Putri Auliya Hilfa Lubis-Fkik PDF
Putri Auliya Hilfa Lubis-Fkik PDF
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Putri Auliya Hilfa Lubis
NIM : 1112103000026
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini. Salawat serta salam selalu tercurah kepada junjunan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa hidayah kepada kita selaku umatnya.
v
dalam bentuk apapun kepada penulis hingga laporan penelitian ini dapat
selesai dengan baik. Terima kasih atas waktu, tenaga dan pemikiran yang
telah Ibu berikan untuk kelancaran penelitian saya.
5. Dr. Flori dan Bu Silvi sebagai penguji yang detail tapi membuat suasana
ruang sidang tetap nyaman dan jauh dari kata tegang. Terima kasih pada
beliau yang luar biasa baik, pengertian serta memberi koreksi dan saran
membangun.
6. Dr. Fika Ekayanti, M.Med. Ed selaku Pembimbing Akademik, yang
memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.
7. Kedua orangtuaku tercinta, Ayah Bintor Mardahilson Lubis dan Bunda
Ieffa Dewi Afini yang selalu memberikan doa, dukungan dan dorongan
semangat dengan penuh ketulusan dan kasih sayang, serta memberikan
banyak masukan, motivasi, bantuan tenaga pikiran moral waktu dan
material. Dan Adik tergantengku M. Rheza Hilfaziyan Lubis, selalu
memberi doa dan kata semangat.
8. Seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung kelancaran
perkuliahan yang sedang dijalani penulis
9. Muliasari, Linda Pratiwi, Eka Rahma dan Adichita teman sekelompok
risetku. Bersyukur sekelompok bareng kalian yang mau saling bantu,
mengerti adanya kegiatan lain, menyemangati cepat sidang, menghabiskan
waktu bersama di Lab Mikro. Menjalani perjalanan panjang bersama
kalian.
10. Sahabat luar biasa sebagai keluarga kecilku di perkuliahan: Anis, Muthi,
Abang Rizky, Kak Hipni, Fitri, Vio, Riza. Dorongan semangat, doa,
perhatian dan bantuan kalian tak terhitung, semoga Allah membalas
kebaikan kalian. Bersyukur punya kalian.
11. Sahabat BPH: Eja, Adlin, Peje, Ranita, Ega, Eel, Faruq, Dek Tanti, Dek
Jahlo; dan seluruh USMR. Tempat yang membuat kehidupanku hanya
diantara riset dan kalian, terutama setengah tahun belakangan ini. Tidak
perlu dijelaskan bagaimana keadaan di masa itu, yang pasti aku bahagia
bersama kalian.
vi
12. Kesayangan sejak kecil: Upe, Api, Yanda, Wita, Jiah, Adit, Winda, Keke,
Siti. Kalian masih yang terindah.
13. Kak Novi, Pak Bacok, Pak Irul dan Bapak Satpam Pascasarjana yang
membantu kelancaran saya melakukan penelitian di Lab Mikro kapanpun
waktunya.
14. Teman sejawatku yang selama ini menempuh pendidikan preklinik
bersama dan akan terus bersama sampai lulus nanti. Semoga kita selalu
kompak dalam kebaikan dan kesuksesan “PSPD BRAIN 2012 - Together,
Better, Stronger”
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memperlancar proses pengerjaan laporan penelitian ini
Dengan segala kejujuran dan kerendahan hati penulis sadari bahwa laporan
penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi pembahasan maupun
penyusunannya. Oleh karena itu, saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga laporan penelitian ini bermanfaat untuk penulis dan seluruh pihak, juga
dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan atau sumber ide untuk penelitian lebih
lanjut di bidang kedokteran.
vii
ABSTRAK
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
2.1.8.1. Antibiotik Amoksisilin ......................................................... 26-27
2.1.8.2. Antibiotik Gentamisin .......................................................... 28-29
2.1.8.3. Antibiotik Siprofloksasin ..................................................... 29-30
2.2. Kerangka Teori ....................................................................................... 30
2.3. Kerangka Konsep .............................................................................. 30-31
2.4. Definisi Operasional ............................................................................... 31
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................... 32
3.1. Desain Penelitian..................................................................................... 32
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 32
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 32
3.3.1.Populasi ............................................................................................. 32
3.3.2.Sampel .............................................................................................. 32
3.4. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 33
3.4.1. Alat Penelitian .................................................................................. 33
3.4.2. Bahan Penelitian ............................................................................... 33
3.5. Cara Kerja Penelitian .............................................................................. 33
3.5.1.Tahap Persiapan ................................................................................. 33
3.5.1.1. Pembuatan Media Nutrien Agar (NA) ....................................... 33
3.5.1.2. Pembuatan Media Nutrien Broth (NB) ................................. 33-34
3.5.1.3. Pembuatan Media Salmonella Shigella Agar (SSA) .................. 34
3.5.1.4. Pembuatan Media Endo Agar ................................................... 34
3.5.1.5. Sterilisasi Alat dan Bahan ........................................................ 35
3.5.1.6. Pengambilan dan Persiapan Sampel ......................................... 35
3.5.2.Pengujian Sampel dengan Metode TPC .............................................. 36
3.5.2.1. Pengenceran.............................................................................. 36
3.5.2.2. Penanaman Sampel dan Pembiakan Bakteri ......................... 36-37
3.5.2.3. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram ............................ 37
3.5.2.4. Uji Resistensi Antibiotik .......................................................... 38
3.6. Alur Penelitian ....................................................................................... 39
3.7. Managemen Data ................................................................................... 39
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 40
4.1. Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 40
4.1.1. Hasil Kultur Bakteri dengan Metode TPC (Total Plate Count) ..... 40-43
4.1.2. Isolasi Bakteri dari Sampel Makanan dalam Media Spesifik ........ 43-44
x
4.1.3. Pewarnaan Gram .............................................................................. 44
4.1.4. Uji Resistensi Antibiotik terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Salmonella sp. ............................................................................. 45-50
4.2. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 51
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 52
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 52
5.2. Saran ................................................................................................. 52-53
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 54-56
LAMPIRAN .............................................................................................. 57-64
DAFTAR BAGAN
xi
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
Bagan 3.1 Alur Penelitian
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 4.4 Efek Antibiotik terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella sp.
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik Hasil Uji Resistensi pada Bakteri Escherichia coli
Grafik 4.2 Grafik Hasil Uji Resistensi pada Bakteri Salmonella sp.
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
4
5
daging yaitu air 56%, protein 22%, lemak 24% dan bukan protein terlarut
(karbohidrat, garam organik, nitrogen terlarut, mineral dan vitamin) 3,5%
serta sering mengandung mikroorganisme yang menguntungkan untuk
pertumbuhan mikroorganisme lain. Diketahui pula bahwa terdapat faktor
intrinsik dan ekstrinsik yang menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme
dalam daging. Faktor intrinsik terdiri dari nutrisi yang terdapat pada
daging, kandungan air, kondisi pH daging sekitar 5,6-5,8 setelah
penyembelihan sehingga bakteri tumbuh dengan baik karena hampir
seluruh bakteri tumbuh optimal pada pH 7 dan tidak tumbuh di pH <4 atau
>9. Pada faktor ekstrinsik termasuk suhu, kandungan oksigen serta kondisi
daging. Selain itu, bahan makanan dari hewan adalah sumber utama
bakteri. Mikroorganisme yang terdapat pada hewan hidup dapat bertahan
hingga proses pengolahan telah selesai. Proses penyembelihan dan
pemotongan ayam menyebabkan peningkatan penularan mikroorganisme
dari satu unggas ke unggas lainnya. Bakteri yang biasanya terdapat pada
daging yaitu Salmonella sp., Campylobacter, Escherichia coli., Yersinia
enterolitica dan Listeria monocytogenes. Kuah dalam soto pun merupakan
medium yang mudah dicemari oleh mikroorganisme, karena bakteri sangat
membutuhkan air untuk perkembangbiakannya dan akan mati jika kondisi
lingkungannya terlalu kering.12,16
yang terikat molekul makanan seperti pada madu, sirup dan larutan garam
tidak dapat ditumbuhi bakteri, sehingga makanan seperti ini bisa tahan
lama. Makanan yang mengandung protein dan air merupakan tempat hidup
dan berkembang biak bakteri karena dalam tubuh bakteri sebagian
besarnya mengandung protein dan air. Maka makanan yang berprotein dan
berkadar air tinggi seperti daging, telur, susu serta hasil olahannya sangat
disukai bakteri untuk tumbuh subur. Suhu makanan yang optimal untuk
pertumbuhan bakteri yaitu 37˚C, bakteri akan lambat tumbuh pada suhu
kurang atau lebih dari 37˚C serta tidak tumbuh pada suhu 10˚C-60˚C. Agar
bahan makanan seperti daging, ikan, unggas dan sayuran tidak dicemari,
maka makanan yang disimpan didalam lemari es harus ditutup, tangan
harus dicuci setelah memegang makanan mentah kemudian akan
memegang makanan matang, alat makan dan alas untuk memotong
makanan harus selalu dicuci dengan air hangat, lap piring tidak dipakai
untuk mengelap tangan atau meja.14,17,18
Prinsip pengangkutan makanan siap santap diantaranya harus
dimasukkan kedalam wadah masing-masing serta tidak terlalu penuh agar
tidak terjadi kondensasi, karena uap makanan yang mencair adalah media
yang baik bagi pertumbuhan bakteri; pengangkutan yang membutuhkan
waktu lama suhunya harus diatur tetap panas >60˚C atau tetap dingin
<4˚C; dan wadah tidak boleh terbuka.14,17
Penyajian makanan juga memiliki prinsip antara lain setiap
makanan disajikan dalam wadah yang terpisah, untuk makanan dengan
kadar air tinggi seperti kuah; soto atau saus dicampur saat akan
dihidangkan agar tidak cepat basi, makanan diusahakan disajikan dalam
kondisi panas terutama sop; gulai dan soto serta menggunakan peralatan
penyajian yang bersih.14,17
WHO memiliki sepuluh prinsip pokok untuk menciptakan
keamanan makanan yaitu pilih makanan yang sudah diproses, memasak
makanan dengan sempurna, santap makanan segera, simpan makanan
masak dengan benar, panasi kembali makanan dengan benar, cegah kontak
makanan dengan bahan mentah, cuci tangan sesering mungkin, jaga
9
tapi dapat pula menjadi kronik, lamanya diare ini dapat dipersingkat
dengan pemberian antibiotik. EPEC menempel pada sel epitel usus halus
dengan menggunakan adhesin yang dikenal dengan intimin, kemudian
mengeluarkan toksin dan menyebabkan mikrovili hilang dan filamen aktin
terbentuk.
2) Escherichia coli enterotoksigenik (ETEC) menyebabkan diare pada
orang yang bepergian sehingga dikenal dengan traveller’s diarrhea. ETEC
mengeluarkan enterotoksin LT (heat-labile enterotoxin, inaktivasi pada
suhu 60˚C dalam 30 menit) atau enterotoksin ST (heat-stable enterotoxin,
tahan suhu >100˚C). Bakteri dengan LT menempel pada brush border sel
epitel usus halus yang mengaktivasi enzim adenilsiklase kemudian siklik
adenosin monofosfat (cAMP) konsentrasinya meningkat, maka
permeabilitas sel epitel usus meningkat sehingga absorpsi natrium
terhambat dan terjadi hipersekresi air dan klorida, akhirnya menyebabkan
diare cair masif. Sedangkan ST mengaktivasi siklik guanilil siklase
(cGMP) pada sel epitel sehingga terjadi penurunan motilitas usus halus
dan gangguan absorpsi klorida yang menyebabkan sekresi cairan.
