Anda di halaman 1dari 51

Promosi Kesehatan dan

Pendidikan Kesehatan

Panduan
Laboratorium

PROMOSI KESEHATAN DAN PENDIDIKAN


KESEHATAN

DI SUSUN OLEH :
Rahmawati Ramli, S.Kep, Ns, M.Kes.
Rizqy Iftitah Alam, S.Kep, Ns, M.Kes.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018
Promosi Kesehatan dan
Pendidikan Kesehatan

1
IDENTITAS MAHASISWA
PRAKTIK LABORATORIUM
PROMOSI KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FKM UMI

NAMA :

NIM :

ALAMAT :

TELP :

Makassar, 2018

Mahasiswa

(……………………………………………………)

*Jika buku ini tercecer harap menghubungi/mengembalikan pada pemiliknya, terimakasih


atas bantuan dan keikhlasannya*
VISI MISI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FKM UMI

2
Visi
Sebagai pusat pendidikan dan pengembangan ilmu keperawatan yang

menghasilkan perawat profesional yang Islami, Unggul, dan Kompetitif di tingkat

Nasional tahun 2020 dan Internasional tahun 2030.

Misi
1. Melaksanakan program pendidikan Ners yang berbasis KKNI ditunjang dengan

peningkatan sarana dan prasarana serta pengembangan SDM yang memadai.

2. Melaksanakan proses asuhan keperawatan yang terintegrasi dengan

keperawatan spiritual yang islami.

3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dosen dalam proses pembelajaran

berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dosen khusus di bidang

kegawatdaruratan dan disaster melalui pelatihan, seminar, dan workshop.

5. Memotivasi dosen dalam mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

6. Mengembangkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang

terintegrasi dengan kajian Al Qur’an dan Hadist.

KATA PENGANTAR

3
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,

kemampuan, dan waktu kepada kami sehingga Buku Pedoman Praktek Laboratorium

Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan ini dapat selesai dan dapat diterbitkan.

Praktik laboratorium merupakan bagian dari tahapan Program Studi Ilmu

Keperawatan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan perawat yang profesional.

Dengan kegiatan praktek laboratorium ini mahasiswa dapat mencapai keterampilan

klinis sesuai kompetensi yang diharapkan. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan berbagai

komponen dalam proses pembelajaran. Buku Pedoman Praktik laboratorium Program

Program Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu komponen pembelajaran yang

memberikan uraian pelaksanaan praktik di bagian keperawatan.

Penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas segala kontribusi yang telah

diberikan dalam penyelesaian penyusunan buku ini. Oleh sebab itu, penyusun berharap

saran untuk kesempurnaan di masa yang akan datang.

Penyusun

Tim Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan

DAFTAR ISI

4
No. Judul Hal

1. Praktik 1 : Identifikasi Kebutuhan Belajar Klien 6

2. Praktik 2 : Metode Pendidikan 13

3. Praktik 3 : Media Pembelajaran 21

4. Praktik 4 :

a. Implementasi Pendidikan Kesehatan Klien

b. Evaluasi Pendidikan Kesehatan Klien 33

5. Soal Latihan 40

6. Lembar Kerja Tugas Mahasiswa 46

PRAKTIK 1

5
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN BELAJAR KLIEN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari praktik ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan

pengkajian kebutuhan promosi kesehatan sehingga dapat melakukan pengkajian

kebutuhan promosi kesehatan dalam keperawatan secara komprehensif dan

sistematis.

URAIAN (LANDASAN TEORI)

Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari

riwayat keperawatan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang yang

dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang mungkin akan

mempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan beajar serta tingkat kemampuan

membaca.

Selain penggalian data melalui wawancara, perawat juga harus melakukan

observasi terhadap kemampuan kebutuhan-kebutuhan klien. Kebutuhan belajar dapat

juga diidentifikasi dari pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang

tidak mereka ketahui atau tidak terampil dalam melakukannya.

A. Pengkajian Faktor Predisposisi

1. Pengkajian Riwayat Keperawatan

Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status

perkembangan seseorang, sehingga dapat memberi arah mengenai isi promosi

kesehatan dan pendekatan yang harus digunakan. Pertanyaan yang diajukan

hendaknya harus sederhana. Pada klien usia lanjut, pertanyaan diajukan dengan

6
perlahan dan diulang. Status perkembangan, terutama pada klien anak, dapat

dikaji melalui observasi ketika anak melakukan aktivitas, sehingga perawat

mendapat data tentang kemampuan motorik dan perkembangan intelektualnya.

Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan

bagaimana mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat memberikan

informasi kepada perawat tentang seberapa jauh pengetahuan mereka

mengenai masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas sehari-

hari. Informasi ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk memberi

arahan yang tepat serta sumber-sumber lain yang dapat digunakan oleh klien.

Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama yang

dianut dan peran gender merupakan faktor penting dalam mengembangkan

rencana promosi kesehatan. Kepercayaan yang penting digali pada klien,

contohnya adalah kepercayaan tidak boleh menerima transfusi darah, tidak

boleh menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh menggunakan alat

kontrasepsi.

Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik tersendiri.

Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan kebiasaan

makan, kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan menangani keadaan

sakit, serta gaya hidup. Perawat sangat penting mengetahui hal tersebut.

Namun demikian, tidak boleh menarik asumsi bahwa setiap individu dalam suatu

etnik dengan kultur tertentu mempunyai kebiasaan yang sama, karena hal ini

tidak selalu terjadi. Oleh karena itu, perawat tetap harus mengkaji dan menilai

klien secara individual.

Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar klien.

Bagaimana pun, perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena

perencanaan promosi kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber yang

7
ada pada klien agar tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan sesuai

dan sulit untuk dilaksanakan. Bagaimana cara klien belajar adalah hal yang

sangat penting untuk diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap individu

bervariasi. Cara terbaik seseorang dalam belajar mungkin dengan melihat atau

menonton untuk memahami sesuatu dengan baik. Di lain pihak, yang lain mungkin

belajar dengan tidak dengan cara melihat, tetapi dengan cara melakukan secara

aktual dan menemukan bagaimana cara-cara mengerjakan sesuatu hal. Yang lain

mungkin dapat belajar dengan baik dengan membaca sesuatu yang

dipresentasikan oleh orang lain. Perawat perlu meluangkan waktu dan memupuk

keterampilan untuk mengkaji klien dan mengidentifikasi gaya belajar, untuk

kemudian mengadaptasi promosi kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien

belajar. Sebuah teknik akan sangat efektif untuk beberapa klien, sebaliknya

teknik lain akan cocok untuk klien dengan gaya belajar yang berbeda.

Perawat perlu mengkaji sistm pendukung klien untuk menentukan siapa

saja sasaran pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan mendorong

proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat mungkin dapat

membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di rumah dan

mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.

2. Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap

kebutuhan belajar klien, contohnya : status mental, kekuatan fisik, status

nutrisi. Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien

tentang kapasitas fisik untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri

sendiri. Kemampuan melihat dan mendengar memberi pengaruh besar terhadap

pemilihan substansi dan pendekatan dalam mengajar. Fungsi system

8
musculoskeletal mempengaruhi kemampuan keterampilan psikomotor dan

perawatan diri. Toleransi aktivitas juga dapat mempengaruhi kapasitas klien

untuk melakukan aktivitas.

3. Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar

Klien yang siap ntuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien yang

tidak siap. Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi, misalnya

melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat dengan sesame

klien yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan. Di lain pihak, klien yang

tidak siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari masalah atau situasi.

Kesiapan fisik penting dikaji oleh perawat apakah klien dapat memfokuskan

perhatian atau lebih berfokus status fisiknya, misalnya terhadap nyeri, pusing,

lelah, mengantuk, atau hal lain.

a. Kesiapan emosi

Apakah secara emosi klien siap untuk belajar ? klien dalam keadaan

cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena keadaan kesehataannya

atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap untuk belajar. Perawat tidak

dapat memaksakan, tetapi harus menunggu sampai keadaan klien

memungkinkan dapat menerima proses pembelajaran.

b. Kesiapan kognitif

Dapatkah klien berpikir secara jernih ? Apakah klien dalam keadaan

sadar penuh ? Apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang mengganggu

tingkat kesadaran ? Pertanyaan seperti itu sangat penting untuk dikaji.

9
c. Kesiapan berkomunikasi

Sudahkah klien dapat berhubungan dengan rasa saling percaya

dengan perawat ? Ataukah klien belum mau menjalin komunikasi karena

masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling percaya antara

perawat dan klien menentukan komunikasi dua arah yang diperlukan dalam

proses belajar mengajar.

4. Pengkajian Motivasi

Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai keinginan

belajar demi keefektifan pembelajaran. Motivasi dan memberi rangsangan

atau jalan untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat kuat untuk

kesuksesan dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan pemenuhan

kebutuhan. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan,

penolakan terhadap status kesehatan, kurangnya dukungan dari lingkungan

social, pengingkaran terhadap penyakit, kecemasan, ketakutan, rasa malu, atau

adanya konsep diri yang negatif. Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap dan

kepercayaan. Contohnya : motivasi belajar seorang pria setengah baya yang

dinyatakan hipertensi dan mulai mendapat pengobatan antihipertensi untuk

mengendalikan tekanan darahnya mungkin akan rendah jika teman dekatnya

menceritakan bahwa ia impotent setelah mendapat pengobatan yang sama.

Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari

pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat sebagai masalah yang

spesifik. Seorang perawat ketika mengkaji motivasi dan kemampuan klien harus

betul-betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar. Motivasi memang

sulit untuk dikaji, mungkin dapat ditunjukkan secara verbal atau juga secara

nonverbal.

10
B. Pengkajian Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin mencakup keterampilan serta sumber daya yang penting

untuk menampilkan perilaku yang sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas

yang ada, personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain

yang serupa. Faktor ini juga menyangkut keterjangkauan sumber tersebut oleh

klien : apakah biaya, jarak, waktu dapat dijangkau ? Bagaimana keterampilan klien

untuk melakukan perubahan perilaku perlu diketahui, karena dengan mengetahui

sejauh mana klien memliki keterampilan pemungkin, wawasan yang bernilai bagi

perencana pendidikan kesehatan dapat diperoleh.

C. Pengkajian Faktor Penguat

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung kepada

tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan kesehata klien di rumah sakit

mislanya, penguat diberikan oleh perawat, dokter, ahli gizi, atau klien lain dan

keluarga. Di dalam pendidikan kesehatan di sekolah, penguat mungkin berasal dari

guru, teman sebaya, pimpinan sekolah, dan keluarga. Apakah penguat tersebut

positif atau negatif tergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang

berpengaruh. Pengaruh itu tidak sama, mungkin sebagian mempunyai pengaruh

yang sangat kuat dibandingkan dengan yang lainnya dalam mempengaruhi

perubahan perilaku.

Perawat perlu mengkaji secara cermat faktor penguat ini, untuk menjamin

bahwa saran pendidikan kesehatan mempunyai kesempatan yang maksimum untuk

mendapat umpan balik yang mendukung selama berlangsungnya proses perubahan

perilaku.

11
PRAKTIK 2
METODE PENDIDIKAN

12
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari praktek ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami

tentang metode dalam pendidikan kesehatan serta mampu menerapkannya sesuai

dengan kebutuhan.

URAIAN (LANDASAN TEORI)

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan

harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau

individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap

perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan

dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran.

Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses di mana proses

tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses

pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan

perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses

pendidikan di samping faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi

atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau

media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu hasil yang

Optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal ini

berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara

tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat

bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, maka metodenya harus

berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus

berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.

13
Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode promos1 atau pendidikan

individual, kelompok dan massa (publik).

1. Metode Individual (Perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan

untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik

kepada suatu perubahan Perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru

saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap

imunisasi tetanus toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/ mendengarkan

penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi

akseptor lestari atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara

perorangan. Perorangan di sini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu - ibu

yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu

tersebut.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui

dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini.

Bentuk pendekatan ini, antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.

Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu

penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan

kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut

(mengubah perilaku).

14
b. Interview (wawancara)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum

menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau

yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

2. Metode Kelompok

Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok

sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar,

metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan

tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan itu

lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain

ceramah dan seminar.

1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah:

a) Persiapan:

15
✓ Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai

materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus

mempersiapkan diri.

✓ Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi

kalau disusun dalam diagram atau skema.

✓ Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah

singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.

b) Pelaksanaan:

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila

penceramah dapat menguasai sasaran ceramah! Untuk dapat

menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut:

- Sikap dan penampilan yang menyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-

ragu dan gelisah.

- Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

- Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.

- Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.

- Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.

2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah auatu penyajian

(presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu

topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok Kecil

16
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut

kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara

lain:

1) Diskusi Kelompok.

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisap asi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur

sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling

memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi

empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak

menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus

merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai

kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan

pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus

sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup

maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian

rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak

menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.

2) Curah Pendapat (Brain Strorming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.

Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan

pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap

peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan

atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau

papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh

17
dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah anggota mengeluarkan

pendapatnya, tiap anggota da mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Bola Salju (Snow Bolling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang orang) dan

kemudian dilontarkan suatu pertanyaan masalah. Setelah lebih kurang 5

menit maka tiap 2 orang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi

masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang

sudah beranggotakan 4 ang ini bergabung lagi denganmasangan lainnya

demikian seterusnya sehingga akhirnya akan teri diskusi seluruh anggota

kelompok.

4) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompo kecil (buzz

group) yang kemudian diberi suatu permainan. lahan yang sama atau tidak

sama dengan kelompok la” Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah

tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan

dicari kesimpulannya.

5) Role Play (Memainkan Peranan)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai

pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai

dokter Puskesmas sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan

anggo & yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.. Mereka

memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-

hari dalam melaksanakan tugas.

18
6) Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini merupakan gabungan antara roleplay dengan diskusi

kelompok. Pesan pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk

permainan seperti permaings monopoli.

Cara memainkannya persis seperti bermain monopoly dengan

menggunakan dadu, gaeo (petunjuk arah), selain beberan atau papan main.

Beberapa orang menjadi pemain. dan sebagian lagi berperan sebagai

narasumber.

7) Metode Massa

Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk

mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada

masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian,. cara yang

paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena sasaran promosi ini

bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka

pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian

rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini

biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran

masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk

sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat

berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar.

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya

dengan menggunakan atau melalui media massa.

19
Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini,

antara lain:

a) Ceramah umum (public speaking)

Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional,

Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di

hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.

b) Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik,

baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi

kesehatan massa.

c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan

lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga

merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.

d) Tulisan-tulisan di majalah atau koran. baik dalam bentuk artikel

maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit

adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.

e) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster; dan

sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh:

billboard Ayo ke Posyandu.

PRAKTIK 3
MEDIA PEMBELAJARAN
20
TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari praktik ini, diharapkan mahasiswa mampu memilih model

pembelajaran yang tepat serta mengaplikasikannya sesuai dengan kebutuhan klien.

URAIAN (LANDASAN TEORI)

A. Pengertian Media Pembelajaran

Secara umum, media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses belajar

mengajar. Media pembelajaran dapat digunakan untuk merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar yang lebih efektif.

Menurut Edgar Dale (Dadang, 2009) dalam dunia pendidikan, penggunaan

media pembelajaran sering kali menggunakan prinsip “Kerucut Pengalaman” yang

membutuhkan media seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh guru, dan

audio visual.

Gambar : Kerucut Pengalaman Edgar Dale

B. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

21
Terdapat enam jenis dasar dari media pembelajaran menurut Henich dan

Molenda (2005), yaitu :

1. Teks merupakan elemen dasar untuk menyampaikan suatu informasi yang

mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberikan daya

Tarik dalam pemberian informasi.

2. Media audio berfungsi untuk membatu menyampaikan maklumat dengan lebih

berkesan. Selain itu, juga berfungsi membantu meningkatkan daya tarikan

terhadap sesuatu. Jenis media audio antara lain suara latar, musil, rekaman

suara, dan lain-lain.

3. Media visual yaitu media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual

seperti gambar / foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan

buletin, dan lainnya.

4. Media proyeksi gerak , termasuk di dalamnya film gerak, film gelang, program

TV, video kaset (CD, DVD, atau VCD).

5. Benda-benda tiruan / miniatur, seperti benda-benda tiga dimensi yang dapat

disentuh dan diraba oleh manusia. Media ini dibuat untuk mengatasi

keterbatasan baik obyek maupun situasi sehingga proses pembelajaran dapat

tetap berjalan dengan baik.

6. Manusia, termasuk di dalamnya guru, siswa, pakar / ahli di bidang / materi

tertentu.

C. Media yang Biasa Digunakan dalam Proses Pembelajaran

Beberapa media yang lazim digunakan dalam proses pembelajaran

diantaranya :

1. Media Visual

22
Seperti halnya media yang lain, media visual berfungsi untuk menyalurkan

pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan

ke dalam simbol-simbol visual. Selain itu, fungsi media visual adalah untuk

menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan atau menghiasi

fakta yang mungkin akan cepat dilupakan jika tidak divisualkan. Beberapa media

yang termasuk media visual adalah :

a. Gambar atau Foto

Kita sering menggunakan gambar atau foto sebagai media

pembelajaran karena gambar merupakan bahasa yang umum yang dapat

dimengerti dan dinikmati dimana saja dan siapa saja. Kelebihan dari gambar

atau foto sebagai media pembelajaran adalah :

- Memberikan tampilan yang sifatnya konkrit

- Gambar dapat mengatsi batasan ruang dan waktu

- Gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita

- Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk

tingkat usia berapa saja

- Harganya murah dan mudah di dapat serta digunakan tanpa memerlukan

peralatan khusus

b. Sketsa

Sketsa adalah gambar yang merupakan draft kasar yang menyajikan

bagian-bagian pokoknya saja tanpa detail. Sketsa selain dapat menarik

perhatian peserta, juga dapat menghindari verbalisme dan dapat

memperjelas penyampaian pesan.

c. Diagram

23
Berfungsi sebagai penyederhana sesuatu yang kompleks sehingga

dapat memperjelas penyajian pesan. Isi diagram pada umumnya berupa

petunjuk-petunjuk. Sebagai suatu gambar yang sederhana yang

menggunakan garis dan simbol, diagram menggambarkan struktur dari

objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antar

komponennya atau sifat-sifat proses yang ada. Ciri-ciri sebuah diagram

yang baik adalah :

- Benar, di gambar rapi, di beri judul, label, dan penjelasan-penjelasan

yang perlu.

- Cukup besar dan ditempatkan strategis penyusunannya disesuaikan

dengan pola membaca yang umum, dari kiri ke kanan, dan dari atas ke

bawah.

d. Bagan atau Chart

Terdapat dua jenis chart, yaitu chart yang menyajikan pesannya

secara bertahap, dan chart yang menyajikan pesannya sekaligus. Chart yang

menyajikan pesannya secara bertahap misalnya flipchart atau hidden chart.

Sementara chart yang menyajikan pesannya sekaligus misalnya bagan pohon

(tree chart), bagan alir (flow chart), atau bagan garis waktu (time line

chart).

Chart berfungsi menyajikan ide atau konsep yang sulit jika hanya

disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Chart juga mampu

memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi. Dalam

bagan, biasanya kita menjumpai jenis media visual lainnya seperti gambar,

diagram, atau lambang-lambang verbal. Ciri-ciri bagan yang baik adalah :

- Dapat dimengerti oleh pembaca

24
- Sederhana dan lugas, tidak berbelit-belit

- Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap mengikuti

perkembangan jaman, juga tidak kehilangan daya tarik.

e. Grafik

Grafik merupakan gambar sederhana yang menggunakan titik-titik,

garis atau simbol-simbol verbal yang berfungsi menggambarkan data

kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan

sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan

jelas. Dengan menggunakan grafik, kita dapat melakukan analisis dengan

cepat, interpretasi dan perbandingan data-data yang disajikan baik dalam

hal ukuran, jumlah, pertumbuhan dan arah. Terdapat beberapa macam

grafik, diantaranya grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik

diagram.

f. Kartun

Suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk

menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atau suatu sikap

terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.

g. Poster

Poster dapat dibuat di atas kertas, batang kayu, seng, dsb. Poster

tidak saja penting untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu, akan

tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang

yang melihatnya. Ciri-ciri poster yang baik adalah :

- Sederhana

25
- Menyajikan suatu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok

- Berwarna

- Slogan yang jelas dan jitu

- Ulasannya jelas

- Motif dan desain bervariasi

h. Peta dan Globe

Berfungsi untuk menyajikan data-data yang berhubungan dengan

lokasi suatu daerah, baik berupa keadaan alam, hasil bumi, hasil tambang,

dsb. Secara khusus peta dan globe dapat memberikan informasi tentang :

- Keadaan permukaan bumi, daratan, sungai, gunung, lautan, dan bentuk

daratan serta perairan lainnya

- Tempat serta arah dan jarak dengan tempat yang lainnya

- Data-data budaya dan kemasyarakatan

- Data-data ekonomi, hasil pertanian, industri dan perdagangan

i. Papan planel

Papan berlapis kain planel ini dapat berisi gambar atau huruf yang

dapat ditempel dan dilepas sesuai kebutuhan. Papan planel merupakan

media visual yang efektif dan mudah untuk menyampaikan pesan-pesan

tertentu kepada sasaran tertentu pula.

j. Papan Buletin

Papan ini langsung ditempeli gambar atau tulisan. Papan ini berfungsi

untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Media visual lainnya

26
seperti gambar, poster, sketsa, atau diagram dapat dipakai sebagai bahan

pembuatan papan buletin.

2. Media Audio

Adalah jenis media yang berhubungan dengan indera pendengaran. Pesan

yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambing-lambang uafitif. Beberapa

jenis media yang dapat digolongkan ke dalam media audio adalah sebagai

berikut :

a. Radio

Media ini dapat merangsang partisipasi aktif dari pendengar. Siaran

radio sangat cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa. Bahkan radio juga

dapat digunakan sebagai pemberi petunjuk mengenai apa yang harus

dilakukan oleh guru atau siswa dalam pembelajaran.

b. Alat Perekam Magnetik (Tape Recorder)

Merupakan salah satu media yang memiliki peranan yang sangat penting

dalam penyampaian keakuratan sebuah informasi. Melalui media ini, kita

dapat merekam audio, mengulangnya dan menghapusnya. Selain itu, pita

rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume

sehingga dapat menimbulkan berbagai kegiatan diskusi atau dramatisasi.

3. Media Proyeksi Diam

Beberapa media yang termasuk ke dalam media proyeksi diam antara lain

sebagai berikut :

27
a. Film Bingkai

Adalah suatu film positif baik hitam putih ataupun berwarna yang

berukuran 35 mm, dan umumnya di bingkai dengan ukuran 2x2 inchi. Untuk

melihatnya, perlu ditayangkan dengan proyektor slide. Beberapa

keuntungan penggunaan film bingkai antara lain :

- Materi pelajaran yang sama dapat disebarkan kepada seluruh siswa

secara serentak

- Perhatian siswa dapat dipusatkan pasa satu persoalan, sehingga dapat

menghasilkan keseragaman pengamatan

- Fungsi berpikir siswa dirangsang dan dikembangkan secara bebas

- Penyimpanannya mudah dan praktis

- Dapat mengatasi keterbatasan ruang waktu dan indera

- Program dapat dibuat dalam waktu singat tergantung kebutuhan dan

perencanaan

b. Film Rangkai

Film rangkai hampir sama dengan film bingkai. Bedanya pada film

rangkai frame atau gambar tidak memerlukan bingkai dan merupakan

rangkaian berurutan dari sebuah film atau gambar tertentu. Jumlah gambar

pada 1 rol film rangkai adalah sekitar 50-75 gambar dengan panjang kurang

lebih 100-130 cm tergantung pada isi film tersebut. Film rangkai dapat

mempersatukan berbagai media pembelajaran yang berbeda dalam satu

rangkai sehingga cocok untuk mengajarkan keterampilan, penyimpanannya

mudah serta dapat digunakan untuk bahan belajar kelompok ataupun

individu.

28
c. OHT (Over Head Transparancy)

Adalah media visual proyeksi dibuat di atas bahan transparan,

biasanya film acetate atau plastik berukuran 8,5x11 inchi. Media ini

memerlukan alat khusus untuk memproyeksikannya yang dikenal dengan

sebutan Over Head Projector (OHP). Keuntungan penggunaan OHT adalah :

- Gambar yang diproyeksikan lebih jelas bila dibandingkan digambarkan di

papan tulis

- Ruangan tidak perlu digelapkan

- Sambil mengajar, guru dapat berhadapan dengan siswa

- Mudah dioperasikan sehingga tidak membutuhkan banyak operator

- Menghemat tenaga dan waktu karena dapat dipakai berulang-ulang

- Praktis, dapat digunakan untuk semua kelas atau ruangan

d. Opaque Projektor

Proyektor yang tidak tembus pandang karena yang diproyeksikan

bukan bahan transparan, tetapi bahan-bahan yang tidak tembus pandang

(opaque). Kelebihan media ini adalah bahan cetak pada buku, majalah, oto,

grafis, bagan atau diagram dapat diproyeksikan secara langsung tanpa

dipindahkan ke permukaan transparansi terlebih dahulu. Kelebihan opaque

projector adalah :

- Dapat digunakan untuk hampir semua bidang studi

- Dapat meperbesar benda kecil menjadi sebesar papan sehingga bahan

yang semula hanya untuk individu bisa untuk seluruh kelas

29
e. Mikrofis

Adalah lembaran film transparan yang terdiri atas lambing-lambang

visual yang diperkecil sedemikian rupa sehingga tidak dapat dibaca dengan

mata telanjang. Keuntungan dari media ini adalah :

- Mudah diduplikasi dengan biaya yang relatif murah

- Dapat diproyeksikan ke layar lebar

- Ringkas, hemat tempat, dan praktis untuk dikirim

- Memudahkan identifikasi informasi kepustakaan karena letaknya di

bagian atas lembaran

D. Manfaat Media Pembelajaran

1. Memperjelas penyajian suatu pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera seperti :

a. Obyek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, film, gambar video, atau model.

b. Obyek yang terlalu kecil diganti dengan proyektor mikro, film slide, gambar

video, atau gambar.

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan

timelapse, highspeed photografi atau slowmotion playback video.

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lalu dapat ditampilkan lagi

melalui rekaman film, video, atau foto.

e. Obyek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram, dll.

f. Konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk film, slide, gambar,

atau video.

3. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif siswa.

30
4. Dengan sifat yang unik pada siswa juga dengan lingkungan serta pengalaman

yang berbeda-beda, sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran yang sama

untuk semua siswa, masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran dalam

kemampuannya :

a. Memberikan perangsang yang sama

b. Menyamakan pengalaman

c. Menimbulkan persepsi yang sama

E. Langkah-Langkah Pemilihan Media

1. Langkah 1 : Penerangan atau Pembelajaran

Langkah pertama menentukan apakah penggunaan media untuk keperluan

informasi atau pembelajaran. Media untuk keperluan informasi, penerima

informasi tidak ada kewajiban untuk dievaluasi kemampuan atau

keterampilannya dalam menerima informasi. Sedangkan media untuk keperluan

pembelajaran, penerima pembelajaran harus menunjukkan kemampuannya

sebagai bukti bahwa mereka telah belajar.

2. Langkah 2 : Tentukan Transmisi Pesan

Dalam kegiatan ini kita sebenarnya dapat menentukan pilihan, apakah

dalam proses pembelajaran akan digunakan alat bantu pengajaran atau media

pembelajaran. Alat bantu pengajaran yaitu alat yang didesain, dikembangkan,

dan diproduksi untuk memperjelas tenaga pendidik dalam mengajar. Sedangkan

media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terjadinya interaksi

antara produk pengembang media dan peserta didik / pengguna. Atau dengan

kata lain peran pendidik sebagai penyampai materi pembelajaran digantikan

oleh media.

31
3. Langkah 3 : Tentukan Karakteristik Pelajaran

Asumsi kita bahwa kita telah menyusun desain pembelajaran, dimana

kita telah melakukan analisis tentang mengajar, merumuskan tujuan

pembelajaran, telah memilih materi dan metode. Selanjutnya perlu dianalisis

apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan itu termasuk dalam ranah

kognitif, afektif, atau psikomotor. Masing-masing ranah tujuan tersebut

memerlukan media yang berbeda.

4. Langkah 4 : Klasifikasi Media

Media dapat diklasifikasikan sesuai dengan ciri khusus masing-masing

media. Berdasarkan persepsi diri manusia normal, media dapat diklasifikasikan

menjadi media audio, media video, dan audio visual. Berdasarkan ciri dan bentuk

fisiknya, media dapat dikelompokkan menjadi media proyeksi (diam dan gerak)

dan media non proyeksi (dua dimensi dan tiga dimensi). Sedangkan jika

diklasifikasikan berdasarkan keberadaannya, media dikelompokkan menjadi

dua, yaitu media yang berada di dalam ruang kelas dan media yang berada di

luar kelas. Masing-masing media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan

bila dibandingkan dengan media lainnya.

5. Langkah 5 : Analisis Karakteristik Masing-Masing Media

Media pembelajaran yang banyak macamnya perlu dianalisis kelebihan

dan kekurangannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pertimbangan pula dari aspek ekonomi dan ketersediaannya. Dari berbagai

alternatiif, kemudian dipilih media yang paling tepat.

32
PRAKTIK 4
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
PENDIDIKAN KESEHATAN KLIEN

TUJUAN

Setelah melakukan kegiatan praktek ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk

mengimplementasikan tentang pendidikan kesehatan serta melakukan evaluasi secara

tepat dan terstruktur.

URAIAN (LANDASAN TEORI)

A. Perencanaan Pendidikan Kesehatan

Langkah Langkah dalam Perencanaan Promosi Kesehatan

1. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan

a) Diagnosa masalah

Green ( 1980 ) telah mengembangkan suatu model pendekatan yang

dapat digunakan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang

dikenal dengan kerangka PRECEDE ( Predisposing. Reinforcing. Enabling

Causes in Educational Diagnosis and Evaluation ). PRECEDE memberikan

serial langkah yang menolong perencanaan untuk mengenal masalah mulai

dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Namun demikian pada tahun l991 Green

menyempurnakan kerangka tersebut menjadi PRECEDE PROCEED (Policy.

Regulatori. Organization] Construct in Educational and Enviromental

Development). PRECEDE - PROCEED harus dilakukan secara bersama sama

dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan

pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan

33
program . Sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan

kreteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi. Langkah Langkah

Precede Procede

1) Fase 1: Diagnosis Sosial ( Social Need Assessment)

Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat

terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi

masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui partisipasi

dan penerapan berbagai informasi yang didisain sebelumnya. Penilaian

dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic yang ada,

maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari

masyarakat, pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara

dengan informan kunci. forum yang ada di masyarakat.

2) Fase 2 : Diagnosis Epidemiologi

Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh

terhadap kualitas hidup seseorang. Pada fase ini dicari faktor kesehatan

yang mempengaruhi kualiatas hidup seseorang, masalah kesehatan harus

digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada baik dari lokal,

regional maupun naSional. Pada fase ini harus diidentifikasi apa atau

kelompok mana yang terkena masalah kesehatan dan bagaimana cara

untuk menanggulang masalah tersebut.

3) Fase 3 : Diagnosis Perilaku Dan Lingkungan

Pada fase ini selain identifikasi masalah perilaku yang

mempengaruhi masalah kesehatan juga sekaligus diidentifikasikan

34
masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang mempengaruhi perilaku dan

status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang atau masyarakat.

Untuk mengetahui masalah prilaku yang mempengaruhi status kesehatan

seseorang, digunakan indikator upaya seperti : pemanfaatan pelayanan

kesehatan (ultilization), upaya pencegahan (preventive action), pola

konsumsi makanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), upaya

pemeliharaan kesehatan diri (self care). Dimensi prilaku yang digunakan

adalah :, guality, persistence, frequency, dan range. Indikator

lingkungan meliputi : keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan

kesehatan dengan dimensinya yang terdiri dari

keterjangkauan,kcmampuan dan pemerataan. Langkah yang harus

dilakukan dalam diagnosis perilaku dan lingkungan adalah:

a) Memisahkan taktor perilaku dan non-prilaku penyebab timbulnya

masalah kesehatan

b) Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah

kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan

perawatan/ pengobatan , sedangkan untuk faktor lingkungan yang

harus dilakukan dilakukan adalah mengeliminasi faktor non-perilaku

yang tidak dapat diubah seperti : faktor genetis dan demografis

c) Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya

pengaruh terhadap masalah kesehatan

d) Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan

untuk diubah

e) Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program,

setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai

35
4) Fase 4 : Diagnosis Pendidikan dan Organisasional

Determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan

seseorang atau masyarakat dapat dilihat dari faktor seperti faktor

predeposisi (seperti pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai

atau norma yang diyakini seseorang. Faktor pemungkin yaitu faktor

lingkungan yang memfasillitasi perilaku seseorang, dan terakhir faktor

pengaruh (tokoh masyarakat, guru, petugas kesehatan, orang tua ,

penegak hukum, yang dapat mendorong orang lain berperilaku).

5) Fase 5 : Diagnosis Administratif dan Kebijakan

Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan , sumber daya dan

peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat

pengembangan program promosi kesehatan. Diagnosis administratif

dilakukan tiga penilaian yaitu. sumber daya yang dibutuhkan untuk

melaksanakan program , sumber daya yang diorganisasi dan masyarakat,

serta hambatan pelaksanaan program Sedangkan pada diagnosis

kebijakan dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis.,

peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program dan

pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat

yang kondusif bagi kesehatan

2. Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan

a. Menemukan tujuan promosi

Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan ada 3 yaitu :

1) Peningkatan pengetahuan dan atau Sikap masyarakat

36
2) Peningkatan perilaku masyarakat, yang pada akhirnya akan berpengaruh

pada kesehatan

3) Peningkatan status kesehatan masyarakat

Menurut Green (I990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari

tujuan program, tujuan pendidikan dan tujuan prilaku.

b. Menentukan sasaran promosi kesehatan

Sasaran promosi kesehatan dan sasaran pendidikan kesehatan tidak

selalu sama. OLeh karena itu, kita harus menetapkan sasaran langsung dan

tidak langsung. Yang dimaksud dengan sasaran dalam promosi kesehatan

adalah kelompok sasaran individu, kelompok, maupun keduanya.

c. Menentukan isi promosi kesehatan

Isi Promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga m

udah dipahami oleh sasaran Bila perlu isi pesan dibuat dengan

mengguanakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran merasa bah

wa pesan tersebut memang benar benar ditunjukan kepadanya sehingga

sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

d. Menentukan metode yang akan digunakan

Dalam menentukan metode yang digunakan dalam promosi kesehatan,

harus dipertimbangkan tentang aspek yang akan dicapai. Bila mencangkup

aspek pengetahuan maka yang dapat dilakukan dengan penyuluhan langsung

, pemasanga poster, spanduk dan penyebaran leaflet. Untuk aspek Sikap

kita perlu memberikan contoh yang lebih konkrit dan mengugah emosi,

perasaan dan Sikap sasaran. Misalnya dengan memperlihatkan foto, slide

37
atau melalui pemutaran film dan video. Bila untuk mengembangkan

kemampuan keterampilan tentu sasaran harus mencoba keterampilan

tersebut. Yang lain yang perlu diperhatikan adalah sumber daya yang

dimiliki masyarakat dan jenis sasarannya.

e. Menentukan media yang akan digunakan

Teori pendidikan mengatakan bahwa belajar yang paling mudah adalah

dengan menggunakan media, oleh karena itu hamper semua program

pendidikan kesehatan menggunakan berbagai media , media yang dipilih

tergantung pada jenis sasarannya, tingkat pendidikan sasaran, aspek yang

ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang ada.

f. Menyusun rencana evaluasi

Pada proses ini harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan

dilaksanakan , dimana akan dilaksananakan , kelompok sasaran yang akan di

evaluasi, dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.

Menyusun jadwal pelaksanaan merupakan penjabaran dari waktu,

tempat dan pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam bentuk bagan chart

Contoh Rancangan Pembelajaran Dengan Sasaran Individu .

B. Evaluasi Pendidikan Kesehatan

Evaluasi promosi kesehatan adalah suatu yang harus dilakukan disetiap

upaya promosi kesehtan, karena disamping bagian integral upaya kesehatan itu

sendiri, juga diperlukan untuk kesinambungan upaya tersebut. Berbeda dengan

berbagai indikator yang bersifat non-perilaku yang dapat dibuat standarnya,

38
maka untuk promosi kesehatan, indikator dan parameternya dapat berubah

tergantung pada kegiatan yang dievaluasi (apa, dimana, oleh siapa, bilamana) dan

tahapan evaluasinya. Juga tergantung pada pengaruh lingkungan (budaya). Oleh

karena itu, penentuan apa yang akan dievaluasi serta kemampuan mengembangkan

indikator serta desain evaluasinya sangat penting. Hal terakhir yang juga perlu di

perhatikan ialah untuk siapa di evalusai itu dilaksanakan, dalam rangka membuat

sajian pelaporan.

39
SOAL LATIHAN

Kasus 1 :
Hasil pengkajian yang dilakukan seorang perawat di Puskesmas Sipayung

terhadap seorang laki-laki diperoleh hasil sebagai berikut :

Tn. M dibawa oleh istrinya ke Puskesmas Sipayung dengan keluhan pusing,

sakit pada bagian belakang kepala, penglihatan berkunang-kunang, telinga sering

berdengung, serta sulit tidur pada malam hari. Klien tampak pucat, konjungtiva

tampak anemis, mata merah, dan tampak meringis sambil memegangi bagian belakang

kepala. Hasil TTV diperoleh TD 200/100 mmHg, HR 98x/menit, RR 20x/menit,

S:37,60 C. Istri Tn. M mengatakan bahwa Tn. M tidak dapat mengontrol makanannya

seperti sering makan makanan yang bersantan serta makanan yang tinggi lemak. Tn.

M mampu berbahasa Indonesia dengan baik. Akan tetapi, pengetahuannya tentang

penyakit hipertensi sangat rendah karena kurangnya informasi yang bisa diperoleh

tentang penyakt tersebut. Pada saat datang ke puskesmas, Tn.M tampak sangat

pusing sehingga menolak untuk diberikan penyuluhan. Namun, jika kondisi Tn.M sudah

membaik, ia bersedia untuk diberikan penyuluhan. Tn.M tampak bersemangat untuk

dapat mempelajari tentang kondisi dirinya. Ia mengatakan bersedia untuk melakukan

apapun yang dianjurkan kepadanya asalkan bisa sembuh dari penyakitnya.

Buat rancangan pembelajaran kasus di atas dengan :

1. Buat pengkajian kebutuhan belajar klien

2. Buat prioritas masalahnya

3. Buat metode pembelajaran yang sesuai dengan kasus di atas

4. Buat perencanaan dari prioritas masalah

5. Buat media pembelajaran yang sesuai untuk kasus di atas

40
Kasus 2 :
Seorang perawat di suatu Puskesmas melakukan pengkajian kepada Ny. B dan

diperoleh hasil :

Ny. A, usia 25 tahun, saat ini sedang hamil tiga bulan dengan status obstetric

G1P0A0. Hasil pemeriksaan TTV diperoleh hasil TD 110/80 mmHg, HR 100x/menit,

RR 20x/menit, S 37,50 C, BB saat ini 47 kg, TB 152 cm, mukosa bibir tampak kering,

bibir tampak pecah-pecah. Ny. A datang ke puskesmas karena disuruh suaminya

untuk berkonsultasi mengenai kondisinya yang mual dan muntah secara terus-

menerus. Ny. A baru pertama kali ini datang ke puskesmas karena selama ini ia tidak

pernah mengalami masalah kesehatan apa pun. Ia juga mengatakan bahwa dirinya

tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang kehamilan, persalinan, maupun nifas. Ny.

A hanyalah lulusan SD dan saat ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga, namun ia

mampu membaca dan berbahasa Indonesia dengan cukup baik. Suaminya tidak dapat

mengantarkan ia ke puskesmas karena sedang berjualan sayur keliling. Ny. A

mengatakan bahwa kehamilan yang saat ini ia rasakan sangatlah merepotkan karena

membuat dirinya tidak nyaman dalam melakukan apa pun. Setiap harinya, Ny. A hanya

mual muntah saja yang akhirnya membuatnya tidak dapat makan dengan baik. Ny. A

tinggal di suatu wilayah yang masyarakatnya sebagian besar menganut kepercayaan

yang dapat merugikan kesehatan. Misalnya, ibu hamil tidak boleh mengonsumsi

makanan tertentu padahal sebenarnya makanan tersebut sangat dibutuhkan oleh ibu

hamil. Kemudian, ibu yang telah melahirkan tidak boleh keluar rumah selama 40 hari

dan tidak boleh banyak bergerak. Ny. A sangat memercayai hal tersebut. Ny. A

mengatakan bahwa dirinya mau melakukan apa pun karena sangat ingin sembuh dari

kondisi mual muntah yang saat ini dialaminya.

41
Buat rancangan pembelajaran kasus di atas dengan :

1. Buat pengkajian kebutuhan belajar klien

2. Buat prioritas masalahnya

3. Buat metode pembelajaran yang sesuai dengan kasus di atas

4. Buat perencanaan dari prioritas masalah

5. Buat media pembelajaran yang sesuai untuk kasus di atas

42
Kasus 3 :

Salah seorang perawat di Puskesmas Jati Agung sedang melakukan pengkajian

di RT 03 RW 02 Desa Sukamaju yang dimana terdapat banyak warga yang terkena

penyakit DBD. Berikut hasil pengkajiannya :

Warga Desa Sukamaju RT 03 RW 02 banyak menderita penyakit DBD.

Setelah ditelusuri, ternyata lingkungan tempat tinggal mereka tampak kotor.

Tampak banyak sampah yang bertumpukan dimana-mana. Air selokan tampak kotor

serta banyak jentik jamuk dalam selokan itu. Mereka juga tidak menutup bak mandi

dan jarang mengurang bak mandi tersebut. Warga di Desa tersebut tidak

mengetahui bahwa tempat-tempat itu dapat menjadi sarang berkembangnya nyamuk

Aedes Aegypti. Kebanyakan mereka bekerja sebagai petani. Meskipun tingkat

perekonomian mereka rendah dan rata-rata hanya lulusan SMP saja, tetapi mereka

mampu membaca dan berbahasa Indonesia dengan fasih. Warga di Desa Sukamaju

tampak sangat berharap masalah kesehatan di lingkungan mereka bisa segera

teratasi. Mereka juga tampak sangat antusias dan sangat bersemangat saat

mengetahui bahwa petugas kesehatan di Puskesmas Jati Agung akan melakukan

penyuluhan di desa mereka.

Buat rancangan pembelajaran kasus di atas dengan :

1. Buat pengkajian kebutuhan belajar warga Desa Sukamaju

2. Buat prioritas masalahnya

3. Buat metode pembelajaran yang sesuai dengan kasus di atas

4. Buat perencanaan dari prioritas masalah tersebut

5. Buat media pembelajaran yang sesuai untuk kasus di atas

43
Kasus 4 :

Perawat di Puskesmas Pampang melakukan pengkajian di rumah salah satu

keluarga yang berlokasi di Desa Gunung Sari. Hasil dari pengkajian perawat tersebut

antara lain :

Keluarga Tn. X merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan dua

orang anak. Kedua anak Tn. X masing-masing berusia 8 tahun dan 1 tahun. Anak

bungsunya, An. A saat ini mengalami diare dengan frekuensi BAB 7 kali, konsistensi

feses cair, serta tidak terdapat ampas. Klien tampak lemas, pucat, turgor kulit

kurang elastis, serta mata cekung. Hasil pemeriksaan TTV diperoleh TD : 90/60

mmHg, HR : 122x/menit, RR : 26x/menit, S : 37,90 C. Ibu klien mengatakan selama

anaknya sakit, ia hanya memberikan obat diare yang dibeli di warung dekat rumah.

Ia dan suaminya tidak pernah membawa anaknya ke tempat pelayanan kesehatan

karena menganggap bahwa penyakit yang di derita anaknya itu hanya penyakit yang

biasa terjadi pada anak-anak. Ibu klien mengatakan ia tidak mengetahui bagaimana

cara mengatasi penyakit anaknya tersebut karena ia hanyalah seorang ibu rumah

tangga dengan riwayat pendidikan SD. Begitu juga dengan suaminya, Tn. X yang

hanya seorang buruh serabutan dengan tingkat pendidikan cuma sampai SMP saja.

Ketika perawat menawarkan diri untuk memberikan penyuluhan kesehatan, Tn. X

dan istrinya tampak senang. Mereka tampak bersemangat untuk mendengarkan

penyuluhan yang akan diberikan karena menganggap bahwa penyuluhan itu bisa

membantunya untuk merawat dan mengatasi penyakit yang di derita oleh anaknya

tersebut.

44
Buat rancangan pembelajaran kasus di atas dengan :

1. Buat pengkajian kebutuhan klien tersebut

2. Buat prioritas masalahnya

3. Buat metode pembelajaran yang sesuai dengan kasus di atas

4. Buat perencanaan dari prioritas masalah tersebut

5. Buat media pembelajaran yang sesuai untuk kasus di atas

45
LEMBAR KERJA TUGAS MAHASISWA

Kelompok :

Kasus :

1. Identifikasi kebutuhan belajar klien

46
47
2. Prioritas Masalah

3. Metode Pembelajaran

48
4. Perencanaan Kasus

49
5. Media Pembelajaran

50
Evaluasi Diri

(Paraf / Inisial)
Evaluasi Per Grup

(Paraf / Inisial)
Evaluasi Pembimbing

(Paraf / Inisial)
Rekomendasi (Oleh Pembimbing)

(Paraf / Inisial)

51

Anda mungkin juga menyukai