P Fajri Koeanda
Obat Untuk Penyakit Asam
Lambung
• Obat yang mengurangi keasaman lambung
– Antasida
– Antagonis H2 Reseptor
– Pompa proton inhibitor
• Obat yang melindungi mukosa
– Sukralfat
– Analog prostaglandin
Physiologic control of hydrogen ion
(acid) secretion by the parietal cells
of the gastric fundic glands.
ANTASIDA
• Antasida adalah obat yang menetralkan asam
lambung sehingga berguna untuk
menghilangkan nyeri tukak peptic. Antasida
tidak mengurangi volume HCl yang
dikeluarkan lambung namun peningkatan pH
akan mengurangi aktifitas pepsin. Penggunaan
pada tukak lambung usus, gastro-oesophageal
reflux dan gastritis.
Antasida sistemik
Antasida sistemik diabsorbsi di usus halus sehingga dapat
menyebabkan alkalosis metabolik.
c. lansoprazol
- esofagitis dan ulkus 1 dd 30 mg 1 jam sebelum
makan pagi.
Profil asam lambung
E. LAINNYA
1.Misoprostol
- Analog prostaglandin menstimulasi
mekanisme perlindungan mukosa lambung
dan menghambat sekresi asam lambung.
- Penggunaan pengobatan tukak lambung dan
duodenum dan terapi penyerta obat AINS.
Therapy of Helicobacter
Pylori Infection
Helicobacter pylori, a gram-
negative rod, has been
associated with
• Gastritis
• gastric and duodenal
ulcers,
• gastric adenocarcinoma,
• and gastric B-cell
lymphoma
OBAT-OBAT DIARE
P Fajri Koeanda
• Diare adalah keadaan buang-buang air dengan
banyak cairan dan merupakan gejala dari
penyakit tertentu atau gangguan lain.
Penyebab utama diare adalah bertumpuknya
cairan diusus akibat terganggunya resorbsi air
dan terjadinya hipersekresi.
PENYEBAB DIARE
1. Akibat virus c:/ rotavirus dan adenovirus
2. Diare akibat bakteri invasif c:/ E coli, shigella,
salmonella dan campylobacer
3. Diare akibat parasit c:/ entamuba hystolitica dan
giardia lambia
4. Akibat penyakit c/: colitis ulcerosa, p chron, irritable
bowel syndrom, kanker colon, dan inveksi HIV
5. Akibat obat c/: digoksin, kinidin, garam Mg dan litium,
sorbitol, beta bloker, perintang ACE, reserpin dll.
6. Akibat keracunan makanan
OBAT DIARE
1.Zat penghambat peristaltik
a. Candu : opium, pulvis opii
- Menekan peristaltik usus berguna pada
pengobatan disentri dan kolera
- ES : daya kerja terhadap SSP dan adiksi
- Dosis lazim ; 3 dd 50-100 mg
b. Loperamid
- Berkhasiat obstipasi kuat, menormalisasi keseimbangan resorbsi
sekresi
- Tidak bekerja terhadap SSP sehingga tidak menyebabkan
ketergantungan
- Indikasi : diare akut dan diare wisatawan bila tidak disertai demam
dan darah dalam tinja
- Farmakokinetik
• Absorbsi 65%
• FPE besar BA 1%
• T ½ 7-15 jam
• Metabolisme dihati dan diekskresikan melalui tinja
- ES : mual, muntah, pusing, mulut kering dan eksanterm kulit.
- Dosis : dewasa loding dose 2 tab 2mg, lalu 1 tab setiap 2 jam, max
8 tab sehari. Tidak boleh digunakan pada anak dibawah 8 tahun.
2. Antibiotika
a. Ampisilin dan amoksisilin
Dosis : 3 dd 1 g
b. Kotrimoksazol
IN : tifus, disentri basiler
Dosis : tifus 2 dd 3 tab @480 mg sampai bebas demam lalu 2 dd 2 tab selama
7 hari.
c. Kloramfenikol
IN : tifus
Dosis : 4 dd 750 mg sampai demam hilang, 4 dd 500 mg 8-10 hari
d. Tetrasiklin
IN : kurang efektif terhadap salmonella, disentri basiler
Dosis : 4 dd 250-500 mg.
3. Obat lainnya
a. Rehidrasi oral (oralit)
- Mengurangi dehidrasi dan kehilangan garam-garam
- Glukosa menstimulasi transport Na dan air melalui dinding
usus
b. Tanin
- Berkhasiat sebagai adstringen yaitu menciutkan selaput
lendir usus.
- Karena merangsang lambung usus digunakan senyawa tidak
larut (tanalbumin)
- Dosis tanalbumin : 3 dd 0.5-1 g, anak-anak sesuai berat
badan
c. Karbo adsorben
- Memiliki daya serap pada permukaannya
- Digunakan untuk menjerap toksin bakteri dan zat-
zat beracun dari makanan
- Interaksi obat : mengadsorbsi asetosal, PCT,
fenobarbital, fenotiazin dll
- Dosis : 3-4 dd 0.5-1 g
d. Kaolin
- Adsorben toksin pada diare
- Dosis : 3 dd 50-100 g, kombinasi dengan karbo
adsorben atau dengan pektin
e. Attapulgit
- Penggunaan sebagai adsorben kuman dan toksin
penyebab diare, mengurangi kehilangan cairan tubuh,
frekuensi diare, dan memperbaiki konsistensi feses.
- ES ; sembelit
- Dosis : 1,2-1,5 g setelah tiap buang air, max 9g sehari
f. Bismut subkarbonat
- Khasiat obstipansi dan membentuk lapisan pelindung
pada usus yang menutup luka peradangan.
- Dosis : 3 dd 0,5-1 g
LAKSANSIA
P Fajri Koeanda
Obat pencahar atau laksansia adalah zat-zat yang dapat
menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks dari
rangsangan langsung.
PENYEBAB
1. Kurangnya mengkonsumsi serat atau kurang minum air
2. Adanya penyakit organik, ganguan endokrin
3. Efek samping obat-obat tertentu seperti morfin dan
derivatnya, antikolinergik, Ca channel bloker,
antidepresiva dll.
4. Ketegangan saraf dan emosi
5. Kehamilan
PENGGUNAAN
- Sembelit
- Gangguan usus teriritasi
- Mengosongkan usus (diagnosis dan bedah)
- Peristiwa keracunan oral akut
Digunakan MgSO4 dan natrium sulfat
- Terapi obat cacing
BAHAYA
1. Mengganggu absorbsi normal dari bahangizi di usus kecil
2. Menimbulkan berbagai gangguan saluran cerna seperti
kejang usus, diare, dan kerusakan jaringan saraf usus
terutama pada penggunaan laksansia kontak
3. Menimbulkan ketergantungan.
PENGGOLONGAN LAKSANSIA
1. Laksansia kontak/rangsang
Merangsang secara langsung dinding usus dengan akibat
peningkatan peristaltik
c. Fenolftalein
- Mula kerja 4-8jam, mengalami sirkulasi enterohepatik
sehingga durasi 2-3 hari.
- ES ; kolik, dan reaksi kepekaan kulit dan pigentasi
- Dosis : 50-200 mg pada malam hari
d.Oleum ricini
- Dalam usus halus dihidolisis menjadi gliserol dan
asam risinoleat yang mempunyai daya stimulasi
usus
- Efek timbul setelah 2 – 8 jam
- ES : kolik, mual dan muntah
- Dosis : dewasa 15-30 ml
2. Laksansia osmotik
Menarik air kedalam lumen usus sehingga tinja menjadi
lunak dan membesar sehingga merangsang peristaltik
usus.
a. Magnesium sulfat
- Mula kerja 1-3 jam
- Diabsorbsi 15-30%:
- ES : bila fungsi ginjal terganggu dapat menyebaban
dehidrasi, kegagalan fungsi ginjal, hipotensi dan paralisis
pernafasan
- Kontraindikasi : gangguan fungsi ginjal
- Dosis : 15-30g diminum pada perut kosong
b. Laktulosa
- Tidak diserap dan dalam usus diuraikan oleh lactobacillus menjadi
asam laktat dan asam asetat yang dapat menahan air (osmosis) dan
merangsang peristaltik usus.
- Penggunaan sebagai laksan dengan efek 24-48 jam.
- ES : perut kembung dan banyak gas
- Dosis : permulaan 30 ml larutan 50% pagi hari dosis permeliharaan 15
ml.
c. Gliserol
- Praktis tidak diserap
- Mula kerja 15-30 menit
- ES : kadar tinggi dalam supositoria dapat menyebabkan iritasi lokal
- Dosis : dewasa dan anak > 6 th 3 g dalam supositoria
d. Sorbitol
- Resorbsi dalam usus lambat dan tidak menentu
- ES : dosis besar diare dan flatulensi
- Dosis : 30-50 g
3. Zat-zat pembesar volume
Menahan air, mengembang, dan melunakan
tinja. Selama penggunaan perlu meminum
banyak air
a. Agar-agar
- Terdiri dari hemiselulosa yang tidak dapat dicerna
- Digunakan dalam sediaan kombinasi dengan mula
kerja dalam waktu 24 jam
- Dosis : 1-2 dd 4-16 g
b.Metilselulosa
- Tidak dapat diabsorbsi didalam saluran cerna
- Efek pencahar didapat setelah 12- 24 jam
- Penggunaan untuk melembekan tinja pada pasien
yang tidak boleh mengejan.
- ES : kembung, obstruksi usus dan esofagus bila
digunakan tanpa cukup air.
- Dosis :4 dd 1-1.5 g dalam segelas air
c. Plantago
- Membentuk suatu gel bila bersentuhan dengan air
- Penggunaan untuk sembelit dengan tinja yang kering
dan memadatkan tinja pada diare cair kronis
- ES : alergi
- Dosis : 1-3 dd 4-10 g dalam air
d. Gom sterculia
- Mulai kerja 24 jam
- Dosis : 2 dd 5-10 g p.c
4. Zat pelicin dan emolien
Obat golongan ini memperlancar defekasi dengan
cara melunakan tinja tanpa merangsang
peristaltik usus.
a. Parfin cair
- Tidak dicerna dalam GIT, bekerja sebagai zat pelicin
bagi isi usus.
- ES : mengganggu absorbsi zat larut dalam lemak,
pneumonia
- Tidak dianjurkan pada penggunaan kronis
- Dosis : 15-30 ml , malam hari sebelum tidur.
b.Natrium dokusinat
- Mempunyai aktivitas permukaan sehingga
mempermudah masuknya air kedalam tinja
- Efek per oral 1-3 hari, rektal 5-12 menit
- ES : jarang dan ringan gangguan GIT, ruam kulit,
dan iritasi tenggorokan.
- Dosis : oral malam hari 50-360 mg; rektal 100 mg
dalam supositoria.
PPI
AH2
BACK
OSMOTIK
BACK
BACK
BACK