Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah peradaban islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa kita
abaikan begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang telah
terjadi pada zaman sebelum sekarang dan juga kita bisa mengerti bagaimana
pemerintahan pada zaman nabi sampai pada khulafaur rasyidin. Kaum muslim mulai
dipimpin oleh seorang khalifah semenjak wafatnya nabi untuk menggantikan
kedudukan nabi sebagai pemimpin umat dan pemimpin negara.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dan cakupan al-Khulafaur Rasyidin ?
b. Bagaimana kepemimpinan pada masa khalifah Abu Bakar, Umar, Ustman dan
Ali ?
c. Bagaimana perkembangan peradaban islam ?

C. Tujuan Masalah
a. Kita bisa mengetahui pengertian dan cakupan al-Khulafaur Rasyidin.
b. Kita bisa mengetahui kepemimpinan pada masa khulafaur rasyidin.
c. Kita bisa mengetahui perkembangan peradaban islam.
d. Kita bisa mempelajari sejarah lebih dalam lagi.

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ


1. Kelahiran Abu Bakar Ash-siddiq
Abu bakar ash-shiddik dilahirkan pada tahun 573 M. Dia dilahirkan dilingkungan
suku yang sangat berpengaruh dan suku yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar.
Ayahnya bernama utsman (abu kuhafah) bin amir bin amr bin ka’ab bin saad bin
laym bin mun’ah bin ka’ab bin lu’ay, bersal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya
bernama Ummu Al-khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin
Murrah. Garis keturunannya bertemu pada neneknya, yaitu ka’ab bin sa’ad.[1]
Abu bakar adalah orang yang pertama kali masuk islam ketika islam mulai
didakwahkan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawakan oleh
Muhammad SAW. Dikarenakan sejak kecl ia telah mengenal keagungan Muhammad
SAW.setelah masuk islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan
harta bendanya untuk islam.[2]
Pengorbanan Abu Bakar terhadap islam tidak dapat diragukan. Ia juga
pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat ketika Nabi
sakit. Nabi muhammad SAW pun wafat tak lama setelah kejadian tersebut. Karena
tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya dikemudian hari, pada saat jenazah
nabi belum dimakamkan di antara uat islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-
cepat memikirkan pengganti nabi.
Abu bakar dipilih berdasarkan aklamasi, walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut
membai’atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib, Yhalhah dan Zubair yang menolak
dengan hormat. Mereka masih mempermasalhkan diangkatnya Abu Bakar tersebut.
Keadaan penolakan tersebut akhirnya baru muncul setelah pada pemerintahan Ali bin
Abi Thalib. Kelompok lain yang menyetujuinya ialah Anshar Salad bin Ubadah
meskipun pada akhirnya tenggelam dalam sejarah. Dengan terpilihnya Abu Bakar
serta pembai’atnya, resmilah berdirinya kekhalifahan pertama di dunia islam.

2
2. Abu Bakar: Peran dan Fungsinya
a. Kebijakan pengurusan terhadap agama.
Pada awal pemerintahannya, diuji dengan adanya ancaman yang datang dari umat
islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara perbuatan makar tersebut
ialah timbulnya orang-orang yang murtad, orang-orang yang tidak mau mengeluarkan
zakat, orang-orang yang mengaku menjadi nabi, dan pemberontakan dari beberapa
kabilah.[3]
b. Kebijakan kenegaraan
Diantara kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan sebagai
pulungan, diuraikan sebagai berikut.
1. Bidang eksekutif
2. Pertahanan dan keamanan
3. Yudikatif
4. Sosial ekonomi

3. Penyebaran Islam pada Masa Abu Bakar


Setelah pergolakan dalam negeri berhasil dipadamkan (terutama memerangi
orang-orang murtad), khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan persia dan romawi
yang setiap saat berkeinginan menghancurkan ekstensi islam. Untuk menghadapi
persia, Abu bakar mengirim tentara islam di bawah pimpinan Khalid bin Walid
danmutsanna bin Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting Irak dari
kekuasaan persia. Adapun untuk menghadapi romawi, Abu Bakar memilih empat
panglima ialam terbaik untuk memimpin beribu-ribu pasukan di empat front, yaitu
Amr bin Al-Ash di front palestina, Yazid bin Abi Sufyan di front Damaskus, Abu
Ubaidah di front Hims, dan Syurahbil bin hasanah di front yordania.[4]
Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata sosial
di bidang politik dan pertahanan keamanan. Keberhasialan tersebut tidak lepas dari
sikap keterbukaannya, yaitu memberikan ahk dan kesempatan yang sama kepada
tokoh-tokoh sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia
mengambil keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif.

3
Adapun urusan pemerintah di luar kota madinah, Khalifah Abu Bakar membagi
wilayah kekuasaan hukum negara madinah menjadi beberapa provinsi, dan setiap
provinsi ia menugaskan seorang amir atau wali (semacam jabatan gubernur). Para
amir tersebut juga bertugas sebagai pemimpin agama, juga (seperti imam dalam
shalat), menetapkan hukum dan melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir
di samping sebagai pemimpin agama, juga sebagai hakim dan pelaksana tugas
kepolisian.

4. Peradaban pada Masa Abu Bakar


Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dam merupakan satu kerja
yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah perhimpunan Al-Quran.
Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun
Al-Quran dari pelepah kurma, kulit bintang, dan dari hapalan kaum muslimin.
Umarlah yang mengusulkan pertama kali penghimpunan Al-Quran ini. Sejak itulah
Al-Quran dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kalinya Al-quran
dihimpun.[5]

B. KHALIFAH UMAR IBN AL-KHATHAB


1. Kelahiran Umar ibn Al-Khaththab
Umar ibn Al-khaththab, (583-644) yang memiliki nama lengkap Umar bin
khaththab bin Nufail bin abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin
‘adi bin Ka’ab bin Lu’ay adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-
Shiddiq. Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi
Muhammad SAW. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai
negarawan yang bijaksana maupun sebagai mujtahid yang ahli dalam membangun
negara besar yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan
persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.[6] Dalam banyak hal,
Umar ibn Al-khaththab dikenal sebagai tokoh yag sangat bijaksana dan kreatif,
bahkan genius.

4
Peranan Umar dalam sejarah masa permulaan merupakan yang paling menonjol
karena perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain.
Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta
yang diakui kebenarannya oleh para sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau
tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pda masa Umar, islam akan
tersebar seperti sekarang.

2. Latar Belakang Kehidupan Umar ibn Al-Khaththab


Umar ibn Al-Khaththab dilahirkan di Mekah dari keturunan suku Quraisy yang
terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya perang fijar atau
sebagaimana yang ditulis oleh Muhammad Al-Khudari Bek, tiga belas tahun muda
dari Muhammad SAW.
Sebelum masuk islam Umar termasuk diantara kaum Quraisy yang paling ditakuti
oleh orang-orang yang sudah masuk islam. Dia adalh musuh dan penentang Nabi
Muhammad SAW. Yang paling ganas dan kejam, bahkan sangat besar keinginanya
untuk membunuh Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Dia menyebar fitnah
dan menuduh Nabi Muhammad SAW sebagai penyair tukang tenung.
Setelah Umar masuk agama islam, pada bulan Dzulhijjah enam tahun setelah
kerasulan Nabi Muhammad SAW.kepribadiannya bertolak belakang dengan keadaan
sebelumnya. Dia berubah menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela agama
islam. Bahkan,dia termasuk sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi
Muhammad SAW.[7]
Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/13 H. Menunjuk Umar ibn Al-
Khaththab sebagai penggantinya. Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang
belum pernah terjadi sebelumnya, tampaknya penunjukan ini bagi Abu Bakar
merupakan hal yang wajar untuk dilakukan. Ada beberapa faktor yang mendorong
Abu Bakar untuk menunjuk Umarmenjadi khalifah. Pertama, kekhawatiranperistiwa
yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeret umat islam
ke jurang perpecahan akan terulang kembali, bila ia tidak menunjuk seorang untuk
menjadi penggantinya. Kedua, kaum Anshar dan Muhajirin saling mengkalim sebagai

5
golongan ya ng berhak menjadi khalifah. Ketiga, umat islam pada saat itu baru saja
selesai menumpas kaum murtad dan pembangkang. Sementara itu di luar kota
madinah melawan tentara persia di satu pihak dan tentara romawi di pihak lain.[8]
Berangkat dari kondisi politik yang demikian,tampaknya tidak menguntungkan
apabila pemilihan khalifah diserahkan sepenuhnya kepada umat secara langsung.
Jika alternatif ini dipilih,besar kemungkinan akan timbul kontroveksi berkepanjangan
di kalangan umat islam tentang siapa yang lebih proporsional menggantikan Abu
Bakar.
Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan kaum muslimin atas pilihannya, ia
memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan teks pengangkatan Uma(bai’at
Umar). Sebagaimana Abu Bakar, Umar bin Khaththab begitu dibai’at atau dilantik
menjadi khalifah menyampaikan pidato penerimaan jabatannya di Majid Nabidi
hadapan kaum muslimin.

3. Umar Ibn Khaththab: Madinah sebagai Negara Adikuasa


Semenjak penaklukan persia dan romawi, pemerintah islam menjadi adikuasa
dunia yang memiliki wilayah kekuasaan luas, meliputi semenanjung Arabia,
Palestina,Siria,Irak, Persia dan Mesir. Umar ibn Al-khaththab yang dikenal sebagai
negarawan, administrator terampil dan pandai, dan seorang pembaharu
membuatbberbagai kebijakan mengenai pengelolaan wilayah kekuasaanyang luas, ia
menata struktur kekuasaan dan administrasi pemerintah negara Madinah berdasarkan
semangat demokrasi.[9]
Untuk menunjang kelancaran administrasi dan opersional tugas-tugas jeksekutif,
Umar melengkapinya dengan beberapa jawatan, antara lain: Umar melengkapinya
dengan beberapa jawatan, antara lain:
a. Dewan Al-kharraj (jawatan pajak ).
b. Dewan Al-addats (jawatan kepolisian).
c. Nazar Al-nafiat (jawatan pekerjaan umum).
d. Dewan Al-jund (jawatan militer).
e. Bai’at Al-mal (lembaga pembendaharaan negara).

6
4. Peradaban pada Masa Khalifah Umar
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administrasi
pemerintah, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran
khalifah Umar bin khaththab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai
sekarang dikutip M.Fauzan.
Dalam mempertimbangkan perkara ini, Khalifah Umar selaku hakim yang
bijaksana melakukan dua hal penting yang patut mendapatkan perhatian dan menjadi
pelajaran berharga bagi para hakim di sepanjang zaman. Upaya yang dilakukan oleh
Umar dengan meminta bantuan dari Ali r.a adalah apa yang dinamakan sekarang
tahlil unshuril-jarimah (menganalisis unsur kejahatannaya sendiri), seperti
pemeriksaan darah, sidik jari, dan sebagainya dalam peristiwa pembunuhan.
Misalnya, langkah selanjutnya Umar menitikberatkan pada bahan bukti yang
diahurkan oleh pendakwah (wanita yang menuduh).[10]

C. KHALIFAH USTMAN BIN AFFAN


1. Kelahiran Utsman bin Affan
Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan. Nama lengkapnya ialah Utsman bin
Affan bin Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Lahir pada tahun 576 M., enam
tahun setelah penyerangan Kabah oleh pasukan bergajah ataun enam tahun sebelum
kelahiran Rasulullah SAW. Ibu nya bernama Urwy bin Kuraiz. Utsman bin Affan
masuk islam pada usia 30 tahun. Sesaat setelah masuk islam, ia sempat mendapatkan
siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash. Ia memeluk islam karena ajakan Abu
Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Ia sangat kaya tetapi
berlaku sedehana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan
Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya memiliki dua cahaya, karena menikahi
dua putri Nabi SAW secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah
dan Ummu Kulsum. Dan Utsman pernah meriwayatkan hadis kurang lebih 150 hadis.
Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi Khalifah melalui proses pemilihan.

7
Khalifah Utsman bin Affan ikut berhijrah bersama istrinya ke Abesinia dan
termasuk muhajirin pertama ke Yatsirb. Ia termasuk orang yang saleh ritual dan
sosial. Siang harinya ia gunakan untuk shaum dan malamnya untuk shalat. Ia sangat
gemar membaca Al-Quran, sehingga Khalid Muh Khalid menulis bahwa untuk shalat
dua rakaat saja, Utsman menghabiskan waktu semalam karena banyaknya ayat Al-
Quran yang dibaca, dan pada saat Khalifah Utsman bin Affan wafat, Al-Quran berada
di pangkuanya. Kesalehan sosialnya terbukti dan membeli telaga milik Yahudi
seharga 12.000 dirham dan menghibahkannya kepada kaum muslimin pada saat
hijrah ke Yatsrib. Mewakafkan tanah seharga 15.000 dinar untuk peluasan Masjid
Nabawi. Menyerahkan 940 ekor kuda, 10.000 dinar untuk keperluan Jaisyul Usrah
pada Perang Tabuk. Setiap hari Jumat, Utsman bin Affan membebaskan seorang
budak laki-laki dan seorang budak perempuan.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW., Utsman bin Affan mengikuti beberapa
peperangan, di antara Perang Uhud, Khaibar pembebasan kota Mekah, Perang Thaif,
Hawazin, dan Tabuk. Perang Badar, tidak ia ikuti karena disuruh oleh Rasulullah
SAW. Menunggu istrinya yang sedang sakit sampai meninggal.

2. Peradaban Pada Masa Utsman bin Affan.


Pada masa-masa awal pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para
pendahulunya, terutama dalam perluasan wilayah kekusaan Islam. Karya monumental
Utsman yang dipersembahkan kepada umat Islam ialah penyusunan kitab suci Al-
Qur’an. Pembukuan ini didadasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri
perbedaan bacaan dikalangan umat Islam yang diketahui pada saat ekspedisi militer
ke Amenia dan Azerbaijian.
Penyusunan Al-Qur’an, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang mengumpulkan
tulisan-tulisan Al-Qur’an antara lain Adalah dari Hafsah, salah seorang Istri Nabi
SAW. Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Al-Qur’an untuk
dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk
masa selanjutnya. Adapun kegiatan pembangunan di wilayah Islam yang luar itu,
meliputi pembangunan daerah,-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma

8
tanu, pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh pesat. Semua jalan yang
menuju ke Madinah dilengkapi dengan Khalifah dan fasilitas bagi para pendatang.
Masjid Nabi di Mdianh diperluas. Tempat persediaan air dibangun di Madinah, di
kota-kota padang pasir, dan ladang-ladang perternakan untadan kuda. Pembangunan
beberapa sarana umum ini menunjukan bahwa Utsman sebagai Khalifah sangat
memerhatikan kemaslahatan publik sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan
sebuah masyarakat.[11]
Bentuk manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin
dalam pengumpulan mushaf Al-qur’an menjadi satu di kenal dengan Mushaf
Utsmani. Pada masa kekhalifahan Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme.
Hal ini yang membuat sekelompok sahabat mencela kepemimpinan Utsman r.a.
karena telah memilih keluarga kerabat sebagai pejabat pemerintahaan.[12] Pada paroh
trakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan
umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan
kepemimpinan Umar. Pada tahun 35H/655M, Usman di bunuh oleh kaum
pemberontak yang terdiri dari orang-orang kecewa itu. Pembunuhan usman
merupakan malapetaka besar yang menimpa ummat

D. KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB


1. Kelahiran Ali bin Abi Thalib
Khlifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dan menantu
Nabi. Ali adalah putra Abi Thalid bin Abdul Muthalib. Ali adalah seseorang yang
memiliki kelebihan, selain itu ia adalah pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh
vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia
adalah pahlawan yang gagah berani, penasehat yang bijaksana, penasihat hukum yang
ulung dan pemegang teguh tradisi, seorng sahabat sejati, dan seorang lawan yang
dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua
yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad.[13]
Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthallib. Ia adalah sepupu Nabi
Muhammad SAW., yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Nabi

9
Muhammad SAW, yaitu Fatimah. Ia masuk Islam ketika usianya sangat muda dan
termasuk orang yang pertama masuk islam dari golongan pria. Pada saat nabi
menerima wahyu pertama, Ali berumur 13 tahun, menurut A.M. Saban, sedangkan
menurut Mahmudunnasir, Ali berumur 9 tahun. Mahmudunnasir selanjutnya menulis
bahwa Ali termasuk salah seorang yang baik dalam memainkan pedang dan pena,
bahkan ia di kenal sebagai orator. Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai
membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun.
Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Setelah
menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh Usman.
Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem
distribusi pajak tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan
Umar.

2. Manajemen Pemerintahan Ali bin Abi Thalib.


Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a. menjalankan sistem pemerintahaan sebagaimana
Khalifah sebelumnya, baik dari segi kepemimpinan ataupun manajemen. Dalam
mengangkat seorang pemimpin, beliau mendelesiasikan wewenang dan kekuasaan
atas wilayah yang dipimpinnya. Seorang memiliki kewenangan penuh untuk
mengelola wilayah yang dikuasainya, namun halifah tetap melakukan pengawasan
terhadap kinerja pemimpin tersebut. Khalifah senantiasa mengajak pegawainya
untuk hidup Zuhud, berhemat dan sederhana dalam kehidupan, begitu juga untuk
selalu memperhatikan dan berbelas kasihan terhadap kehidupan rakyatnya. Beliau
juga mengjarkan system renumirasi. Selain itu, beliau juga konsisten terhadap
kepentingan masyarakat secara umum.[14]

3. Ali bin Abi Thalib Wafat


Kaum Khawarij tidak lagi mempercayai kebenaran pemimpin-pemimpin Islam,
dan mereka berpendapat bahwa pangkal kekacauan Islam pada saat itu adalah karena
adanya 3 orang imam, yaitu Ali, Muawwiyah dan Amr.

10
Mereka bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan
40 H/24 Januari 661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij itu. Hanya Ibnu
Muljam yang berhasil membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di Masjid
Kufah tetapi Ibnu Muljam pun tertangkap dan juga dibunuh.
Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan
menjadi Khalifah yang berkedudukan di Kufah.[15]

E. KEMAJUAN PERADABAN PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN


Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq
hingga Ali bin Abi Thalib, merupakan masa kekusaan khalifah Islam yang berhasil
dalam mengembangkan wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah
meletakkan dasar agama Islam di arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya
diteruskan oleh para khulafaur rasyidin. Ekspansi ke negri-negri yang sangat jauh dari
pusat kekusaan, dalam waktu tidak lebih dari setengah abad merupakan kemenangan
menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman
politik yang memadai.[16]
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain
sebagai berikut :
1. Islam, di samping merupakan ajaran yang mengatur humbungan manusia
dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2. Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang
kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
3. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizaitun mengakibatkan hilangnya kemerdekaan
beragama bagi rakyat.
4. Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran,
tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
5. Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa
Arab lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah mereka.
6. Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu
pengusa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.

11
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”, menjelaskan
bahwa organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga Negara yang ada pada masa
Khulafaur rasyidin, diantaranya sebagi berikut :
1. Lembaga Politik.
2. Lembaga Tata Usaha Negara.
3. Lembaga Keuangan Negara.
4. Lembaga Kehakiman Negara.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, khalifah di pilih berdasarkan
musyawarah. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah
melalui pertemuan saqifah atas usulan umar. Problem besar yang dihadapi Abu Bakar
ialah munculnya nabi palsu dan kelompok ingkar zakat serta munculnya kamum
murtad Musailimah bin kazzab beserta pengikutnya menolak. membayar zakat dan
murtad dari islam yang mengakibatkan terjadinya perang Yamamah. Perang tersebut
terjadi pada tahun 12 H.
Umar yang tahu akan hal itu merasa khawatir akan kelestarian Al-Qur’an hingga
dia mengusulkan kepada Abu Bakar agar membukukan/mengumpulkan mushaf yang
ditulis pada masa nabi menjadi satu mushaf Al-Qur’an. Umar membentuk panitia
yang beranggotakan 6 orang sahabat dan meminta salah satu diantaranya menjadi
khalifah setelah Umar wafat. Panitia berhasil mengangkat Utsman menjadi khalifah.
Utsman dibunuh oleh kaum yang tidak puas akan kebijakannya yang mengangkat
pejabat dari kaumnya sendiri (Bani Umayah). Setelah Utsman wafat umat islam
membaiak Ali menjadi khalifah pengganti utsman. Setelah Ali meninggal, ia diganti
oleh anaknya, Hasan. Hasan mengadakan perundingan damai dengan Mu’awiyah dan
umat islam dikuasai oleh Mu’awiyah. Dengan begitu berakhirlah pemerintahan yang
berdasarkan pemilihan (khulafaur rasyidin berganti dengan sistem kerajaan).

B. Saran.
Kami bangga sekaligus kagum atas perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh
Khulafaur Rasyidin. Tapi yang di sayangkan pada masa pemerintahan salah satu dari
Khulafaur Rasyidin ialah: Para aparatur Negara di ambil dari kalangan keluarga
Khalifah, dan ketidak tegasan dalam memutuskan/menyelesaikan masalah, hal
tersebut yang menyebabkan perpecahan dan pemberontakan di kalangan umat Islam,
sehingga berdampak negatif di era globalisasi ini.

13

Anda mungkin juga menyukai