Anda di halaman 1dari 8

Amelasari, Pengetahuan orang tua dan infeksi cacing

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG INFEKSI KECACINGAN PADA ANAK


USIA SEKOLAH DASAR

Oktalia Amelasari, Nurul hidayah, Hurun ain


Poltekkes kemenkes Malang, Jl.Besar Ijen 77 C Malang
e-mail: nh_1506732yahoo.com

Abstract : One of the healthy problems which is still so much found in Indonesia is the spread of stomach-
worm infection through the ground. Wormy infection is often considered no importance by the society,
even the government. The fact is that the wormy infection generally attacks the children who have low
body resistance. This research uses descriptive research desain and total sampling technique which
takes the overall of the population and gots 55 respondents. The instrument which is used for collecting
the data is questionnaire with the score 1 for true and the score 0 for false. The result of the overall data
research of knowledge towards the knowledge of parental child about wormy infection on elementary
school age gots the low score that is counted by 26 people (47,3%). The result of this research shows the
lack of mother knowledge about wormy infection in RT I-V RW XIII Sumber Porong Village. The height
of score percentage which is less maybe caused by the existence of information, education and parent
job factor.

Keywords: knowledge, parental child, wormy infection

Abstrak: Salah satu masalah kesehatan yang masih banyak di Indonesia yaitu infeksi cacing perut
yang ditularkan melalui tanah. Infeksi ini masih sering dianggap remeh oleh masyarakat tapi juga oleh
pemerintah. Infeksi kecacingan ini pada umumnya menyerang anak-anak yang memiliki daya tahan
tubuh yang masih rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang pengetahuan orang tua
tentang kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar. Dalam penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif dan teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, dimana mengambil
keseluruhan populasi dan didapatkan 55 responden. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan
data adalah kuisioner dengan skor benar = 1 dan salah = 0. Data hasil penelitian pengetahuan secara
keseluruhan hasil penelitian terhadap pengetahuan orang tua tentang infeksi kecacingan pada anak
usia SD didapatkan skor kurang yaitu sebanyak 26 orang (47,3%). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengetahuan ibu tentang infeksi kecacingan di RT I-V RW XIII Desa Sumber Porong adalah
kurang. Tingginya persentase skor kurang hal ini dimungkinkan adanya faktor informasi, pendidikan
dan pekerjaan.

Kata Kunci: pengetahuan, pola asuh, infeksi cacing

PENDAHULUAN
Kecacingan merupakan parasit pada manusia
Kecacingan merupakan parasit manusia dan
atau hewan yang sebagian besar menyerang anak
hewan yang sifatnya merugikan, manusia
usia 1-10 tahun yang disebabkan adanya iklim
merupakan hospes beberapa nematoda usus.
tropis, kelembaban udara yang sesuai dengan
Sebagian besar nematoda ini menyebabkan
tumbuh kembang cacing, faktor sosial ekonomi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
yang kurang bagus, dan kebersihan yang tidak
Diantara nematoda usus tedapat sejumlah spesies
terjaga bisa berakibat dampak yang kurang bagus
yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted
terhadap kesehatan, tingkat kecerdasan,
Helmints), spesies yang terpenting adalah As-
kekurangan gizi, dan perkembangan mental
caris lumbricoides, Necator americanus, An-
(Indiarti, 2007).
cylostoma duodenale, Trichuris trichiura
ISSN 2301-4024 91
(Gandahusada, 2000).

