ABSTRACT
The objective of research was to evaluation the effect of application of liquid smoke from
Vitex pubescens Vahl wood to rubber wood to inhibit the subterranean termites Coptotermes
curvignathus Holmgren attack and to determine the level of concentration and optimum
pyrolysis temperature of liquid smoke from Vitex pubescens Vahl wood to rubber wood to
inhibit subterranean termites Coptotermes curvignathus Holmgren attack. The parameter of
research was retention of liquid smoke to wood, termite mortality and weight loss rubber
wood. The results showed that the highest retention of liquid smoke found at a concentration
of 15% with a pyrolysis temperature of 400oC i.e. 0.0245 g/cm3. Mortality of termites in
concentration of liquid smoke 10% with a pyrolisis temperature of 400oC resulted the highest
mortality, i.e. 100% while the lowest weight loss of rubber wood was achieve on
concentration of liquid smoke 15% with a pyrolysis temperature of 450oC i.e. 18.69%.
Key words : liquid smoke, Vitex pubescens Vahl, rubber wood, Coptotermes curvignathus
Holmgren
16
Salah satu alternatif bahan Hygrometer, oven listrik, labu ukur,
pengawet yang bersifat ramah pipet volume dan timbangan analitik.
lingkungan dalam mengendalikan hama Bahan yang digunakan dalam penelitian
rayap adalah asap cair (Agustina, 2002; adalah kayu Karet yang telah dibuat
Hariyadi, 2003). Asap cair merupakan menjadi contoh uji dengan ukuran 2 cm
suatu campuran larutan dan dispersi x 2 cm x 1 cm. Asap cair kayu Laban
koloid dari uap asap kayu dalam air diperoleh dari hasil pirolisis serbuk
yang diperoleh dari hasil pirolisis kayu kayu Laban pada suhu 350oC, 400oC
atau dibuat dari campuran senyawa dan 450oC di Laboratorium Rekayasa
murni (Maga, 1987). Penggunaan asap Fakultas Teknologi Hasil Pertanian
cair sebagai bahan bioinsektisida alami Fakultas Teknologi Pertanian
lebih ramah lingkungan (environ- Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
mentally friendly) karena bersifat sebagai bahan pengawet kayu.
mudah terurai (biodegradable) dan Konsentrasi asap cair kayu Laban yang
terbaharui (renewable). digunakan yaitu 0%, 5%, 10% dan 15%
Tujuan penelitian untuk me- (V/V).
ngetahui pengaruh aplikasi asap cair Metode yang digunakan untuk
kayu Laban (Vitex pubescens Vahl) pengujian pengawetan terhadap rayap
pada kayu Karet terhadap serangan mengacu pada prosedur penelitian
rayap tanah Coptotermes curvignathus Sornnuwat (1996). Variabel yang
Holmgren dan menentukan tingkat diamati yaitu retensi kayu, mortalitas
konsentrasi dan suhu pirolisis asap cair rayap dan kehilangan berat contoh uji.
kayu Laban yang optimum pada kayu Penelitian ini menggunakan percobaan
Karet untuk menghambat serangan pola faktorial RAL dengan 2 faktor
rayap tanah C. curvignathus Holmgren. yang meliputi Faktor A: konsentrasi
asap cair dan faktor B: suhu pirolisis
METODOLOGI PENELITIAN asap cair. Masing-masing perlakuan
Penelitian dilaksanakan di dilakukan 5 kali ulangan.
Laboratorium Teknologi Kayu Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Wood Workshop Fakultas Kehutanan Retensi
Universitas Tanjungpura Pontianak Pengaruh konsentrasi dan suhu
mulai Agustus 2012 – Oktober 2012. piroisis asap cair terhadap retensi kayu
Alat yang digunakan adalah Thermo- karet terlihat pada Tabel 1.
17
Tabel 1. Retensi kayu karet pada berbagai konsentrasi dan suhu pirolisis asap cair
(Retention of rubber wood to various concentrations and a pyrolisis
temperature of liquid smoke)
Konsentrasi Suhu Pirolisis Retensi (g/cm3)
Asap Cair (%) Asap Cair (OC)
0 350 0±0a
400 0±0a
450 0±0a
5 350 0,0078 ± 0,0012 b
400 0,0095 ± 0,0017 b
450 0,0078 ± 0,0015 b
10 350 0,0166 ± 0,0030 d
400 0,0180 ± 0,0023 d
450 0,0141 ± 0,0011 c
15 350 0,0243 ± 0,0028 e
400 0,0245 ± 0,0027 d
450 0,0183 ± 0,0019 d
Keterangan : Rerata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNJ (p<0,05)
18
Mortalitas dan Kehilangan Berat mortalitas dan kehilangan berat kayu
Kayu Karet karet terlihat pada Tabel 2.
Pengaruh konsentrasi dan suhu
pirolisis asap cair terhadap persentase
19
kontrol maupun perlakuan dimana kerusakan yang terjadi oleh rayap tanah
ditemukan bangkai rayap dengan tubuh C. curvignathus Holmgren akan
tidak utuh lagi selama waktu semakin rendah dan menyebabkan
pengumpanan. Sifat ini muncul karena mortalitas rayap tinggi. Tingginya
rayap tersebut tidak mempunyai persentase kehilangan berat contoh uji
makanan lagi selama pengumpanan setelah diumpankan pada rayap dapat
kecuali sampel uji. Dalam kondisi disebabkan oleh pengaruh sifat fisik,
terpaksa rayap akan memakan makanan mekanik dan kimia dari kayu Karet.
yang ada, walaupun telah diberi Menurut Mucslich dan Sumarni (2004)
perlakuan pengawetan pada contoh uji dalam Pratomo (2008) menjelaskan
kayu. Jika makanan itu sesuai maka adanya perbedaan intensitas serangan
rayap akan meneruskan makan, rayap disebabkan karena komponen
sebaliknya jika makanan tidak kimia pada setiap jenis kayu berbeda.
memenuhi syarat maka rayap akan Selanjutnya dijelaskan Supriana (1983)
meninggalkan makanan dan akan bahwa adanya komponen kimia yang
berangsur-angsur mati (Supriana, 1983). menimbulkan respon negatif terhadap
Kehilangan berat contoh uji kayu kegiatan makan rayap akan menentukan
karet sangat bervariasi tergantung dari sifat repelensi jenis kayu tersebut.
konsentrasi dan suhu pirolisis (Tabel 2). Kayu Karet termasuk kelas kuat
Hasil pengujian ini secara umum II-III dengan kelas awet V. Sifat-sifat
menyatakan bahwa semakin tinggi kimia yang penting dari kayu Karet
konsentrasi asap cair yang diberikan antara lain adalah kadar holoselulosa,
pada kayu Karet, maka kehilangan berat lignin dan zat ekstraktif. Hasil
kayu Karet tersebut semakin kecil. Hal penelitian Safitri (2003) menunjukkan
ini memberikan indikasi bahwa asap bahwa kadar holoselulosa kayu Karet
cair yang ditambahkan pada kayu Karet tergolong tinggi (75,06%), kadar
sebagai contoh uji tersebut memiliki selulosa dan α-selulosa masing-masing
daya racun terhadap perkembangan 43,98% dan 37,71%, kadar lignin
rayap, yang ditunjukkan oleh ber- tergolong rendah (20,68%). Dengan
kurangnya kemampuan rayap dalam sifat fisik dan kimia seperti tersebut
mengkonsumsi contoh uji kayu Karet. menyebabkan kayu Karet sangat
Pada konsentrasi 15% nilai rata-rata disenangi oleh rayap.
persentase kehilangan berat contoh uji Hasil penelitian menunjukkan
sebesar 27,36 % tidak jauh berbeda bahwa pada pola pengumpanan
pada konsentrasi 10% dari nilai rata-rata memperlihatkan pengaruh konsentrasi
persentase kehilangan berat contoh uji yang sangat nyata terhadap besarnya
ebesar 29,44 %. persentase kehilangan berat sampel uji
Hal ini sesuai dengan pendapat kayu Karet. Hal ini cukup beralasan
Sunarta (2006) dan Kartika (2009) yang karena pada pola pengumpanan, rayap
menyatakan bahwa semakin me- dihadapkan pada satu pilihan makanan
ningkatnya jumlah konsentrasi asap cair yang diberikan. Menurut Supriana
yang masuk ke dalam sampel uji maka (1983), banyak faktor yang berpengaruh
20
17
terhadap aktifitas makan rayap pada terhadap serangan rayap tanah C.
kayu. Pada kayu yang telah diberi bahan curvignathus Holmgren.
pengawet dalam hal penelitian ini yaitu 2. Konsentrasi dari asap cair kayu
asap cair bersifat racun bagi rayap tanah Laban (Vitex pubescens Vahl) yang
C. curvignathus Holmgren, pada optimal terhadap serangan rayap
perbedaan konsentrasi yang diberikan. tanah C. curvignathus Holmgren
Hasil penelitian Maga (1987), terdapat pada konsentrasi 10% dan
menyatakan bahwa kandungan kimia konsentrasi 15% dengan suhu
asap cair dipengaruhi oleh berbagai pirolisis 400oC.
faktor, antara lain suhu pirolisis, jenis
kayu dan kadar air kayu. Makin tinggi UCAPAN TERIMA KASIH
suhu pirolisis makin tinggi kadar fenol. Penelitian ini merupakan bagian
Hal ini menunjukkan bahwa suhu dari penelitian fundamental, atas nama
pirolisis mempengaruhi kadar fenol, Dr. HA. Oramahi, S.TP, M.P dan Dr.
dimana diketahui bahwa fenol sebagai Farah Diba, S.Hut, M.Si. yang dibiayai
antimikroba. Dari hasil pengujian oleh DIPA Untan dengan nomor :
menunjukkan bahwa suhu pirolisis pada 3167a/H22.13/LK/2012, tanggal 5
taraf 400oC dapat menghambat serangan Maret 2012. Untuk itu penulis ucapkan
rayap yang dapat dilihat pada tingkat terima kasih yang sebesar-besarnya.
mortalitas rayap sebesar 100% dari
DAFTAR PUSTAKA
semua taraf konsentrasi.
Abdurrohim S dan Martawijaya A.
Komposisi asap cair mem- 1983. Beberapa Faktor Yang
pengaruhi tingkat mortalitas rayap. Mempengaruhi Keterawetan
Secara umum, komposisi asap cair Kayu. Pusat Penelitian dan
terdiri dari air 11-92%, fenol 0,2-2,9%, Pengembangan Hasil Hutan.
asam 2,8-4,5%, karbonil 2,6-4,6% dan Makalah Pertemuan Ilmiah
tar 1,17% (Maga, 1987). Menurut Pengawetan Kayu 12 – 13
Oktober 1983, Hal 133 – 154.
Tranggono dkk (1996), komposisi asap
cair dari berbagai kayu seperti Agustina. 2002. Pengujian Daya Racun
lamtorogung, mahoni, kamper, bang- Cuka Kayu Laban Terhadap
kirai, kruing dan glugu mengandung Rayap Tanah (Coptotermes
asam sebagai asam asetat antara 4,27- curvignathus Holmgren)
[Skripsi]. Pontianak : Fakultas
11,3%, senyawa fenolat sebagai fenol
Kehutanan, Universitas
antara 2,10-5,13% dan senyawa Tanjungpura.
karbonil sebagai aseton antara 8,56-
15,23%. Hariyadi. 2003. Pengujian Daya Racun
KESIMPULAN Cuka Kayu Laban (Vitex
pubescens Vahl) Terhadap Blue
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa :
stain [Skripsi]. Pontianak :
1. Asap cair dari kayu Laban (Vitex Fakultas Kehutanan, Universitas
pubescens Vahl) memiliki Tanjungpura.
bioaktivitas dan dapat digunakan
sebagai bahan pengawet kayu
21
18
Haygreen JG, Smulsky R, Bowyer JL. Control in Thailand. Proc. The
2003. Forest Products and Wood 1996 Annual Meeting of Int. Res.
Science An Introduction. USA: Group on Wood Preservation.
The Lowa State University Press. Stockholm. Sweden.
Hong LT. 1985. Rubberwood Sunarta S. 2006. Pembuatan
Processing and Utilization. Biopresertative Asap Cair
Forest Research Institute of Cangkang Kelapa Sawit dan
Malaysia, Kepong, Selangor. Aplikasinya Untuk Pengawetan
Kuala Lumpur. Kayu. Tesis. Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.
Kartika. RS. 2009. Sifat Anti Rayap
Asap Cair Kulit Kayu Jati Supriana N. 1983. Perilaku Rayap
(Tectonia grandis L.F.). Jurusan Perusak Kayu . Prosiding Diskusi
Teknologi Hasil Hutan. Vol. XIV Pencegahan dan Penanggulangan
No.1 Bahaya Rayap Pada Bangunan.
Kerjasama Direktorat Tata
Maga JA. 1987. Smoke in Food Bangunan Dengan Ikatan
Processing. Baca Raton. CRC Arsitektur Indonesia. Jakarta
Press, Florida, 1-9.
Syafii W. 2000. Sifat Anti-Rayap Zat
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Ekstraktif Beberapa Jenis Kayu
Rayap Biologi dan Daun Lebar Tropis. Buletin
Pengendaliannya. Surakarta : Kehutanan No 42.
Muhammadiyah University
Press. Tambunan B dan Nandika D. 1989.
Deteriorasi Kayu Oleh Faktor
Pratomo S. 2008. Uji Daya Racun Biologis. Departemen Pendidikan
Ekstraktif Kulit Kayu Shorea dan Kebudayaan. Direktorat
vennulosa G.H.S. wood Ex Jenderal Pendidikan Tinggi.
Meijer terhadap Rayap Tanah Pusat Antar Universitas
Coptotermes curvignathus Bioteknologi. IPB Bogor.
Holmgren. [Skripsi]. Pontianak :
Fakultas Kehutanan, Universitas Tranggono, Suhardi, Setiadji B,
Tanjungpura. Darmadji P, Supranto dan
Sudarmanto. 1996. Identifikasi
Safitri ES. 2003. Analisis Komponen Asap Cair dari Berbagai Jenis
Kimia dan Dimensi Serat (Hevea Kayu dan Tempurung Kelapa.
brasiliensis Muel. Arg) Hasil Jurusan Ilmu Teknologi Pangan.
Klon. Jurusan Teknologi Hasil Vol.1, No.2: 15-24.
Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Sornnuwat Y. 1996. Wood
Consumption and Survival of
Subterranean Termite
Coyfoternze.~Gesrroi Wasmann.
In: Studies on Damage of
Constructions Cause by
Subterranean Termites and
19
22