Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM MANAJEMEN DAN AUDIT ENERGI

“Analisis Audit Energi untuk Pencapaian Efisiensi Energi


Di Ruangan Dosen Gedung Lab TET-POLIJE”

Dosen Pembimbing :

Dr. Bayu Rudiyanto, ST,M.Si

Anggota Kelompok :

1. Muhammad Rizal Efendi (H41160800)


2. Mohammad Yusuf Chabibi (H41160863)
3. David Mahendra (H41160780)
4. Meylinda Esti Wahyuningtyas (H41161333)
5. Arip Mujito (H41160772)
6. Ridwan Fauzi (H41160908)
7. Rivaldy Ahmad Nurfaizy (H41160827)

TEKNIK ENERGI TERBARUKAN

JURUSAN TEKNIK

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beban pendingin merupakan total energi panas yang harus dihilangkan
dari ruangan yang didinginkan per satuan waktu. Beban pendinginan total
meliputi; beban transmisi, yaitu beban panas yang berpindah dari luar
ruangan melalui permukaan dinding, lantai dan atap dari ruangan pendingin.
Beban produk yatu beban panas yang berasal dari produk yang disimpan di
dalam ruangan pendinginan. Beban interal yaitu beban panas yang berasal
dari sumber panas interal seperti lampu, motor, dan orang yang berada di
ruangan pendinginan. Beban infiltrasi yaitu beban yang berasal dari udara
panas yang masuk melalui celah-celah pintu atau jendela.
Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki
panjang dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi
cahaya lainnya dalam spektrum elektromagntisnya. Cahaya dipancarkan dari
suatu benda dengan fenomena sebagai berikut; pijar padat dan cair
memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000K.
Intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin putih jika suhu naik.
Muatan listrik jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul
memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari
elemen yang ada. Elektro iuminescence merupakan cahaya yang dihasilkan
jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semikonduktor
atau bahan yang mengandung fosfor. Photoluminescence merupakan radiasi
pada salah satu panjang gelombang dserap, biasanya oleh suatu padatan, dan
dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi yang
dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat maka
radiasi tersebut disebut fenomena fluoresence atau phosphorescence.
1.2. Tujuan
1. Memahami hubungan antara beban pendinginan dengan kebutuhan energi
2. Menghtung beban pendinginan pada sistem refrigerasi
3. Mengukur kuat cahaya pada sebuah ruangan
4. Mengindentifikasi peluang hemat energi sistem pencahayaan di suatu
ruangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit Energi

Audit energi dilakukan untuk mendapatkan potret penggunaan energi.


Tujuan audit energi ini dilakukan untuk memahami masalah penggunaan energi
serta intensitas dan kinerja energi, potensi penghematan energi, manfaat dan
langkah yang diperlukan (Parlindungan Marpaung, 2014).

Audit Energi Terinci Audit Energi Terinci (AET) merupakan level ke-tiga
dan tertinggi dalam kegiatan audit energi. Audit ini lebih mendalam dengan lingkup
yang lebih luas, rekomendasi didasarkan atas kajian teknis dengan urutas prioritas
yang jelas. Hasil dari audit terinci adalah uraian lengkap tetang jenis dan sumber
energi, ruhgi-rugi energi, faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi energi,
karakteristik operasi peralatan/sistem energi, potensi penghematan energi
berdasarkan analisis data secara lengkap dan rekomendasi.

AET biasanya akan membutuhkan beberapa minggu tergantung pada sifat


dan kompleksitas pabrik. Selain mengumpulkan data pabrik dari catatan yang ada,
instrumentasi portable digunkana untuk mengukur parameter operasi yang penting
yang dapat membantu tim mengaudit energi dalam neraca material dan panas pada
peralatan proses. Uji sebenarnya yang dijalankan serta instrumen yang diperlukan
bergantung pada jenis fasilitan yang sedang dipelajari, serta tujuan, luas dan tingkat
pembiayaan program manajemen energi.

Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Listrik adalah pembagian antara konsumsi


energi listrik pada kurun waktu tertentu dengan satuan luas bangunan gedung. Atau
dapat ditulis dengan menggunakan rumus :

kWh total (kWh / Tahun)


IKE=
(OccRate×AreaRoom)+(AreaNonRoom)
Menurut Pedoman Pelaksanaan Konservasi Energi dan Pengawasannya di
Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional nilai IKE dari suatu bangunan
gedung digolongkan dalam dua kriteria, yaitu untuk bangunan ber- AC dan
bangunan tidak ber-AC.

2.2 Beban Pendingin


Beban pendingin merupakan total energi panas yang harus dihilangkan dari
ruangan yang didinginkan per satuan waktu. Beban pendinginan total meliputi;
beban transmisi, yaitu beban panas yang berpindah dari luar ruangan melalui
permukaan dinding, lantai dan atap dari ruangan pendingin. Beban produk yatu
beban panas yang berasal dari produk yang disimpan di dalam ruangan
pendinginan. Beban interal yaitu beban panas yang berasal dari sumber panas
interal seperti lampu, motor, dan orang yang berada di ruangan pendinginan. Beban
infiltrasi yaitu beban yang berasal dari udara panas yang masuk melalui celah-celah
pintu atau jendela.

2.3 Jenis Audit Energi


Berdasarkan tingkat kedalaman yang dihasilkan, audit energi dibedakan menjadi :
a. Walk-Through Audit (Pengamatan Singkat)
Merupakan audit energi dengan tingkat kegiatan paling rendah, yaitu level
1 (satu). Aktivitasnya adalah: - Mengumpulkan data (bersifat umum),
pengamatan singkat secara virtual dan wawancara. - Analisis dan evaluasi data
(sangat dasar) sistem pemanfaat energi, intensitas pemakaian energi dan
kecenderungannya, serta benchmark intensitas energi rata-rata terhadap
perusahaan sejenis dan menggunakan peralatan atau teknologi serupa. Audit ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum pengelolaan energi.
b. Audit Energi Awal (Preliminary Audit)
Audit Energi Awal (AEA) merupakan level kedua dari tingkat kegiatan audit
energi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya potensi penghematan
energi. Kegiatan ini sedikit lebih lengkap dari audit level satu, data dan informasi
yang digunakan sudah didasarkan dengan hasil pengukuran/sesaat.
AEA terdiri dari dua bagian, yaitu:
 Survei manajemen energi Surveyor atau auditor energi mencoba
untuk memahammi kegiatan manajemen yang sedang berlangsung
dan kriteria putusan investasi yang mempengaruhi proyek
konservasi.
 Survei energi (teknis) Bagian teknis AEA mengulas kondisi dan
operasi peralatan dari pemakai energi yang penting (misalnya
sistem uap) serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi
energi. AEA akan dilakukan dengan menggunakan sesedikit
mungkin instrumentasi portable. Auditor energi akan bertumpu
pada pengalamannya dalam mengumpulkan data yang televan dan
mengadakan observasi yang tepat, memberikan diagnosa situasi
energi pabrik secara cepat.
AEA sangat berguna untuk mengenali sumber-sumber pemborosan energi
dan tindakan-tindakan sederhana yang dapat diambil untuk meningkatkan efisiensi
energi dalam jangka pendek.
Contoh tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau
cacatnya insulasi, kebocoran uap dan udara tekan, peralatan yang tidak dapat
digunakan, kurangnya kontrol yang tepat terhadap perbandingan udara dan bahan
bakar di dalam peralatan pembakar. AEA seharusnya juga mengungkapkan kurang
sempurnanya pengumpulan dan penyimpanan analisa data, dan area dimana
pengawasan manajemen perlu diperketat. Hasil yang khas dari AEA ialah
seperangkat rekomendasi tentang tindakan berbiaya rendah yang segera dapat
dilaksanakan dan rekomendasi audit yang lebih ekstensif untuk menguji dengan
lebih teliti area pabrik terpilih.
c. Audit Energi Terinci Audit Energi Terinci (AET)
merupakan level ke-tiga dan tertinggi dalam kegiatan audit energi. Audit ini
lebih mendalam dengan lingkup yang lebih luas, rekomendasi didasarkan atas
kajian teknis dengan urutas prioritas yang jelas. Hasil dari audit terinci adalah
uraian lengkap tetang jenis dan sumber energi, ruhgi-rugi energi, faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi energi, karakteristik operasi peralatan/sistem energi,
potensi penghematan energi berdasarkan analisis data secara lengkap dan
rekomendasi.
AET biasanya akan membutuhkan beberapa minggu tergantung pada sifat dan
kompleksitas pabrik. Selain mengumpulkan data pabrik dari catatan yang ada,
instrumentasi portable digunkana untuk mengukur parameter operasi yang penting
yang dapat membantu tim mengaudit energi dalam neraca material dan panas pada
peralatan proses. Uji sebenarnya yang dijalankan serta instrumen yang diperlukan
bergantung pada jenis fasilitan yang sedang dipelajari, serta tujuan, luas dan tingkat
pembiayaan program manajemen energi.

2.4 Jenis Lampu


a) Lampu LED (Light Emitting Diode)
Cahaya pada LED adalah energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam
bagian spektrum yang dapat dilihat. Cahaya yang tampak merupakan hasil
kombinasi panjang – panjang gelombang yang berbeda dari energi yang dapat
terlihat, mata bereaksi melihat pada panjang – panjang gelombang energi
elektromagnetik dalam daerah antara radiasi ultra violet dan infra merah. Cahaya
terbentuk dari hasil pergerakan elektron pada sebuah atom. Dimana pada sebuah
atom, elektron bergerak pada suatu orbit yang mengelilingi sebuah inti atom.
Elektron pada orbit yang berbeda memiliki jumlah energi yang berbeda. Elektron
yang berpindah dari orbit dengan tingkat energi lebih tinggi ke orbit dengan tingkat
energi lebih rendah perlu melepas energi yang dimilikinya. Energi yang dilepaskan
ini merupakan bentuk dari foton sehingga menghasilkan cahaya.Semakin besar
energi yang dilepaskan, semakin besar energi yang terkandung dalam foton.
b) Lampu Pijar
Lampu pijar (incandescent lamp) menggunakan filamen tipis di dalam bola
kaca yang hampa udara. Arus listrik mengalir dan memanaskan filamen. Pada suhu
yang sangat tinggi, cahaya akan berpijar pada filamen tersebut. Apabila bohlam
bocor dan oksigen menyentuh filamen panas, reaksi secara kimia akan terjadi
sehingga lampu rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Cahaya lampu pijar
dibangkitkan dengan mengalirkan arus listrik dalam suatu kawat halus. Dalam
kawat ini, energi listrik diubah menjadi panas dan cahaya. Kalau suhu ditingkatkan,
panjang gelombangakan bergeser. Maksimum grafik energi akan bergeser ke arah
gelombang yang lebih pendek, kearah warna ungu. Bola lampu pijar terdiri dari
hampa udara atau berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari kawat pijar
tungsten/wolfram, namun tidak akan menghentikan penguapan. Warna gelap bola
lampu dikarenakan tungsten yang teruapkan mengembun pada permukaan lampu
yang relatif dingin. Dengan adanya gas inert, akan menekan terjadinya penguapan,
dan semakin besar berat molekulnya akan makin mudah menekan terjadinya
penguapan.

c) Lampu HE (Hemat Energi)

Lampu hemat energi (LHE) adalah jenis lampu yang dirancang secara
khusus agar energi yang dikonsumsi lebih hemat. Lampu hemat energi didesain
untuk memaksimalkan energi listrik yang diserap diubah ke dalam energi cahaya
dan menekan losses seminimal mungkin.

Umumnya selain menjadi energi cahaya, energi listrik juga berubah menjadi
energi panas. Oleh karena itu, salah satu ciri lampu hemat energi adalah relatif
tidak terlalu panas saat digunakan.

Untuk memahami istilah Lampu Hemat Energi, kita akan mencoba melihat dari
sudut pandang lampu dengan kategori “lampu boros energi”. Kita ambil contoh
lampu pijar.

Seperti kita lihat pada gambar di samping, cahaya pada lampu pijar berasal dari
filamen yang “terbakar” ketika dialiri arus listrik. Prinsipnya hampir sama dengan
cahaya yang dihasilkan oleh lilin, bedanya yang membakar filamen adalah arus
listrik. Oleh karena itu lampu pijar akan terasa sangat panas ketika sedang
menyala. Karena terlalu banyaknya energi listrik yang menjadi panas inilah maka
lampu pijar masuk kategori lampu boros energi.

Energi listrik yang seharusnya berubah menjadi cahaya, sebagian besar berubah
menjadi panas yang tidak kita gunakan.
Semakin hemat listrik, maka semakin sedikit energi listrik yang diubah menjadi
panas. Itu artinya tingkat efisiensinya semakin tinggi. Untuk lampu pijar ini,
tingkat efisiensinya hanya 10% saja, artinya 90% energi listriknya diubah menjadi
panas.
2.5 Cahaya
Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang
dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya
dalam spektrum elektromagntisnya. Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan
fenomena sebagai berikut; pijar padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat
dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000K.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dengan melakukan pemeriksaan atau pengukuran
pada ruangan. variabel yang di ukur atau di periksa dalam praktikum ini adalah
kwh, temperature, kelembapan, kuat cahaya ruangan, luas ruangan dan kapasitas
ac.
3.2 Lokasi Praktikum
Lokasi berada di gedung lab TET tepatnya di ruang kerja dosen Politeknik
Negeri Jember. .Gedung lab TET ini di design dengan banyak ventilasi di dalam
ruagan. Meskipun begitu sistem yang diberikan masih kurang baik, hampir tidak
ada satupun pepohonan yg mengitari gedung teknik hingga suasana kurang sejuk.
3.2Analisa data
Data yg diperoleh kemudian di analisis dengan menggunakan metode
analisis deskriptif kuantatif dan perhtungan energi yaitu IKE. Peralata yg digunakan
dalam praktikum ini adalah Power meter, role meter, thermometer dan lain lain.
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


a. Data penggunaan AC

b. Berikut data intensitas cahaya pada ruangan dosen dengan jenis lampu LED,
Pijar, dan HE
Tabel 1 Lampu LED
Waktu (menit) P (Watt) I (lux)
0 13 511
1 13 519
2 13 514
Tabel 2 Lampu PIJAR
Waktu (menit) P (Watt) I (lux)
0 27,5 067
1 28 070
2 28 071

Tabel 3 Lampu HE
Waktu (menit) P (Watt) I (lux)
0 17 170
1 16,5 180
2 16,5 194

Luas ruangan = L1-L2


= (P x L) – (P x L)
= (390 cm x 333 cm) – (80 cm x 60 cm)
= 129870 – 4800
= 12,507 m2
Jumlah energi selama 5 jam pemakaian ac dalam sehari
= 570 watt x 5 jam
= 2850 watth
= 2,85 kwh
= 85,5 kwh (1 bulan )
= 1040,25 kwh (1thn)

A. Total energi AC + Lampu LED


Rata-rata daya pada lampu LED : P = 13W
Rata-rata intensitas pada lampu LED : I = 514,6 LUX
Lampu LED sudah memenuhi SNI
Total energi (LED) = 13W x 6 Jam
= 28 Wh/hari
= 2340 Wh/bulan
= 2,34 Kwh/bulan
Jadi total energi = energi AC + Eenergi lampu LED
= 85,5 Kwh/bulan+2,34 Kwh/bulan
= 87,84 Kwh/bulan * 12
=1.054,08 Kwh/tahun
Intensitas Konsumsi Energi = Energi Total/luas ruangan
= 1.054,08 Kwh/bulan/12,507 m2
= 84,27 Kwh/m2/tahun
B. Total energi AC + Lampu Pijar
Rata-rata daya pada lampu pijar : P = 27,8W
Rata-rata intensitas pada lampu pijar : I = 69,3 LUX
Untuk memenuhi SNI pencahayaan >= 300 lux
Pencahayaan SNI >= 300 lux : 5 x 69,3 lux = 346,5 lux
Daya dangan jumlah lampu SNI : 5 x 27,8 W = 139 W

Total energi (Lampu Pijar) = 139 Wx 6 Jam


= 834 Wh/hari
= 25.020 Wh/bulan
=25,02 Kwh/bulan
Jadi total energi = energi AC + Eenergi lampu Pijar
= 85,5 Kwh/bulan+25,02 Kwh/bulan
= 110,52 Kwh/bulan * 12
= 1.326,24 Kwh/tahun
Intensitas Konsumsi Energi = Energi Total/luas ruangan
= 1.326,24 Kwh/bulan/12,507 m2
= 106,039 Kwh/m2/tahun

C. Total energi AC + Lampu HE


Rata-rata daya pada lampu HE : P = 16,6W
Rata-rata intensitas pada lampu HE : I = 181,3 LUX
Untuk memenuhi SNI pencahayaan >= 300 lux
Daya dangan jumlah lampu SNI : 2 x 16,6W = 33.2 W
Pencahayaan SNI >= 300 lux : 2 x 181,3 lux = 362.6 lux
Total energi (Lampu HE) = 33,2 W x 6Jam
= 199,2 Wh/hari
= 6.976 Wh/bulan
= 6 Kwh/bulan
Jadi total energi = energi AC + Eenergi lampu HE
= 85,5 Kwh/bulan+6 Kwh/bulan
= 91,5 Kwh/bulan * 12
= 1.098 Kwh/tahun
Intensitas Konsumsi Energi = Energi Total/luas ruangan
= 1.098 Kwh/bulan/12,507 m2
= 87,79 Kwh/m2/tahun

4.2 Pembahasan
4.2.1 Intensitas Konsumsi Enegi
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada bangunan merupakan suatu nilai/besaran
yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengukur tingkat pemanfaatan energi disuatu
bangunan. Intensitas konsumsi energi di bangunan didefinisikan dalam besaran energi
persatuan luas area pada bangunan yang dilayani oleh energi.

IKE Bangunan Gedung ber-AC

Kriteria Keterangan
a) Desain gedung sesuai standar
tatacara perencanaan teknis
Sangat Efisien
konservasi energi
(50 – 95)
b) Pengoperasian peralatan
kWh/m2/Tahun
energi dilakukan dengan prinsip-
prinsip menejemen energi

a) Pemeliharaan gedung dan


peralatan energi dilakukan sesuai

Efisien prosedur

(95 – 145) b) Efisiensi penggunaan energi

kWh/m2/Tahun masih mungkin ditingkatkan


melalui penerapan sistem
menejemen energi terpadu
a) Penggunaan energi cukup
efisien melalui pemeliharaan
bangunan dan peralatan energi
Cukup Efisien
masih memungkinkan
(95 – 145)
b) Pengoperasian dan
kWh/m2/Tahun
pemeliharaan gedung belum
mempertimbangkan prinsip
konservasi energi
a) Audit energi perlu
dipertimbangkan untuk
menentukan perbaikan efisiensi
yang mungkin dilakukan
b) Desain bangunan maupun
Agak Boros
pemeliharaan dan pengoperasian
(145 – 175)
gedung belum
kWh/m2/Tahun
mempertimbangkan konservasi
energi
a) Audit energi perlu
dipertimbangkan untuk
menentukan langkah-langkah

Boros perbaikan sehingga pemborosan


energi dapat dihindari
(175 – 285)
b) Instalasi peralatan dan desain
kWh/m2/Tahun
pengoperasian dan pemeliharaan
tidak mengacu pada
penghematan energi
a) Agar ditinjau ulang atas semua
instalasi /peralatan energi serta

Sangat Boros penerapan menejemen energi

(285 – 450) dalam pengelolan bangunan

kWh/m2/Tahun b) Audit energi adalah langkah


awal yang perlu dilakukan

Dari tabel di atas dapat dibandingkan dengan nilai aktual hasil pengamatan dimana
didapatkan penggunaan enegi paling efisien pada ruangan tempat pengamatan(ruang
dosen) adalah pada kombinasi AC dengan lampu LED dimana nilai IKE nya 84,27
Kwh/m2/tahun, sementara untuk kombinasi AC dengan lampu pijar menjadi yang
‘terboros’ diantara penggunaan lampu lainnya meskipun nilai IKE nya masih
dikatakan efisien.

4.2.2 Standart Pencahayaan ruangan


Pada praktikum ini lokasi yang diamati adalah ruangan dosen dimana berdasarkan
tabel dibawah tingkat pencahayaan minimum pada ruang guru adalah 300 Lux.
SNI minimal pencahayaan pada setiap ruangan
Dari ketiga jenis lampu yang diamati hanya lampu LED yang mencapai
tingkat pencahayaan lebih dari 300 Lux dengan kata lain hanya lampu LED yang
recomended untuk ruangan dosen/guru. Untuk kedua lampu lainnya dapat
memenuhi standart tingkat pencahayaan dengan pertimbangan menambah jumlah
lampu yakni 5 lampu pada lampu pijar serta 2 lampu pada lampu HE. Lampu HE
dan lampu Pijar masing-masing memiliki tingkat pencahayaan 181,3 Lux dan 69,3
Lux.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesmipulan
Nilai intensitas konsumsi energi untuk ruangan dosen gedung lab TET-
Poltek Jember masuk dalam kategori sangat efisien untuk kombinasi beban energi
AC dengan Lampu LED.
Kondisi ketiga lampu penerangan (LED,HE dan pijar) rata-rata masih di
bawah standart pencahayaan SNI pada ruangan guru dengan lampu LED satu-
satunya yang memenuhi Standar. Untuk mencapai standart pencahayaan dilakukan
dengan menambahkan lima lampu pada lampu Pijar (khusus penggunaan lampu
pijar) dan 2 lampu pada lampu HE(khusus penggunaan lampu HE).

5.2 Saran
Pengumpulan data berupa data sejarah energi sangat penting untuk
mengontrol penggunaan energi pada masa yang akan datang.
Memberikan pepohonan disekitar gedung agar sistem vegitasi lebih baik
sehingga terpengaruh pada temperature ruangan.

Anda mungkin juga menyukai