan penyimpanan obat KA. IF Evaluasi
penyimpanan obat disesuaikan dengan suhu tiap
tidak sesuai dengan penyimpanan dari obat tersebut. bulan
stabilitas obat (Suhu ruang 25-30˚C, suhu
dingin 2-8˚C)
Pengendalian suhu dan
Terlaksana
kelembaban ruangan agar
diingatkan kembali kepada para
petugas untuk dapat dilaksanakan
dengan baik. Form monitor suhu
dan kelembababan harus selalu
terisi rutin
Obat di troli emergensi Dibuat jadwal inspeksi KA. IF Evaluasi
tidak diinspeksi secara penyimpanan obat emergency di Apotek tiap
berkala ruang perawatan satu minggu er bulan Terlaksana
sekali tiap bulan
Obat di troli emergensi Melakukan pengecekan dan KA. IF Evaluasi
tidak lengkap melengkapi stock obat emergency Apotek tiap
di ruang perawatan dan tindakan er bulan Terlaksana
tiap bulan
Obat rusak/kadaluarsa Obat rusak/kadarluarsa KA. IF Tiap
tidak diberi tanda dan dipisahkan dan disimpan di lemari bulan
dipisahkan khusus dan diberi tanda (Loker Terlaksana
penyimpanan obat rusak/ kada
luarsa, Jangan digunakan/diracik)
Obat yang dibawa Dilakukan rekonsiliasi obat yang KA. IF Tiap
pasien dari luar RS dibawa pasien dari luar RS oleh Apt pasien
MRS Terlaksana
tidak diperiksa apoteker pada saat masuk RS. klinis
mutunya
Ruang penyimpanan Pengajuan pembenahan ruang KA. IF Maret
di gudang Farmasi penyimpanan sesuai dengan Kabid 2019
kurang memadai. aturan di Gudang Farmasi perleng
Penyimpanan Bahan dituangkan dalam program kerja
kapan Terlaksana
berbahaya tidak Instalasi Farmasi
dipisah dengan
penyimpanan perbeka
lan farmasi yang lain.

hal. 6 dari 14
NO PROSES RISIKO TINDAK LANJUT PIC WAKTU Ket
4. PENDISTRIBUSIAN
Pendistribusi Tidak dilakukan Petugas distribusi barang Apotek Tiap
an obat pemeriksaan sebelum diingatkan kembali untuk lebih er bulan
menjamin obat diambil dari teliti dalam penyiapan obat yang
kualitas dan Terlaksana
tempat penyimpanan akan didistribusikan. Lakukan
kuantitas
obat sampai cross check pemeriksaan pada
di tujuan saat serah terima.
Peralatan transport Mendesak bagian pengadaan KA. IF
obat ( Viar ) tidak untuk segera dipenuhi permintaan Kabid
memadai Aviar sebagai alat transportasi perleng
pengiriman obat dari logistik ke kapan
masing masing satelit
Pengantaran obat Pendistribusian obat hanya KA. IF
dilakukan oleh petugas dilakukan oleh petugas yang Apt Terlaksana
yang tidak berwenang berwenang atau yang ditunjuk
Obat recall belum Koordinasi dengan pihak KA. IF
ditarik distributor mengenai obat-obat
Terlaksana
yang belum ditarik, agar segera
dilakukan proses penarikan.
Pencatatan stock tidak Mengingatkan kembali petugas KA. IF Evaluasi
dilakukan dengan Gudang Farmasi dan staf farmasi tiap
benar untuk selalu melakukan bulan
Terlaksana
pencatatan pada saat pemasukan
dan pengeluaran obat di kartu
stock. Bisa dicek di billing
5. PERESEPAN
Resep/Instru Resep/instruksi Melakukan konfirmasi ke dokter Apotek Tiap
ksi Pengoba pengobatan tidak jika ditemukan ada resep obat er ditemuk
tan dibuat terbaca atau instruksi pengobatan yang an
kasus
dengan tidak terbaca. Lakukan TBK
Terlaksana
lengkap dan sesuai SPO
benar oleh
dokter yang
berwenang
Resep/instruksi Melakukan koordinasi dengan Appote Evaluasi
pengobatan tidak dokter jika ditemukan resep/ ker tiap
bulan Proses
lengkap sesuai instruksi pengobatan yang tidak
kebijakan RS lengkap.
Resep/Instruksi Dibuat kebijakan mengenai KA. IF
pengobatan ditulis petugas yang berwenang menulis
Terlaksana
oleh petugas yang resep/instruksi pengobatan.
tidak berwenang
Peresepan obat-obat Dibuat kebijakan mengenai petugas KA. IF
khusus ditulis oleh yang berwenang menulis
petugas yang tidak resep/instruksi pengobatan khusus
Terlaksana
berwenang (obat anestesi, obat narkotika)

