Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PROSES PIKIR WAHAM

A. Gangguan Proses Pikir Waham


1. Pengertian
Myers,dkk. (2017) menyatakan bahwa Waham adalah keyakinan
atau persepsi piker palsu yang tetap tidak dapat diubah meskipun ada
bukti yang membantahnya. Gangguan proses piker waham
mengacupada suatu kondisi seseorangyang menampilkan satu atau lebih
khayalan ganjil selama paling sedikit satu bulan. Waham merupakan
suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus
menerus, tetapi tidak sesuai kenyatan. Klien menyakini bahwa dirinya
adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikiranya.
Waham adalah merupakan gejala spesifik psikosis. Psikosis
sendiri merupakan gangguan jiwa yang berhubungan dengan
ketidakmampuan seseorang dalam menilai realita dan fantasi yang ada
di dalam dirinya. Terlepas dari khayalan mereka, orang-orang dengan
gangguan jiwa waham mungkin terus bersosialisasi, bertindak secara
normal, dan perilaku mereka tidak selalu aneh
Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizophrenia. Akan
tetapi, waham berbeda dengan skizophrenia. Jika seseorang memiliki
gangguan waham, fungsi umumnya tidak terganggu dan perilaku tidak
jelas aneh, kecuali khayalan. Selain itu, waham ini merupakan kondisi
medis atau kondisi akibat penyalahgunaan zat.

2. Fase Terjadinya Waham


Proses terjadinya waham melibatkan fase-fase berikut ini:
a. Fase Kurangnya Kebutuhan Manusia (Lack of human need)
Waham dimulai dengan terbatasnya kebutuhan fisik maupun
psikis klien. Secara fisik, klien dengan gangguan waham memiliki
keterbatasan status sosial ekonomi. Keinginan klien yang biasanya
sangat miskin dan menderita untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
mendorong untuk melakukan kompensasi ( pencarian kepuasan
dalam satu bidang tertentu) yang salah.
Selain klien dengan keterbatasan ekonomi, gangguan waham
ini juga terjadi pada klien yang cukup secara finansial, tetapi
memiliki kesenjangan antara realita dan ideal diri yang sangat
tinggi. Waham terjadi karena klien merasa bahwa pengakuan atas
keeksisan atau kehadirannya adalah adalah sesuatu hal yang sangat
penting. Gangguan ini terjadi akibat minimnya penghargaan saat
tumbuh kembang (life span history)
b. Fase Kurangnya kepercayaan diri ( Lack of self esteem)
Ketiadaan pengakuan dari lingkungan , tingginya
kesenjangan antara ideal diri dan realita, dan kebutuhan yang tak
terpenuhi sesuai dengan standart lingkungan membuat seseorang
merasa menderita, malu, merasa tidak berharga.
c. Fase kendali internal dan eksternal ( Control internal and
eksternal)
Bagi kiln dengan gangguan waham, menghadapikenyataan
adalah suatuhal yang sulit. Klien mencoba berfikir secara logis
bahwa apa yang diakini dan apa yang dia katakana adalah
kebohongan yang dilakukan untuk menutupi kekurangan. Oleh
karena itu kebutuhan akan pengakuan dan penerimaan lingkungan
menjadi prioritas utama dan mendominasi dalam hidupnya. Di sisi
lain, lingkungannya menjadi pendengar pasif dan kurang
memberikan koreksi secara memadai kepada klien dengan alas an
toleransi dan menjaga perasaan.
d. Fase Dukungan Lingkungan ( Environment Support)
Kepercayaan beberapa orang dalam lingkunganya terhadap
klien membuat klien merasa didukung. Lamakelamaan,
perkataanya yang terus menerus diulang oleh oaring
dilingkunganyan tersebut membuat klien kehilangan kendali diri
dan mengakibatkan tidak berfungsinya norma ( super ego) yang
ditandai dengan ketiadaan perasaan berdosa saat berbohong.
e. Fase Kenyamanan ( Comforting)

2
Klien merasa nyaman dengan kebohongan dan keyakinanya.
Ia juga menganggap bahwa semua orang sama, yaitu mereka akan
mempercyainya dan mendukungnya. Keyakinan ini sering disertai
halusinasi dan terjadi ketika klien menyendiri dari lingkunganya.
Pada tahap selanjutnya, klien sering menyendiri dan menghindari
interaksi sosial ( isolasi sosial).
f. Fase Peningkatan (Improfing)
Ketiadaan konfrontasi dan upaya-upaya koreksi dapat
meningkatkan keyakinan yang salah pada klien. Tema waham yang
sering muncul adalah seputar pengalaman traumatic masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ).
Isi waham memang bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Akan tetapi, penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien
dengan cara konfrontasi dan memperkaya keyakinan relegius.

3. Tipe-Tipe Waham

a. Waham Kebesaran ( Grandiosity )


Klien meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “saya ini pejabat departemen kesehatan lho!” atau, “saya
punya tambang emas”
b. Waham Persekusi (Persecution )
Klien meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “saya tahu seluruh
saudara saya ingin menghancurka hidup saya karena mereka iri
dengan kesuksesan saya”.

c. Waham agama ( Religious)


Klien memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, “kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setip hari”.
d. Waham somatic ( Somatic )

3
Klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Contoh, “saya sakit kanker”.
(Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan
tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengataka bahwa ia sakit
kanker.)
e. Waham Nihilistik ( Nihilistic )
Klien meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada
didunia/meniggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
dengan kadaan nyata. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua
yang ada disini adalah roh-roh.”
f. Waham Bizar ( Bizarre )
1) Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain
yang dsisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara
berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Sisip pikir : klien yakin bahwa orang lain
mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak
menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar.

4. Rentang Respon Neurobilogi


Skema : Rentang Respon Neurobiologi waham
Adaptif Maladaptif
 Pikiranlogis  Pikirankadangmen  Gangguan proses
 Persepsi akurat yimpangillusi pikir: Waham
 Emosi konsisten  Reaksi emosional  Halusinasi
dengan pengalaman berlebihan dan  Kesulitan
 Perilaku sesuai dengan kurang memproses emosi
hubungan sosial  Ilusi  Ketidak teraturan
 Perilaku tidak dalam perilaku
sesuai  Isolasi sosial

4
 Menarik diri
( Sumber : Struart, 2013 )

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala umumdari perubahan isi pikir waham yaitu :
klien menyatakan dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan,
pendidikan atau kekayaan luar biasa, klien menyatakan perasaan
dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien menyatakan
perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan
isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa
curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak
apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau
menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.
Menurut Kaplan dan shadok( 2009):
a. Kognitif
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak
nyata
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya
3) Sulit berfikir realita
4) Tidak mampu mengambil keputusan
b. Afektif
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul

c. Prilaku dan Hubungan Sosial


1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresi
4) Ragu-ragu
5) Mengancam secara verbal
6) Aktifitas tidak tepat
7) Streotif
8) Impulsive
9) Curiga
d. Fisik
1) Higiene kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) BB menurun
e. Status Mental

5
1) Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil
yang sangat normal, kecuali bila ada sistem waham abnormal
yang jelas
2) Mood klien konsisten dengan isi wahamnya
3) Pada waham curiga didapatkannya perilaku
pencuriga
4) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan
tentang peningkatan identitas diri, mempunyai hubungan
khusus dengan orang yang terkenal
5) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan
merasakan adanya kualitas depresi ringan.
6) Klien dengan waham, tidak memiliki halusinasi
yang menonjol/menetap., kecuali pada klien dengan waham
raba atau cium. Pada beberapa klien kemungkinan ditemukan
halusinasi dengar.

f. Sensorium dan kognisi


1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam
orientasi, kecuali yang memiliki waham spesifik tentang
waktu, tempat, dan situasi.
2) Daya ingat dan proses kognitif klien dengan intak
(utuh)
3) Klien waham hampir seluruh memiliki insight
(daya tilik diri) yang jelek.
4) Klien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika
membahayakan dirinya, keputusan yang terbaik bagi
pemeriksa dalam menentukan kondisi klien adalah dengan
menilai perilaku masa lalu, masa sekarang dan yang
direncanakan.

B. Pengkajian
Pada pengkajian, factor penyebab terjadinya gangguan waham
digolongkan menjadi beberapa factor, yaitu faktor predisposisi, faktor
biologis, dan faktor psikodinamik
1. Faktor Predisposisi ( predisposing factor )

6
Faktor predisposisi terdiri dari tiga factor, yaitu factor biologis.
Factor psikologis dan factor psikodinamik
a. Faktor biologis
Waham diyakini karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel diotak, atau perubahan kortikal dan lindik. Abnormalitas
otak yang disebabkan respon neurologis yang maladaftif yang
baru mulai dipahami. Hal ini termasuk hal-hal berikut:
1) Penelitian pencintraan otak sudah mulai
menunjukan keterlibatan otak yang luas dan dalam
perkembangan skizofrenia. Hal yang paling berhubungan
dengan perilaku psikotik adalah adanya lesi pada area frontal,
temporal dan limbic
2) Beberapa senyawa kimia otak dikaitkan dengan
skizofrenia. Hasil penelitian menunjukan : Kadar dopamine
neurotranmiter yang berlebihan, ketidak seimbangan antara
dopamine dan neuro transmitter lain, masalah-masalah
yang terjadi pada sitem dopamine.
b. Faktor psikologis
Teori psikodinamika mempelajari terjadinya respon
neurobiology yang maladaftif belum didukung oleh penelitian.
Teori psikologi terdahulu menyalahkan keluarga sebagai
penyebab gangguan ini, sehingga menimbulkan kurangnya rasa
percaya ( keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa professional).
Waham ini juga dapat disebabkan oleh perbedaan perilaku dari
keluarga. Missal saja, sosok ibu adalah tipe pencemas, sedang
sosok ayah adalah tipe yang kurang atau tidak peduli.
c. Faktor social budaya
Secara tehnis, kebudayaan merupakan ide atau tingkah laku
yang dapat dilihat maupun tidak terlihat. Kebudayaan turut
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
seseorang, missal melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku
dalam kebudayaan tersebut. Unsur-unsur dari factor social budaya

7
dapat mencakup kestabilan keluarga, polamengasuh anak, tingkat
ekonomi, perumahan (perkotaan lawan pedesaan), maslah
kelompok minoritas yang mempengaruhi prasangka, fasilitas
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang memadai,
pengaruh rasial dan agama, serta nilai-nilai ( Yosep,2009). Disisi
lain, timbulnya waham dapat disebabkan oleh perasaan
terasingdari lingkungan dan kesepian ( Direja, 2011 )

2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis
yang maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik
otak yang mengatur perubahan isi informasi dan abnormalitas
pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI menunjukkan bahwa
derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi perbedaan ini
sangat kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan
melibatkan komponen degeneratif dari neuron. Waham somatic
terjadi kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan sensori
pada sistem saraf atau kesalahan penafsiran dari input sensori
karena terjadi sedikit perubahan pada saraf kortikal akibat
penuaan (Boyd 2008 dalam Purba dkk, 2008).
b. Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres
yang berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan prilaku.
c. Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis
yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan,

8
sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,
infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh
kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres
gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain, tekanan,
pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif,
dan mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan.
Klien dengan waham menggunakan mekanisme pertahanan reaksi
formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi,
digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan,
ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan
ketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirian yang
kokoh.Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran
akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk
melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat di terima
dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas
telah dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan
proyeksi waham dan suporioritas.Waham juga dapat muncul dari
hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi
sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka.
(kalpan dan Sadock 2009).

3. Akibat
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

4. Psikopatologi
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan
mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien

9
dengan waham, menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi,
penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai
pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan
cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan menjadi
kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk menghindari
kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan
untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima
didalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas,
telah dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham
kebesaran dan superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil
pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara
untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. Waham kebesaran
merupakan regresi perasaan maha kuasa dari anak-anak, dimana
perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan dihilangkan
(Kaplan dan Sadock, 2009).
Cameron, dalam Kaplan dan Sadock, (2009) menggambarkan 7
situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu : peningkatan
harapan, untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan
ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang
meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya
harga diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang
melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan
kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap
sesuatu.
Psikopatologi waham, Proses terjadinya waham dapat diuraikan
sebagai berikut ;
a. Seseorang merasa terancam oleh orang lain atau oleh
dirinya sendiri, mempunyai pengalaman kecemasan dan timbul
perasaan bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi.

10
b. Seseorang kemudian berusaha terhadap persepsi diri dan
obyek realita melalui manifestasi, lisan terhadap suatu kejadian
ayau suatu keadaan.
c. Dilanjutkan dengan memperoykesikan pikiran dan
perasaaan lingkungannya, sehingga pikiran, perasaan, dan
keinginan yang negatif, dan tidak dapat diterima akan terlihat
datangnya dari dirinya.
d. Akhirnya orang tersebut berusahan untuk memberikan
alasan atau rasional tentang interpretasi personal ( diri sendiri )
terhadap realita kepada diri sendiri dan orang lain.

C. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh, ditetapkan bahwa diagnosis
keperawatan waham adalah : Gangguan proses pikir: Waham
Gambar. Pohon Masalah Diagnosis Gangguan Proses Pikir : Waham

Resiko kerusakan komunikasi

Perubahan proses pikir


:waham
Gangguan konsep diri ; harga diri rendah kronis

( Sumber : Stuart, 2013)

D. Fokus Intervensi (Mandiri, Modalitas Dan Kolaboratif)


Intervensi dari diagnose keperawatan : Gangguan proses pikir : Waham,
yaitu:
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksinya.
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).

11
2. Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi :
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang
aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien
sendirian.
4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri.
Tujuan : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien,
maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan
kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.
Tindakan :
1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan
perawatan diri).
4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.
Tujuan : Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak
terpenuhi.
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum
terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk
memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien
tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).

12
3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
Tujuan : Klien dapat berhubungan dengan realitas.
Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa
realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien
sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
Tujuan : Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan
mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan
efek dan efek samping obat.
Tindakan :
1. Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum obat.
2. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
Tujuan : Klien dapat dukungan dari keluarga.
Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien
akan mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan :
1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang :
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up
obat.
2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.
E. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi

13
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada
penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend (2008),
Kaplan dan Sadock (2009) antara lain :
a. Anti Psikotik
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi
gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang
teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara
intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat
pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari
kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang
paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi
ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan
terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian
sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
1) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal :
3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal,
dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
2) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik
menarik diri. Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan
sampai 50 mg/hari.
3) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik,
psikosis,dan mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg.

b. Anti parkinson
Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk
parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal
akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari, Difehidamin,
Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari

14
c. Anti Depresan
Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena
ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.Imipramin,
untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi
neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75
mg/hari.
d. Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan
somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk
meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas.
Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain:
1) Fenobarbital : 16-320 mg/hari
2) Klodiazepoksida : 15- 100 mg/hari.
3) Meprobamat : 200-2400 mg/hari

2. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan
saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok.
Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak
boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat
waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang
dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan
klien. Kepuasan yang berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan
permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat
dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan
wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu
kehidupan konstruktif.
Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat
meningkatkan tes realitas.Sehingga terapis perlu bersikap empati
terhadap pengalaman internal klien, dan harus mampu menampung
semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti
merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa menyetujui
setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan

15
klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki
keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku,
perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat
timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki
terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas
terpeutik dapat dilakukan.

3. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga
klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan
memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu
perawatan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris. 2009.Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta : EGC

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN


(Basic Course). Jakarta : EGC

Ns. Mustofa, Ali. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Untuk Praktisi dan
Mahasiswa Keperawatan.

Ns. Sutejo. 2019. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

16
Sunaryo. 2008. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Tomb, David A. 2009. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC

Townsend, Mary C. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada


Keperawatan Psikiatri Pedoman untuk Pembuatan Rencana
Perawatan Edisi 3.Jakarta : EGC

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Kaplan dan shadok 2009.Buku ajar keperawatan, jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai