Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKEL BEDAH II DENGAN KASUS CA. MAMAE

Dosen pembimbing : Mariani S.Kep.,Ns.,M.Ph

Disusun Oleh :

NURUL HIDAYATI (14401.16.17029)

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN-PROBOLINGO
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH II DENGAN KASUS CA.MAMAE

A. Definisi

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak menyerang


wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak
teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi
benjolan tumor (kanker) (Wijaya & Putri, 2013).

Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas.

Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan
payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel (Brunner & Sudart, 2010).

B. Etiologi

Wijaya & Putri, 2013 menjelaskan, penyebab dari kanker payudara masih belum jelas,
tetapi ada beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan payudara
yaitu: virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan familial. Penyebab spesifik kanker
payudara belum diketahui secara pasti. Namun beberapa factor resiko pada pasien diduga
berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu:.

1. Wanita risiko tinggi daripada pria.


2. Usia: risiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
3. Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga kanker payudara pada ibu/saudara
perempuan
4. Riwayat menstrual
- Early menarche (sebelum 12 tahun)
- Late menopause (setelah 50 tahun)
5. Riwayat kesehatan
6. Riwayat reproduksi: melahirkan anak pertama diatas 30 tahun, menggunakan alat
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan terapi estrogen.
7. Terapi radiasi: terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen.
8. Life style: diet lemak tinggi, mengkonsumsi alcohol (minum 2x sehari), obesitas,
trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi, merokok.
9. Umur > 40 tahun
Faktor resiko

a) Riwayat pribadi Ca payudara


b) Menarche dini
c) Nullipara/ usia lanjut pada kelahiran anak pertama
d) menopause pada usia lanjut
e) Riwayat penyakit payudara jinak
f) Riwayat keluarga dengan ca mamae
g) Kontrasepsi oral
h) Terapai pergantian hormone
i) Pemajanan radiasi
j) Masukan alcohol
C. Tanda dan gejala
1. Terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, dari mulai ukuran
kecil kemudian menjadi besar dan teraba seperti melekat pada kulit, biasanya
memiliki pinggiran yang tidak teratur,
2. Keluar cairan abnormal dari puting susu, berupa nanah, darah, cairan encer padahal
ibu tidak sedang hamil,
3. Ada perlengketan dan lekukan pada kulit,
4. Perubahan warna atau tekstur kulit pada payudara,
5. Payudara tampak kemerahan dan kulit disekitar puting susu bersisik,
6. Terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama,
7. Rasa tidak enak dan tegang,
8. Retraksi puting,
9. Pembengkakan local,
10. Konsistensi payudara yang keras dan padat,
11. Benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam
stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker diluar payudara.
12. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam, tarikan dan
refraksi pada areola mammae,
13. Edema dengan peant d’orange (keriput seperti kulit jeruk),
14. Pengelupasan papilla mammae,
15. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mammografi,
16. Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan,
pembengkakan
17. lengan atau ulserasi kulit.

D. Anatomi Fisiologi Mamma

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus,
ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75%
ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan
medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormone. Perubahan pertama ialah
mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesterone yang
diproduksi ovarium dan juga hormone hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang
dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua ialah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan
menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelumnya menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan
tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palapasi, tidak mungkin dilakukan. Pada
waktu itu, pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu
besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.

Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi
besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus
baru. Sekresi hormone prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus
keputing susu.
E. Pathway

Faktor Predisposisi dan resiko tinggi Hiperplasia pada sel.mamae

Mendesak sel syaraf Mendesak


Mendesak jaringan
pembuluh darah
sekitar
Interupsi sel syaraf
Menekan jaringan pada
Aliran darah
mamae
Nyeri terhambat
Mensuplai daeah ke
jaringan ca Peningkatan
Hipoxia
konsistensi mamae

Hipermetabolis ke Ukuran mamae Nikrosis jaringan


jaringan Mamae abnormal
membengkak
Bakteri patogen
Massa tumor
Suplai nutrisi ke Mamae asimetik
membengkak ke
jaringan lain
jaringan luar infeksi
Gang. Body Image
Berat badan turun
Perfusi jaringan Kurang
terganggu pengetahuan
Resiko
ketidakseimbangan
Infiltrasi pleura Cemas
cairan Ulkus
parietale

Gang.integritas kulit Expansi paru


menurun
g

Gang. Pola nafas


payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus
limfe yang terkena, dan bukti adanya metastasis yang jauh.
Tumor primer (T) :
1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2. T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4. T1 :Tumor:
a. T1a : Tumor < 0,5
b. T1b :Tumor 0,5 – 1 cm
c. T1c :Tumor 1 – 2 cm
5. T2 :Tumor 2 – 5 cm
6. T3 : Tumor diatas 5 cm
7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau
kulit :
a. T4a : Melekat pada dinding dada
b. T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange
c. T4c : T4a dan T4b
d. T4d : Mastitis karsinomatosis
Nodus limfe regional (N) :
1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila
3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat
4. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau
melekat pada jaringan sekitarnya
5. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
Metastas jauh (M) :

1. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan


2. M0 : Tidak ada metastase jauh
3. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
Menurut Wijaya (2013) kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
1. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot
pektoralis.
2. Stadium II A
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
Stadium II B
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh.
3. Stadium III A
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.
Stadium III B
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan terdapat
penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus
(LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke
kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Stadium III C
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular
ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria
interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral
4. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang
rusuk.
F. Penatalaksanaan
Pembedahan
1. Mastektomi parsial (eksisi tumor local dan penyinaran).
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang
luas dengan kulit yang terkena)
2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi seluruh payudara, semua atau sebagian jaringan
aksial.
a. Mastektomi radikal, yaitu seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor
dibawahnya, seluruh isi aksial.
b. Mastektomi radikal yang diperluas, yaitu sama seperti mastektomi radikal
ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
Non Pembedahan
1. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut;
pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
Penyinaran radiasi biasa dilakukan setelah insisi massa tumor untuk mengurangi
kecenderungan kekambuhan dan menyingkirkan kanker residual. Radiasi penyinaran
eksternal dengan foton yang diberi melalui akselarasi limer, di beri setiap hari selama >
45 minggu dari seluruh ragio payudara pasca radiasi.
Efek samping bersifat sementara yaitu reaksi kulit sekitar 2 minggu setelah pengobatan
komplikasi radiasi mencakup pneumonitis, fraktur iga dan fibrosis payudara yang jarang
terjadi.
2. Kemotrapi
Ada yang sistemik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut. Kombinasi
obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembangbiak dengan cepat atau menekan
perkembangbiakannya dan obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi
kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan
pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.
Preparat yang sering digunakan dalam kombinasi adalah : cytoxan ©, methorexate (m),
fluorouracil (F) dan adrilamycin (A) kombinasi yang biasa digunakan adalah cmf atau
CAF. Pemberian kombinasi kemoterapi didasarkan pada usia, status fisik, penyakit, dan
akut tidaknya dalam percobaan klinik.
Efek samping: Mual, muntah, perubahan rasa kecap, alopesra, mukosis, demotitis,
keletihan, peningkatan BB, depresi sumsum tubuh.
3. Terapi hormone dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi.
Keputusan pemberian terapi hormonal didasarkan pada indeks reseptor astrogen.
Progesterone dari pemeriksaan uji jaringan tumor diambil saat biopsy.
Preparat yang digunakan :
a. Temoxifen
Indikasi : pasca menopause dengan reseptor estrogen dan nodus aksilaris +.
Efek samping : mual, muntah, rasa panas, refeni cairan, dan depresi.
b. Diethyustriibestrol
Menghambat pelepasan FSH dan IH untuk menurunkan ekstrogen dan ikatan
ekstrogen.
Efek samping : peningkatan BB, fetasi cairan, mual.
c. Mengestrol untuk menurunkan reseptor ekstrogen.
Efek samping : peningkatan BB, peningkatan nafsu makan.
d. Auksimesteron (halotestin) yang menekan ekstrogen dengan menekan IH dan
FSH.
Efek samping : veriksasi (peningkatan pertumbuhan bulu wajah, suara lebih
dalam).
e. Amihognitotimid (cytodren) yang mengubah androgen menjadi astrogen.
Efek samping : ruam, frasitus.

G. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
dalam serum/plasma, pemeriksaan sitologis.
2. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara,
hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
3. Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
4. CT Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carcinoma payudara pada organ
lain.
5. Sistologi biopsy aspirasi jarum halus.
6. Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor
pada peredaran darah dengan sedimental dan sentriifugasi darah.

H. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.dagen pencedera fisiologis:inflamasi
2. Resiko ketidak seimbangan cairan b.d prosedur pembedahan mayor
3. Gangguan intergritas kulit /jaringan b.d perubahan pigmentasi
4. Risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder yakni supresi
respon inflamasi.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan yang
meliputi:
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status
perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan
nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan
makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah
mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan
frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Rambut: biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.
c. Mata: biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak
ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga: normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan
tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
g. Leher: biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada: adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau tanda-
tanda radang.
i. Hepar: biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
4. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya
kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi
penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung
MSG.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat
defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
d. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu
karena terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi
akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita
normal.
h. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi social.
i. Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.
k. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang
dada.
1. Intervensi keperawatan

Rencana keperawatan
N Diagnosis Tujuan Kriteria hasil Intervensi
o
1 Nyeri Akut Setelah L.08066 Tingkat nyeri I. Manajemen Nyeri:
. dilakukan 1. Keluhan nyeri menurun a. Observasi
tindakan 2. Anoreksia menurun 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
keperawatan 3. Meringis menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
selama 7 jam 4. Frekunsi nadi membaik 2) Identifikasi skala nyeri
sekali di 3) Identifikasi responnyeri non verbal
harapkan nyeri L.08063 Kontrol kontrol nyeri 4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
pasien 1. Melaporkan nyeri memperingan nyeri
berkurang atau terkontrol meningkat 5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
hilang 2. Kemampuan mengenali tentang nyeri
penyebab nyeri meningkat 6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
3. Kemampuan respon nyeri
menggunakan tehnik non- 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
farmakologi hidup
4. Keluhan nyeri menurun 8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Kompres
hangat/dingin)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

I.08245 Perawatan kenyamanan


1. Berikan posisi yang nyaman
2. Ciptakaan lingkungan yang nyaman
3. Berikan kompres dingin dan hangat
4. Ajarkan terapi relaksasi
5. Kolaborasi pemberian analgesik,
antipruritus, jika perlu
2 Resiko Setelah L. 03020 keseimbangan cairan I03098 menejemen cairan.
. ketidakseimba dilakukan 1. Asupan cairan meningkat  Observasi
ngan cairan tindakan 2. kelembabaan membrane 1. Monitor tatus hidrasi
keperawatan mukosa 2. Monitor berat badan harian
selama 7 jam 3. dehidrasi menurun 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah
sekali di 4. denyt nadi radial menurun dialysis
harapkan 5. Mata cekung membaik 4. Monitor hasil laboratorium
pasien 6. turgor kulit membaik  Terapeutik
membaik 1. Catat intake-output dan hitung balans
L.03028 Status cairan cairan 24 jam
1. Freukensi nadi 2. Berikan asupan, cairan sesuia kebutuhan
2. Out put urin menurun 3. Berikan cairan intravena, jika perlu
3. Turgor kulit membaik  Kolaborasi
Kolaborasi pemberian deuritek, jika perlu
l.0321 pemantuan cairan
 Observasi
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor berat badan
3. Monitor turgor kulit
4. Monitor jumlah warna urin
5. Monitor intake dan output cairan
 Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
 Edukasi
1. Jelakan tujuan dan prosedur pemantauan

3 Gangguan Setelah L.14125 intergritas kulit dan I.14564 perawatan luka


. intergritas dilakukan jaringan  Observasi
kulit tindakan 1. Kerusakan jaringan 1. Monitorkarakteriktristik
keperawatan menurun luka(mis,drainase,warna, ukuran, bau.)
selama 7 jam 2. Kerusakan lapisan kulit 2. Monitor tanda-tanda infeksi
sekali di menurun  Terapeutik
harapkan 3. Nyeri menurun 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
pasien 4. Kemerahan menurun 2. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
membaik 5. Nekrosis menurun pembedahan nontosik,sesuai kebutuhan
6. Perfusi jaringan meningkat 3. Bersihkan jaringan nekrotik
4. Berika salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika
L.14129 penyembuhan luka perlu
5. Pasang balutan sesuai jenis luka
1. Penyatuan kulit membaik 6. Pertahankan teknik steril saat melakukan
2. Jaringan granulasi perawatan luka
membaik 7. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
3. Edema pada sisi luka drainage
menurun 8. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
4. Peradangan menurun sesuai kondisi pasien.
5. Nyeri menurun 9. Berikan diet dengan kalori 30-35
6. Nekrosis menurun kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-
7. Infeksi menurun 1,5g/kg/BB/hari.
10. Berikan suplemen vitamin dan
mineral(mis.vit A, vit C, Zinc,asam
amino)sesuai indikasi.
 Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
3. Anjurkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
 Kolaborasi
1. Kolaborsi prosedur debridement
(mis.enzimetik, biologis, mekanis, oautolitik)
jika perlu.
2. Kolaborasi pemberian antibiotic,jika perlu.

4 Risiko infeksi Setelah Tingkat infeksi: Pencegahan infeksi:


berhubungan dilakukan 1) Peningkatan kebersihan a. Observasi
dengan tindakan tangan 1) Monitor tanda dan gejala infeksi dan
ketidakadekua keperawatan 2) Peningkatan nafsu makan lokal dan sistemik
tan pertahanan selama 7 jam Penurunan nyeri b. Terapeutik
tubuh dapat 1) Batasi jumlah pengunjung
sekunder mengurangi 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
yakni supresi risiko infeksi dengan pasien dan lingkungan pasien
respon 3) Pertahankan teknik aseptik pada pasien
inflamasi. berisiko tinggi
c. Edukasi
1) Jelskan tanda dan gejala infeski
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3) Ajarkan cara memriksa kondisi luka atau
luka operasi
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
Daftar pustaka

Adji, Suwandono. 2010. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Anoname 2. 2012. Asuhan Keperawatan Kanker Payudara. Yogjakarta: Media Hardi

Brunner & Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Kusuma, Wayan. 2011. Ca Mammae atau Kanker Payudara Skenario Kasus D (Online)
(http://sumber93.co.id/2015/05/ca-mammae-atau-kanker-payudara-
skenario.html).Diakses tanggal 26 Oktober 23.15.
Tasripiyah, Anis S., 2012. Hubungan Koping Dan Dukungan Sosial Dengan Body Image
Pasien Kanker Payudara Post Mastektomi Di Poli Bedah Onkologi Rshs Bandung.
Students E-Journals Vol. 1 No.1 Universitas Padjadjaran.
Wijaya, Andra S,. 2013. KMB 2, Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Dewasa
Dilengkapi Contoh Askep.Yogyakarta: Nuha Medika.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta:
DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta:
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai