BAB - 3 - Desiminasi Akhir - Fix - Seminar
BAB - 3 - Desiminasi Akhir - Fix - Seminar
PENGKAJIAN
Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan
yang meliputi data, analisis SWOT dan identifikasi masalah.
47
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 28, 29, 30, 31 Oktober 2019
meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, MAKP, dokumentasi keperawatan,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi, timbang terima dan discharge
planning. Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga
diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas
masalah.
KEPALA RUANGAN
48
2. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 29 Oktober sampai dengan
31 Oktober 2019 didapatkan bahwa Kepala Ruangan, PJ Shift, dan
perawat pelaksana sudah melakukan tugas pokok sebagai mana
mestinya.
Nursalam (2016) mengatakan bahwa tugas pokok dan fungsi
dari Kepala Ruangan, PJ Shift, dan Perawat Pelaksana adalah sebagai
berikut:
1) Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan atau
kepetugasan yang diberi tanggung jawab dan wewenangan dalam
mengatur serta mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan
atau kepetugasan di ruang rawat inap. Kepala ruangan
mempunyai beberapa tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Perencanaan :
a) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.
b) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi dan persiapan pulang, bersama ketua tim.
c) Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
e) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
f) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, membimbing penerapan proses keperawatan
dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi
kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.
g) Membantu pengembangan niat pendidikan dan latihan
diri.
h) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
i) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit.
49
b. Pengorganisasian :
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas.
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi
dua ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap
hari, dll.
f) Mengatur dan mengenalikan logistik ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di
tempat pada ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
j) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan :
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yangn di anggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan kepada pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
keperawatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota lain.
d. Pengawasan :
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi:
50
Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri,atau melalui laporan langsung secara
lisan, dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga.
Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
c) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
perawat pelaksana.
51
3) Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana merupakan seorang tenaga keperawatan
atau kepetugasan yang diberi wewenang untuk memberikan
pelayanan perawatan langsung ke pasien.
Uraian tugas:
a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih
sayang.
a) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah pasien
b) Melaksankan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
c) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
d) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respon pasien pada catatan perawatan pasien.
b. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
a) Pemberian obat
b) Pemeriksaan laboratorium
c) Persiapan pasien yang akan dioperasi
c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial,
dan spiritual pada pasien.
a) Memelihara kebersihan pasien dan lingkungan
b) Mengurangi penderitaan pasien dengan memberikan rasa
aman, nyaman dan ketenangan.
c) Pendekatan dan komunikasi terapiutik
d. Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis.
e. Melatih pasien menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya.
f. Memberikan pertolongan segera pada pasien gawat atau
sakaratul maut.
g. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan
secara atministratif
a) Menyiapkan data pasien baru, pulang atau meninggal
b) Sensus harian atau formulir
c) Rujukan harian atau formulir
h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada dirungan
menurut fungsinya supaya siap pakai
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan,
kenyamanan, dan keindahan ruangan
j. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur
secara bergantian sesuai jadwal tugas
k. Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya (PKMRS)
l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan passien baik
secara lisan maupun tulisan.
m. Membuat laporan harian pasien.
52
Dari penjelasan diatas penulis beranggapan bahwa tugas pokok
dan fungsi di Ruang Raudhoh RSI Fatimah telah terlaksana secara
maksimal. Hal ini didukung dari hasil observasi yang dilakukan,
Kepala Ruangan, PJ Shift, dan Perawat pelaksana melakukan tugas
dan fungsinya maksimal jika semua perawat paham dan mau
melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang sudah ditentukan.
2) Non keperawatan
53
Tabel 3.2 Ketenagaan nonkeperawatan di Ruang Raudhoh RSI
Fatimah Banyuwangi 2019
No. Nama Lama kerja Pendidikan Jabatan Pelatihan
1. Ana Farida 20 Tahun SMA Administrasi -
2. Nur 2 Tahun SMA CS -
54
d) Observasi tanda vital setiap sift
e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
f) Persiapan prosedur pengobatan
Catatan :
a. Dilakukan satu kali dalam sehari pada waktu yang sama dan
sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.
b. Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan
klasifikasi pasien
c. Bila hanya memenuhi 1 kriteria maka pasien dikelompokkan
pada klasifikasi diatasnya.
1. Metode Gillies
Gilles (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga
keperawatan disuatu unit perawatan adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan
klien perhari, yaitu :
1) Keperawatan langsung
a) Keperawatan mandiri 4 x 2 jam= 8 jam
b) Keperawatan parsial 3 x 3 jam = 9 jam
c) Keperawatan total 2 x 6 jam = 12 jam
55
Total = 29 jam
2) Keperawatan tidak langsung 9 orang x 1
jam = 9 jam
3) Penyuluhan Kesehatan 9 x 0,25 jam = 2,25
jam
b. Jumlah total jam keperawatan yang
dibutuhkanklien perhari (total point a)
40,25 : 9 = 4,47
c. Menentukan jumlah tenaga keperawatan pada
ruangan
Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien
perhari x rata-rata klien perhari x jumlah hari
pertahun : Jumlah hari pertahun – hari libur
masing-masing perawat x jumlah jam kerja
perawat
4,47 x 9 x 365 = 14.683,95 = 7,54 (8 orang)
278 x 7 1946
d. Menentukan jumlah kebutuhan tenaga
keperawatan yang dibutuhkan perhari
Rata-rata klien perhari x rata-rata jam
perawatan perhari : Jumlah jam kerja perhari
9 x 4,47 = 5,74 (6 orang)
7
e. Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang
dibutuhkan pershift yaitu dengan ketentuan
menurut Warstler (dalam Swansburg, 1990 hal
71) Proporsi dinas pagi 47%, dinas sore 36%,
malam 17%. Jumlah tenaga keperawatan yang
dibutuhkan pershift adalah:
1) Shift pagi : 6 x 47% = 3 orang
2) Shift sore : 6 x 36% = 2 orang
3) Shift malam : 6 x 17% = 1 orang
56
PASIEN DARI POLI/IGD
LOKET PELAYANAN
ADMISI RAWAT INAP PASIEN UMUM
1. PENDAFTARAN ADMISI RAWAT RUANG RAWAT INAP
INAP
2. PENERBITAN STATUS RAWAT
INAP
3. PENJELASAN &
PENANDATANGANAN GENERAL 1. LOKET BPJS
KESEHATAN RUANG RAWAT INAP
CONSENT
4. PENJELASAN TATIB RSIF 2. VERYFIKASI &
5. PENYERAHAN GELANG PASIEN PENERBITAN SEP
RAWAT INASP
UNIT ADMISI
PENERBITAN SJP
RAWAT INAP DAN
PERUSAHAAN
57
3.2.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material)
1. Lokasi Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi beralamatkan di jalan
jember 25 Kabat, Banyuwangi, Email: rsifatimah@gmail.com.
Direktur RSI Fatimah adalah dr Selamat Widodo, M.Kes, Sp.OG.
Pemilik RSI Fatimah adalah PDM Banyuwangi dengan tanah wakaf ±
7000 M² oleh H. Nurdin Basuni pada tahun 1982. Pada tanggal
1/8/1984 Pembentukan Panitia pembangunan klinik Muhammadiyah
diketuai H. Humaidi. Kemudian pada tanggal 1/9/1987 Resmi dibuka
Klinik RBBP FATIMAH untuk umum dipimpin dr. Soemarsono
Qomar, Sp.OG, dr. Abdul Hadi, Bidan Maslikanah, asisten apoteker
Siti Nur Farida, Sulam Ismiyati, Titin Purnawati dan Huriyati
Hamidah.
58
2. Denah Ruangan Raudhoh
H G F E D C B A
U S
Keterangan: B
A: Kamar utama 1 (1 bed pasien)
B: Kamar utama 2 ( 1 bed pasien)
C: Nurse Station
D: Kamar utama 3 ( 1 bed pasien)
E: Kamar A (kelas 1 = 2 bed pasien)
F: Kamar B (kelas 1 = 2 bed pasien)
G: Kamar C (kelas 1 = 2 bed pasien)
H: Kamar D (kelas 1 = 2 bed pasien)
I : Logistik
59
3. Inventaris Ruangan
Penerapan proses profesi manajemen keperawatan
mahasiswa Program Studi Profesi (Ners) STIKES Banyuwangi,
mengambil tempat di Ruang Raudhoh RSI Fatimah
Banyuwangi. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 29 –
31 Oktober 2019. Adapun data-data yang didapat adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.5 Inventaris Ruang Raudhoh RSI Fatimah
Banyuwangi 2019
60
Jenis barang
Termometer Digital/Savety
Omron,CE0197
Urinal
Standar Infus
WWZ Panas
WWZ Dingin
Gelas Ukur
Gunting Verban
Kursi Roda
Termometer Rektal
Termometer Digital
Tong Spatel
Stetoscope Dewasa
Tourniquet
funduscope kayu
reflek hammer
Oximeter
Infus pump
Termometer
61
Dispenser
Draising car
Ethalase besar
Ethalase kecil
Ethalase sedang
jam dinding
kaca rias
kompor gas
kursi kwadra
kursi putar
meja resepsionis
rak buku
Komputer
Apar
Rak Sepatu
Kulkas
Troli
62
Dari teori kesehatan dan pelayanan mutu kualitas rumah sakit dilihat
dari sarana prasarana yang berkualitas sehingga dapat dilihat dari persyaratan
teknis lokasi, persyaratan teknis bangunan sarana rumah sakit, persyaratan
teknis prasarana, persyaratan sumber daya manusia, persyaratan kefarmasian
dan persyaratan teknis alat (UU No. 44 Tahun 2016 tentang Rumah Sakit).
Dari hasil pengkajian pada tanggal 29 – 31 2019 sarana dan prasarana
RSI Fatimah khususnya di Ruang Raudhol sudah memadai, namun rumah
sakit perlu memberikan perhatian khusus dalam memenuhi kelengkapan
sarana dan prasarana yang lebih memadai untuk APD perawat, seperti baju
pelindung untuk tindakan, kemudian alat-alat seperti pemberian identitas bed,
penempatan tempat sampah infeksius dan non infeksius yang seharusnya
berdekatan agar memudahkan perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan
3.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methode)
1. Penerapan sistem MAKP
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 29 Oktober s/d 31
Oktober 2019 didapatkan bahwa model pemberian asuhan
keperawatan di Ruang Raudhoh belum menggunakan model asuhan
keperawatan, dengan pemilihan penanggung jawab shift berdasarkan
lama kerja, pengalaman kerja. Komunikasi antar tim terjalin dengan
baik, jika ada masalah yang tidak bisa diatasi oleh PJ shift, maka PJ
shift mendiskusikan pada Karu untuk penyelesaiannya. Pemisahan
pasien di Ruang Raudhoh hanya berdasarkan kelas. Terdapat
dukungan petugas keperawatan dan Karu dalam praktik manajemen
keperawatan oleh mahasiswa STIKES Program Profesi Ners serta
tingginya kemauan perawat untuk berubah ke keadaan yang lebih
baik.
Menurut Nursalam (2016) Keberhasilan suatu asuhan
keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh penentuan metode
pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan
dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian
asuhan keperawatan harus efektif dan efisien. Adapun kelebihan dan
kekurangan dalam metode ini yaitu:
Kelebihannya:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik.
63
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3) Penanggung jawab shift menyibukkan diri dengan tugas
managerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
pelaksana.
Kekurangan:
1) Tingginya tingkat pelayanan yang diminta pasien, sedangkan
perawat jaga pada setiap harinya hanya 2 orang
2) Dengan jumlah pasien 13, perawat jaga hanya 2 orang masih
belum bisa memenuhi permintaan pasien dengan pelayanan yang
tinggi
64
Tujuan timbang terima adalah mengkomunikasikan keadaan
pasien dan menyampaikan informasi yang penting, menyampaikan
kondisi keadaan pasien, menyampaikan hal yang sudah/belum
dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada pasien, menyampaikan
hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat, menyusun
rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima:
1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
pasien
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta
menjaga kerahasiaan pasien.
5) Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat klien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok
sebaiknya dibicarakan di nurse station.
Dari penjelasan diatas penulis beranggapan bahwa proses
timbang terima harus sesuai dengan alur timbang terima
1) Persiapan
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan.
b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien
yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang
memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih lanjut.
c. PA/PP menyampaikan timbang terima pada PP (yang
menerima pendelegasian) berikutnya, hal yang perlu
disampaikan pada timbang terima:
a) Aspek umum yang meliputi M1 s/d M5.
b) Jumlah pasien.
c) Identitas klien dan diagnosis medis.
d) Data ( keluhan/subjektif dan objektif).
e) Masalah keperawatan yang masih muncul.
65
f) Intervensi keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum).
g) Intervensi kolaboratif.
h) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan dan lain-lain).
2) Pelaksanaan
a. Nurse Station
a) Kedua kelompok dinas sudap siap (shift jaga).
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
c) Kepala ruang membuka acara timbang terima.
d) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat
jaga (NIC).
e) Perawat jaga shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang
telah ditimbangterimakan dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas.
b. Di Bed Pasien
a) Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
b) Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap
masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/
belum dilaksanakan, serta hal-hal penting lainnya selama
masa keperawatan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
c. Post - Timbang terima
a) Diskusi
b) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung
pada format timbang terima yang ditanda tangani oleh PP
yang jaga saat itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui
oleh kepala ruang.
c) Ditutup oleh karu(Nursalam, 2016).
66
hasil wawancara terhadap perawat di Ruang Roudhoh, supervisi
dilakukan namun sebagian perawat tidak mengetahuinya, seperti tindakan
kepala ruangan yang mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan
praktek keperawatan di ruang perawatan. Kegiatan supervisi ini
dilakukan secara rutin namun tidak terdokumentasi secara tertulis
dikarenakan tidak adanya format supervisi. Terkadang reward dari kepala
ruangan berupa pujian kepada petugas yang melakukan pekerjaan dengan
baik, sedangkan petugas yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik
atau terlambat tidak mendapatkan punishment akan tetapi kepala ruangan
memberikan saran untuk meningkatkan kinerja perawat.
Menurut Nursalam (2016) Supervisi dilakukan sebagai berikut :
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri,atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas.
3) Evaluasi
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
5) Audit keperawatan
67
4. Discharge Planning
Saat pengkajian pada tanggal 29 oktober 2019 didapatkan bahwa
saat pasien baru MRS, perawat menyampaikan kepada pasien/keluarga
pasien edukasi tentang kondisi dan perjalanan penyakit yang dialami oleh
pasien saat pasien akan KRS, perawat memberikan edukasi tentang terapi
obat dan jadwal kontrol selanjutnya. Perawat juga berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk asupan nutrisi pasien saat sakit. Perawat juga menjelaskan
kepada pasien untuk kegiatan istirahat pasien.
Menurut Nursalam (2016) Discharge planning merupakan suatu
bentuk kegiatan MAKP agar klien dan keluarga yang masuk keruangan,
yang sedang dalam perawatan dan yang akan atau direncanakan pulang
mengerti tentang perawatan selama pasien dirawat diruangan, sehingga
keluarga dapat mengikuti semua proses perawatannya dengan baik.
Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan
pasien melakukan keperawatan mandiri dirumah. Perencanaan pulang
didapatkan dari peruses interaksi ketika keperawatan professional, pasien,
dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapiutik, rehabilitative,
serta keperawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2016).
Dari penjelasan diatas didapatkan bahwa ada beberapa poin yang
seharusnya disampaikan kepada pasien atau keluarga seperti diit saat
dirumah dan pencegahan penyakit. Hal ini berhubungan dengan tujuan
dari discharge planning yaitu menyiapkan pasien dan keluarga secara
fisik, psikologis dan sosial, meningkatkan kemandirian pasien dan
keluarga, meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien,
membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain, membantu
pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien,
melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.
5. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat di Ruang Raudhoh sudah dilakukan. Obat yang di
kelola yaitu obat oral, injeksi ataupun cairan diberikan kepada perawat.
Alur sentralisasi obat pada Ruang Raudhoh yaitu resep obat yang
diresepkan oleh dokter diserahkan kepada perawat, kemudian Resep
68
Obat oral, injeksi dan cairan diberikan perawat ruangan ke petugas
apoteker. Setelah itu resep diberikan kepada keluarga pasien, lalu
keluarga pasien dianjurkan untuk mengambil obat di apotik, kemudian
keluarga pasien memberikan obat dari apotik ke perawat ruangan. Saat
obat sudah ada diruangan, petugas akan menyimpan kedalam lemari obat
sesuai nama pasien. Pada sentralisasi obat di Ruang Raudhoh ada buku
dokumentasi keluar masuk obat.
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat. Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2016).
Dari penjelasan diatas penulis beranggapan bahwa Ruang Raudhoh
telah melakukan penerapan sentralisasi obat dengan baik. Hanya saja
buku obat oral dan ijeksi masih jadi satu, perlu adanya pemilahan antara
buku obat oral dan buku obat injeksi, hal ini juga akan memudahkan
tugas perawat dalam pemberian obat kepada pasien.
69
Dari penjelasan diatas penulis beranggapan bahwa dokumentasi
keperawatan sangat penting dan harus dilengkapi karena adanya
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilakukan, karena dokumentasi yang lengkap dan jelas akan sangat
membatu ketika tanggung gugat terjadi.
7. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan Koordinator manajemen ruangan
Raudhoh RSI Fatimah Bayuwangi merupakan pelayanan kesehatan tipe
C dimana dalam penyelesaian masalah klien dilakukan secara bersama-
sama dengan melibatkan berbagai profesi. Dalam keperawatan dikenal
istilah ronde keperawatan yang mencari penyelesaian dari suatu masalah
keperawatan pada kasus–kasus kronis dan baru serta langka maupun
kasus yang sudah mendapatkan terapi namun belum terlaksana, agar
dapat di selesaikan dengan melibatkan berbagai profesi kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara di Ruang Raudhoh RSI Fatimah
Banyuwangi, selama ini ronde keperawatan yang sesuai dengan alur
sebenarnya belum pernah dilakukan diruangan. Padahal di ruang ini
memiliki kasus dan bervariasi sehingga perlu diadakan ronde
keperawatan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat
di samping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh PJ Shift
dan konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2016).
Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1) Pasien dilibatkan secara langsung.
2) Pasien merupakan fokus kegiatan.
3) PJ Shift, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
5) Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Dari penjelasan diatas didapatkan bahwa petugas keperawatan dan
Karu sangat mendukung jika proses ronde keperawatan dapat
dilaksanakan dan diterapakan secara rutin, dengan jenis kasus di Ruang
Raudhoh yang sangat bervariasi sehingga untuk pelaksanaan ronde
70
sangat dianjurkan untuk rutin dilaksanakan agar semakin banyak kasus
penyakit yang bisa tertangani dengan maksimal.
71
secara langsung untuk mencari pelanggan dalam mencari pelayanan jasa
kesehatan, perawat memberikan pelayanan seoptimal mungkin dengan
memberikan perawatan secara paripurna sehingga pelayanan diruangan layak
untuk dipromosikan sebagai bahan pemasaran untuk mencari pelanggan.
Depkes RI, (2005) menjelaskan bahwa indikator pelayanan rumah sakit
merupakan bagian dari salah satu statistic rumah sakit. Dengan adanya
indikator tersebut dapat mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu serta efisiensi
pelayanan yang terdapat di rumah sakit. Indikator pelayanan tersebut adalah
sebagai berikut:
BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian BOR pasien di Ruang Raudhoh
sejumlah 11 bed dengan rincian ruang kelas utama = 3 bed, kelas 1 = 6
bed, ruang isolasi = 2 bed.
Tabel 3.7 BOR pasien Ruang Raudhoh tanggal 29 Oktober 2019.
KELAS BOR
Kelas Utama 9
= 81,8 %
3 Bed (0 bed kosong)
(11 x 1) x 100
Kelas 1
6 Bed (2 bed kosong)
Tabel 3.8 BOR pasien Ruang Raudhoh tanggal 30 Oktober Maret 2019
KELAS BOR
Kelas Utama
9
2 Bed (1 bed kosong)
= 81,8 %
Kelas 1
(11 x 1) x 100
7 Bed (1 bed kosong)
72
(11 x 1) x 100
3 31 Oktober 11 bed 9 81,8 %
2019 (9 bed terisi)
(11 x 1) x 100
Rata-rata 81,8 %
73
ANALISA SWOT
Total
0,30 4 1,20
Kelemahan
a. Jumlah perawat masih belum
1 4,00
sebanding dengan jumlah pasien.
b. Sebagian perawat belum
melakukam peran dan fungsinya
sesuai dengan pembagian tugas.
0,25 4 1
c. Sebanyak 43% pasien di Ruang
Raudhoh dengan tingkat
0,17 3 3,17
ketergantungan total.
d. Beban kerja perawat di ruangan
tinggi
0,10 3 0,30
e. Pembagian tugas di ruangan tidak
sesuai dengan fungsinya.
0,25 4 1
Total
0,23 4 0,92
74
1 6,39
Ancaman
a. Ada tuntunan tinggi dari masyarakat
0,36 4 1,44
untuk pelayanan yang lebih
profesional.
b. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya 0,33 3 0,99
kesehatan.
c. Rendahnya kesejahteraan perawat.
0,31 3 0,93
Total
1 3,36
75
Kekuatan
a. Mempunyai sarana dan prasaerana 0,25 3 0,75
untuk pasien dan tenaga kesehatan.
b. Mempunyai pralatan oksigen dan
0,25 4 1 3,5 – 3 =
semua perawat ruang mampu
0,5
menggunakannya.
c. Terdapat admitrasi penunjang.
d. Tersedia nurse station. 0,25 3 0,75
Total 0,25 4 1
1 3,5
Kelemahan
a. Sarana prasara sentralisasi obat sudah
ada namun kurang termanfaatkan 0,50 3 1,5
secara optimal
b. Tidak tersedianya nomor untuk
membedakan 2 bed dalam satu
0,50 3 1,5
ruangan dan tidak terdapat denah
lokasi ruangan.
Total
1 3
Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y
(Vertikal) : O – T
Faktor Ekternal (EFAS)
Peluang
a. Adanya kesempatan penggantian alat 0,50 2 1
alat yang tidak layak pakai. 2,5 – 2 =
b. Sudah termanfaatkannya system
0,25 3 1,5 0,5
adminitrasi secara optimal
Total
1 2,5
Ancaman
a. Adanya persaingan antar rumah sakit
1 2 2
semakin ketat
Total
1 2
76
(Horisontal) : S – W
Penerapan model
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
1. RS memiliki visi, misi dan motto 0,1 4 0,4
sebagai acuan melaksanakan
kegiatan pelayanan
2. Mempunyai standar asuhan 0,2 4 0,8
keperawatan
3. Mempunyai protap setiap tindakan 0,05 3 0,15 S – W
4. Terlaksananya komunikasi yang 0,1 4 0,4 2,35– 3
adekuat antara perawat dan tim = -0,65
kesehatan lain
5. Perawat memiliki standar asuhan 0,1 4 0,4
keperawatan
6. Pendidikan perawat minimal D3 0,1 2 0,2
Total 1 2,35
Kelemahan
1. Metode MAKP ruangan yang belum 1 3 3
jelas
Total
1 3
77
4. Adanya kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi perawat 0,25 4 1
Total 1 3,45
Ancaman
1. Persaingan dengan Rumah Sakit lain 0,2 2 0,4
yang semakin ketat
2. Ada tuntutan dari masyarakat yang 0,3 3 0,9
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
profesional
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,2 2 0,4
akan hukum
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,2 2 0,4
akan pentingnya kesehatan
5. Bebasnya pers yang dapat langsung 0,1 2 0,2
menyebarkan informasi dengan
cepat
Total 1 2,3
78
4. Dokumentasi Keperawatan
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Tersedianya sarana dan prasarana 0,1 3 0,3
(administrasi penunjang).
b. Sudah ada sistem pendoku-mentasian
0,1 2 0,2
POR.
c. Dokumentasi keperawatan yang
0,3 4 1,2
dilakukan meliputi pengkajian
menggunakan sistem Head To Toe
S –W
serta diagnosis keperawatan sampai
3,2 –3 =
dengan evaluasi dengan menggunakan
0,2
SOAP.
d. Format pengkajian sudah ada dan
dapat memudahkan perawat dalam 0,1 4 0,4
pengkajian dan pengisiannya.
e. Sebanyak 77,7% perawat mengatakan
mengerti cara pengisian format
0,2 3 0,6
dokumentasi yang digunakan dengan
benar dan tepat.
f. Sebanyak 66,6% perawat mengatakan
melakukan dokumentasi segera
0,1 2 0,2
setelah melakukan tindakan.
g. Sebanyak 77,7 % perawat mengatakan
format yang digunakan sangat
membantu dalam melakukan 0,1 3 0,3
pengkajian pada pasien.
Total
Kelemahan 1 3,2
a. Catatan keperawatan belum optimal
(adanya tanda
positif atau negative dalam
0,6
pendokumentasian misalnya infus
positif seharusnya dijabarkan
0,5 3 1,5
terpasang infus di tangan sebelah
kanan atau kiri)
79
b. Catatan perkembangan pasien belum
lengkap (dalam penulisan SOAP
kadang ditulis A hanya masalah
teratasi sebagian dan P = Intervensi 0,5 3 1,5
dilanjutkan, seharusnya dijabarkan
masalah mana yang belum teratasi dan
intervensi mana yang harus
dilanjutkan).
Total
1 3
80
di dalam ruangan ).
Total
1 3,4
WEAKNESS
TOTAL 1 2
81
Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan yang diberikan 0,7 3 2,1
pada perawat dan mahasiswa PSIK
(Program Studi Ilmu Keperawatan)
untuk mengadakan ronde O -T
keperawatan. 2,4 – 3 =
2. Adanya dokter jaga 0,3 1 0,3 -0,6
TOTAL 1 2,4
TREATHENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,5 3 0,15
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih professional
2. Semakin tingginya kesadaran 0,5 3 0,15
masyarakat terhadap hukum dan
kesehatan
TOTAL 1 3
6. Sentralisasi Obat
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
0.4 4 1,6
a. Belum ada alur sentralisasi obat
tertulis
82
b. Jarak antara apotik dan ruangan
raudhoh paling jauh daripada
ruangan lain ke apotik 0,3 3 0,9
c. Kerjasama antara perawat dan
0,3 3 0,9
apoteker belum maksimal
Total
1 3,4
Peluang (O)
Ancaman (T)
Total 1 3
7. Supervisi
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
Faktor Internal (IFAS)
83
Kekuatan
0, 1 2 0,2 S-W =
a. RSI Fatimah merupakan RS
2,1 - 2,4 =
pendidikan tipe C yang menjadi RS
0,3
rujukan bagi wilayah setempat. 0, 2 2 0,4
b. Ruang Raudhoh merupakan ruangan
yang memerlukan perhatian khusus
dari petugas kesehatan diruangan
tersebut.
c. Sebagian besar perawat mengatakan 0, 2 2 0,4
adanya kemauan untuk berubah.
d. Kepala ruangan Raudhoh 0, 3 3 0.9
mendukung kegiatan supervisi demi
peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.
e. Kepala ruangan Raudhoh
0, 1 1 0,1
mengatakan adanya uraian yg jelas
tentang supervisi
f. Adanya program sosialisasi tentang
supervisi. 0, 1 1 0,1
Total
1 2,1
Kelemahan
a. Penggunaan format supervisi belum
optimal 0, 6 2 1,2
b. Kurangnya program pelatihan
tentang supervise 0, 4 3 1,2
Total
1 2,4
84
Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y
(Vertikal) : O – T
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang
a. Adannya mahasiswa yang praktik 0, 3 3 0,9 O-T = 2,6 – 2
manajemen keperawatan. = 0,6
b. Adanya jadwal supervisi
keperawatan oleh pengawas perawat
0, 5 3 1,5
setiap hari
c. Terbuka kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan /magang.
0, 2 1 0, 2
Total
1 2,6
Ancaman
a. Tuntutan pasien sebagai konsumen
untuk mendapatkan pelayanan yang
1 2 2
professional dan bermutu sesuai
dengan peningkatan biaya
perawatan.
Total
1 2
8. Overan
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
Internal Faktor (IFAS)
Kekuatan
85
ruangan atau PJ shift 0,1 3
d. Ada klarifikasi, Tanya jawab
terhadap semua yang dioverankan.
e. Menyampaikan jumlah, identitas,
0,1 2 0,3
diagnose medis, keluhan, masalah
keperawatan, intervensi keperawatan
yang sudah dan belum dilaksanakan,
0,1 3 0,2
rencana dan persiapan yang perlu
dilakukan.
f. Ada buku khusus untuk pelaporan
overan.
g. Kepala ruangan mengevaluasi
kesiapan perawat yang akan dinas. 0,1 4 0,3
0,2 4 0,4
Total
Kelemahan 1 4 2,6
1 3 3
1 3
86
Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y
(Vertikal) : O – T
Faktor Eksterna (EFAS)
Peluang
Ancaman
1 3,7
a. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang lebih 0,5 3 1,5
tinggi.
b. Meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat sebagai
0,5 4 2
pemberi asuhan keperawatan.
Total
1 3,5
87
9 Discharge Planing (Perencanaan
Pulang)MRS & Perawatan
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Adanya kemauan untuk 0,2 3 0,6
memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan
keluarga pasien
b. Memberikan pendidikan 0,3 4 1,2
kesehatan kepada pasien dan
keluarga pasien saat pulang
c. Perawant menggunakaan bahasa
0,15 2 0,3 S–W=
Indonesia saat melakukan
3,12-3= 0,12
perencanaan pulang
d. Pemberian obat pulang yang
dilakukan oleh perawat ruang 0,1 2 0,02
e. Adanya pemahaman tentang
perencanaan pulang oleh 0,25 4 1
perawat
Total
1 3,12
Kelemahan
a. Pemberian obat pulang belum
dilalkukan oleh apoteker 0,35 3 1,05
b. Tidak tersedianya brosur / leaflet
untuk pasien saat melakukan
0,35 3 1,05
perencanaan pulang.
c. Pemberian pendidikan kesehatan
dilakukan secara lisan pada
setiap pasien / keluarga. 0,3 3 0,9
Total
Keterangan:
1) Turn Around
89
Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Posisi ini
menandakan sebuah perusahaan yang lemah dan menghadapi tantangan besar.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi
internal perusahaan berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
perusahaan disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidak semakin terperosok.
2) Agresif
Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif.
3) Diversifikasi
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
4) Defensif
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu
melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih
besar (defensive).
Timbang
-0,6 0,2 -0,4
Terima
Supervisi 0,3 0,6 0,9
Sentralisasi
0,6 0,4 1
Obat
M1 (SDM) -2,39 0,31 -2,08
Ronde
1,1 0,6 1,07
Keperawatan
Dokumentasi
1,56 -0,3 1,26
Keperawatan
90
(Discharge
0,12 -0,7 0,5
Planning)
M2 (Sarana
0,5 0,5 1
& Prasarana)
Prioritas masalah:
1. M1 (MAKP)
2. Timbang Terima
3. Supervisi
4. Sentralisasi Obat
5. M1 (Sumberdaya Manusia)
6. Ronde Keperawatan
7. Dokumentasi Keperawatan
8. Discharge Planning
9. M2 (Sarana & Prasarana)
3.3.1 MI Ketenagaan
3.3.2 M2 Material
a.Sarana prasara sentralisasi obat sudah ada namun kurang
termanfaatkan secara optimal
b. Tidak tersedianya nomor untuk membedakan 2 bed dalam satu
ruangan dan tidak terdapat denah lokasi ruangan.
Prioritas masalah
Tidak tersedianya nomor untuk membedakan 2 bed dalam satu ruangan
dan tidak terdapat denah lokasi ruangan.
3.3.3 M3 Method
1. MAKP
a. Metode MAKP ruangan yang belum jelas
Prioritas masalah
Metode MAKP ruangan yang belum jelas
91
2. Dokumentasi keperawatan
a. Catatan keperawatan belum optimal (adanya
tanda positif atau negative dalam pendokumentasian misalnya infus
positif seharusnya dijabarkan terpasang infus di tangan sebelah
kanan atau
b. Catatan perkembangan pasien belum lengkap
(dalam penulisan SOAP kadang ditulis A hanya masalah teratasi
sebagian dan P = Intervensi dilanjutkan, seharusnya dijabarkan
masalah mana yang belum teratasi dan intervensi mana yang harus
dilanjutkan).
Prioritas masalah
Catatan perkembangan pasien belum optimal (dalam penulisan
SOAP kadang ditulis A hanya masalah teratasi sebagian dan P =
Intervensi dilanjutkan, seharusnya dijabarkan masalah mana yang
belum teratasi dan intervensi mana yang harus dilanjutkan).
3. Ronde Keperawatan
a. Belum adanya format yang standar (alur dan mekanisme) untuk
ronde keperawatan
b. Belum dilakukannya ronde keperawatan secara maksimal
Prioritaas masalah
Belum dilakukannya ronde keperawatan secara maksimal
4. Sentralisasi obat
a. Belum ada alur sentralisasi obat tertulis
b. Jarak antara apotik dan ruangan raudhoh paling
jauh daripada ruangan lain ke apotik
c. Kerjasama antara perawat dan apoteker belum
maksimal
Prioritas masalah
Belum ada alur sentralisasi obat tertulis
5. Supervisi
a. Penggunaan format supervisi belum optimal
b. Kurangnya program pelatihan tentang supervise
Prioritas masalah
Penggunaan format supervisi belum optimal
6. Timbang terima
a. timbang belum optimal (tidak selalu
berkunjung ke ruangan pasien).
Prioritas masalah
a. timbang belum optimal (tidak selalu berkunjung ke ruangan pasien).
92
7. Discharge Planning
a. pemberian obat pulang belum dilakukan oleh apoteker
93
RENCANA STRATEGI
2. Timbang terima 1. Melakukan roleplay timbang 16 november Kepala ruang, 1.Timbang terima dilakukan di Rika
belum optimal terima 2019 penanggungjawab nurse station dan dilanjutkan ke Indriyani
(tidak selalu 2. Mendokumentasikan kegiatan shif, perawat bed pasien dan I
berkunjung ke timbang terima pelaksana, 2.Timbang terima dipimpin oleh komang
ruangan) mahasiswa kepala ruangan atau penanggung Trihadi W
jawab shift
3.Timbang terima berisi jumlah
pasien, identitas, diagnosis medis,
keluhan, masalah keperawatan
94
yang masih muncul, intervensi
yang sudah dan belum dilakukan
dan rencana dan persiapan yang
perlu dilakukan.
4.Menyampaikan hal penting yang
harus ditindaklanjuti oleh perawat
selanjutnya
5.Timbang terima terdokumentasi
dengan baik
3. Menejemen dalam 1. Membuat form supervisi 18 November Kepala ruang Terlaksananya kegiatan supervisi Rio
2. Menyarankan supervisi 2019 oleh kepala ruang tesesuai prosedur mahendra
penggunaan format
dilakukan secara rutin dan Nur
supervisi belum
Diana
optimal Asiyah
95
4. Belum ada alur 1. Melaksanakan sentralisasi obat 17 November Ruangan Raudhoh 1.Adanya alur sentrasentralisasi Ulfa
sentralisasi obat bekerja sama dengan perawat, 2019 obat tertulis Mar’atus
tertulis apoteker untuk terapi injeksi 2.Adanya petugas farmasi di Solekhah
maupun oral. ruangan
2. Menentukan penanggung jawab
sentralisasi obat.
3. Membuat format pencatatan
sentralisasi obat yang baku.
4. Membuat buku jadwal obat
oral.
5. Melaporkan pemberian obat
injeksi maupun oral pada proses
timbang terima.
6. Membuat alur sentralisasi obat
5. Ronde keperawatan 1. Menyusun kegiatan ronde 14 November Kepala ruang, 1. Adanya format dan dokumentasi Shindy
keperawatan (strrategi dan materi) 2019 penanggung jawab ronde keperawatan Herawati
2. Menyusun materi sesuai dengan shift, perawat Mochiko
2. perawat mampu menjelaskan
kasus yang ditemukan dua hari pelaksana dengan benar persiapan dan
Dewi dan
sebelum kegiatan ronde pelaksanaan ronde keperawatan Agung Anjar
keperawatan dilaksanakan Kurniawan
3. ronde keperawatan dilakukan sesuai
3. Melaksanakan ronde jadwal setiap ada masalah
keperawatan keperawatan yang membutuhkan
dilakukannya ronde keperawatan
4. Memotivasi perawat agar
meneraokan ronde keperawatan di
96
ruang roudhoh
6. Catatan 1.Menambahkan masalahnya yang 16 November Perawat ruangan 1. SOAP dilengkapi Windhy
perkembangan belum terasi dan intervensi mana 2019 Byar Surya
pasien belum yang akan dilanjutkan Putri
optimal (dalam
penulisan SOAP
kadang ditulis A
hanya masalah
teratasi sebagian
dan P = Intervensi
dilanjutkan,
seharusnya
dijabarkan masalah
mana yang belum
teratasi dan
intervensi mana
97
yang harus
dilanjutkan).
7. Tidak tersedianya 1.Memberikan brosur/leaflet 16 November Pasien dan 1.Pasien dan keluarga memiliki Dayu Agista
brosur/leaflet untuk kepada setiap pasien dan keluarga 2019 keluarga Brosur/Leaflet Inggidia
yang akan pulang 2.Pasien dan keluarga memahami Sharoon
pasien saat 2.Menjelaskan isi dari penjelasan mengenai leaflet
melakukan leaflet/brosur tersebut tersebut
perencanaan pulang
8. Tidak tersedianya 1.Melakukan papan penanda bed 18 November Ruang Raudhoh 1.Papan penanda bed terpasang rapi Ulil Aini
nomor untuk 2019 Rohmah dan
Dina Fitrah
membedakan 2 bed
Kamilia
dalam ruangan
98