Anda di halaman 1dari 15

KEWIRAUSAHAAN

FAKTOR-FAKTOR PEMICU SUKSESNYA WIRAUSAHA DAN


PELUANG USAHA

Dosen Pengampu : Diah Eka Sari, S.Pd., M.Pd

Oleh:

Asri Handayani Waruwu

Nabilah Ananda Rangkuti

Adevita Hastati

Dinda Delfi Asyfa

Kelompok 6

Dik Reguler B 2016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehinggakami mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan di program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih memiliki banyak sekali kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca terutama dari Ibu Diah Eka Sari, S.Pd., M.Pd.selaku dosen mata
kuliah Kewirausahaan di Universitas Negeri Medan tepatnya di kelas Reguler B 2016.

Medan, September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………..…………………1
1.1. Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
1.3.Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN…………………………………………………………………..
BAB III : PENUTUP………………………………………………………………………9
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Faktor-Faktor Pemicu Suksesnya Wirausaha


2.1.1. Artikel 1
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Intan Septi Handayani (2013) yang
berjudul “Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Wirausaha” menunjukkan bahwa faktor penentu
keberhasilan dalam wirausaha terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
A. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor penentu keberhasilan yang berasal dari dalam diri
individu pelaku usaha tersebut, antara lain motivasi, pengalaman dan pengetahuan serta
kepribadian. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor diluar individu yang mempengaruhi
keberhasilannya dalam berwirausaha, faktor tersebut antara lain lingkungan keluarga dan
lingkungan tempat bekerja. Riyanti pada penelitiannya mengenai “Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Pada Keberhasilan Usaha Skala Kecil” mengemukakan dua macam faktor yang
menentukan keberhasilan wirausaha yaitu demografi dan perilaku inovatif. Siagian dalam
Purwinarti dan Ninggarwati (2006: 42) mengemukakan bahwa banyak faktor yang mendorong
seseorang untuk berwirausaha. Salah satu kunci untuk dapat mengetahui faktor tersebut adalah
dengan memahami apa yang wirausaha tersebut butuhkan. Wirausaha bisa didorong oleh apa
saja, tetapi tidak semua didorong oleh sesuatu yang sama.
1. Motivasi
Seorang wirausahaan harus memiliki motivasi yang kuat dari dalam diri sendiri untuk
keluar dari pekerjaan dan memiliki kesamaan motivasi untuk sukses dalam bekerja tetapi tetap
harmonis dalam kehidupan keluarganya. Keberhasilan dalam usaha yang mereka dapatkan
adalah salah satu bentuk pencapaian dari akumulasi usaha yang mereka lakukan sejak merintis
usaha tersebut dan bentuk kematangan konsep berpikir mereka untuk tetap berprestasi pada
usaha yang mereka ciptakan sendiri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mc Clelland dalam
Sjabadhyni (2001: 273) yang mengemukakan bahwa motif prestasi adalah suatu kebutuhan yang
ditampilkan dalam kecenderungan perilaku secara stabil mengarah pada usaha untuk
menyelesaikan tugas yang menantang dan bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai standar tinggi

5
yang diharapkan. Selain itu kebutuhan berprestasi tinggi biasanya lebih inovatif, berkehendak
mencari sesuatu untuk menghasilkan yang lebih baik.
Motivasi individu dalam menjalankan usaha mempengaruhi proses dan hasil yang akan
mereka dapatkan. Motivasi usaha yang berasal dari dalam diri individu akan mengarahkan
individu pada proses usaha yang mereka tuju, apabila individu tersebut memiliki motivasi untuk
berwirausaha dan merasa mampu melakukan proses usaha dengan penuh kesungguhan dan
didukung oleh motivator serta fokus pada motif awal berwirausaha, individu tersebut akan
mencapai kesuksesan. Tetapi apabila pada awal usaha, individu tidak memiliki motivasi yang
kuat untuk berwirausaha dari dalam dirinya sendiri walaupun individu tersebut mampu melewati
proses tersebut maka output dari hasil tersebut tidak akan maksimal, pekerjaan dan hasilnya pun
tidak akan maksimal sehingga individu tersebut tidak akan mencapai keberhasilan dalam
usahanya.
2. Pengalaman dan Pengetahuan
Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki wirausahaan menunjukkan kompetensi
mereka dalam berproses sejak merintis usaha hingga usaha mereka bisa berjalan lancar. Subjek
dengan Penelitian Ronstandt (dalam Sjabadhyni, 2001: 271) mengemukakan bahwa kurangnya
pengalaman berkorelasi dengan karirnya yang singkat sebagai wirausaha. Sedangkan Kim dalam
Riyani (2003:33) menemukan bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap keberhasilan
wirausaha. Ronstand dalam Sjabadhyni (2001: 271) mengemukakan pentingnya pengalaman
manajemen, yaitu pada kebanyakan wirausahawan, manajerial know how merupakan aspek yang
relatif kecil kegunaannya daripada pengalamanpengalaman lainnya karena seseorang yang akan
berwirausaha dimulai dengan usaha kecil dan lebih banyak bersifat self management daripada
manajemen organisasinya, walaupun dalam pertumbuhan kemudian pengalaman manajemen
memang diperlukan..
Selain itu pendidikan juga berpengaruh pada pengalaman dalam berwirausaha. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat dari Astamoen (2005: 161) yang menyatakan bahwa pendidikan
yang menunjang keberhasilan dalam usaha tidak hanya bisa diperoleh melalui bangku sekolah
formal, pendidikan dan pengalaman kerja dapat diperoleh dimana saja dan kapan saja selama
individu masih hidup. Teori yang dikemukakan Sjabadhyni (2001: 271) memperkuat temuan
peneliti yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dari pengalaman hidup orang lain lebih
bermanfaat daripada belajar dari sekolah formal sehingga dikemudian hari keterampilan tersebut

6
mampu meningkatkan motivasi individu dalam menjalankan usaha dan memperkecil risiko yang
ditemui pada kemudian hari. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyani yang
menyatakan bahwa pengalaman berwirausaha dan tingkat pendidikan tidak berimbas secara
langsung pada keberhasilan wirausaha.
3. Kepribadian
Sukardi dalam As’ad (2004: 145) menjelaskan makna kepribadian dalam kaitannya
dengan wirausaha yaitu pribadi yang mampu berdiri di atas kekuatan sendiri. sehingga mampu
mengambil keputusan untuk diri sendiri, mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai atas
dasar pertimbangannya, sehingga seorang wirausaha ini adalah seseorang yang merdeka lahir
dan batin. Sedangkan Riyani dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel kepribadian
mempengaruhi secara tidak langsung dan secara signifikan pada kesuksesan wirausaha. Pada
subjek penelitian, ketiganya memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dengan baik pada
lingkungan subjek yang baru secara wajar dan efektif. Subjek memiliki kepribadian yang
terbuka, mudah menerima kehadiran orang asing disekitarnya, teguh pada pendirian,
bertanggungjawab pada perkataan dan perbuatannya, Jadi dapat dikatakan bahwa kepribadian
positif yang dimiliki individu akan berkorelasi positif pada hasil usaha individu tersebut. Begitu
juga sebaliknya, kepribadian individu yang rapuh akan berkorelasi negatif pada hasil usaha
individu tersebut, Hal ini terjadi karena kepribadian yang dimiliki individu akan menentukan
cara pandang individu tersebut dalam menjalankan proses pembelajaran usaha individu tersebut.

B. Faktor Eksternal
Adapun faktor eksternal yang menentukan keberhasilan wirausaha ditentukan oleh
lingkungan keluarga dan lingkungan tempat kerja.
1. Lingkunga Keluarga
Pada lingkungan keluarga keadaan dalam keluarga dapat mempengaruhi keberhasilan
seseorang dalam memulai usaha. Ketegangan dalam keluarga akan menurunkan motivasi kerja
dan pekerjaan menjadi terganggu, hal ini terjadi pada seorang pengusaha dan akhirnya subjek
memutuskan keluar dari pekerjaan untuk mengurangi ketegangan yang terjadi pada keluarganya.
Lingkungan keluarga yang harmonis dalam interaksinya akan menunjang kesuksesan serta
mengarahkan tenaga untuk bekerja lebih efisien. Namun tidak begitu dengan dua subjek yang

7
lain, ketegangan yang terjadi pada pengusaha lainnya ketika menjadi korban penipuan rekannya,
keluargalah yang menjadi motivator bagi subjek untuk bekerja lebih keras lagi.
Ketiga subjek dalam penelitian ini menentukan jenis usaha berdasarkan kemauan dan
kemampuan subjek sendiri, bukan karena permintaan dari keluarga subjek. Ketiganya memiliki
latar belakang keluarga yang majemuk dari segi profesi, sosial ekonomi serta dari aspek politik.
Subjek 1 (Ann) dan 3 (Jk) memiliki latar belakang keluarga yang bekerja dengan bidang usaha
sama dengan subjek penelitian. Sedangkan subjek ke 2 (Bbg) tidak memiliki lingkungan
keluarga yang bekerja dibidang yang sama dengan subjek. Pada subjek 1 (Ann) dan 2 (Bbg)
memiliki latar belakang ekonomi keluarga yang sederhana, dan subjek ke 3 (Jk) memiliki latar
belakang ekonomi keluarga yang kaya. Anggota keluarga pada subjek 2 (Bbg) dan subjek 3 (Jk)
memiliki posisi penting dalam pemerintahan daerah maupun pusat, sedangkan pada subjek 1
(Ann) tidak memiliki angota keluarga dengan posisi penting dalam pemerintahan. Ternyata latar
belakang keluarga dalam hal ini pekerjaan, sosial ekonomi dan dari segi politik atau posisi
anggota keluarga dalam pemerintahan tidak menentukan keberhasilan wirausaha seseorang.
2. Lingkungan Tempat Bekerja
Lingkungan tempat bekerja memberikan pengaruh yang penting dalam metamorfosa
usaha ketiga subjek. Pada subjek 1 (Ann) memiliki lingkungan kerja yang padat akan jadwal
aktivitas, hal ini membuat subjek dan suami sering bertengkar karena salah satunya karena
manajemen waktu subjek yang buruk. Dan pada subjek ke 2 (Bbg) mengalami kejenuhan kerja
pada pekerjaannya terdahulu. Pada dasarnya ketiganya memiliki kejenuhan pada lingkungan
kerja yang monoton, sehingga kreativitas mereka dalam menghidupkan suasana senyaman
mungkin dalam lingkungan usahanya menentukan keberhasilan usaha individu
tersebut. Purwinarti dan Ninggarwati dalam penelitiannya “Faktor Pendorong Minat Untuk
Berwirausaha (Studi Lapangan Terhadap Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)” menyatakan
bahwa keinginan untuk berwirausaha bukan disebabkan oleh faktor lingkungan mereka
melainkan karena didorong oleh faktor jiwa kewirausahaannya terutama dalam melihat besarnya
peluang yang ada, sehingga ketika usaha tersebut dijalankan akan menghasilkan keuntungan.

2.1.2 Artikel II
Kemudian berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Esti Dwi Rinawiyanti dan Linda
Herawati Gunawan (2017) yang berjudul “Identifikasi Faktor Pemicu Minat Wirausaha Pada

8
Mahasiswa” menunjukkan hasil bahwa terdapat 4 faktor wirausaha dari pengaruh terbesar hingga
terkecil yaitu :
1. Faktor yang mempunyai nilai terbesar (6,146) adalah faktor pribadi (internal) dari
mahasiswa yang meliputi keinginan untuk menjadi wirausaha, rencana untuk membuka usaha
sendiri, maupun pemikiran bahwa wirausaha adalah profesi terhormat. Ada tujuh (7) variabel di
faktor ini, sehingga memang mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk minat
mahasiswa untuk berwirausaha.
2. Faktor kedua adalah universitas dengan nilai 2,181 yang meliputi tujuh (7) variabel,
yang juga memberikan pengaruh cukup besar pada minat mahasiswa untuk berwirausaha. Hal ini
menarik karena ternyata universitas mempunyai pengaruh yang cukup kuat. Bisa dimengerti
karena mahasiswa menganggap kampus sebagai rumah kedua, di mana mereka banyak
meluangkan waktu dan berinteraksi dengan lingkungan sosial. Hal ini selaras dengan hasil
penelitian Purnomo (2012) yang mengatakan bahwa variabel pendidikan berpengaruh signifikan
terhadap minat berwirausaha mahasiswa. Temuan juga mendukung hasil penelitian pada
mahasiswa di tiga universitas di Malaysia (2011) yang menunjukkan bahwa ada dua variabel
yang signifikan terkait dengan pendidikan kewirausahaan, yaitu peran universitas dalam
mempromosikan kewirausahaan dan kurikulum kewirausahaan terkait dengan gender,
pengalaman kerja dan latar belakang keluarga. Temuan tersebut selaras dengan pernyataan
Wedayanti & Giantari (2016) bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa.
3. Sedangkan faktor ketiga ialah eksternal (di luar diri mahasiswa) dengan nilai 1,829
yang terdiri dari lima (5) variabel. Faktor ini meliputi halhal di luar diri mahasiswa sendiri
seperti keluarga, teman, dan dosen, yang ternyata juga mempengaruhi minat berwirausaha pada
mahasiswa. Temuan ini memperkuat apa yang dinyatakan oleh Purnomo (2012) bahwa variabel
lingkungan mempunyai pengaruh dominan terhadap minat wirausaha mahasiswa. Temuan juga
sesuai dengan hasil penelitian Khuong & An (2016) yang menyatakan bahwa lingkungan
eksternal memberikan pengaruh positif secara tidak langsung terhadap minat wirausaha
mahasiswa.
Adhitama (2014) juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif lingkungan keluarga
terhadap minat berwirausaha. Artinya semakin mendukung lingkungan keluarga maka akan
semakin meningkatkan minat berwirausaha. Walaupun demikian, temuan tersebut sedikit

9
berbeda dengan Putra (2012) yang menyatakan bahwa faktor keluarga mempunyai eigenvalue
terbesar atau yang paling berpengaruh untuk menumbuhkan minat wirausaha pada mahasiswa.
Tidak hanya keluarga sebagai lingkungan terkecil dan terdekat dari mahasiswa, tetapi juga teman
sebagai lingkungan sosial dan pergaulan. Kadarsih dkk (2013) dalam penelitiannya mengatakan
bahwa selain figur orang tua yang berprofesi sebagai wirausahawan, figur teman yang berprofesi
sebagai wirausahawan juga mempengaruhi minat untuk berwirausaha. Teman yang berhasil
dalam menjalankan profesi sebagai wirausahawan akan memberikan pengaruh positif untuk
memulai berwirausaha karena ada keyakinan bahwa ia juga mampu berhasil seperti
temannya.Yang menarik adalah keterlibatan dosen.
Meskipun frekuensi interaksi dengan mahasiswa tidak sesering antara mahasiswa dengan
teman, tetapi dosen juga berpengaruh dalam membangkitkan minat wirausaha pada mahasiswa.
Ini bisa terjadi melalui proses pembelajaran di kelas dan kesediaan dosen untuk konsultasi dan
mendampingi mahasiswa pada saat kegiatan praktek (expo misalnya). Dapat dikatakan bahwa
dosen merupakan pilar utama dalam pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi
(Belmawa Ristekdikti, 2016). Nilai-nilai kewirausahaan dapat ditransfer kepada mahasiswa
melalui berbagai aktifitas belajar mengajar. Dosen yang mempunyai pengetahuan dan
pemahaman kewirausahaan akan dapat membimbing mahasiswa dalam menginisiasi dan
mengembangkan usahanya sehingga terjadi proses akselerasi pertumbuhan wirausaha baru.
4. Faktor yang keempat dengan nilai terkecil (1,247) adalah informasi, baik dari
keluarga, teman, dan dosen. Dapat dikatakan bahwa informasi yang diperoleh mahasiswa bisa
mempengaruhi minat wirausaha pada mahasiswa. Oleh sebab itu penting sekali menyampaikan
informasi yang benar dan bermutu kepada mahasiswa, terutama untuk menumbuhkan minat
wirausaha. Dosen pengajar kewirausahaan bisa melakukannya melalui presentasi di kelas,
pemutaran video, kuliah tamu, sharingdengan pelaku usaha yang sudah sukses, dan lainlain. Dari
analisa yang telah dilakukan didapatkan temuan yang menarik, bahwa ternyata faktor pribadi dan
universitas mempunyai peranan yang paling besar untuk membangkitkan minat mahasiswa untuk
berwirausaha.

2.2. Peluang Usaha


Entrepreneur dalam bahasa Indonesia disebut dengan Kewirausahaan, menurut ejaan
bahasa Indonesia, kewirausahaan terdiri dari beberapa suku kata, yaitu Ke-wirausahaan, menurut

10
Entrepreneurship, istilah Wirausaha adalah : seseorang yang mampu melihat adanya peluang
kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut untuk memulai
suatu bisnis yang baru. Atau Kemampuan setiap orang untuk menangkap setiap peluang usaha,
dan dimanfaatkanya sebagai lahan usaha, atau bisnis dan seluruh waktunya dicurahkan untuk
menemukan peluang-peluang bisnis.
Wirausaha adalah jalan pekerjaan seseorang yang dijalankan dengan kemungkinan
memperoleh keuntungan dan kemungkinan memperoleh kerugian yang tak terhingga
berdasarkan skala kualitas seseorang tersebut, sehingga untuk melangkah berwirausaha
diperlukan pribadi-pribadi tangguh, pribadi pantang menyerah, percaya diri, kemampuan mental-
emosional dan kemampuan membaca peluang. Kemampuan berwirausaha di dasari atas sebuah
kepentingan membaca peluang untuk pengembangan sebuah usaha, tersedianya cukup waktu
untuk mengimprofisasikan kreatifitas usahanya, dan dorongan yang kuat dalam menguasai pasar.
Sehingga dalam hal ini diperlukan konsep-konsep dasar berwirausaha agar tidak terjebak dalam
kemacetan improfisasi.
Kewirausahaan memiliki arti yang cukup luas, karena menyebutkan seseorang atau setiap
orang, yang mampu menangkap peluang-peluang usaha, kemudian peluang usaha tersebut
dijadikannya sebagai lahan bisnis dengan mencurahkan segenap waktunya untuk menciptakan
peluang bisnis. Setelah tercipta peluang bisnis, seorang wirausaha akan mempertahankan jalan
bisnisnya, mengembangkan jalan bisnisnya dan bahkan memperluas jaringan bisnisnya sesuai
dengan tujuan utama dalam dalam berwirausaha.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencari peluang usaha yaitu :
1. Orientasi Eksternal dan Internal
Para wirausahawan mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan senantiasa menyimpan
informasi yang menarik minat dalam ingatan mereka. Terdapat dua jenis kesadaran yang
memaksa penelusuran peluang venture baru yaitu kesadaran yang tercermin dalam orientasi
eksternal dan yang tercermin dalam orientasi internal. Keingintahuan dan minat pada apa yang
terjadi di dunia merangsang orientasi eksternal. Para wirausahawan menelusuri banyak sumber
gagasan. Sumber gagasan baru tersebut adalah:
1) Konsumen. Wirausahawan harus selalu memperhatikan apa yang menjadi keinginan
konsumen atau memberi kesempatan kepada konsumen untuk mengungkapkan keinginan
mereka.

11
2) Perusahaan yang sudah ada. Wirausahawan harus selalu memperhatikan dan mengevaluasi
produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang sudah ada dan kemudian mencari cara
untuk memperbaiki penawaran yang sudah ada sehingga bisa membentuk ventura baru.
3) Saluran distribusi. Saluran distribusi juga merupakan sumber gagasan baru yang sangat baik
karena kedekatan mereka dengan kebutuhan pasar.
4) Pemerintah. Pemerintah juga merupakan sumber pengembangan gagasan baru dengan dua
cara. Pertama, melalui dokumen hak-hak paten yang memungkinkan pengembangan sejumlah
produk baru. Kedua, melalui pengaturan pemerintah kepada dunia bisnis yang bisa
memungkinkan munculnya gagasan produk baru, misalnya peraturan keselamatan kerja
memungkinkan munculnya usaha yang dipusatkan pada produk-produk keselamatan kerja.
5) Penelitian dan pengembangan. Penelitian dan pengembangan sering menghasilkan gagasan
produk baru atau perbaikan produk yang sudah ada.
Terdapat tiga tahap penggunaan sumber daya-sumber daya internal, yaitu:
1) Analisa konsep hingga bisa terdefinisi dengan jelas, termasuk penguraian masalah yang perlu
dipecahkan.
2) Penggunaan daya ingat untuk menemukan kesamaan dan unsur-unsur yang nampaknya
berhubungan dengan konsep dan masalah-masalahnya.
3) Rekombinasi unsur-unsur tersebut dengan cara baru dan bermanfaat untuk memecahkan
masalah-masalah dan membuat konsep dasar bisa dipraktekkan.

2. Sumber Gagasan bagi Produk dan Jasa Baru


Walaupun terdapat banyak pendekatan untuk mencari sumber gagasan dari produk dan
jasa baru, proses ini bisa dipercepat dengan penggunaan saran-saran berikut di mana gagasan
baru bisa memunculkan adanya usaha baru.
A. Kebutuhan akan sumber penemuan
Penemuan atau inovasi berasal dari persepsi kebutuhan yang jelas ingin dipenuhi.
Terdapat banyak contoh barang atau jasa yang telah dikembangkan dari persepsi demikian itu.
Barang dan jasa tersebut berkisar dari mulai yang sederhana hingga yang rumit, dari yang mahal
hingga yang murah.

12
B. Hobi atau kesenangan pribadi
Hobi atau minat pribadi adakalanya bisa mendorong bisnis baru. Misalnya kesenangan
membuat roti akan bisa memunculkan usaha baru. Dengan mengembangkan roti yang
mempunyai rasa yang khas yang disukai oleh orang lain, seseorang bisa mendirikan usaha
pembuatan roti tersebut.
C. Mengamati kecenderungan-kecenderungan
Kecenderungan dan kebiasaan dalam mode merupakan sumber gagasan untuk melakukan
ventura baru. Banyak peluang yang terlihat oleh para pengamat mendorongnya untuk
mengerjakan sesuatu yang baru pada saat yang tepat.
D. Mengamati kekurangan-kekurangan produk dan jasa yang ada
Lahan yang subur bagi gagasan barang dan jasa baru terletak pada pengamatan
kekurangan pada barang dan jasa yang ada. Pendekatan ini ditujukan untuk memperbaiki kinerja
atau menambah keunggulan yang diperlukan.
E. Mengapa tidak terdapat...?
Peluang bagi usaha baru adakalanya datang di dalam menjawab pertanyaan, “Mengapa
tidak terdapat...?” sebagai contoh tidak adanya cairan penghapus tinta merupakan peluang
mendirikan usaha baru yang disebabkan tidak adanya alat untuk menghapus tinta.
F. Kegunaan lain dari barang-barang biasa
Banyak produk komersil berasal dari penerapan barang-barang biasa untuk kegunaan lain
yang bukan kegunaan yang dimaksudkan dari barang itu. Barang tersebut berkisar dari
perubahan karakter dan kegunaan dari barang akhir hingga pengembangan penerapan baru
barang yang tidak terpakai.
G. Pemanfaatan produk dari perusahaan lain
Banyak perusahaan baru yang terbentuk sebagai perusahaan yang memanfaatkan produk
dari perusahaan yang sudah ada. Misalnya seorang pegawai pengetik dari suatu perusahaan
berusaha mendapatkan tambahan pendapatan dengan mengetik skripsi, laporan, dan lain-lain di
rumahnya di malam hari dan dihari minggu. Beberapa pemberi order merasa puas dengan hasil
kerjanya sehingga mereka menjadi konsumen tetap. Ketika usahanya berkembang dan
penghasilannya melebihi penghasilannya di kantor, pengetik tersebut semakin terlibat dengan
pekerjaan di rumahnya sehingga dia memutuskan untuk mengembangkan usahanya sendiri denga
membuka biro pengetikan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai