Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah peradaban islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa kita
abaikan begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang telah
terjadi pada zaman sebelum sekarang dan juga kita bisa mengerti bagaimana
pemerintahan pada zaman nabi sampai pada khulafaur rasyidin. Kaum muslim mulai
dipimpin oleh seorang khalifah semenjak wafatnya nabi untuk menggantikan
kedudukan nabi sebagai pemimpin umat dan pemimpin negara.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dan cakupan al-Khulafaur Rasyidin ?
b. Bagaimana kepemimpinan pada masa khalifah Abu Bakar, Umar, Ustman dan
Ali ?
c. Bagaimana perkembangan peradaban islam ?
C. Tujuan Masalah
a. Kita bisa mengetahui pengertian dan cakupan al-Khulafaur Rasyidin.
b. Kita bisa mengetahui kepemimpinan pada masa khulafaur rasyidin.
c. Kita bisa mengetahui perkembangan peradaban islam.
d. Kita bisa mempelajari sejarah lebih dalam lagi.
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
2. Abu Bakar: Peran dan Fungsinya
a. Kebijakan pengurusan terhadap agama.
Pada awal pemerintahannya, diuji dengan adanya ancaman yang datang dari umat
islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara perbuatan makar tersebut
ialah timbulnya orang-orang yang murtad, orang-orang yang tidak mau mengeluarkan
zakat, orang-orang yang mengaku menjadi nabi, dan pemberontakan dari beberapa
kabilah.[3]
b. Kebijakan kenegaraan
Diantara kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan atau kenegaraan sebagai
pulungan, diuraikan sebagai berikut.
1. Bidang eksekutif
2. Pertahanan dan keamanan
3. Yudikatif
4. Sosial ekonomi
3
Adapun urusan pemerintah di luar kota madinah, Khalifah Abu Bakar membagi
wilayah kekuasaan hukum negara madinah menjadi beberapa provinsi, dan setiap
provinsi ia menugaskan seorang amir atau wali (semacam jabatan gubernur). Para
amir tersebut juga bertugas sebagai pemimpin agama, juga (seperti imam dalam
shalat), menetapkan hukum dan melaksanakan undang-undang. Artinya seorang amir
di samping sebagai pemimpin agama, juga sebagai hakim dan pelaksana tugas
kepolisian.
4
Peranan Umar dalam sejarah masa permulaan merupakan yang paling menonjol
karena perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain.
Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta
yang diakui kebenarannya oleh para sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau
tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pda masa Umar, islam akan
tersebar seperti sekarang.
5
golongan ya ng berhak menjadi khalifah. Ketiga, umat islam pada saat itu baru saja
selesai menumpas kaum murtad dan pembangkang. Sementara itu di luar kota
madinah melawan tentara persia di satu pihak dan tentara romawi di pihak lain.[8]
Berangkat dari kondisi politik yang demikian,tampaknya tidak menguntungkan
apabila pemilihan khalifah diserahkan sepenuhnya kepada umat secara langsung.
Jika alternatif ini dipilih,besar kemungkinan akan timbul kontroveksi berkepanjangan
di kalangan umat islam tentang siapa yang lebih proporsional menggantikan Abu
Bakar.
Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan kaum muslimin atas pilihannya, ia
memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan teks pengangkatan Uma(bai’at
Umar). Sebagaimana Abu Bakar, Umar bin Khaththab begitu dibai’at atau dilantik
menjadi khalifah menyampaikan pidato penerimaan jabatannya di Majid Nabidi
hadapan kaum muslimin.
6
4. Peradaban pada Masa Khalifah Umar
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administrasi
pemerintah, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran
khalifah Umar bin khaththab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai
sekarang dikutip M.Fauzan.
Dalam mempertimbangkan perkara ini, Khalifah Umar selaku hakim yang
bijaksana melakukan dua hal penting yang patut mendapatkan perhatian dan menjadi
pelajaran berharga bagi para hakim di sepanjang zaman. Upaya yang dilakukan oleh
Umar dengan meminta bantuan dari Ali r.a adalah apa yang dinamakan sekarang
tahlil unshuril-jarimah (menganalisis unsur kejahatannaya sendiri), seperti
pemeriksaan darah, sidik jari, dan sebagainya dalam peristiwa pembunuhan.
Misalnya, langkah selanjutnya Umar menitikberatkan pada bahan bukti yang
diahurkan oleh pendakwah (wanita yang menuduh).[10]
7
Khalifah Utsman bin Affan ikut berhijrah bersama istrinya ke Abesinia dan
termasuk muhajirin pertama ke Yatsirb. Ia termasuk orang yang saleh ritual dan
sosial. Siang harinya ia gunakan untuk shaum dan malamnya untuk shalat. Ia sangat
gemar membaca Al-Quran, sehingga Khalid Muh Khalid menulis bahwa untuk shalat
dua rakaat saja, Utsman menghabiskan waktu semalam karena banyaknya ayat Al-
Quran yang dibaca, dan pada saat Khalifah Utsman bin Affan wafat, Al-Quran berada
di pangkuanya. Kesalehan sosialnya terbukti dan membeli telaga milik Yahudi
seharga 12.000 dirham dan menghibahkannya kepada kaum muslimin pada saat
hijrah ke Yatsrib. Mewakafkan tanah seharga 15.000 dinar untuk peluasan Masjid
Nabawi. Menyerahkan 940 ekor kuda, 10.000 dinar untuk keperluan Jaisyul Usrah
pada Perang Tabuk. Setiap hari Jumat, Utsman bin Affan membebaskan seorang
budak laki-laki dan seorang budak perempuan.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW., Utsman bin Affan mengikuti beberapa
peperangan, di antara Perang Uhud, Khaibar pembebasan kota Mekah, Perang Thaif,
Hawazin, dan Tabuk. Perang Badar, tidak ia ikuti karena disuruh oleh Rasulullah
SAW. Menunggu istrinya yang sedang sakit sampai meninggal.
8
tanu, pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh pesat. Semua jalan yang
menuju ke Madinah dilengkapi dengan Khalifah dan fasilitas bagi para pendatang.
Masjid Nabi di Mdianh diperluas. Tempat persediaan air dibangun di Madinah, di
kota-kota padang pasir, dan ladang-ladang perternakan untadan kuda. Pembangunan
beberapa sarana umum ini menunjukan bahwa Utsman sebagai Khalifah sangat
memerhatikan kemaslahatan publik sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan
sebuah masyarakat.[11]
Bentuk manajemen yang ditetapkan dalam pemerintahaan Umar r.a. tercermin
dalam pengumpulan mushaf Al-qur’an menjadi satu di kenal dengan Mushaf
Utsmani. Pada masa kekhalifahan Utsman r.a. terdapat indikasi praktik nepotisme.
Hal ini yang membuat sekelompok sahabat mencela kepemimpinan Utsman r.a.
karena telah memilih keluarga kerabat sebagai pejabat pemerintahaan.[12] Pada paroh
trakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan
umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan
kepemimpinan Umar. Pada tahun 35H/655M, Usman di bunuh oleh kaum
pemberontak yang terdiri dari orang-orang kecewa itu. Pembunuhan usman
merupakan malapetaka besar yang menimpa ummat
9
Muhammad SAW, yaitu Fatimah. Ia masuk Islam ketika usianya sangat muda dan
termasuk orang yang pertama masuk islam dari golongan pria. Pada saat nabi
menerima wahyu pertama, Ali berumur 13 tahun, menurut A.M. Saban, sedangkan
menurut Mahmudunnasir, Ali berumur 9 tahun. Mahmudunnasir selanjutnya menulis
bahwa Ali termasuk salah seorang yang baik dalam memainkan pedang dan pena,
bahkan ia di kenal sebagai orator. Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai
membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun.
Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Setelah
menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh Usman.
Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem
distribusi pajak tahunan dia antara orang-orang Islam sebagaimana pernah ditetapkan
Umar.
10
Mereka bersumpah akan melaksanakan pembunuhan pada tanggal 17 Ramadhan
40 H/24 Januari 661 M di waktu subuh. Diantara tiga orang Khawarij itu. Hanya Ibnu
Muljam yang berhasil membunuh Ali ketika beliau sedang sholat Subuh di Masjid
Kufah tetapi Ibnu Muljam pun tertangkap dan juga dibunuh.
Khalifah Ali wafat dalam usia 58 tahun, kemudian Hasan bin Ali dinobatkan
menjadi Khalifah yang berkedudukan di Kufah.[15]
11
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”, menjelaskan
bahwa organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga Negara yang ada pada masa
Khulafaur rasyidin, diantaranya sebagi berikut :
1. Lembaga Politik.
2. Lembaga Tata Usaha Negara.
3. Lembaga Keuangan Negara.
4. Lembaga Kehakiman Negara.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, khalifah di pilih berdasarkan
musyawarah. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar diangkat menjadi khalifah
melalui pertemuan saqifah atas usulan umar. Problem besar yang dihadapi Abu Bakar
ialah munculnya nabi palsu dan kelompok ingkar zakat serta munculnya kamum
murtad Musailimah bin kazzab beserta pengikutnya menolak. membayar zakat dan
murtad dari islam yang mengakibatkan terjadinya perang Yamamah. Perang tersebut
terjadi pada tahun 12 H.
Umar yang tahu akan hal itu merasa khawatir akan kelestarian Al-Qur’an hingga
dia mengusulkan kepada Abu Bakar agar membukukan/mengumpulkan mushaf yang
ditulis pada masa nabi menjadi satu mushaf Al-Qur’an. Umar membentuk panitia
yang beranggotakan 6 orang sahabat dan meminta salah satu diantaranya menjadi
khalifah setelah Umar wafat. Panitia berhasil mengangkat Utsman menjadi khalifah.
Utsman dibunuh oleh kaum yang tidak puas akan kebijakannya yang mengangkat
pejabat dari kaumnya sendiri (Bani Umayah). Setelah Utsman wafat umat islam
membaiak Ali menjadi khalifah pengganti utsman. Setelah Ali meninggal, ia diganti
oleh anaknya, Hasan. Hasan mengadakan perundingan damai dengan Mu’awiyah dan
umat islam dikuasai oleh Mu’awiyah. Dengan begitu berakhirlah pemerintahan yang
berdasarkan pemilihan (khulafaur rasyidin berganti dengan sistem kerajaan).
B. Saran.
Kami bangga sekaligus kagum atas perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh
Khulafaur Rasyidin. Tapi yang di sayangkan pada masa pemerintahan salah satu dari
Khulafaur Rasyidin ialah: Para aparatur Negara di ambil dari kalangan keluarga
Khalifah, dan ketidak tegasan dalam memutuskan/menyelesaikan masalah, hal
tersebut yang menyebabkan perpecahan dan pemberontakan di kalangan umat Islam,
sehingga berdampak negatif di era globalisasi ini.
13