91
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 91-98

Anak sekolah merupakan aset atau modal Di RW XIII Desa Sumber Porong Kecamatan
utama pembangunan di masa depan yang perlu Lawang Kabupaten Malang terdapat 2 anak yang
dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. terserang infeksi kecacingan.
Sekolah selain berfungsi sebagai tempat Berdasarkan survey pendahuluan yang
pembelajaran, juga dapat menjadi ancaman dilakukan peneliti pada tanggal 31 Januari 2013 di
penularan infeksi jika tidak dikelola dengan baik. Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang
Lebih dari itu, usia sekolah bagi anak merupakan Kabupaten Malang didapatkan 9 dari 10
masa rawan terserang berbagai infeksi. Salah satu responden (90%) belum mengetahui tentang
infeksi yang banyak diderita oleh anak-anak, infeksi kecacingan. Sedangkan 1 (10%) sudah
khususnya usia sekolah dasar adalah infeksi mengetahui tapi kurang maksimal memahami
kecacingan, yaitu sekitar 40-60% (Kusuma S., tentang infeksi kecacingan.
2011). Hasil survey menyebutkan bahwa, kerugian
Salah satu masalah kesehatan yang masih yang ditimbulkan akibat infeksi kecacingan sangat
banyak di Indonesia yaitu infeksi cacing perut yang besar utamanya terhadap perkembangan fisik,
ditularkan melalui tanah. Infeksi ini masih sering intelegensi, dan produktifitas anak yang
dianggap sebagai angin lalu yang tidak hanya oleh merupakan generasi penerus bangsa (Dinkes
masyarakat tapi juga oleh pemerintah. Padahal Jatim, 2010). Infeksi kecacingan dapat
infeksi kecacingan ini pada umumnya menyerang menyebabkan anemia (kurang darah), berat bayi
anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh yang lahir rendah, gangguan ibu bersalin, lemas,
masih rendah. Adapun faktor-faktor yang mengantuk, malas belajar, IQ menurun, prestasi
mempengaruhinya adalah iklim tropis, kesadaran dan produktivitas menurun (Kementerian
akan kebersihan yang masih rendah, sanitasi yang Kesehatan RI, 2010).
buruk, kondisi sosial ekonomi yang rendah, serta Infeksi kecacingan yang terlalu lama dapat
kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, berdampak kurang bagus terhadap kesehatan,
2011). tingkat kecerdasan, serta perkembangan mental.
Infeksi kecacingan tersebar luas, baik di Apalagi, jika terjadi pada saat anak dalam masa
pedesaan maupun di perkotaan. Angka infeksi pertumbuhan, akibatnya bisa sampai kekurangan
tinggi, tetapi intensitas infeksi (jumlah cacing dalam gizi. Kecacingan dapat menimbulkan kehilangan
perut) berbeda. Hasil survei Kecacingan di zat gizi berupa karbohidrat dan protein serta
Sekolah Dasar di beberapa propinsi untuk semua kehilangan darah, sehingga dapat menurunkan
umur berkisar antara 40-60%. Hasil Survei Subdit produktivitas kerja. Kecacingan pada anak juga
Diare pada tahun 2002 dan 2003 pada sekolah menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah
dasar di 10 provinsi menunjukkan prevalensi terkena infeksi lainnya. Pada anak-anak sekolah
berkisar antara 2,2-96,3% (Kementerian dasar kecacingan akan menghambat dalam
Kesehatan RI, 2006). Dinas Kesehatan Provinsi mengikuti pelajaran dikarenakan anak akan
Jawa Timur tahun 2004-2006, menyebutkan merasa cepat lelah, menurunnya daya konsentrasi,
bahwa hasil survey infeksi kecacingan tertinggi malas belajar dan pusing (Indiarti, 2007).
berada di daerah Malang sehingga menjadi sasaran Untuk menanggulangi infeksi kecacingan ini
penelitian karena kondisi geografisnya yang diperlukan pengetahuan orang tua dalam
lembab yang dikelilingi gunung dan sungai besar, melakukan tindakan swamedikasi kepada anaknya
sebagian besar siswa bertempat tinggal di daerah yang diduga menderita infeksi kecacingan
daratan tinggi. Data dari Puskesmas Lawang, berdasarkan diagnosanya sendiri tanpa melakukan
Kabupaten Malang menyebutkan bahwa pada konsultasi kepada dokter. Berdasarkan fakta
tahun 2012 prevalensi infeksi kecacingan yaitu empirik diketahui bahwa jenis obat yang digunakan
sebanyak 25 anak, pada tahun 2013 bulan Januari- untuk swamedikasi adalah obat-obat OTC (Over
Juli prevalensi infeksi kecacingan sebanyak 6 anak. the Counter) antara lain pirantel pamoat, yang

92 ISSN 2301-4024
Amelasari, Pengetahuan orang tua dan infeksi cacing

merk dagangnya diketahui oleh masyarakat luas Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua
berdasarkan iklan-iklan di televisi. Tindakan yang mempunyai anak usia sekolah dasar di RW
swamedikasi yang dilakukan tanpa konsultasi XIII Desa Sumber Porong, Kecamatan Lawang,
kepada praktisi kesehatan dapat menyebabkan Kabupaten Malang. Dengan kriteria Inklusi : a)
kesalahan penggunaan obat bahkan terkadang Orang tua yang mempunyai anak usia sekolah
dapat memperparah kondisi pasien. Selain itu dasar di RW XIII Desa Sumber Porong,
diperlukan juga pengetahuan tentang perkembang Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, b) bisa
biakan cacing serta faktor-faktor lain, seperti : membaca dan menulis, c) usia 20-45 tahun, d)
tempat pembuangan kotoran manusia (WC), bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria
vektor sebagai perantara berjangkitnya infeksi, eksklusi dalam penelitian ini meliputi: a) Orang tua
kebersihan perorangan maupun lingkungan. yang berpindah tempat tinggal, b) tidak kooperatif
Tindakan pencegahan yang paling baik adalah dalam memberikan data.
dengan mengadakan sanitasi. Teknik penggunaan sampel yang digunakan
Perawat atau petugas kesehatan sebagai dalam penelitian ini adalah Total Sampling atau
“educator” peran ini dilaksanakan dengan sampling jenuh yaitu mengambil seluruh orang tua
membantu para orang tua dalam meningkatkan yang mempunyai anak usia sekolah dasar di RW
tingkat pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi XIII Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang
perubahan tingkah laku dari para orang tua setelah Kabupaten Malang sebagai sampel penelitian.
dilakukan pendidikan kesehatan (Wahid Iqbal, Variabel dalam penelitian ini adalah
2008). Dengan mengetahui faktor-faktor yang pengetahuan orang tua tentang infeksi kecacingan
menunjang berjangkitnya infeksi kecacingan dan pada anak usia sekolah dasar.
cara pencegahannya, maka petugas kesehatan Instrumen pengumpulan data yang digunakan
terutama perawat harus memberikan pendidikan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup
kesehatan kepada para orang tua tentang infeksi dimana jawaban pertanyaan sudah tersedia dan
kecacingan, cara pencegahan dan penularan responden tinggal memilih jawaban sesuai dengan
infeksi tersebut, terutama pada anak-anak. pendapat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Tempat penelitian dilakukan di RW XIII Desa
pengetahuan orang tua tentang kecacingan pada Sumber Porong Kecamatan Lawang Kabupaten
anak usia Sekolah Dasardi RW XIII Desa Sumber Malang. Waktu penelitian pada tanggal 5-11 Juni
Porong Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. 2013.

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Desain penelitian yang digunakan adalah Gambaran umum lokasi penelitian yaitu, Desa
deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti ingin Sumber Porong terbagi menjadi 3 Dusun yaitu
mengetahui gambaran pengetahuan orang tua Dusun Krajan Utara yang terdiri atas 3 RW, Dusun
tentang infeksi kecacingan pada anak usia sekolah Krajan Selatan terdiri atas 6 RW, dan Dusun
dasar di RW XIII Desa Sumber Porong Krajan Timur terdiri atas 7 RW. Dalam 1 Desa
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. terdapat 14 Posyandu dan masing-masing
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh posyandu dibantu 3-4 kader. Penelitian ini
orang tua yang mempunyai anak usia sekolah dilaksanakan pada tanggal 5-11 Juni 2013 di RW
dasar di RW XIII Desa Sumber Porong, XIII Desa Sumber Porong yang meliputi RT I
Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Sebagai sampai RT V. Jumlah penduduk Desa Sumber
gambaran survey pendahuluan jumlah populasi Porong pada bulan April 2013 sebanyak 7.294 jiwa
orang tua yang mempunyai anak usia SD yang tersebar dalam 2117 KK. Pada bulan Juni
berjumlah 55 orang. 2013 di RW XIII Desa Sumber Porong terdapat
55 orang tua yang mempunyai anak usia SD.

ISSN 2301-4024 93
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 91-98

Karakteristik responden berdasarkan usia, pengertian infeksi kecacingan yaitu sebanyak 51


pada tabel 1 ditunjukkan bahwa sebagian besar orang (92,7%).
responden berumur antara 36-45 tahun yaitu Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa
sebanyak 30 orang (54,54%). hampir seluruhnya responden mempunyai
Berdasarkan Tabel 2 sebagian besar pengetahuan kurang tentang tanda dan gejala
responden tidak bekerja atau IRT yaitu sebanyak infeksi kecacingan yaitu sebanyak 42 orang
29 orang (52,73%). (76,4%).
Berdasarkan Tabel 3 sebagian besar Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa
responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 39 hampir seluruhnya responden mempunyai
orang (70,9%). pengetahuan kurang tentang cara penularan infeksi
Berdasarkan Tabel 4 sebagian besar kecacingan yaitu sebanyak 33 orang (60%).
responden mempunyai penghasilan <1 juta yaitu Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa
sebanyak 31 orang (56,35%). hampir seluruhnya responden mempunyai
Berdasarkan Tabel 5 sebagian besar pengetahuan cukup tentang dampak infeksi
responden yang mendapatkan penyuluhan kecacingan yaitu sebanyak 22 orang (40%).
kesehatan 1 kali yaitu sebanyak 26 orang Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa
(47,27%). 76,4% responden mempunyai pengetahuan yang
Berdasarkan pengetahuan tentang infeksi baik tentang cara pencegahan infeksi kecacingan.
kecacingan, diketahui bahwa hampir seluruhnya
responden mempunyai pengetahuan baik tentang Tabel 4. Distribusi frekuensi penghasilan responden

Penghasilan F %
Tabel 1. Distribusi frekuensi umur responden <1 juta 31 56,35
1-1,5 juta 10 18,18
Umur F % >1,5 juta 14 25,45
20-25 tahun 2 3,64 Jumlah 55 100
26-35 tahun 23 41,82
36-45 tahun 30 54,54
Jumlah 52 100 Tabel 5. Distribusi frekuensi penyuluhan kesehatan
pada responden
Tabel 2. Distribusi frekuensi pekerjaan responden
Penyuluhan Kesehatan F %
Tidak pernah 21 38,18
Pekerjaan F % 1 kali 26 47,27
Tidak bekerja 2 kali 6 10,9
29 52,73
(Ibu Rumah Tangga) 3 kali 2 3,6
Swasta 10 18,18 Jumlah 55 100
Wiraswasta 9 16,36
PNS 7 12,73 45 4
Jumlah 55 100 40 2
35
30
Tabel 3. Distribusi frekuensi pendidikan responden 25
20
15 1
Pendidikan F % 10
SD 2 3,64 3
5
SMP 2 3,64 0
SMA 39 70,9 B a ik Cukup K u ra n g
PT 12 21,82 (1 8 % ) (5 ,5 % ) (7 6 ,4 % )
Jumlah 55 100
Gambar 1. Distribusi frekuensi pengetahuan
responden tentang tanda dan gejala
kecacingan
94 ISSN 2301-4024
Amelasari, Pengetahuan orang tua dan infeksi cacing

35 3 45 4
40
30 3 35
25 30
20 25
1 20
15 15
5
10 7 10 7 1
5 5
0
0
B a ik Cu k up K u ra ng
B a ik C u k u p K u ra n g
(7 6,4 % ) (1 2 ,7% ) (1 ,8% )
(1 2 ,7 % ) (2 7 ,3 % ) (6 0 % )

Gambar 2. Distribusi frekuensi pengetahuan Gambar 4. Distribusi frekuensi pengetahuan


responden tentang cara penularan responden tentang cara pencegahan
kecacingan kecacingan
25 30
2 2
2
2 4 6
20 1 1 25
6
15 20

15
10
10
5
5
5
0
B a ik C u k u p K u ra n g 0
(3 0 ,9 % ) (4 0 % ) (2 9 ,1 % ) B a ik C u k u p K u ra n g
(9 ,1 % ) (4 3 ,6 % ) (4 7 ,3 % )

Gambar 3. Distribusi frekuensi pengetahuan


Gambar 5. Distribusi frekuensi pengetahuan
responden tentang dampak infeksi
responden tentang infeksi kecacingan
kecacingan

Dari Gambar 5, diketahui bahwa hampir


seluruhnya responden mempunyai pengetahuan cara penularan infeksi kecacingan yaitu sebanyak
kurang tentang secara keseluruhan infeksi 33 orang (60% kurang), dampak infeksi
kecacingan yaitu sebanyak 26 orang (47,3%). kecacingan yaitu sebanyak 22 orang (40% cukup),
cara pencegahan infeksi kecacingan yaitu
PEMBAHASAN sebanyak 42 orang (76,4% baik). Menurut Iqbal
Wahit (2007) pengetahuan dipengaruhi oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir
beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal,
seluruh responden mempunyai pengetahuan
faktor internal meliputi umur dan minat, sedangkan
kurang tentang infeksi kecacingan yaitu sebanyak
faktor eksternal meliputi pendidikan, pekerjaan,
26 orang (47,3%). Pengetahuan tentang infeksi
pengalaman, kebudayaan lingkungan sekitar, dan
kecacingan dalam penelitian ini meliputi pengertian
sarana informasi. Pengetahuan bisa didapatkan
infeksi kecacingan didapatkan sebanyak 51 orang
dengan berbagai cara antara lain cara tradisional
(92,7% baik), tanda dan gejala infeksi kecacingan
meliputi cara coba salah, kekuasaan, pengalaman,
didapatkan sebanyak 42 orang (76,4% kurang),

ISSN 2301-4024 95
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 91-98

dan jalan pikiran. Cara yang lain adalah cara mod- Data lain menunjukkan pengetahuan
ern meliputi 3 hal pokok yaitu segala sesuatu yang responden tentang tanda dan gejala, dan cara
positif, segala sesuatu yang negatif, dan gejala- penularan infeksi kecacingan mayoritas
gejala yang timbul bervariasi, yaitu gejala-gejala berpengetahuan kurang baik. Data hasil ini
yang berubah-ubah dalam kondisi tertentu. Hasil dibuktikan dari jawaban responden pada kuesioner
penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan no 2 dan no 8. Pada soal no 2 dijelaskan bahwa
responden tentang pengertian dan cara gejala infeksi cacing gelang (Askariasis) berkisar
pencegahan infeksi kecacingan mayoritas baik. dari yang ringan berupa batuk sampai yang berat
Infeksi kecacingan adalah parasit pada seperti sesak napas. Gejala yang disebabkan
manusia atau hewan yang sebagian besar cacing dewasa dapat bervariasi mulai dari
menyerang anak usia 1-10 tahun yang disebabkan penyumbatan lumen usus karena banyaknya dan
adanya iklim tropis, kelembaban udara yang sesuai berkumpulnya cacing, kemudian cacing berjalan
dengan tumbuh kembang cacing, faktor sosial ke jaringan hati, sampai muntah cacing yang bisa
ekonomi yang kurang bagus, dan kebersihan yang menyumbat saluran napas (Widoyono, 2008).
tidak terjaga yang bisa berakibat dampak yang Gejala yang nyata juga dapat berupa nyeri perut
kurang bagus terhadap kesehatan, tingkat dengan kolik di daerah pusat atau epigastrium,
kecerdasan, kekurangan gizi, dan perkembangan perut buncit (pot belly), penderita cengeng,
mental (Indiarti.MT, 2007). Adapun cara anoreksia, susah tidur, dan diare (Rampengan T.H,
pencegahan infeksi kecacingan antara lain 2007). Dalam soal no 8 dijelaskan bahwa cara
perbaikan perilaku yang berupa kebiasaan mencuci penularan cacing gelang (Askariasis) dapat tertular
tangan, menjaga kebersihan pribadi, menggunakan melalui makanan dan minuman yang tercemar
alas kaki, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk telur cacing yang mengandung larva infektif.
tanaman terutama sayuran, dan perbaikan sanitasi Sayuran mentah yang mengandung telur cacing
lingkungan terutama jamban keluarga yang yang berasal dari pupuk kotoran manusia yang
memenuhi syarat kesehatan. Pengobatan massal merupakan salah satu media penularan. Vektor
biasanya dilakukan tiga bulan sekali yang berupa serangga seperti lalat juga dapat menularkan telur
obat Pirantel pamoat atau mebendazol (Widoyono, pada makanan yang tidak disimpan dengan baik.
2008). Infeksi ini terutama menyerang anak, dengan
Hasil penelitian tersebut diatas juga dapat bagian terbesar adalah anak (usia 3-8 tahun). Bayi
dipengaruhi oleh umur responden. Menurut juga dapat terserang infeksi ini yang tertular dari
Hurlock (1998) Semakin bertambah umur tangan ibunya yang tercemar larva infektif.
seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan (Widoyono, 2008). Hasil penelitian tersebut dapat
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan dipengaruhi oleh umur, pekerjaan, dan status
bekerja. Kemungkinan dengan bertambahnya ekonomi responden. Menurut Efendy (2009)
umur seseorang, dapat berpengaruh pada pekerjaan dapat berdampak pada seseorang dalam
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik
akan tetapi pada umur-umur tertentu atau secara langsung maupun secara tidak langsung.
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan Berdasarkan hasil, diketahui sebagian besar
atau mengingat suatu pengetahuan akan responden tidak bekerja. mereka hanya berperan
berkurang. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga sebagai ibu rumah tangga. Menurut peneliti
mengemukakan bahwa daya ingat seseorang salah seseorang yang tidak bekerja di luar rumah
satunya dipengaruhi oleh umur. Berdasarkan hasil mempunyai komunitas pergaulan yang relatif lebih
penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar sedikit dibandingkan dengan mereka yang bekerja
responden berumur antara 36-45 tahun yaitu di luar rumah. Akses informasi yang didapatkan
sebanyak 30 orang (54,54%). secara informal dari lingkungan atau teman
seprofesi akan mempermudah seseorang dalam

96 ISSN 2301-4024
Amelasari, Pengetahuan orang tua dan infeksi cacing

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut
secara langsung maupun tidak langsung. Notoatmodjo (2003) bahwa semakin banyak indra
Seseorang yang bekerja akan terjadi proses yang digunakan untuk menerima sesuatu semakin
interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai banyak dan semakin jelas pula pengetahuan yang
pengetahuan sehingga akan menghasilkan diperoleh. Sebagaian besar pengetahuan manusia
pemahaman pada pengetahuan. Oleh karena diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
sebagian besar responden dalam penelitian ini tidak 2003). Menurut peneliti sarana informasi bisa
bekerja, maka dimungkinkan lebih sedikit didapatkan melalui pendidikan formal maupun
melakukan interaksi timbal balik dengan orang lain nonformal. Salah satu sarana pendidikan non for-
dan mendapatkan informasi yang lebih sedikit pula, mal adalah penyuluhan. Penyuluhan kesehatan
sehingga dapat dipahami jika hasil penelitian merupakan salah satu sarana memperoleh
didapatkan sebagian besar pengetahuan informasi tentang kesehatan. Semakin sering
responden terhadap infeksi kecacingan adalah seseorang mendapatkan penyuluhan kesehatan,
kurang. maka semakin banyak pula informasi kesehatan
Menurut Efendy (2009) status ekonomi yang diterima, dan semakin banyak indera yang
seseorang dapat menentukan tersedianya suatu digunakan untuk menerima informasi. Hasil
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
sehingga status ekonomi ini akan memengaruhi responden hanya mendapatkan penyuluhan
pengetahuan seseorang. Menurut peneliti semakin sebanyak 1x. Sehingga dapat dimengerti bahwa
tinggi status ekonomi seseorang, maka semakin informasi tentang infeksi kecacingan yang
tinggi pula dukungan finansial untuk mengenyam diperoleh responden relatif minimal.
pendidikan yang lebih tinggi. Seseorang yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mempunyai latar belakang pendidikan tinggi relatif pengetahuan responden tentang dampak infeksi
mempunyai pengetahuan yang lebih baik kecacingan mayoritas cukup baik. Dampak infeksi
dibandingkan yang berlatar belakang pendidikan kecacingan dapat memengaruhi pemasukan (in-
rendah. Status ekonomi secara langsung ataupun take), pencernaan (digestif), penyerapan
tidak memengaruhi kesempatan seseorang untuk (absorbsi), dan metabolisme makanan. Secara
mengakses pengetahuan. Dukungan ekonomi keseluruhan (kumulatif), infeksi cacingan dapat
yang baik akan mempermudah penjangkauan menimbulkan kekurangan zat gizi berupa kalori
kualitas dan kuantitas pembelajaran, memper- sehingga berat badan berkurang dan dapat
mudah mendapatkan fasilitas, dan sarana menyebabkan kekurangan protein serta
pembelajaran yang lebih layak sehingga secara kehilangan darah sebanyak 0,03 ml/hari sehingga
langsung maupun tidak langsung memengaruhi dapat menyebabkan anemia untuk cacing tambang
pengetahuan seseorang. Sebagian besar dan perdarahan di mukosa usus dengan kehilangan
responden berpenghasilan <1 juta/bulan yaitu darah kira-kira 0,25 ml setiap seribu telur cacing
sebanyak 31 orang (56,35%). Penghasilan <1 juta cambuk yang terdapat dalam 1 g tinja (Staf
perbulan dapat dikategorikan ke dalam status Pengajar FKUI, 2007). Hasil penelitian tersebut
ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan hal dapat dipengaruhi oleh pendidikan responden.
ini bisa dipahami bahwa sebagian besar responden Menurut Iqbal Wahit (2007) semakin tinggi tingkat
tidak mempunyai dukungan ekonomi yang kuat pendidikan seseorang, maka semakin mudah
dalam memperoleh pengetahuan yang lebih luas. menerima informasi, dan pada akhirnya makin
Menurut Iqbal Wahit (2007) salah satu faktor banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
yang memengaruhi pengetahuan seseorang adalah Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikan
sarana informasi. Informasi merupakan rendah akan menghambat perkembangan sikap
kemudahan untuk memperoleh suatu informasi seseorang terhadap penerimaan informasi, dan
dapat membantu mempercepat seseorang untuk nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hasil

ISSN 2301-4024 97
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 4, NO. 2, OKTOBER 2015: 91-98

menunjukka bahwa sebagian besar responden DAFTAR PUSTAKA


berlatar belakang pendidikan SMA. Pendidikan Abu Ahmadi. 2001. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka
SMA merupakan tingkat pendidikan menengah, Cipta
sehingga dengan berlatar belakang pendidikan Effendy, N. 2009. Dasar-Dasar Keperawatan
tersebut, responden relatif kurang optimal dalam Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
menyerap informasi yang diterima. Gandahusada, S. (ed.). 2000. Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
PENUTUP Hurlock, E. B. 1998. Psikologi Perkembangan. alih
bahasa:Istiwidiyanti dan Soedjarwo. Jakarta :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Erlanga
dan hasil analisa data yang diperoleh dapat Indiarti, M. T. 2007. Ma, Aku Sakit Lagi: Panduan
disimpulkan bahwa pengetahuan orang tua tentang Lengkap Kesehatan Anak dari A sampai Z.
infeksi kecacingan pada anak usia SD diketahui Yogyakarta: Andi.
bahwa hampir seluruhnya responden mempunyai Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan In-
pengetahuan kurang tentang secara keseluruhan donesia 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan
infeksi kecacingan yaitu sebanyak 26 orang Republik Indonesia.
Kusuma, S. 2011. Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan
(47,3%).
Perilaku Siswa SD Kelas 4-6 Terhadap Penyakit
Berdasarkan hasil dan beberapa keterbatasan Kecacingan Yang Ditularkan Melalui Tanah
penelitian ini, maka peneliti memberikan saran Serta Faktor Yang Mempengaruhinya Di SD Is-
sebagai berikut: 1) bagi masyarakat yang lam Ruhama. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
mempunyai anak usia SD dapat mengerti tentang Hidayatullah.diakses tanggal 21 Januari 2013
infeksi kecacingan dengan memberikan (http://digilib.unimus.ac.id)
penyuluhan kesehatan mengingat dampak yang Rampengan, T. H. 2007. Penyakit Infeksi Tropik Pada
ditimbulkan dari infeksi kecacingan sangat besar Anak. Jakarta: EGC.
terutama pada usia anak sekolah dasar, 2) bagi Staf Pengajar FKUI. (ed). 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu
peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI.
digunakan sebagai data dasar bagi peneliti lain
Wahit Iqbal Mubarrak, D. 2007. Promosi Kesehatan:
yang akan melakukan penelitian yang berhubungan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar
dengan infeksi kecacingan terutama pada anak Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
usia sekolah dasar. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi,
Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya.
Jakarta: Erlangga.

98 ISSN 2301-4024

Anda mungkin juga menyukai