Anda di halaman 1dari 53

GAMBARAN PENGETAHUAN PEMERIKSAAN

PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program S1 Keperawatan

oleh
SRI WULAN GERHANAWATI
043-315-16-1-062

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan

hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi tentang “Gambaran Pegetahuan Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) pada Remaja” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap proposal skripsi ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

pengetahuan Penulis mengenai “Gambaran Pegetahuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada

Remaja”. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ilmiah ini terdapat kekurangan dan

jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, Penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan proposal skripsi

yang telah di buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun. Semoga proposal skripsi ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya

proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi Penulis sendiri maupun orang yang membacanya.

Sebelumnya Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan Penulis

memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan proposal skripsi ini di waktu yang

akan datang.

Bandung, 13 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6
A. Remaja .....................................................................................................6
1. Pengertian Remaja ...................................................................................6
2. Fase-fase Masa Remaja ............................................................................6
3. Perubahan fisik pada remaja ...................................................................8
B. Kanker Payudara .....................................................................................8
1. Definisi Kanker Payudara ........................................................................8
2. Etiologi .....................................................................................................9
3. Patofisiologi ............................................................................................ 10
4. Jenis-jenis Kanker Payudara.................................................................. 11
5. Faktor Resiko ......................................................................................... 13
6. Manifestasi Klinis ................................................................................... 14
7. Stadium Kanker Payudara ..................................................................... 15
8. Penatalaksanaan .................................................................................... 17
9. Deteksi Dini Kanker Payudara ............................................................... 19
C. Gambaran Umum tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) .. 19
1. Definisi SADARI .................................................................................... 19
2. Indikasi SADARI ................................................................................... 20
3. Tujuan SADARI..................................................................................... 20

ii
4. Manfaat SADARI ................................................................................... 21
5. Waktu untuk Melakukan SADARI ........................................................ 21
6. Karakteristik Pemeriksaan SADARI...................................................... 21
7. Cara Melakukan SADARI ..................................................................... 22
D. Gambaran Umum Mengenai Pengetahuan............................................. 27
1. Definisi Pengetahuan .............................................................................. 27
2. Tingkat Pengetahuan ............................................................................. 28
3. Cara Memperoleh Pengetahuan ............................................................. 29
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan .................................. 30
5. Pengukuran Pengetahuan....................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 16
A. Jenis Penelitian....................................................................................... 16
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 16
C. Kerangka Konsep Penelitian .................................................................. 17
D. Variabel Penelitian ................................................................................. 17
E. Definisi Operasional ............................................................................... 18
F. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 20
G. Prosedur Penelitian ................................................................................ 22
H. Instrumen Penelitian .............................................................................. 23
I. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 24
J. Etika Penelitian ...................................................................................... 24
K. Analisis Data .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 42

iv
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker adalah salah satu penyebab kematian diseluruh dunia, salah satu

penyakit kanker yang terjadi pada wanita yaitu kanker payudara, maka Kemenkes RI

melakukan pencegahan dengan melaksanakan program deteksi dini kanker payudara

yang dikenal dengan metode SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). SADARI

adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan

cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur 20 tahun ke atas. Indikasi utama

SADARI adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan mengamati

payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolan, perubahan warna

kulit, puting bersisik, dan pengeluaran cairan atau nanah dan darah (Olfah dkk, 2013).

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu langkah deteksi dini

untuk mencegah terjadinya kanker payudara yang akan lebih efektif jika dilakukan

sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi (Suryaningsih, 2009).

Pada usia 20 tahun seorang wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

pada payudaranya sendiri setiap bulan atau setiap tiga bulan sekali untuk dapat

mendeteksi secara dini jika terdapat kelainan dan segera mendapatkan penanganan

yang tepat (Setiati, 2009). Salah satu kelompok yang sebentar lagi mencapai usia

tersebut adalah remaja yang akan memasuki tahap perkembangan remaja akhir

1
2

(adolescence) (Sarwono, 2004). Pada masa remaja berlangsung proses-proses

perubahan fisik maupun perubahan biologis dalam perkembangan selanjutnya berada

dibawah kontrol hormon-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini

bertanggung jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan

payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan

perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya dengan payudara dan kesehatannya.

Menurut Irawan dkk (2017), kanker payudara sendiri umumnya menyerang

perempuan dan merupakan salah satu kanker terbanyak yang terjadi di Indonesia

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Jumlah penderita kanker

payudara menunjukkan bahwa terdapat peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2012

saja, sudah terdapat sebanyak 1,7 juta orang menderita kanker payudara. Hal tersebut

pun telah diperkirakan akan tetap meningkat hingga sebesar 4 (empat) kali lipat

jumlahnya pada tahun 2020 (American Cancer Society, 2016). Menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia (2015) jumlah penderita kanker di Indonesia telah

mencapai angka sebesar 61.682 penderita dengan prevalensi 12/100.000 perempuan.

Selain itu, kanker payudara juga menempati posisi kedua sebagai penyakit kanker

terbanyak yang menyerang perempuan di Indonesia setelah kanker leher rahim

(Yulinda & Fitriyah, 2018).

Menurut Sari (2014), berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Hasan

Sadikin (RSHS) di Provinsi Jawa Barat selama tahun 2011 jumlah kunjungan pasien

dengan keluhan menderita benjolan pada payudara dan kanker payudara yaitu

sebanyak 1.502 terdiri dari kriteria remaja berumur 11-24 tahun sebanyak 3%

sedangkan usia 25-44 tahun sebanyak 44,8% dan usia lebih dari 45 tahun sebanyak
3

52,2% menempati urutan pertama jumlah penderita kanker payudara (Sinaga &

Ardayani, 2016). Tingginya angka kematian akibat kanker payudara terjadi karena

pasien yang datang ke pelayanan kesehatan sudah berada pada stadium lanjut dan

apabila telah menderita kanker pada stadium tersebut, maka proses penyembuhan juga

sudah sulit untuk dilaksanakan. Terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai

kanker payudara dan bagaimana cara mendeteksinya merupakan salah satu penyebab

hal tersebut terjadi.

Fenomena kanker payudara di Indonesia saat ini sangat mengkhawatirkan

karena penyakit tersebut sudah menyerang usia 15 tahun (Lenggogeni, 2011). Gaya

hidup yang dilakukan remaja saat ini banyak yang mengarah pada penurunan derajat

kesehatan, remaja gemar mengonsumsi makanan cepat saji (junk food) dan juga

penggunaan banyak alat elektronik yang dapat mengeluarkan paparan sinar radiasi.

Gaya hidup tersebut sangat berpengaruh terhadap munculnya risiko kanker payudara

pada remaja (Mardiana, 2012). Upaya mendeteksi kanker payudara sedini mungkin

berupa SADARI sudah harus mulai dilakukan oleh para remaja Indonesia.

Namun remaja saat ini masih kurang peka terhadap perawatan payudara

mereka sendiri dikarenakan meereka lebih peka dan aktif untuk melakukan perawatan

pada wajah. Karena menganggap memiliki wajah yang tidak jerawat dan kulit wajah

yang tidak kusam sangatlah penting. Hal tersebut juga dilatarbelakangi karena

kurangnya pengetahuan remaja mengenai kanker payudara dan pentingnya melakukan

SADARI. Mereka tidak memiliki pengetahuan dan sikap kesadaran yang baik bahwa

SADARI merupakan salah satu upaya pencegahan kematian akibat kanker payudara

yang mungkin dapat terjadi pada mereka.


4

Penelitian Handayani dan Sudarmiati (2012) yang didapatkan bahwa sebagian

besar responden yang merupakan remaja putri memiliki pengetahuan yang kurang

mengenai SADARI. Remaja putri cenderung kurang mengetahui mengenai kanker

payudara, penyebabnya, gejalagejalanya bahkan hingga upaya pencegahannya.

Pengetahuan sangat penting bagi perempuan mengenai deteksi dini kanker payudara

sebagai pencegahan yang ada pengaruh signifikan dan positif terhadap keyakinannya

mengenai kesehatan. Dimana dengan adanya pengetahuan yang baik maka diharapkan

remaja mampu untuk memotivasi diri mereka sendiri dan bahkan orang disekitarnya

untuk melakukan SADARI (Pamungkas, 2011).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin meneliti “Bagaimana

gambaran pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja?”

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui Gambaran Pengetahuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

pada Remaja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis ini, dapat terbagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai

berikut :

a. Bagi Remaja
5

Diharapkan penelitian ini, remaja putri mengetahui terkait dengan

pengetahuan mengenai pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI).

b. Bagi Pelayanan Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadikan sebuah wacana tentang

gambaran pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

2. Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat memberi masukan berupa data tentang pengetahuan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) khususnya pada remaja putri.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja (adolescence) merupakan masa adanya perubahan atau peralihan

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Masa

remaja didalam masyarakat pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan

berakhir pada usia 18-22 tahun. World Health Organization (WHO) menyatakan

remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara

berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa kana-

kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri (Notoatmodjo, 2007).

2. Fase-fase Masa Remaja

Istilah adolescence merujuk kepada kematangan psikologi individu sedangkan

pubertas merujuk kepada saat dimana telah ada kemampuan reproduksi. Perubahan

hormona saat pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada anak,

sedangkan perkembangan kognitif mengakibatkan kemampuan untuk menyusun

hipotesis dan berhubungan dengan hal abstrak. Pada masa remaja ini terdapat tiga

subfase :

a. Masa remaja awal (11 sampai 14 tahun)

1) Kecepatan pertumbuan mencapai puncak


2) Timbul karakteristik seks sekunder

3) Berfokus pada perubahan tubuh yang cepat

4) Mencoba berbagai peran

5) Mengukur daya tarik melalui penerimaan atau penolakan dari kelompok

6) Memenuhi syarat yang ditegakkan kelompok teman

b. Masa remaja pertengahan (15 sampai 17 tahun)

1) Pertumbuhan melambat pada anak perempuan

2) Tinggi badan mencapai 95% badan dewasa

3) Karakteristik seks sekunder lanjut

4) Mengubah citra diri

5) Sangat egosentrik, narsisme yang bertambah besar

6) Kecenderungan berfokus pada pengalaman dalam diri dan penemuan jati

diri

7) Memiliki kehidupan fantasi yang kaya idealistik

8) Mampu memperkirakan akibat dari tingkah laku dan keputusan yang

diambil

c. Masa remaja akhir (18 sampai 20 tahun)

1) Matang secara fisik’pertumbuhan tubuh dan reproduktif semakin lengkap

2) Citra tubuh dan definisi peran sesuai gender mulai ditegakkan

3) Identitas seksual matang

4) Fase konsolidasi yang matang

5) Kestabilan kepercayaan diri

6) Merasa nyaman dengan pertumbuhan fisik

7
7) Peran sosial telah ditentukan

3. Perubahan fisik pada remaja

Perubahan fisik yang terjadi pada setiap pertumbuhan diikuti oleh munculnya

tanda-tanda sebagai berikut :

a. Tanda seks primer, yaitu organ seks. Dimana pada wanita ditandai dengan

datangnya haid.

b. Tanda seks sekunder

Tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan dan ketiak, pinggul menjadi

berkembang dan membulat, payudara membesar, kulit telah lembut, kelenjar

lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, otot semakin membesar dan

kuat, dan adanya perubahan pada suara terjadi pada wanita.

B. Kanker Payudara

1. Definisi Kanker Payudara

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan

mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,

cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal

(abnormal) pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Akhirnya, sel-sel

ini menjadi bentuk benjolan payudara. Jika benjolan kanker ini tidak dibuang

atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian tubuh

lainnya. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfa), ketiak,

ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel kanker bisa bersarang di tulang,

paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Putra S.R., 2015)

8
Kanker payudara adalah tumor ganas yang bermula dari sel-sel payudara.

Untuk dapat memahami kanker payudara, sangatlah penting memahami

beberapa dasar dari struktur atau bagian-bagian normal dari payudara

(pamungkas, 2011).

Kanker payudara berdasar sifatnya serangannya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu

kanker payudara invasive dan kanker payudara non-invasif.

a. Kanker Payudara Invasif

Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar susu serta menyerang

lemak dan jaringan konektif payudara disekitarnya. Kanker dapat bersifat

invasif (menyerang) tanpa selalu menyebar (metastatic) ke simpul limfe

atau organ lain dalam tubuh.

b. Kanker Payudara Non-Invasif

Sel kanker terkunci dalam saluran susu dan tidak menyerang lemak dan

jaringan konektif payudara disekitarnya. Ductal carcinoma in situ (DCIS),

merupakan bentuk kanker payudara non-invasif yang paling umum terjadi

(90%). Lobular carcinoma in situ (LCIS) meski lebih jarang, justru perlu

lebih diwaspadai karena merupakan tanda meningkatnya risiko kanker

payudara.

2. Etiologi

Penyebab kanker belum diketahui namun banyak sekali pemicu antara lain

adanya pertumbuhan tidak normal sel dalam payudara dan terjadi penuaan sel

(Suryaningsih & Sukaca dalam Viviyawati, 2014). Alasan yang paling tepat

wanita dapat mengalami kanker payudara ialah masih belum diketahui dengan

9
pasti. Tetapi diperkirakan merupakan kominasi dari faktor genetik, lingkungan,

dan gaya hidup. Selain itu, hormon mempunyai peranan penting dalam kejadian

kanker payudara. Penelitian menunjukkan adanya hubungan antara derajat

hormon seks wanita (estrogen) dengan meningkatnya risiko kejadian kanker

payudara.

