Anda di halaman 1dari 7

APLIKASI ASAP CAIR DARI KAYU LABAN (Vitex pubescens Vahl)

UNTUK PENGAWETAN KAYU KARET


(Application of Liquid Smoke Vitex pubescens Vahl Wood for Preservation Rubber
Wood)

Hendra Prawira, H A Oramahi, Dina Setyawati, Farah Diba.


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak 78124
e-mail : wira_prawira88@yahoo.com

ABSTRACT
The objective of research was to evaluation the effect of application of liquid smoke from
Vitex pubescens Vahl wood to rubber wood to inhibit the subterranean termites Coptotermes
curvignathus Holmgren attack and to determine the level of concentration and optimum
pyrolysis temperature of liquid smoke from Vitex pubescens Vahl wood to rubber wood to
inhibit subterranean termites Coptotermes curvignathus Holmgren attack. The parameter of
research was retention of liquid smoke to wood, termite mortality and weight loss rubber
wood. The results showed that the highest retention of liquid smoke found at a concentration
of 15% with a pyrolysis temperature of 400oC i.e. 0.0245 g/cm3. Mortality of termites in
concentration of liquid smoke 10% with a pyrolisis temperature of 400oC resulted the highest
mortality, i.e. 100% while the lowest weight loss of rubber wood was achieve on
concentration of liquid smoke 15% with a pyrolysis temperature of 450oC i.e. 18.69%.

Key words : liquid smoke, Vitex pubescens Vahl, rubber wood, Coptotermes curvignathus
Holmgren

PENDAHULUAN tersebut sangat merugikan karena dapat


Penggunaan kayu untuk me- memperpendek masa pakai kayu
menuhi berbagai kebutuhan mulai dari tersebut. Oleh karena itu, perlu
kayu bakar sampai bahan bangunan dilakukan usaha-usaha untuk mem-
makin meningkat. Di sisi lain, perpanjang masa pakai kayu misalnya
persediaan kayu kelas kuat dan kelas melalui proses pengawetan dengan
awet tinggi sangat terbatas sehingga bahan kimia.
masyarakat mulai beralih menggunakan Umumnya bahan pengawet kayu
kayu dengan kelas awet rendah seperti yang digunakan pada saat ini
kayu Karet sebagai bahan baku. Namun merupakan bahan kimia sintetis. Di-
karena kayu Karet memiliki tingkat tinjau dari aspek ekologis, penggunaan
keawetan kayu yang rendah maka kayu bahan pengawet sintetis mempunyai
Karet rentan terhadap serangan dampak yang kurang menguntungkan,
organisme perusak kayu seperti rayap. terutama karena bahan kimia tersebut
Serangan rayap pada bangunan bersifat tidak dapat terdekomposisi
gedung di Indonesia telah banyak (non-biodegradable). Untuk me-
menimbulkan kerusakan, terutama dari ngurangi dampak negatif tersebut, maka
golongan rayap subteran (rayap tanah) usaha-usaha pemanfaatan produk alam
terutama Coptotermes curvignathus atau zat ekstraktif yang terdapat di
Holmgren (Nandika et al, 2003). dalam kayu sebagai bahan pengawet
Ditinjau dari segi efisiensi pemanfaatan alami merupakan hal yang sangat
sumberdaya hutan, serangan rayap pada penting.
kayu dan produk kayu oleh organisme