3) Escherichia coli enteroinvasive (EIEC) yang menyebabkan diare seperti
disentri (shigellosis). EIEC menginvasi sel epitel mukosa usus yang
menyebabkan ulkus, lesi inflamasi.
4) Escherichia coli enterohemoragik (EHEC) penyebab diare ringan,
colitis hemoragik, sindroma hemotilik uremik hingga nyeri abdomen berat.
EHEC menghasilkan verotoksin yang sifatnya hampir sama dengan toksin
Shiga pada Shigella dysentriae, meskipun secara antigenik dan genetik
berbeda.
5) Escherichia coli enteroaggregative (EAggEC/ EAEC) merupakan
penyebab diare akut dan kronik yang lebih dari >14 hari. EAEC
memproduksi hemolisin dan ST enterotoksin seperti yang dikeluarkan oleh
ETEC.
13
3) Enterokolitis
Infeksi pada Salmonella paling sering menyebabkan enterokolitis,
dengan gejala sakit kepala, mual, muntah dan diare hebat disertai
demam ringan 2-3 hari. Lesi inflamasi terjadi dalam usus halus dan
usus besar.20
Beberapa strain Salmonella dapat melakukan penetrasi pada
epitel usus, kemudian Salmonella mengaktifkan enzim adenil siklase
dan siklik AMP sehingga terjadi transport elektrolit dan perubahan
pada cairan di ileum yang menyebabkan sekresi cairan usus dan
diare.20
Salmonella menempel ke sel epitel dalam usus halus, kemudian
melakukan endositosis. Bakteri ini memperbanyak diri dengan bantuan
makanan dan merusak sel tubuh, hal ini menyebabkan demam, kram
dan diare. Bila lebih parah, dapat menyebabkan bakteremia dengan
berpindahnya bakteri pada pembuluh darah.24
a. Suhu
Berdasarkan suhu, mikroorganisme terbagi menjadi 3 kelompok yaitu
psikrofil (suhu rendah), mesofil (suhu sedang) dan termofil (suhu tinggi).
Masing-masing kelompok tersebut memiliki interval suhu yaitu suhu
minimum, suhu optimum dan suhu maksimum. Hal tersebut dijelaskan
dalam tabel berikut.7
Tabel 2.1 Penggolongan mikroorganisme berdasarkan suhu
Sifat mikroorganisme Suhu minimum Suhu optimum Suhu maksimum
Termofil 40-45˚C 55-75˚C 60-85˚C
Mesofil 10-15˚C 30-45˚C 35-47˚C
Psikrofil
- Fakultatif 5˚C 25-30˚C 30-35˚C
- Mutlak 5˚C 15-18˚C -22˚C
Sumber: Harti AS, 2015
c. Tekanan osmotik
Tekanan osmotik akan mempengaruhi terhadap pertukaran air dari atau
ke dalam sel. Konsentrasi larutan terbagi menjadi hipotonis, isotonis dan
hipertonis. Organisme yang tumbuh pada media hipertonis bersifat
osmofil, bila kadar garam tinggi maka disebut dengan halofil. 7,25
d. Nutrien
Nutrien adalah bahan organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
Organisme yang membutuhkan sumber nutrien berbentuk padat disebut
holozoik, sedangkan holofitik membutuhkan sumber nutrien cair. Nutrien
18
Jumlah bakteri =
= … CFU/gram
2.1.8. Antibiotik
Antibiotik merupakan senyawa kimia, yang dapat menghambat
atau membunuh mikroorganisme. Senyawa kimia digolongkan ke dalam
antibiotik bila senyawa tersebut hasil dari metabolisme, dengan kadar
21
hanya dapat menghambat atau membunuh satu jenis atau satu kelompok
bakteri saja.8
Dewasa ini sering terjadi resistensi terhadap antibiotik. Resistensi
terhadap obat menyebabkan ketidakefektifan antimikroorganisme dalam
menghambat atau membunuh mikroorganisme. Beberapa cara terjadinya
