Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas hukum-hukum dasar kimia.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai hukum dasar kimia. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

1
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari materi yang
meliputi susunan, sifat, dan parubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi.
Penelitian yang cermat terhadap pereaksi dan hasil reaksi telah melahirkan hukum-hukum
dasar kimia yang menunjukkan hubungan kuantitatif atau yang disebut stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu stoicheon yang berarti unsur dan metrainyang
berarti mengukur. Dengan kata lain, stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi. Hukum-hukum kimia dasar tersebut
adalah hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, , hukum perbandingan
berganda, hukum perbandingan volume hukum kesamaan gas, hukum boyle dan hukum
gas ideal. Hukum-hukum dasar kimia itu merupakan pijakan kita dalam mempelajari dan
mengembangkan ilmu kimia selanjutnya.

2
BAB II

ISI

a. Hukum Kekekalan Massa (Lavoiser)

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier


adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan
meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut(dalam sistem tertutup
Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum
digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk
tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu
sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk.

Hukum kekekalan massa diformulasikan oleh Antonie Lavoisier pada tahun 1789.
Oleh karena hasilnya ini, ia sering disebut sebagai bapak kimia modern. Sebelumnya, Mikhail
Lomonosov (1748) juga telah mengajukan ide yang serupa dan telah membuktikannya dalam
eksperimen. Sebelumnya, kekekalan massa sulit dimengerti karena adanya gaya buoyan
atmosfer bumi. Setelah gaya ini dapat dimengerti, hukum kekekalan massa menjadi kunci
penting dalam merubah alkemi menjadi kimia modern. Ketika ilmuwan memahami bahwa
senyawa tidak pernah hilang ketika diukur, mereka mulai melakukan studi kuantitatif
transformasi senyawa. Studi ini membawa kepada ide bahwa semua proses dan transformasi
kimia berlangsung dalam jumlah massa tiap elemen tetap.

Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti kimia,
teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu relativitas spesial, kekekalan
massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel yang tetap dalam suatu sistem
ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan
bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika suatu benda
berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena massa dan energi
berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi, massa dalam jumlah
yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian, dalam hampir seluruh
peristiwa yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan karena
massa yang berubah sangatlah sedikit.

“Massa zat
“Massa zat sebelum
sebelum dan
dan sesudah
sesudah reaksi
reaksi selalu
selalu sama.”
sama.”

Contoh:

3
39 gram Kalium direaksikan dengan 36,5 gram HCl.
Berapakah zat hasil reaksi? Bila Ar K = 39; Ar Cl = 35,5; Ar H = 1
Jawab: 2 K + 2 HCl 2 KCl + H2
mol Kalium = 39 / 39
= 1 mol

b. Hukum Perbandingan tetap (Proust)

Salah satu sifat sifat yang membedakan senyawa dengan campuran yaitu senyawa
memiliki susunan yang tetap. Hal ini diungkapkan oleh Joseph Louis Proust seorang ahli
kimia Perancis yang kini dikenal sebagai hukum perbandingan tetap atau Hukum Proust,
berbunyi
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa adalah selalu tetap walaupun
berasal dari daerah yang berbeda dan dibentuk dengan cara yang berbeda”.

Misalnya besi (Fe) direaksikan dengan belerang (S) membentuk besi(III) sulfida dan
massa reaktan, produk dan sisa reaktan seperti yang tertera pada tabel berikut.

Fe (g) S (g) Fe2S3 (g) Sisa (g)


7 4 11 -
8 4 21 S=1
14 9 22 S=1
22 14 33 S = 2, Fe = 1

Dari data-data di atas dapat diketahui setiap 7 g besi bereaksi dengan 4 g belerang. Hal
ini menunjukan massa besi dan belerang yang ada dalam Fe2S3 selalu tetap yaitu 7 : 4.
Perbandingan massa unsur dalam senyawa dapat ditentukan dengan cara mengalikan jumlah
atom dengan atom relatif masing-masing unsur. Misalnya H2O perbandingan massa hidrogen
dengan oksigen = 1 : 8. Perbandingan ini dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.

Massa atom H : massa atom O = (2 x Ar.H) : (1 x Ar.O)


= (2 x 1) : (1 x 16)
= 2 : 16
=1:8

4
Contoh: Jika kita mereaksikan 4 gram hidrogen dengan 40 gram oksigen, berapa gram air yang
terbentuk?
Penyelesaian
Perbandingan massa hidrogen dengan oksigen = 1 : 8. Perbandingan massa hidrogen dengan
oksigen yang dicampurkan = 4 : 40. Karena perbandingan hidrogen dan oksigen = 1 : 8, maka 4
gram hidrogen yang diperlukan 4 x 8 gram oksigen yaitu 32 gram. Untuk kasus ini oksigen yang
dicampurkan tidak bereaksi semuanya, oksigen masih bersisa sebanyak ( 40 – 32 ) gram = 8 gram.
Nah, sekarang kita akan menghitung berapa gram air yang terbentuk dari 4 gram hidrogen dan 32
gram oksigen? Tentu saja 36 gram.

Ditulis Sebagai H2 + O2 ==> H2O


Perbandingan massa 1 gram 8 gram 9 gram
Jika awal bereaksi 4 gram 40 gram ….. gram?
Yang Bereaksi 4 gram 32 gram 36 gram
Oksigen bersisa = 8 gram.

c. Hukum Perbandingan Berganda (Dalton)

Dalton mendefinisikan atom sebagai unit terkecil dari suatu unsur yang dapat
melakukan penggabungan kimia. Dalton membayangkan suatu atom yang sangat kecil dan
tidak dapat dibagi lagi. Tetapi, serangkaian penyelidikan yang dimulai pada tahun 1850-an
dan dilanjutkan pada abad IXX (kesembilan belas) secara jelas menunjukkan bahwa atom
sesungguhnya memiliki struktur internal: yaitu atom tersusun atas partikel-partikel yang lebih
kecil lagi, yang disebut partikel subatom. Penelitian tersebut mengarah pada penemuan tiga
partikel subatom-elektron, proton, dan neutron.

“Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan
massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang
tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan tetap.”

Contoh: MnO : Mn2O7 (Mr Mn = 55, O = 16)


Berat O = 8 gram
55
Mn = 55+16 × 8 = 6,19 𝑔𝑟𝑎𝑚 (dalam MnO)

5
2×55
Mn = 16×7+2×55 = 3,96𝑔𝑟𝑎𝑚 (dalam Mn2O7)

d. Hukum Perbandingan Volume (Gay Lussac)

Sebelumnya telah banyak yang melakukan percobaan mengenai hukum perbandingan


volume yaitu diantanranya Henry Cavendish, William Nicholson, dan Antonie Carlise yang
menemukan perbandingan volume hidrogen dan oksigen tetapi belum dapat menemukan
perbandingan hasil reaksi antara gas hidrogen dan oksigen.

Di awali oleh percobaan Joseph Priestley pada tahun 1781 yang menemukan gas
hidrogen dan gas oksigen yang dapat membentuk uap air, kemudian Henry Cavendish
menemukan volume gas hidrogen dan gas oksigen yang bereaksi membentuk uap air memiliki
perbandingan 2 : 1. Tenyata William Nicholson dan Anthony Carlise berhasil menguraikan
uap air menjadi gas hidrogen dan oksigen melalui proses elektrolisis.

Joseph Louis Gay Lussac yang merupakan ahli kimia Prancis pada tahun 1808
melakukan eksperimen dan mengamati volume gas-gas terlibat dalam suatu reaksi.
Pengamatan ini dilakukan terhadap temperatur dan tekanan yang tetap atau sama sehingga
menghasilkan:

a. Satu bagian volume gas hidrogen bereaksi dengan satu bagian volume gas klorin
menghasilkan dua volume gas hidrogen klorida:
H2(g) + Cl2(g) 2HCl(g)
b. Dua bagian volume gas hidrogen bereaksi dengan satu bagian volume gas oksigen
menghasilkan dua bagian volume air:
2H2(g) + O2(g) 2H2O(g)

Sehingga dari data tersebut terdapat bunyi hukum perbandingan volume:

“Pada
“Padakondisi
kondisitemperatur
temperaturdan
dantekanan
tekananyang
yangsama,
sama,perbandingan
perbandinganvolume
volumegas-gas
gas-gas pereaksi
pereaksi
dengan gas-gas hasil
dengan reaksihasil
gas-gas merupakan bilangan bulat
reaksi merupakan dan sederhana”
bilangan bulat dan sederhana”

Dapat juga dikatan:

“Pada kondisi
“Pada kondisitemperatur
temperaturdan
dantekanan
tekanan yang sama, perbandingan
yang sama, perbandingan volume
volumegas-gas
gas-gassama
sama
dengan perbandingan koefisien
dengan dalam reaksi
perbandingan yangdalam
koefisien sama”reaksi yang sama”

6
Data Percobaan Gay Lussac

Volume Gas
Volume Gas Oksigen yang Volume Uap Air
Percobaan Hidrogen yang
Direaksikan (L) yang Dihasilkan (L)
Direaksikan (L)
1 1 2 2
2 2 4 4
3 3 6 6

Sehingga dapat diperoleh rumus perbandingan volume:

V1/N1 = V2/N2 dimana P dan T tetap

Keterangan : P = tekanan gas (atm)

T= suhu (K)

V= volume gas (L)

n= banyaknya gas (mol)

“Sehingga perbandingan koefisien dalam reaksi kimia = perbandingan volume


pada keadaan suhu dan tekanan yang tetap.”

Contoh Soal

1. C3H8 + O2 CO2 + H2O


Pada suhu dan tekanan tertentu, perbandingan volume CO2 dan H2O adalah
C3H8 + 5O2 3CO2 + 4H2O
Perbandingan volume CO2:H2O adalah 3:4

2. Jika 6 liter hidrogen bereaksi dengan nitrogen membentuk amonia, hitunglah volume
nitrogen dan volume amonia dalam keadaan suhu dan tekanan yang tetap
3H2 + N2 2NH3

7
e. Hukum Kesamaan Gas (Avogrado)

Mengapa perbandingan volume gas-gas dalam suatu reaksi merupakan bilangan


sederhana? Banyak ahli termasuk Dalton dan Gay Lussac gagal menjelaskan hukum
perbandingan volume yang ditemukan oleh Gay Lussac. Ketidakmampuan Dalton karena ia
menganggap partikel unsur selalu berupa atom tunggal (monoatomik). Pada tahun 1811,
Amedeo Avogadro menjelaskan percobaan Gay Lussac. Menurut Avogadro, partikel unsur
tidak selalu berupa atom tunggal (monoatomik), tetapi berupa 2 atom (diatomik) atau lebih
(poliatomik). Avogadro menyebutkan partikel tersebut sebagai molekul.

Gay Lussac:

2 volume gas hidrogen + 1 volume gas oksigen -> 2 volume uap air

Avogadro:

2 molekul gas hidrogen + 1 molekul gas oksigen -> 2 molekul uap air

Dari sini Avogadro mengajukan hipotesisnya yang dikenal hipotesis Avogadro yang berbunyi:

“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan
mengandung jumlah molekul yang sama pula.”

Jadi, perbandingan volume gas-gas itu juga merupakan perbandingan jumlah molekul
yang terlibat dalam reaksi. Dengan kata lain perbandingan volume gas-gas yang bereaksi
sama dengan koefisien reaksinya (Martin S. Silberberg, 2000). Mari kita lihat bagaimana
hipotesis Avogadro dapat menjelaskan hukum perbandingan volume dan sekaligus dapat
menentukan rumus molekul berbagai unsur dan senyawa.

Contoh : Berapakah volume gas 29 gram C4H10 pada temperatur dan


tekanan tetap, di mana 35 liter oksigen beratnya 40 gram
(Mr C4 H10 = 58; Ar O = 16)
Jawab : Mol C4H10 = 29 / 54 = 0,5 mol
Mol O2 = 40 / 32 = 1,25 mol
1⁄ mol C4H10 = 0,5 / 1,25 x 35 = 14 liter
2

8
f. Hukum Boyle.

Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang bila
dipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal sebagai hukum Boyle
yang berbunyi :

bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik dengan
tekananya

Dalam sejarah ilmu kimia terdapat beberapa tahap, antara lain tahap alkemi, tahap
ilmu kimia. dan tahap ilmu kimia modern Boyle adalah bapak ilmu kimia, sedangkan
Lavoisier adalah bapak ilmu kimia modern. Mengapa Boyle disebut bapak ilmu kimia?
Karena ia mengadakan eksperimen secara ilmiah. Karena ia menemukan konsep atom. Karena
ia dapat membedakan unsur senyawa dan campuran. Ia dapat membedakan asam, basa dan
alkali. Para ahli sebelumnya tidak dapat. Misalnya Aristoteles, ahli filsafat Yunani yang
terbesar, mengira air, tanah, api, dan udara, adalah unsur.

Demokritos, ahli filsafat Yunani, mengutarakan bahwa semua benda terdiri dari atom.
Tapi selama hampir 2000 tahun pendapat itu dilupakan orang, karena para ahli lebih suka
mengikuti ajaran Aristoteles yang teryata keliru Menurut Aristoteles semua benda terdiri dari
air, tanah, udara, dan api. Paracelcus, ahli fisika Swiss berpendapat bahwa semua benda
terdiri dari merkuri, belerang dan garam. Van Helmont, ahli kimia Belgia mengira bahwa
semua benda terdiri dari udara dan air.

Pada tahun 1661 Boyle menghidupkan kembali ajaran Demokritos. Ia mengungkapkan


dalam bukunya yang berjudul The Sceptical Chymist (Ahli Kimia Yang Sangsi). Dalam
bukunya itu Boyle menyerang ajaran Aristoteles dan Paracelsus. Ia mencela Aristoteles yang
memandang benda dari segi forma dan kualitas. Boyle menyatakan bahwa semua benda
terdiri dari atom, Adanya zat yang beraneka ragam disebabkan karena jumlah atom,
kedudukan atom, gerak atom, dan susunan atom. Karena jasa Boyle, ilmu fisika dan kimia
diluruskan ke jalur yang benar.

P1.V1 = P2.V2

Contoh : 1 mol gas CO2 dengan volume 10 liter dan tekanan 1,5 atm 1 mol gas H2 dengan
volume 30 liter. Pada temperatur yang sama dengan gas CO2, berapa tekanannya?

9
Jawab : Diketahui : P1 = 1,5 atm
V1 = 10 liter
V2= 30 liter
Ditanya : P2?
Jawab : P1.V1 = P2.V2
1,5 x 10 = P2 x 30
P2 = 0,5 atm

g. Hukum Gas Ideal (1834)


Gas merupakan satu dari tiga wujud zat dan walaupun wujud ini merupakan bagian tak
terpisahkan dari studi kimia, bab ini terutama hanya akan membahas hubungan antara
volume, temperatur dan tekanan baik dalam gas ideal maupun dalam gas nyata, dan teori
kinetik molekular gas, dan tidak secara langsung kimia. Bahasan utamanya terutama tentang
perubahan fisika, dan reaksi kimianya tidak didiskusikan. Namun, sifat fisik gas bergantung
pada struktur molekul gasnya dan sifat kimia gas juga bergantung pada strukturnya. Perilaku
gas yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat
makroskopik pada struktur mikroskopik.

Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.

1. Gas bersifat transparan.


2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi,
volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak
hingga kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan
mengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut.

10
Dari berbagai sifat di atas, yang paling penting adalah tekanan gas. Misalkan suatu
cairan memenuhi wadah. Bila cairan didinginkan dan volumenya berkurang, cairan itu tidak
akan memenuhi wadah lagi. Namun, gas selalu akan memenuhi ruang tidak peduliberapapun
suhunya. Yang akan berubah adalah tekanannya.

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan gas adalah manometer, sedangkan alat
pengukur tekanan atmosfer adalah barometer yang diciptakan oleh Torricelli. Tekanan
didefinisikan gaya per satuan luas, jadi tekanan = gaya/luas. Dalam SI, satuan gaya adalah
Newton (N), satuan luas m2, dan satuan tekanan adalah Pascal (Pa). 1 atm kira-kira sama
dengan tekanan 1013 hPa.

1 atm = 1,01325 x 105Pa = 1013,25 hPa

Namun, dalam satuan non-SI unit, Torr, kira-kira 1/760 dari 1 atm, sering digunakan
untuk mengukur perubahan tekanan dalam reaksi kimia. Fakta bahwa volume gas berubah
bila tekanannya berubah telah diamati sejak abad XVII oleh Torricelli dan filsuf/saintis
Perancis Blase Pascal (1623-1662). Boyle mengamatibahwa dengan mengenakan tekanan
dengan sejumlah volume tertentu merkuri, volume gas, yang terjebak dalam tabung gelas
yang tertutup di salah satu ujungnya, akan berkurang. Dalam percobaan ini, volume gas
diukur pada tekanan lebih besar dari 1 atm.

Boyle membuat pompa vakum menggunakan teknik tercangih yang ada waktu itu, dan
ia mengamati bahwa gas pada tekanan di bawah 1 atm akan mengembang. Setelah ia
melakukan banyak percobaan, Boyle mengusulkan persamaan untuk menggambarkan
hubungan antara volume V dan tekanan P gas. Hubungan ini disebut dengan hukum Boyle.

PV = k (suatu tetapan)

Tiga hukum Gas


Hukum Boyle : V = a/P (pada T, n tetap)
Hukum Charles : V = b.T (pada P, n tetap)
Hukum Avogadro : V = c.n (pada T, P tetap)

Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada P. Hubungan ini
dapat digabungkan menjadi satu persamaan:

11
V = RTn/P
atau
PV = nRT

R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan keadaan gas
ideal atau lebih sederhana persamaan gas ideal. Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta
gas, yang merupakan satu dari konstanta fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung
pada satuan yang digunakan. Dalam sistem metrik, R = 8,2056 x10-2dm3atm mol -1K-1 Kini,
nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih sering digunakan.

PV = n.R.T

Keterangan: V = Volume
P = Tekanan
n = mol
R = Konstanta (0,082)
T = Temperatur

Contoh:
Hitung volume 1 mol gas pada keadaan standar
(0oC pada tekanan 1 atm = 273K).
Jawab : PV = n. RT
1xV = 1 x 0,082 x 273
V = 22,4

12
BAB III
Kesimpulan

Hukum- hukum dasar kimia seperti yang dibahas di atas mempunyai peranan yang
penting dalam ilmu kimia yaitu sebagai pondasi atau dasar dari segala penghitungan rumus
kimia yang kita gunakan sehari-hari. Hukum – Hukum tersebut antara lain; Hukum kekekalan
massa, hukum perbandingan tetap, hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan
volume, hukum kesamaan gas, hukum boyle dan hukum gas ideal

Hukum kekalan massa dikemukakan oleh Antonie Lavoiser pada tahun 1789
menyatakan bahwa Massa sebelum dan sesudah reaksi selalu sama. Dengan kata lain, hukum
ini menyatakan bahwa dalam reaksi kimia, suatu materi tidak dapat diciptakan ataupun
dimusnahkan.

Hukum perbandingan tetap dikemukan oleh Joseph Proust pada tahun 1799, (Joseph
Louis Proust, 1754-1826) menyatakan bahwa Perbandingan massa unsur – unsur dalam
senyawa adalah selalu tetap walaupun berasal dari daerah yang berbeda dan dibentuk dengan
cara yang berbeda. Dengan kata lain setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-
unsur yang tetap.

Hukum perbandingan berganda dikemukakan oleh John Dalton (1766 – 1844)


menyatakan bahwa “Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka
perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang
tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan tetap.”

Hukum Perbandingan Volume yang dikemukakan oleh Gay Lussac menyatakan


bahwa “Pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas
pereaksi dengan gas-gas hasil reaksi merupakan bilangan bulat dan sederhana”. Dengan kata
lain “Pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas sama
dengan perbandingan koefisien dalam reaksi yang sama”

Hukum kesamaan gas yang dikemukakan oleh Amedeo Avogrado menyatakan bahwa
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan mengandung
jumlah molekul yang sama pula”. Pernyataan ini dapat dirumuskan dengan P1V1=P2V2

13
Hukum Boyle adalah hukum gas yang dikemukakan oleh Boyle menyatakan bahwa
bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik dengan tekananya.
Pernyataan diatas dapat dirumuskan dengan P = 1⁄𝑉 sedangkan V = 1⁄𝑃

Hukum gas ideal (1834) merupakan penggabungan antara hukum boyle dan hukum
Gay Lussac. Sehingga kedua hukum tersebut dapat dirumuskan V = 𝑅𝑇𝑛⁄𝑃 atau PV = nRT
dengan keterangan V menyatakan Volume, P menyatakan Tekanan, n menyatakan mol, R
menyatakan Konstanta (0,082),dan T menyatakan Temperatur.

14
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan : Penerbit dan percetakan Universitas Sumatra Utara

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar dan Konsep – Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Erlanga

Prasetiawan, Widi . 2009. Hukum Kekekalan Massa. Jakarta : Cerdas Pustaka

Urip, Kalteng.2012.”Ringkasan Hukum – Hukum Dasar dalam Kimia” diunduh 20 September


2013, dari http://urip.wordpress.com/2012/10/22/ringkasan-hukum-hukum-dasar-dalam-
kimia/

Utami, Budi. 2011. “Hukum-hukum Dasar Kimia (Hipotesis Avogadro) dan Konsep Mol”.
diunduh 23 September 2013, dari http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-sma-
ma/hukum-hukum-dasar-kimia-hipotesis-avogadro-dan-konsep-mol/.

15

Anda mungkin juga menyukai