hal. 7 dari 14
NO PROSES RISIKO TINDAK LANJUT PIC WAKTU Ket
6. PENYALINAN
Penyalinan Catatan pemberian Dilakukan koordinasi dengan Apotek
dilakukan obat (CPO) tidak bagian rekam medik untuk er
dari rekam tersedia di dalam menyediakan CPO pasien di
medik ke rekam medik pasien dalam rekam medik pasien. Dan
lembar resep koordinasi dengan dokter IGD
Terlaksana
dan/ atau ke agar menuliskan terapi obat
catatan pasien dalam CPO.
pemberian
obat secara
akurat
7. PENYIAPAN
Penyiapan Tempat penyiapan Khususnya tempat penyiapan KA. IF
obat dilaku obat belum sesuai obat pasien rawat inap di ruang
kan di standar perawatan belum sesuai dengan
tempat yang aturan
bersih, aman
Dilakukan
sesuai per -
Terlaksana
syaratan
oleh petugas
yang kom-
peten.Obat
disiapkan
akurat dan
tepat waktu
Petugas yang Petugas yang menyiapkan harus KA. IF
menyiapkan obat tidak yang berkompeten sesuai aturan Terlaksana
kompeten
Pengkajian resep tidak Jumlah Apoteker yang terbatas Apotek
dilakukan sehingga pengkajian resep belum er Terlaksana
maksimal
Pelabelan obat tidak Pembuatan label Apotek
Terlaksana
lengkap/tidak jelas er
Terjadi keterlambatan Terutama di waktu peak hour, KA. IF Evaluasi
penyiapan obat pengaturan dinas petugas di waktu
waktu-waktu tertentu di tunggu Terlaksana
maksimalkan tiap
bulan
Obat yang disiapkan Diperlukan ketelitian dalam Apotek Evaluasi
tidak sesuai dengan penyiapan obat, petugas er tiap
Terlaksana
yang diminta/ supervisor agar lebih teliti dalam bulan
dibutuhkan pengecekan akhir penyiapan obat
7. PEMBERIAN
Pemberian Petugas yang Membuat kebijakan pembatasan
obat dilaku memberikan obat tidak petugas yang berwenang Apotek
kan oleh berwenang menyerahkan obat ke pasien. er
Terlaksana
petugas
yang
berwenang

hal. 8 dari 14
NO PROSES RISIKO TINDAK LANJUT PIC WAKTU Ket
Verifikasi sebelum Melakukan evaluasi pelaksanaan Apotek
pemberian obat tidak verifikasi pemberian obat sebelum er Terlaksana
dilakukan obat diserahkan ke pasien
8. PEMANTAUAN
Pemantauan Pemantauan efek Dilakukan sosialisasi ke dokter, KA. IF
respon samping obat tidak perawat poliklinik dan ruang
pasien dilakukan perawatan mengenai pencatatan
terhadap MESO
obat (efek
terapi dan
efek
samping) Terlaksana
Pencatatan
dan
pelaporan
ESO
Pelaporan
kesalahan
obat
Pelaporan efek Dilakukan pelaporan MESO KA. IF
samping obat tidak Terlaksana
dilakukan
Belum ada prosedur PTO belum dilakukan, karena KA. IF Usulan
baku dalam SDM yang terbatas. Tenaga
pemantauan terapi
obat
Tenaga kesehatan Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan
yang melakukan di tahun 2019 agar dapat tenaga
pemantauan belum dilakukan pelayanan farmasi klinik
untuk penelusuran PTO
terlatih
Sumber informasi obat Setiap Poliklinik. IF, ruang KA. IF Usulan
tidak tersedia tindakan, ruang perawatan sumber
disediakan sumber informasi obat informasi
terdiri dari FORNAS, FOR KH dan
MIMS.
Kesalahan obat (KNC, Dibuatkan SPO serta alur KA. IF
KTC, KTD) tidak pelaporan Insiden Kesalahan Terlaksana
dilaporkan obat.
Laporan kesalahan Dilakukan analisis oleh Kepala KA. IF
obat tidak dianalisis Instalasi Farmasi mengenai Terlaksana
pelaporan kesalahan obat
Hasil analisis laporan Hasil pelaporan kesalahan obat KA. IF
obat tidak ditindak lanjuti Terlaksana
ditindaklanjuti

hal. 9 dari 14
NO PROSES RISIKO TINDAK LANJUT PIC WAKTU Ket
B. PELAYANAN FARMASI KLINIK
1. Pengkajian Pengkajian dan Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan
dan pelayanan resep baru agar dapat dilakukan pelayanan tenaga
pelayanan dilakukan sebatas farmasi klinik untuk pengkajian
Resep; kelengkapan resep dan pelayanan Resep sesuai
dan belum ada format dengan standar seharusnya.
ceklis dalam resep,
sehingga data Sosialisasi penulisan resep yang Terlaksa
kelengkapan resep lengkap untuk para dokter. na
belum dapat
dilaporkan. Harus ada
sosialisasi kepada
para dokter untuk
penulisan resep yang
lengkap sesuai
dengan ketentuan.
Adanya tulisan dokter
yang tidak terbaca
menjadi salah satu
kendala dalam
pelayanan resep,
karena petugas harus
mengkonfirmasi
kepada dokter yang
bersangkutan agar
tidak terjadi kesalahan.
2. Penelusuran Penelusuran riwayat Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan
riwayat penggunaan obat agar dapat dilakukan pelayanan tenaga
penggunaan adalah salah satu farmasi klinik untuk penelusuran
Obat tugas apoteker untuk riwayat penggunaan Obat.
dapat mewawancarai
pasien yang baru
masuk,sehingga dapat
diketahui obat-obat
apa saja yang
dikonsumsi pasien
sebelum masuk ke
rumah sakit. Karena
apoteker belum cukup,
hal tersebut belum
dapat dilakukan.
3. Rekonsiliasi Rekonsiliasi obat Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan
Obat masih dilakukan oleh agar dapat dilakukan pelayanan tenaga
dokter/ perawat IGD farmasi klinik untuk rekonsiliasi
karena yang menerima obat.
pasien untuk pertama
kali adalah perawat.
Obat yang dibawa oleh
pasien dan tidak
digunakan masih
disimpan di tempat
pasien (seharusnya di
instalasi farmasi).
Obat yang dibawa dan

hal. 10 dari 14
NO PROSES RISIKO TINDAK LANJUT PIC WAKTU Ket
ternyata masih dapat
digunakan,
seharusnya
diresepkan oleh dokter
untuk catatan
pengobatan bagi
pasien. Hal tersebut
belum sepenuhnya
dilakukan.
4. Pelayanan Pelayanan informasi Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan
Informasi obat baru terbatas agar dapat dilakukan pelayanan tenaga
Obat (PIO); memberikan informasi farmasi klinik untuk Pelayanan
tentang aturan pakai Informasi Obat.
dari obat dan
penggunaan alat
khusus. Instalasi
Farmasi sebagai pusat
pelayanan informasi
obat belum berjalan
dengan baik, dengan
terbatasnya personil
yang khusus
menangani hal
tersebut ( menjawab
pertanyaan dari
profesional lain di
rumah sakit). Serta
pembuatan brosur
obat.

5. Konseling; Konseling belum ber Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan


jalan secara maksimal, agar dapat dilakukan pelayanan tenaga
karena kurangnya per- farmasi klinik untuk konseling.
sonil Apoteker
6. Visite; Visite ke ruang Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan
perawatan memerlu agar dapat dilakukan pelayanan tenaga
kan persiapan yang farmasi klinik untuk visite.
cukup matang, agar
dari hasil visite
tersebut semua jenis
pelayanan farmasi
klinik dapat terpenuhi.
Apoteker yang ada
masih difokuskan pada
proses CPPT dan
pengisian form obat
pulang karena
terbatasnya personil
yang ada.

hal. 11 dari 14
NO PROSES RISIKO TINDAK LANJUT PIC WAKTU Ket
7. Pemantauan Pemantauan terapi Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan
Terapi Obat obat belum dapat agar dapat dilakukan pelayanan tenaga
(PTO); dilakukan karena farmasi klinik untuk pemantauan
apoteker belum masuk terapi obat.
ke ruang perawatan,
sehingga kemampuan
untuk memantau terapi
suatu obat belum
dapat dilakukan.
8. Monitoring Efek samping yang Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan
Efek terjadi dicatat di ruang agar dapat dilakukan pelayanan tenaga
Samping perawatan, tapi farmasi klinik untuk monitoring
Obat terbatas adanya efek samping.
(MESO); tambahan keluhan dari
pasien, belum
teridentifikasi sebagai
efek samping dari
pengobatan. Apoteker
belum masuk ke
ruangan untuk dapat
memastikan efek
samping yang terjadi
apakah dari obat atau
memang penyakit dari
pasien tersebut.

9. Evaluasi Dengan terbatasnya Rencana penambahan apoteker KA. IF Usulan


Penggunaan apoteker di pelayanan, agar dapat dilakukan pelayanan tenaga
Obat (EPO); hal tersebut belum farmasi klinik untuk evaluasi
dapat dilakukan. Yang penggunaan obat.
dilakukan IF masih
terbatas evaluasi biaya
penggunaan obat bagi
pasien BPJS.
10. Dispensing Tekhnik aseptic Diusulkan untuk penyiapan KA. IF Usulan
sediaan pencampuran untuk ruangan khusus (clean ruang
steril; obat steril, dilakukan room)/ruangan steril yang khusus
dalam ruangan yang memenuhi persyaratan sesuai
belum memenuhi permenkes.
persyaratan, dan juga
belum dilaksanakan Perlu diadakan pelatihan Tekhnik Terlaksa
pelatihan bagi petugas aseptic pencampuran sediaan na
secara menyeluruh steril untuk petugas Farmasi dan
(Dispensing masih perawat ruangan
dilakukan oleh
perawat)

hal. 12 dari 14
BAB IV

KESIMPULAN

1. Dari hasil kajian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pengelolaan perbekalan
farmasi di RSUD dr R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga hamper semua sudah
terlaksana.
2. Pelayanan Farmasi Klinis di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga belum
maksimal karena kekurangan tenaga apoteker terutama di apotek rawat inap sebagai
APJP (Apoteker Penanggung Jawab Pelayanan).

Purbalingga, 31 Desember 2019


Ka. Instalasi Farmasi
RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga

Dra.M.Ida Indrawati Apt., MMR


Pembina Utama Muda
NIP. 19600317 199603 2 001

hal. 13 dari 14
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72

Tahun 2016 Tentang Standar Kesehatan Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit ,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 2016.

hal. 14 dari 14

Anda mungkin juga menyukai