16
Salah satu alternatif bahan Hygrometer, oven listrik, labu ukur,
pengawet yang bersifat ramah pipet volume dan timbangan analitik.
lingkungan dalam mengendalikan hama Bahan yang digunakan dalam penelitian
rayap adalah asap cair (Agustina, 2002; adalah kayu Karet yang telah dibuat
Hariyadi, 2003). Asap cair merupakan menjadi contoh uji dengan ukuran 2 cm
suatu campuran larutan dan dispersi x 2 cm x 1 cm. Asap cair kayu Laban
koloid dari uap asap kayu dalam air diperoleh dari hasil pirolisis serbuk
yang diperoleh dari hasil pirolisis kayu kayu Laban pada suhu 350oC, 400oC
atau dibuat dari campuran senyawa dan 450oC di Laboratorium Rekayasa
murni (Maga, 1987). Penggunaan asap Fakultas Teknologi Hasil Pertanian
cair sebagai bahan bioinsektisida alami Fakultas Teknologi Pertanian
lebih ramah lingkungan (environ- Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
mentally friendly) karena bersifat sebagai bahan pengawet kayu.
mudah terurai (biodegradable) dan Konsentrasi asap cair kayu Laban yang
terbaharui (renewable). digunakan yaitu 0%, 5%, 10% dan 15%
Tujuan penelitian untuk me- (V/V).
ngetahui pengaruh aplikasi asap cair Metode yang digunakan untuk
kayu Laban (Vitex pubescens Vahl) pengujian pengawetan terhadap rayap
pada kayu Karet terhadap serangan mengacu pada prosedur penelitian
rayap tanah Coptotermes curvignathus Sornnuwat (1996). Variabel yang
Holmgren dan menentukan tingkat diamati yaitu retensi kayu, mortalitas
konsentrasi dan suhu pirolisis asap cair rayap dan kehilangan berat contoh uji.
kayu Laban yang optimum pada kayu Penelitian ini menggunakan percobaan
Karet untuk menghambat serangan pola faktorial RAL dengan 2 faktor
rayap tanah C. curvignathus Holmgren. yang meliputi Faktor A: konsentrasi
asap cair dan faktor B: suhu pirolisis
METODOLOGI PENELITIAN asap cair. Masing-masing perlakuan
Penelitian dilaksanakan di dilakukan 5 kali ulangan.
Laboratorium Teknologi Kayu Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Wood Workshop Fakultas Kehutanan Retensi
Universitas Tanjungpura Pontianak Pengaruh konsentrasi dan suhu
mulai Agustus 2012 – Oktober 2012. piroisis asap cair terhadap retensi kayu
Alat yang digunakan adalah Thermo- karet terlihat pada Tabel 1.

17
Tabel 1. Retensi kayu karet pada berbagai konsentrasi dan suhu pirolisis asap cair
(Retention of rubber wood to various concentrations and a pyrolisis
temperature of liquid smoke)
Konsentrasi Suhu Pirolisis Retensi (g/cm3)
Asap Cair (%) Asap Cair (OC)
0 350 0±0a
400 0±0a
450 0±0a
5 350 0,0078 ± 0,0012 b
400 0,0095 ± 0,0017 b
450 0,0078 ± 0,0015 b
10 350 0,0166 ± 0,0030 d
400 0,0180 ± 0,0023 d
450 0,0141 ± 0,0011 c
15 350 0,0243 ± 0,0028 e
400 0,0245 ± 0,0027 d
450 0,0183 ± 0,0019 d
Keterangan : Rerata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNJ (p<0,05)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa Tingginya daya serap kayu


terjadi peningkatan rata-rata retensi asap terhadap larutan bahan pengawet
cair sebagai bahan pengawet sejalan kemungkinan terjadi karena pori-pori
dengan bertambahnya konsentrasi kayu dengan persentase rongga yang
bahan pengawet asap cair. Nilai rata- besar sehingga mampu menyerap secara
rata terendah ditunjukkan pada optimal dengan tingkat penyerapan
konsentrasi 5% sebesar 0,0077 g/cm3 larutan bahan pengawet berbeda-beda,
dengan suhu pirolisis 450oC dan selain itu tingkat kadar selulosa dan
tertinggi pada konsentrasi 15% sebesar lignin di dalam kayu juga
0,0245 g/cm3 dengan suhu pirolisis mempengaruhi tingkat penyerapan kayu
400oC. Hal ini dikarenakan resapan terhadap bahan pengawet, selanjutnya
bahan pengawet terhadap kayu pada berat jenis kayu berhubungan langsung
konsentrasi tinggi lebih banyak dengan porositas atau proporsi volume
daripada konsentrasi rendah. rongga kosong (Haygreen et al, 2003).
Abdurrohim dan Martawijaya (1983) Semakin kecil nilai berat jenis kayu
mengemukakan bahwa konsentrasi maka volume rongga dinding sel akan
larutan berpengaruh terhadap semakin besar, sehingga larutan bahan
keterawetan (daya tembus bahan pengawet akan semakin mudah untuk
pengawet ke dalam kayu) karena masuk jauh ke dalam kayu. Kerapatan
semakin tinggi konsentrasi larutan, kayu Karet berkisar antara 0,43–0,65
umumnya makin dalam penetrasi dan g/cm3 dengan berat jenis rata-rata 0,54
makin besar retensi bahan pengawet g/cm3 sehingga termasuk dalam kelas
tersebut. berat kayu sedang (Hong, 1985).

18
Mortalitas dan Kehilangan Berat mortalitas dan kehilangan berat kayu
Kayu Karet karet terlihat pada Tabel 2.
Pengaruh konsentrasi dan suhu
pirolisis asap cair terhadap persentase

Tabel 2. Persentase Mortalitas Rayap Coptotermes curvignathus Holmgren dan


Kehilangan Berat Kayu Karet pada berbagai konsentrasi dan suhu pirolisis
asap cair (Percentage mortality of Coptotermes curvignathus Holmgren
termite and weight loss of rubber wood to various concentrations and a
pyrolisis temperature of liquid smoke)
Konsentrasi Suhu Pirolisis Mortalitas Rayap (%) Persentase Kehilangan
O
Asap Cair (%) Asap Cair ( C) Berat Kayu Karet (%)
0 350 36,40 ± 11,70 a 29,08 ± 4,33 a
400 36,40 ± 11,70 a 31,46 ± 1,57 a
450 36,40 ± 11,70 a 29,24 ± 2,55 a
5 350 88,80 ± 25,04 b 27,08 ± 3,62 ab
400 100 ± 0 b 28,28 ± 3,62 bc
450 88,80 ± 25,04 b 25,28 ± 1,62 bc
10 350 100 ± 0 b 24,10 ± 3,39 bcd
400 100 ± 0 b 27,61 ± 2,36 ab
450 100 ± 0 b 25,28 ± 1,62 cde
15 350 100 ± 0 b 25,75 ± 4,14 cd
400 100 ± 0 b 27,37 ± 4,30 cde
450 100 ± 0 b 23,56 ± 4,53 e
Keterangan : Rerata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNJ (p<0,05)

Persentase mortalitas rayap dalam perut rayap. Enzim selulose yang


terendah (36,4%) terdapat pada kontrol dikeluarkan dari protozoa yang terdapat
sedangkan persentase mortalitas dalam perut rayap menyebabkan rayap
tertinggi mencapai 92% - 100% dapat mendekomposisi kayu sehingga
ditunjukkan pada konsentrasi perlakuan. rayap memperoleh energi untuk
Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan dan pertumbuhannya.
kondisi dari pengumpanan contoh uji Matinya protozoa yang terdapat dalam
terhadap rayap cukup baik. Pada perut rayap menyebabkan rayap tidak
konsentrasi 10% mampu menghambat mampu mendekomposisi contoh uji
serangan rayap, dapat dilihat dengan yang dimakan, sehingga menyebabkan
persentase mortalitas sebesar 100% dari kematian pada rayap.
semua taraf suhu pirolisis (Tabel 2). Menurut Tambunan dan Nandika
Menurut Syafii (2000), kematian (1989) dalam hidupnya rayap
rayap tersebut mungkin disebabkan mempunyai sifat kanibalisme, dan
karena adanya senyawa bioaktif yang dibenarkan dalam penelitian ini karena
mematikan protozoa yang terdapat sifat khas rayap tersebut terlihat pada

19
kontrol maupun perlakuan dimana kerusakan yang terjadi oleh rayap tanah
ditemukan bangkai rayap dengan tubuh C. curvignathus Holmgren akan
tidak utuh lagi selama waktu semakin rendah dan menyebabkan
pengumpanan. Sifat ini muncul karena mortalitas rayap tinggi. Tingginya
rayap tersebut tidak mempunyai persentase kehilangan berat contoh uji
makanan lagi selama pengumpanan setelah diumpankan pada rayap dapat
kecuali sampel uji. Dalam kondisi disebabkan oleh pengaruh sifat fisik,
terpaksa rayap akan memakan makanan mekanik dan kimia dari kayu Karet.
yang ada, walaupun telah diberi Menurut Mucslich dan Sumarni (2004)
perlakuan pengawetan pada contoh uji dalam Pratomo (2008) menjelaskan
kayu. Jika makanan itu sesuai maka adanya perbedaan intensitas serangan
rayap akan meneruskan makan, rayap disebabkan karena komponen
sebaliknya jika makanan tidak kimia pada setiap jenis kayu berbeda.
memenuhi syarat maka rayap akan Selanjutnya dijelaskan Supriana (1983)
meninggalkan makanan dan akan bahwa adanya komponen kimia yang
berangsur-angsur mati (Supriana, 1983). menimbulkan respon negatif terhadap
Kehilangan berat contoh uji kayu kegiatan makan rayap akan menentukan
karet sangat bervariasi tergantung dari sifat repelensi jenis kayu tersebut.
konsentrasi dan suhu pirolisis (Tabel 2). Kayu Karet termasuk kelas kuat
Hasil pengujian ini secara umum II-III dengan kelas awet V. Sifat-sifat
menyatakan bahwa semakin tinggi kimia yang penting dari kayu Karet
konsentrasi asap cair yang diberikan antara lain adalah kadar holoselulosa,
pada kayu Karet, maka kehilangan berat lignin dan zat ekstraktif. Hasil
kayu Karet tersebut semakin kecil. Hal penelitian Safitri (2003) menunjukkan
ini memberikan indikasi bahwa asap bahwa kadar holoselulosa kayu Karet
cair yang ditambahkan pada kayu Karet tergolong tinggi (75,06%), kadar
sebagai contoh uji tersebut memiliki selulosa dan α-selulosa masing-masing
daya racun terhadap perkembangan 43,98% dan 37,71%, kadar lignin
rayap, yang ditunjukkan oleh ber- tergolong rendah (20,68%). Dengan
kurangnya kemampuan rayap dalam sifat fisik dan kimia seperti tersebut
mengkonsumsi contoh uji kayu Karet. menyebabkan kayu Karet sangat
Pada konsentrasi 15% nilai rata-rata disenangi oleh rayap.
persentase kehilangan berat contoh uji Hasil penelitian menunjukkan
sebesar 27,36 % tidak jauh berbeda bahwa pada pola pengumpanan
pada konsentrasi 10% dari nilai rata-rata memperlihatkan pengaruh konsentrasi
persentase kehilangan berat contoh uji yang sangat nyata terhadap besarnya
ebesar 29,44 %. persentase kehilangan berat sampel uji
Hal ini sesuai dengan pendapat kayu Karet. Hal ini cukup beralasan
Sunarta (2006) dan Kartika (2009) yang karena pada pola pengumpanan, rayap
menyatakan bahwa semakin me- dihadapkan pada satu pilihan makanan
ningkatnya jumlah konsentrasi asap cair yang diberikan. Menurut Supriana
yang masuk ke dalam sampel uji maka (1983), banyak faktor yang berpengaruh

20
17
terhadap aktifitas makan rayap pada terhadap serangan rayap tanah C.
kayu. Pada kayu yang telah diberi bahan curvignathus Holmgren.
pengawet dalam hal penelitian ini yaitu 2. Konsentrasi dari asap cair kayu
asap cair bersifat racun bagi rayap tanah Laban (Vitex pubescens Vahl) yang
C. curvignathus Holmgren, pada optimal terhadap serangan rayap
perbedaan konsentrasi yang diberikan. tanah C. curvignathus Holmgren
Hasil penelitian Maga (1987), terdapat pada konsentrasi 10% dan
menyatakan bahwa kandungan kimia konsentrasi 15% dengan suhu
asap cair dipengaruhi oleh berbagai pirolisis 400oC.
faktor, antara lain suhu pirolisis, jenis
kayu dan kadar air kayu. Makin tinggi UCAPAN TERIMA KASIH
suhu pirolisis makin tinggi kadar fenol. Penelitian ini merupakan bagian
Hal ini menunjukkan bahwa suhu dari penelitian fundamental, atas nama
pirolisis mempengaruhi kadar fenol, Dr. HA. Oramahi, S.TP, M.P dan Dr.
dimana diketahui bahwa fenol sebagai Farah Diba, S.Hut, M.Si. yang dibiayai
antimikroba. Dari hasil pengujian oleh DIPA Untan dengan nomor :
menunjukkan bahwa suhu pirolisis pada 3167a/H22.13/LK/2012, tanggal 5
taraf 400oC dapat menghambat serangan Maret 2012. Untuk itu penulis ucapkan
rayap yang dapat dilihat pada tingkat terima kasih yang sebesar-besarnya.
mortalitas rayap sebesar 100% dari
DAFTAR PUSTAKA
semua taraf konsentrasi.
Abdurrohim S dan Martawijaya A.
Komposisi asap cair mem- 1983. Beberapa Faktor Yang
pengaruhi tingkat mortalitas rayap. Mempengaruhi Keterawetan
Secara umum, komposisi asap cair Kayu. Pusat Penelitian dan
terdiri dari air 11-92%, fenol 0,2-2,9%, Pengembangan Hasil Hutan.
asam 2,8-4,5%, karbonil 2,6-4,6% dan Makalah Pertemuan Ilmiah
tar 1,17% (Maga, 1987). Menurut Pengawetan Kayu 12 – 13
Oktober 1983, Hal 133 – 154.
Tranggono dkk (1996), komposisi asap
cair dari berbagai kayu seperti Agustina. 2002. Pengujian Daya Racun
lamtorogung, mahoni, kamper, bang- Cuka Kayu Laban Terhadap
kirai, kruing dan glugu mengandung Rayap Tanah (Coptotermes
asam sebagai asam asetat antara 4,27- curvignathus Holmgren)
[Skripsi]. Pontianak : Fakultas
11,3%, senyawa fenolat sebagai fenol
Kehutanan, Universitas
antara 2,10-5,13% dan senyawa Tanjungpura.
karbonil sebagai aseton antara 8,56-
15,23%. Hariyadi. 2003. Pengujian Daya Racun
KESIMPULAN Cuka Kayu Laban (Vitex
pubescens Vahl) Terhadap Blue
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa :
stain [Skripsi]. Pontianak :
1. Asap cair dari kayu Laban (Vitex Fakultas Kehutanan, Universitas
pubescens Vahl) memiliki Tanjungpura.
bioaktivitas dan dapat digunakan
sebagai bahan pengawet kayu

21
18
Haygreen JG, Smulsky R, Bowyer JL. Control in Thailand. Proc. The
2003. Forest Products and Wood 1996 Annual Meeting of Int. Res.
Science An Introduction. USA: Group on Wood Preservation.
The Lowa State University Press. Stockholm. Sweden.
Hong LT. 1985. Rubberwood Sunarta S. 2006. Pembuatan
Processing and Utilization. Biopresertative Asap Cair
Forest Research Institute of Cangkang Kelapa Sawit dan
Malaysia, Kepong, Selangor. Aplikasinya Untuk Pengawetan
Kuala Lumpur. Kayu. Tesis. Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.
Kartika. RS. 2009. Sifat Anti Rayap
Asap Cair Kulit Kayu Jati Supriana N. 1983. Perilaku Rayap
(Tectonia grandis L.F.). Jurusan Perusak Kayu . Prosiding Diskusi
Teknologi Hasil Hutan. Vol. XIV Pencegahan dan Penanggulangan
No.1 Bahaya Rayap Pada Bangunan.
Kerjasama Direktorat Tata
Maga JA. 1987. Smoke in Food Bangunan Dengan Ikatan
Processing. Baca Raton. CRC Arsitektur Indonesia. Jakarta
Press, Florida, 1-9.
Syafii W. 2000. Sifat Anti-Rayap Zat
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Ekstraktif Beberapa Jenis Kayu
Rayap Biologi dan Daun Lebar Tropis. Buletin
Pengendaliannya. Surakarta : Kehutanan No 42.
Muhammadiyah University
Press. Tambunan B dan Nandika D. 1989.
Deteriorasi Kayu Oleh Faktor
Pratomo S. 2008. Uji Daya Racun Biologis. Departemen Pendidikan
Ekstraktif Kulit Kayu Shorea dan Kebudayaan. Direktorat
vennulosa G.H.S. wood Ex Jenderal Pendidikan Tinggi.
Meijer terhadap Rayap Tanah Pusat Antar Universitas
Coptotermes curvignathus Bioteknologi. IPB Bogor.
Holmgren. [Skripsi]. Pontianak :
Fakultas Kehutanan, Universitas Tranggono, Suhardi, Setiadji B,
Tanjungpura. Darmadji P, Supranto dan
Sudarmanto. 1996. Identifikasi
Safitri ES. 2003. Analisis Komponen Asap Cair dari Berbagai Jenis
Kimia dan Dimensi Serat (Hevea Kayu dan Tempurung Kelapa.
brasiliensis Muel. Arg) Hasil Jurusan Ilmu Teknologi Pangan.
Klon. Jurusan Teknologi Hasil Vol.1, No.2: 15-24.
Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Sornnuwat Y. 1996. Wood
Consumption and Survival of
Subterranean Termite
Coyfoternze.~Gesrroi Wasmann.
In: Studies on Damage of
Constructions Cause by
Subterranean Termites and

19
22

Anda mungkin juga menyukai