resistensi bakteri yaitu dihasilkannya enzim yang merusak obat (misalnya
beta laktamase dari Staphylococcus yang mengaktivasi sebagian besar
penisilin dan sefalosporin; bakteri Gram negatif yang menghasilkan enzim
asetilasi, fosforilasi atau adenililasi yang menghancurkan obat
aminoglikosida), pencegahan penetrasi obat pada mikroorganisme akibat
membran sel bakteri impermeable atau efluks meningkat (contohnya
tetrasiklin menumpuk pada bakteri yang rentan), terjadinya perubahan
tempat ikatan akibat perubahan ribosom mikroorganisme (terjadi pada
antibiotik penisilin dan sefalosporin akibat berkurangnya PBP; pada
aminoglikosida dan eritromisin), perkembangan jalur metabolisme lain
(contohnya sulfonamid dan trimetoprim karena obat tersebut menghasilkan
enzim yang hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki afinitas terhadap
obat) serta faktor resistensi pada bagian DNA.8,20
Resistensi obat dapat terjadi secara nongenetik ataupun genetik.
Pada nongenetik, terjadinya resistensi disebabkan oleh tidak terjadinya
replikasi aktif pada bakteri (sebagian besar antibiotik membutuhkan
replikasi bakteri agar dapat bekerja), mikroorganisme kehilangan struktur
target spesifik pada beberapa generasi (misalnya kehilangan dinding sel
sehingga yang mulanya rentan penisilin dapat menjadi resisten),
mikroorganisme dapat tetap menginfeksi di bagian yang antibiotiknya
tidak aktif atau tidak ada (aminoglikosida tidak dapat masuk kedalam sel,
sehingga gentamisin tidak mampu melawan Salmonella yang berada di
intrasel). Sedangkan resistensi obat akibat adanya perubahan genetik
diantaranya mutasi spontan kromosom yang mengontrol rentannya
mikroorganisme terhadap antibiotik, bakteri mengandung plasmid yaitu
unsur genetik ekstrakromosom; gen plasmid mengontrol pembentukan
enzim penghancur antibiotik (misalnya plasmid membawa gen untuk
24
1. Metode difusi
Metode ini memakai disk-diffusion method (Kirby-Bauer test).
Disk antibiotik atau biasa dikenal dengan cakram kertas filter yang
telah mengandung obat antibiotik tertentu, diletakkan pada permukaan
lempeng agar yang sebelumnya telah diinokulasi dengan teknik
pemerataan. Lakukan inkubasi, lihat zona hambat (zona jernih inhibisi)
yang terbentuk di sekitar cakram, akibat adanya hambatan
pertumbuhan organisme oleh zat antimikroba secara difusi, kemudian
sesuaikan dengan tabel untuk mengetahui sifat kepekaan
mikroorganisme terhadap antibiotik tersebut.7,20,22,27
Dalam metode Kirby-Bauer terdapat tiga kategori kepekaan
mikroorganisme terhadap obat antibiotik atau zat antimikroba lain,
yaitu: a. Sensitif, bila mikroorganisme merespon obat antibiotik atau
antimikroba dan pertumbuhannya dapat terhambat; b. Intermediet,
mikroorganisme memiliki kepekaan sedang karena beberapa hal
seperti: toksisitas antibiotik rendah sehingga harus diberikan dosis
tinggi, antibiotik hanya bekerja pada fokus infeksi, antibiotik memiliki
toksisitas tinggi sehingga tidak dapat diberikan dengan dosis yang
lebih tinggi; c. Resisten, apabila mikroorganisme tidak berespon
terhadap antibiotik.7,20
2. Metode dilusi
Prinsip metode ini yaitu seri pengenceran konsentrasi antibiotik.
Seri pengenceran antibiotik dimasukkan kedalam media cair dalam
26
mual, muntah, timbul ruam, pusing atau sakit kepala namun sangat jarang
terjadi.8
Terdapat tiga mekanisme resistensi terhadap golongan kuinolon
dan fluorokuinolon, yaitu DNA girase bakteri berubah akibat mutasi gen
sehingga obat tidak dapat mendudukinya, permukaan sel bakteri berubah
sehingga obat sulit masuk, meningkatnya proses pemompaan obat keluar
sel. Sampai saat ini resistensi terhadap siprofloksasin jarang terjadi.8,9
METODE PENELITIAN
3.3.2 Sampel
Sampel berupa soto ayam yang diambil dari seluruh kantin penjual
soto ayam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel diblender
kemudian dilakukan pengenceran dalam media cair Nutrient Broth
(NB) dengan konsentrasi 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6,10-7
32
33
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah soto ayam, media
Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), Salmonella Shigella Agar
(SSA) dan Endo Agar.
a. Sterilisasi Basah
b. Sterilisasi Kering
3.5.2.1 Pengenceran
Dalam tahapan ini, bahan yang akan digunakan adalah sampel dan
media yang telah dibuat sebelumnya, yaitu sampel yang telah diblender
dan ditimbang 20 gram, media NB 180mL dalam Erlenmeyer dan media
NB sebanyak 9 mL dalam setiap tabung reaksi.Kemudian sampel
dimasukkan kedalam tabung erlenmeyer lalu di vortex. Ambil sebanyak 1
ml dari tabung erlenmeyer menggunakan tip 1000μL, pindahkan ke tabung
reaksi ke-1 lalu di vortex. Kemudian dilakukan pada tabung reaksi
berikutnya hingga pada tabung reaksi ke-6. Tabung reaksi ke-7 tidak
dilakukan pengenceran dan dibiarkan berisi NB saja, untuk digunakan
sebagai kontrol negatif.
bulat. Setiap sebelum dan sesudah dipakai, dipanaskan pada api sampai
terlihat warna merah pada ose tersebut, diamkan hingga tidak panas.
Goreskan ose diatas media agar untuk meratakan larutan sampel, yang
sebelumnya telah diteteskan kedalam cawan petri tersebut.
Data penelitian hasil uji bakteri dari sampel soto dan uji resistensi
antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli serta Salmonella sp. dijelaskan
secara deskriptif berbentuk tabel dan diagram untuk melihat jumlah bakteri
yang terdapat pada soto ayam, hasil identifikasi bakteri Escherichia coli
dan Salmonella sp. serta hasil pengujian resistensi bakteri terhadap
antibiotik.
BAB 4
4.1.1. Hasil Kultur Bakteri dengan Metode TPC (Total Plate Count)
40
41
Konsentrasi
10-4 10-5 10-6 10-7 Kontrol (-)
Sampel
1 TBUD 223,5 106,5 TSUD 0
2 TBUD 281 189 70 0
3 245,5 131,5 77 TSUD 0
4 TBUD 259 261,5 195 0
5 48 TSUD TSUD TSUD 0
4.1.2. Isolasi Bakteri dari Sampel Soto Ayam dalam Media Spesifik
Bakteri yang telah tumbuh pada media Endo Agar dan SSA adalah
bakteri Escherichia coli dan Shigella sp., maka dilakukan pewarnaan
Gram. Hasil pewarnaan Gram ini sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Uji Resistensi bakteri Escherichia coli terhadap antibiotik
CIP, CN dan AML
45
39 38
40 37 36.5 36
35
ZONA HAMBAT (mm)
30
25 23
21.5
20 CIP (Siprofloksasin)
20 17 16 CN (Gentamisin)
15
AML (Amoksisilin)
10
5
0
S1 S2 S3 S4 S5 S6
SAMPEL
Grafik 4.1 Grafik Hasil Uji Resistensi pada Bakteri Escherichia coli
Tabel 4.4 Hasil Uji Resistensi bakteri Salmonella sp. terhadap antibiotik
CIP, CN dan AML
Sampel Diameter zona hambat
antibiotik (mm)
CIP CN AML
1 - - -
2 37 (S) 22 (S) 0 (R)
3 36,5 (S) 20 (S) 0 (R)
4 35 (S) 20 (S) 0 (R)
5 35,5 (S) 11 (I) 0 (R)
6 - - -
Persentase 100% (S) 75% (S) 100% (R)
25% (I)
Keterangan: CIP = Siprofloksasin S = Sensitif
CN = Gentamisin R = Resisten
AML = Amoksisilin I = Intermediet
40 37 36.5
35 35.5
35
30
ZONA HAMBAT (mm)
25 22
20 20
20 CIP (Siprofloksasin)
15 CN (Gentamisin)
11
AML (Amoksisilin)
10
0
S1 S2 S3 S4 S5 S6
SAMPEL
Grafik 4.2 Grafik Hasil Uji Resistensi pada Bakteri Salmonella sp.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
52
53
53
DAFTAR PUSTAKA
54
55
11. Badan Pengawas Obat dan Makanan Sentra Informasi Keracunan (SIKer)
Nasional. Laporan Kasus Keracunan tahun 2014. SIKer Nasional
[Internet]. 2014 [cited 2015 Februari 7]. Available from:
http://ik.pom.go.id/v2014/
12. Siagian A. Mikroba Patogen pada Makanan dan Sumber Pencemarannya.
USU Institutional Repository [Internet]. 2002 Juni [cited 2015 Maret 2]
13. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pengujian Mikrobiologi Pangan.
InfoPOM Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Vol.9, No.2.
2008 Maret. [cited 2015 April 7].
14. Hartono, Andry. Penyakit Bawaan makanan: Fokus Pendidikan Kesehatan.
Jakarta: EGC. 2006. Halaman 58-1
15. Betty, C, Hoobs. Food Poisoning and Food Hygiene.7th edition. London:
Hodder Arnold. 2007.
16. Betty dan Yendri. Cemaran mikroba terhadap telur dan daging ayam.
Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat, Padang. 2007.
17. Departemen Kesehatan RI. Kumpulan Modul Kursus Hygiene Sanitasi
Makanan dan Minuman. Subdit Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan, Dit
jen PPM & PL. 2006.
18. NSW Government Health Indonesian. Foodborne disease. Multicultural
Health Communication [Internet]. [cited 2015 Februari 24]. Available
from:
http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publicat
ion-pdfs/diseases-and-conditions/7120/doh-7120-ind.pdf
19. World Health Organization. Food Safety. Geneva. 1993.
20. Jawetz E, Melnick J and Adelberg E. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Salemba Medika. 2005. Halaman 264-63
21. Staf Pengajar FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi.
Jakarta: Binarupa Aksara. 1994.
22. Kayser, FH. Medical Microbiology. New York: Thieme Stuttgart. 2005.
Halaman. 295-187
23. Ferdiaz, Srikandi. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa. 1993.
56
Tabel 1 Jumlah koloni pada setiap konsentrasi dengan duplo dan pada kontrol
negatif
Sampel
1 TBUD 217 111 TSUD 0
TBUD 230 102 TSUD -
2 TBUD 285 186 86 0
TBUD 277 192 54 -
3 254 136 81 TSUD 0
237 127 73 TSUD -
4 TBUD 253 269 186 0
TBUD 265 254 204 -
5 47 TSUD TSUD TSUD 0
49 TSUD TSUD TSUD -
6 TBUD TBUD 240 34 0
TBUD TBUD 270 28 -
Keterangan:
TBUD = Tidak Bisa Untuk Dihitung
TSUD = Terlalu Sedikit Untuk Dihitung
57
58
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
Hasil Penelitian
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
Riwayat Penulis
RIWAYAT HIDUP
Usia : 21 tahun
No. Hp : 081912309120
Email : putrilubis267@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :