Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong


upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses
belajar. oleh karena itu, tugas yang diemban oleh guru atau pembelajar adalah
mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah atau bahkan secara
kreatif dan inovatif mampu menggunakan alat-alat murah dan efisien untuk
membantu mencapai tujuan pembelajaran.

Kenyataan di atas menuntut guru di dalam melaksanakan tugasnya sebagai


perancang maupun pengelola pembelajaran untuk memiliki keterampilan dalam
menyusun rencana pengajaran maupun melakukan interaksi dengan anak didik,
mengelola kelas, menggunakan sumber belajar termasuk di dalamnya
menggunakan media dan sumber pembelajaran dengan baik. untuk itu guru yang
profesional memerlukan pemahaman mengenai ilmu yang mnedasari profesinya.

B. Lingkup Bahasan

Sesuai dengan topik bahasan yang tersedia, lingkup bahasan


dititikberatkan pada uraian tentang pengertian, fungsi, macam-macam media dan
sumber belajar pada pendidikan dasar. Topik ini penting untuk dibahas sebagai
upaya penyamaan persepsi mengenai media dan sumber belajar pada pendidikan
dasar sebelum akhirnya kita mendalami pengaplikasiannya di kehidupan sehari-
sehari sebagai individu yang berusaha untuk terus memajukan dunia pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut (Depdiknas, 2003) istilah media berasal dari bahasa Latin yang
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan
informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Proses belajar
mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi sehingga media yang
digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran. Media pembelajaran
merupakan bagian dari sumber belajar yang merupakan kombinasi antara
perangkat lunak (bahan belajar) dan perangkat keras (alat belajar).

Gerlach & Ely dalam (Arsyad , 2015) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal.

Heinich dan kawan-kawan dalam (Arsyad , 2015) mengemukakan istilah


medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-
bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media
pembelajaran. Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar.

2
Sementara, Marshall McLuhan berpendapat bahwa media adalah suatu
eksistensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak
mengadakan kontak langsung dengan dia. Sesuai dengan rumusan ini, media
komunikasi mencakup surat-surat, televisi, film dan telepon, bahwa jalan raya dan
jalan kereta api merupakan media yang memungkinkan seseorang berkomunikasi
dengan orang lain (Hamalik, 2003).

Lebih lanjut Oemar Hamalik membedakan pengertian media menjadi dua


yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, media pelajaran
hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses
pengajaran yang terencana, sedangkan dalam artian luas, media tidak hanya
meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi juga mencakup alat-
alat sederhana, seperti slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, objek-
objek nyata, serta kunjungan ke luar sekolah. sejalan dengan pandangan itu, guru-
guru pun dianggap sebagai media penyajian, di samping radio dan televisi karena
sama-sama membutuhkan dan menggunakan banyak waktu untuk menyampaikan
informasi kepada siswa (Hamalik, 2003).

Media pembelajaran merupakan bagian integral dalam sistem


pembelajaran. Banyak macam media pembelajaran yang dapat digunakan.
Penggunaanya meliputi manfaat yang banyak pula. Penggunaan media
pembelajaran harus didasarkan pada pemilihan yang tepat. Sehingga dapat
memperbesar arti dan fungsi dalam menunjang efektivitas dan efesiensi proses
pembelajaran (Sumiati, 2008).

Media pembelajaran juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang


dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses
belajar. Bentuk-bentuk media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan
pengalaman belajar agar menjadi konkret. Pembelajaran dengan menggunakan
media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata. Dengan
demikian, dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi peserta
didik. Dalam hal ini Gagne dan Briggs menekankan pentingnya media

3
pembelajaran sebagai alat untuk merangsang proses belajar (Asyhari & Silvia ,
2016).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran


adalah suatu alat benda yang dapat digunakan untuk perantara menyalurkan isi
pelajaran atau materi yang disampaikan agar peserta didik mudah untuk
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Media pembelajaran merupakan
bagian dari sumber belajar yang di salurkan dengan menggunakan alat-alat berisi
materi pembelajaran. Media juga dapat diartikan sebagai alat-alat yang berisi
sumber belajar untuk disampaikan kepada peserta didik sehingga dalam
penyampaiannya menjadi lebih menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik.

2. Klasifikasi dan macam-macam Media Pembelajaran

Para ahli telah mengklasifikasikan media pembelajaran kepada dua bagian,


yaitu media pembelajaran yang bersifat benda (materil) dan media pembelajarn
yang bukan benda (non materil) :

a. Media pembelajaran yang berupa benda

Oemar Hamalik menyebutkan, secara umum alat pendidikan materil terdiri


dari, pertama : bahan-bahan cetakan atau bacaan, dimana bahan-bahan ini lebih
mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol kata atau
visual. Kedua, alat-alat audio visual yakni alat-alat yang digolongkan pada : (1)
alat seperti proyeksi seperti papan tulis dan diagram, (2) media pendidikan tiga
dimensi, seperti : benda asli, peta dan (3) alat pendidikan yang menggunakan
teknik, seperti radio, tape, recorder, transparansi, infocus, internet. Ketiga,
sumber-sumber masyarakat, seperti objek-objek peninggalan sejarah. Keempat,
kumpulan benda-benda (material collection), seperti dedaunan, benih, batu dan
sebagainya (Ramayulis , 2002).

Yang termasuk alat pendidikan material menurut versi arif S. Sadiman


dalam (Ramayulis , 2002) adalah media grafis, dengan cara menuangkan pesan
pengajaran ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Yang termasuk ke dalam

4
media grafis adalah : gambar, foto, sketsa, bagan, chart, diagram, papan, poster,
dan kartun.

b. Alat pendidikan bukan benda

Dalam (Ramayulis , 2002) selain alat/ media berupa benda, terdapat pula
alat/media yang bukan berupa benda. Diantara alat/media yang bukan benda itu
adalah : (1) keteladanan dan pembiasaan (2) perintah dan larangan (3) ganjaran
dan hukuman yang akan dijelaskan berikut ini :

1) Keteladanan dan pembiasaan


a. Keteladanan

Dalam berbagai hal dalam pendidikan, keteladanan pendidik


merupakan alat pendidikan yang sangat penting, bahkan yang paling utama.
Seperti terdapat dalam ilmu jiwa, dapat diketahui bahwa sejak kecil manusia
itu terutama anak-anak telah mempunyai dorongan meniru, dan suka
mengidentifikasi diri terhadap orang lain atau tingkah laku karena itu guru
harus selalu mencerminkan akhlak mulia di manapun ia berada, baik di
sekolah, di keluarga, maupun di lingkungan masyarakat, karena sifat-sifat
guru dapat dijadikan sebagai teladan bagi murid, maka dalam hal ini posisi
guru sebagai alat yakni alat yang ditiru oleh murid

b. Pembiasaan

Menurut Muhammad Ustman Najati, jika seseorang melakukan


kebiasaan secara berulang-ulang, maka kebiasaan itu akan berurat akar dalam
dirinya. Kebiasaan ini akan muncul dengan sendirinya tanpa pertimbangan.
Pembiasaan atau pengulangan ini berlaku pada kebiasaan baik maupun buruk.
Misalnya sejak kecil seorang anak didik untuk selalu berkata jujur, maka
dalam perkembangan hidupnya, sikap jujur anak ini akan menjadi kebiasaan.
Begitu juga sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan berbohong, maka kebiasaan
berbohong itu akan menjadi bagian dari kebiasaan yang tidak terpisahkan
dalam dirinya. Sebagai pendidik sudah barang tentu lebih banyak
mengarahkan pada kebiasaan yang bersifat positif.

5
2) Perintah dan Larangan
a. Perintah

Dalam hal ini perintah itu bukan hanya apa yang keluar dari mulut
seseorang yang harus dikerjakan oleh yang keluar dari mulut seseorang yang
harus dikerjakan oleh orang lain, tetapi termasuk pula anjuran, pembiasaan
dan peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh peserta didik. Tiap-tiap
perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma
kesusialaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah
perbuatan susila.

Suatu perintah akan mudah ditaati oleh anak-anak jika pendidik sendiri
menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan itu, atau jika apa yang harus
dilakukan oleh anak-anak itu sudah dimiliki dan menjadi pedoman pula bagi
hidup si pendidik. Perintah mempunyai kaitan yang erat dengan keteladanan.
Misalnya seorang guru yang selalu datang terlambat dalam mengajar, tidak
mungkin ditaati perintahnya bila ia memerintahkan agar murid selalu datang
tepat pada waktunya. Tidak mungkin suatu aturan sekolah akan ditaati oleh
muridnya, jika guru sendiri tidak mematuhi peraturan-peraturan yang di
buatnya itu.

Dalam memberikan perintah terdapat beberapa hal yang perlu


diperhatikan, yaitu (1) jangan memberikan perintah kecuali karena diperlukan
(2) hendaknya perintah itu dengan ketetapan hati dan niat yang baik (3) jangan
memerintahkan kedua kalinya jika perintah pertama belum dilaksanakan (4)
perintah hendaknya benar-benar dipertimbangkan akan akibatnya (5) perintah
hendaknya bersifat umum, bukan bersifat khusus.

b. Larangan

Larangan sebenarnya sama saja dengan perintah. Kalau perintah


merupakan suatu keharusan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat maka
larangan merupakan keharusan untuk tidak melakukan sesuatu yang
merugikan. Misalnya larangan untuk bercakap-cakap dengan suara besar,

6
larangan melakukan perbuatan yang tidak baik, larangan untuk bergaul dengan
orang-orang asusila, dsb. Biasanya larangan ini disertai dengan sangsinya.

Di dalam keluarga umumnya larangan itu merupakan alat mendidik


yang banyak dipakai oleh para ibu dan bapak. Namun demikian baik bagi
pendidik maupun bagi orang tua, hendaknya melarang anak itu sesekali saja,
sebab anak yang selalu di larang dalam segala perbuatan dan permainannya
sejak kecil, akan dapat menghambat perkembangan dirinya. Larangan yang
terlalu sering dilakukan akan mengakibatkan sifat atau sikap yang kurang
baik, seperti keras kepala atau melawan, pemalu dan penakut, perasaan kurang
harga diri, kurang mempunyai perasaan tanggung jawab, pemurung atau
pesimis, acuh tak acuh terhadap sesuatu, dan sebagainya. Oleh karena itu
larangann itu seharusnya, tidak terlalu sering, tetapi pada saat-saat yang
diperlukan saja.

3) Ganjaran dan Hukuman


a. Ganjaran

Ganjaran itu adalah sesuatu yang menyenangkan yang dijadikan


sebagai hadiah bagi anak yang berprestasi baik dalam belajar, dalam sikap
prilaku. Yang terpenting dalam ganjaran hanya hasil yang dicapai seseorang
anak, dan dengan hasil tersebut pendidikan dapat membentuk kata hati dan
kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak itu.

Ganjaran itu dapat dilakukan oleh pendidik dengan cara bermacam-


macam, antara lain (1) guru mengangguk-anggukan kepala tanda senang dan
membiarkan suatu jawaban yang di berikan oleh seorang anak, (2) guru
memberikan kata-kata yang menggembirakan (pujian), (3) guru memberikan
benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak dan
sebagainya.

b. Hukuman

Dapat dipahami bahwa hukuman diberikan karena ada pelanggaran


sedangkan tujuan pemberian hukuman adalah agar tidak terjadi pelanggaran

7
secara berulang. Oleh karena itulah Hasan Langgulung menawarkan prinsip
dalam memberikan hukuman berupa nasehat, ditegur, diperingatkan, dimarahi
dan terakhir dipukul, manakala cara-cara sebelumnya belum berhasil.

Kalau kita perhatikan uraian ti atas, pada ganjaran dan hukuman itu
keduanya terdapat prinsip yang saling bertentangan, yakni kalau ganjaran
diberikan atas perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang baik yang telah
dilakukannya, sedangkan hukuman dijatuhkan karena perbuatan-perbuatan
yang jahat atau buruk yang telah dilakukannya. Tetapi kedua-keduanya
merupakan alat pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka
memperbaiki kelakuan, perbuatan, dan budi pekerti peserta didiknya. Titik
temu diantara kedunya adalah bahwa keduanya merupakan reaksi pendidik
atad perbuatan yang telah dilakukan oleh peserta didiknya. Mungkin atas dasar
itulah, Amir Daien menggolongkan keduanya ke dalam kelompok alat
pengajaran atau pendidikan yang bersifat kuratif.

Media pembelajaran dapat diklsifikasikan menjadi beberapa klasifikasi


tergantung dari sudut mana melihatnya (Sanjaya, 2008).

1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam :


a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio, dan rekaman suara.
b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah
film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk
bahan yang dicetak seperti media grafis.
c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti
rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.
Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab
mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam :
a. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio
dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau

8
kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus
menggunakan ruangan khusus.
b. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan
waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi dalam :
a. Media yang diproyeksikan, seperti film, slide, film strip, transparansi,
dan lain sebagainya.
b. Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio
dan lain sebagainya.

Pengelompokan media juga dikemukakan oleh Anderson dalam (Sanjaya,


2008) sebagai berikut

Kelompok Media Media Instruksional


1 Audio  Pita audio (rol atau kaset)
 Piringan audio
 Radio (rekaman siaran)
2 Cetak  Buku teks terprogram
 Buku pegangan/manual
 Buku tugas
3 Audio – Cetak  Buku latihan dilengkapi kaset
 Gambar/poster (dilengkapi audio)
4 Proyek visual diam  Film bingkai (slide)
 Film rangkai (berisi pesan verbal)
5 Proyek visual diam dengan  Film bingkai (slide) suara
audio  Film bingkai suara
6 Visual gerak  Film bisu dengan judul (caption)
7 Visual gerak dengan audio  Film suara
 Video
8 Benda  Benda nyata
 Model tiruan
9 Komputer  Media berbasis komputer

9
3. Manfaat media Pembelajaran

Menurut pendapat para ahli pendidikan ada beberapa manfaat dan


kegunaan alat/media dalam pendidikan atau dalam pembelajaran. Menurut Yusuf
Hadi Miarso dkk dalam (Ramayulis , 2002) bahwa alat/media itu mempunyai
nilai-nilai praktis yang berupa kemampuan antara lain : (1) membuat konkrit
konsep yang abstrak (2) membawa objek yang sukar didapat kedalam lingkungan
belajar siswa (3) menampilkan objek yang terlalu besar (4) menampilkan objek
yang tak dapat di amati dengan mata telanjang (5) mengamati gerakan yang
terlalu cepat (6) memungkinkan keragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa (7) membangkitkan motivasi belajar dan (8) menyajikan
informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan.

Sementara itu Abu Bakar Muhammad dalam (Ramayulis , 2002) juga


berpendapat bahwa kegunaan alat/media itu antara lain adalah (1) mampu
mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit, (2)
mampu mempermudah pemahaman dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan
menarik, (3) merangsang anak untuk bekerja menggerakan naluri kecintaan
menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu
(4) membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan
memikirkan suatu pelajaran (5) menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan)
mempertajam, indera, melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.

4. Media Pembelajaran pada pendidikan dasar


a. Media pembelajaran buletin dalam bentuk buku saku

Buletin merupakan salah satu ragam media pembelajaran yaitu media


cetak. Pengertian buletin seperti yang tercantum dalam kamus besar bahasa
indonesia yaitu, media cetak berupa selebaran atau majalah berisi warta singkat
atau pernyataan tertulis yang diterbitkan secara priodik oleh suatu organisasi atau
lembaga untuk kelompok profesi tertentu. Buletin merupakan suatu media cetak
dalam bentuk majalah sederhana yang berisi tentang uraian singkat dan

10
diterbitkan untuk kalangan sendiri ataupun suatu organisasi atau lembaga untuk
mencapai tujuan tertentu (Asyhari & Silvia , 2016).

Pengertian buku saku dalam kamus besar bahasa indonesia adalah buku
berukuran kecil yang dapat disimpan dalam saku dan mudah dibawa ke mana-
mana. Buletin dalam bentuk buku saku berukuran 10 cm x 15 cm sehingga mudah
dibawa. Media pembelajaran berupa buletin dapat mendukung perserta didik
untuk dapat belajar mandiri, yang dapat meningkatkan keahlian metagoknisi. Dari
pengertian tentang buku saku tersebut bahwa buku saku adalah suatu buku yang
berukuran kecil yang berisi informasi yang dapat disimpan di saku sehingga
mudah dibawa dan mudah untuk dibaca (Asyhari & Silvia , 2016).

b. Media komik

Komik sebagai bagian dari media cetak, dapat dikembangkan sebagai


alternatif media pembelajaran. Berkenaan dengan peranan media komik, Maharsi
memberikan pendapat bahwa komik mempunyai peranan yang besar untuk
memberikan informasi yang mendidik, menghibur, sekaligus mempengaruhi
seperti hakekat fungsi dan komunikasi. Daryanto memaparkan mengenai
kelebihan komik sebagai media pembelajaran, yakni komik mengandung unsur
visual dan cerita yang kuat. Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca
terlibat secara emosional sehingga membuat pembaca untuk terus membacanya
hingga selesai. Dengan demikian, di samping meningkatkan minat baca siswa,
media komik sangat efektif dalam mentransfer nilai-nilai karakter melalui
pnokohan dalam cerita komik tersebut (Saputro & Soeharto, 2015).

Realitanya komik memang merupakan salah satu bacaan yang paling


diminati bukan saja oleh pembaca anak-anak, tetapi juga oleh sebagian orang
dewasa. Bacaan komik mampu memotivasi anak dalam membaca bahkan dapat
memberikan inspirasi imajinasi anak sesuai dengan masa perkembangan anak.
Bacaan komik hadir dengan keunikannya sendiri, tampil dengan deretan gambar,
panel-panel dengansedikit tulisan tangan yag ditempatkan dalam balon-balon,
teks. Gambar-gambar komik itu sendiri pada umumnya sudah “berbicara” dan

11
dibuat menjadi deretan gambar yang menampilkan suatu alur cerita (Saputro &
Soeharto, 2015).

c. Media Sederhana

Media pengajaran di SD masih menggunakan alat-alat media sederhana,


dimana alat-alat tersebut dapat dibuat sendiri oleh guru atau siswa yang
bersumber dari bahan-bahan yang murah dan mudah diperoleh. Bahan-bahan itu
dapat berupa barang-barang bekas, misalnya botol kosong, kotak korek api, bekas
lampu pijar, kaleng susu, kardus, dan sebagainya. Alat-alat sederhana itu penting
bagi perkembangan berpikir siswa. Sebagaimana yang disarankan oleh Gagne
agar siswa belajar mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks
(Budiningsih, 1995).

Angka usia sekolah dasar yang sebagian besar masih dalam taraf berpikir
operasi konkret hendaknya diberikan kegiatan belajar melalui kegiatan dengan
menyentuh bendabenda nyata yang ada di sekitarnya. Jadi, pemilihan alat-alat
dan media sederhana untuk kegiatan pembelajaran di SD bukan semata-mata
karena harganya murah atau alasan yang lain, tetapi didasarkan atas kepentinga
perkembangan belajar siswa (Budiningsih, 1995).

B. Sumber Pembelajaran

1. Pengertian Sumber Pembelajaran

Yang dimaksud dengan sumber pembelajaran ialah segala sesuatu yang


dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pelajaran terdapat atau asal
atau belajar seseorang. Dengan demikian sumber belajar itu merupakan bahan
untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru. Sebab pada
hakekatnya belajar adalah mendapatkan hal-hal yang baru (Ramayulis , 2002).

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan


kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu
optimalisasi hasil belajar. optimaslisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidaknya
hanya dari hasil belajar (output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi
siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang siswa untuk belajar

12
dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya
(Sanjaya, 2008).

Sumber belajar merupakan bahan pembelajaran yang ada di sekitar


lingkungan seseorang untuk menambah wawasan pengetahuan dan optimalisasi
kegiatan belajar.

2. Macam – Macam Sumber Pembelajaran

Menurut (Ramayulis , 2002) sumber pembelajaran itu dapat di


klasifikasikan menjadi sebagai berikut :

a. Manusia (orang, masyarakat)

Manusia merupakan juga sebagai sumber belajar adalah orang atau


masyarakat yang direncanakan dalam kegaiatan belajar mengajar seperti guru,
konselor, administrator pendidikan, tutor dan sebagainya. Manusia sebagai
sumber belajar terdapat dalam setipa jenis lembaga pendidikan.

b. Bahan pengajaran

Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan


pembelajaran. Bahan pengajaran berisi pesan. Bahan yang direncanakan sebagai
sumber belajar dinamakan media pengajaran, yaitu meliputi, buku paket, buku
teks, modul, bahan cetak, film strip, slide, audiotape, videotape, film, peta, globe
chart (label dan bagan) dan sebagainya yang biasanya merupakan kombinasi dari
semua sumber yang ada.

c. Situasi belajar

Yang dimaksud dengan situasi belajar (lingkungan) ialah tempat dan


lingkungan belajar. Situasi dan lingkungan yang kondusif dapat dijadikan sebagai
sumber belajar seperti gedung sekolah yang indah dan bersih, laboratorium, taman
yang indah dan menarik dan sebagainya.

13
d. Teknologi informasi

Teknologi informasi dapat dijadikan sumber belajar bagi anak maupun


orang-orang yang memerlukan. Di zaman modern ini teknologi informasi
merupakan kebutuhan hampir setiap orang pengaruhnya besar dan sensitif.
Jangkauannya luas sampai ke desa-desa. Gerakan cepat seolah-olah dunia
semakin mengecil. Dengan kemajuan teknologi seolah-olah dunia ini tanpa batas.
Teknologi informasi merupakan sumber informasi dan mengetangkan hal-hal
yang aktual dan serba baru dari berbagai penjuru dunia serta digunakan untuk
berbagai kepentingan, sehingga penggunaannya perlu selektif.

e. Aktivitas (teknik)

Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang


dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Didalamnya
mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama, dan
sebagianya. Aktivitas yang direncanakan sebagai sumber belajar lebih banyak
merupakan teknik khusus yang memberikan fasilitas belajar.

f. Alam lingkungan / latar

Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan


yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak
secara khusus disiapkan untuk pembelajaran. Termasuk di dalamnya adalah
pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas, halaman sekolah, kebun sekolah,
lapangan sekolah dan sebagainya.

Alam lingkungan dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik.
Kita dapat membedakan tiga alam lingkungan sebagai sumber belajar yaitu :

1) Alam lingkungan terbuka

Yang dimaksud dengan alam lingkungan terbuka ialah alam itu sendiri
tanpa kehadiran “manusia” di mana anak dapat mengenal dan menikmati alam
sehingga ia dapat melihat, merasakan dan menikmati keagungan Tuhan. Anak

14
dapat menemukan sesuatu yang baru dan kehidupan makhluk Tuhan untuk
bersyukur kepada-Nya.

2) Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah

Baik berupa tempat-tempat bersejarah maupun peninggalan sejarah


yang telah tersusun seperti museum. Dan alam lingkungan sejarah ini dapat
memperoleh pengajaran sehingga peserta didik memperoleh nilai-nilai baru
bagi dirinya.

3) Alam lingkungan manusia

Alam lingkungan manusia disini dimaksudkan dengan masyarakat,


dari mulai yang terkecil (keluarga) hingga lingkungan pendidikan. Pengaruh
masyarakat terhadap anak dangat besar. Terutama pengaruh lingkungan
keluarga. Pengaruh yang beraneka ragam karena keanekaragaman masyarakat
tidak selalu menguntungkan anak. Dengan demikian penggunaannya sebagai
sumber belajar harus selektif.

g. Perpustakaan

Perpustakaan merupakan sumber yang sangat penting dalam menunjang


proses pembelajaran, karena didalamnya terdapat berbagai koleksi buku-buku atau
bahan bacaan lain yang erat hubungannya dengan pendidikan. Selain buku-buku
di dalam perpustakaan juga akan ditemukan jurnal ilmiyah, bulletin, majalah,
koran, tabloid, surat kabar, dokumen, manuskrip, dan lain-lain.

3. Fungsi Sumber Pembelajaran

Menurut Zainuddin, HRI, dkk dalam (Ramayulis , 2002) fungsi sumber


belajar adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan :


1) Mempercepat proses pembelajaran dan membantu guru/dosen untuk
menggunakan waktu secara lebih baik

15
2) Mengurangi beban guru/dosen dalam menyajikan informasi, sehingga
dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar peserta
didik/mahasiswa
b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan
jalan :
1) Mengurangi kontrol guru/dosen yang kaku dan tradisional
2) Memberikan kesempatan bagi peserta didik/mahasiswa untuk berkembang
sesuai dengan kemampuannya
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran dengan jalan :
1) Perencanaan program pendidikan yang lebih sistematis
2) Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian
d. Lebih memantapakn pengajaran dengan jelas
1) Meningkatkan kemampuan manusia dengan berbagai media komunikasi
2) Penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
e. Memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat :
1) Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran yang bersifat verbal dan
abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit
2) Memungkinkan penyajian pendidikan yang le ih luas, terutama dengan
adanya media masa.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Media pembelajaran juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang


dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses
belajar. Bentuk-bentuk media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan
pengalaman belajar agar menjadi konkret. Pembelajaran dengan menggunakan
media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata. Dengan
demikian, dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi peserta
didik.

Manfaat media pembelajaran yaitu (1) membuat konkrit konsep yang


abstrak (2) membawa objek yang sukar didapat kedalam lingkungan belajar siswa
(3) menampilkan objek yang terlalu besar (4) menampilkan objek yang tak dapat
di amati dengan mata telanjang (5) mengamati gerakan yang terlalu cepat (6)
memungkinkan keragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar
siswa (7) membangkitkan motivasi belajar dan (8) menyajikan informasi belajar
secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.

Klasifikasi dan macam-macam Media Pembelajaran yaitu media


pembelajaran yang bersifat benda (materil) dan media pembelajarn yang bukan
benda (non materil). Media pembelajaran dapat diklsifikasikan menjadi beberapa
klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya. Dilihat dari sifatnya, media
dapat dibagi ke dalam : Media auditif. Media visual, yaitu media yang hanya
dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Media audiovisual, yaitu jenis
media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang
dapat dilihat. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke
dalam : Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan
televisi. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu,
seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya. Dilihat dari cara atau teknik
pemakaiannya, media dapat dibagi dalam : Media yang diproyeksikan dan media

17
yang tidak diproyeksikan. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk
membantu optimalisasi hasil belajar. sumber pembelajaran itu dapat berupa
manusia sumber (orang, masyarakat), bahan pengajaran, teknologi informasi, alat
dan perlengkapan belajar, aktivitas (teknik), alam lingkungan/ latar.

Fungsi sumber pembelajaran yaitu meningkatkan produktivitas


pendidikan, memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual,
memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran, Lebih memantapakn
pengajaran dengan jelas, memungkinkan belajar secara seketika.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad , A. (2015). Media Pembelajaran . Jakarta: Rajawali Pers.

Asyhari, A., & Silvia , H. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Beurpa


Buletin Dalam Bentuk Buku Saku untuk Pembelajaran IPA Terpadu.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisila Al-BiRuNi, 3.

Budiningsih, C. (1995). Strategi Menggunakan Media Pengajaran Bagi


Pendidikan dasar. Jurnal Cakrawala Pendidikan , 68.

Depdiknas. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, O. (2003). Media Pendidikan. Cetakan VI, Bandung: PT Citra Aditya


Bakti.

Ramayulis . (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran . Jakarta:


Kencana.

Saputro, H. B., & Soeharto. (2015). Pengembangan Media Komik Berbasis


Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran tematik-Integratif Kleas IV SD.
Jurnal Prima Edukasia, 64.

Sumiati, A. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

19

Anda mungkin juga menyukai