Wanita yang rutin mendapatkan terapi hormon berada pada risiko yang lebih

tinggi terhadap kejadian kanker payudara. Wanita yang terlambat memiliki anak

juga berada pada resiko tinggi terhadap mengalami kanker payudara (Ghofar

dalam Sari, 2013).

3. Patofisiologi

Kemungkinan penyebab kanker payudara mencakup lingkungan, hormon,

reproduksi, dan faktor herediter. Dua gen yang rentan terhadap kanker payudara

telah teridentifikasi : BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom

13. Gen ini mungkin bertanggung jawab terhadap sekitar 10% wanita yang

menderita kanker payudara herediter, dengan mutasi genetik yang menyebabkan

hingga 80% kanker payudara pada wanita (Priscilla Lemone, 2016).

Pertumbuhan sel ini dapat muncul pertama kali duktus maupun lobulus

payudara yang kemudian menyebar ke jaringan sekitar melalui infiltrasi, invasi,

dan penetrasi progresif. Sel kanker dapat menyebar melalui aliran limfe dan

sirkulasi darah yang mengakibatkan metastasis ke organ tubuh lain. Metastasis

sel kanker bisa ke viseral seperti paru, hati, otak dan non viseral seperti tulang

dan jaringan lunak (Jong, 2010).

10
4. Jenis-jenis Kanker Payudara

a. Lobular carcinoma in situ (LCS, Lobular neoplasia)

Kata “in situ” merujuk pada kanker yang tidak menyebar dari area dimana

kanker mulai muncul. Pada LCIS, pertumbuhan jumlah sel jelas terlihat,

berada di dalam kelenjar susu (lobules).

b. Ductal carcinoma in situ atau karsinoma in situ duktal (DCIS)

DCIS adalah jenis kanker payudara yang terjadi hanya di bagian dalam

sistem duktal (saluran penghubung antara alveolus dan puting susu) saja.

Merupakan tipe kanker payudara non-invasif yang paling umum terjadi.

DCIS sering kali terdeteksi pada mammogram sebagai microcalcifications

(tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). Dengan deteksi dini, rerata tingkat

bertahan hidup penderita DCIS mencapai hampir 100% dengan catatan,

kanker masih bersifat lokal yaitu tidak menyebar dari saluran susu ke jaringan

lemak payudara dan bagian lain dari tubuh. Terdapat beberapa tipe DCIS.

Sebagai contoh ductal comedocarcinoma yang merujuk pada DCIS dengan

necrosis (area dengan sel kanker yang mati atau mengalami degenerasi).

c. Infiltrating lobular carcinoma (ILC)

Dikenal sebagai invasive lobular carcinoma, ILC mulai terjadi di dalam

kelenjar susu (lobules) payudara, tetapi sering menyebar (metastazes) ke

bagian tubuh yang lain. ILC terjadi 10% sampai 15% dari seluruh kejadian

kanker payudara.

d. Infiltrating ductal carcinoma atau karsinoma duktus infiltrasi (IDC)

11
Dikenal sebagai invasive ductal carcionoma, IDC terjadi di dalam saluran

susu payudara dan menjebol dinding saluran. Menyerang jaringan lemak

payudara dan kemungkinan juga terjadi di bagian tubuh yang lain. IDC

merupakan tipe kanker payudara yang paling umum terjadi, sekita 80% dari

seluruh diagnosis kanker payudara.

e. Karsinoma Meduler

Karsinoma meduler adalah kanker payudara yang memiliki sel-sel kanker

berwarna abu-abu (mirip dengan sel medula otak). Kasus kanker ini terjadi

sekitar 15% dari semua jenis kanker payudara. Karsinoma meduler sering

terjadi pada wanita di akhir usia 40-an dan 50-an.

f. Tubular karsinoma

Karsinoma tubular adalah tipe kanker payudara yang memiliki struktur

tubular khas bila dilihat di bawah mikroskop. Kanker payudara jenis ini

ditemukan pada wanita usia 50 dan diatasnya. Kanker jenis ini menyumbang

sekitar 2% dari semua kasus kanker payudara yang ada.

g. Musinosa karsionoma (koloid)

Jenis kanker payudara musinosa sangat berbeda dengan tipe kanker

payudara yang lain. Kanker ini memiliki pembeda utama yaitu adanya

produksi lendir. Karsinoma musinosa mewakili sekitar 1% hingga 2% dari

seluruh karsinoma payudara.

h. Kanker payudara inflamasi (IBC)

Kanker payudara ini dikenal juga sebagai radang kanker payudara karena

payudara sering terlihat bengkak, merah, atau “meradang:. Kanker payudara

12
tipe ini sangat langka. Sifatnya sangat agresif sehingga bisa menyebabkan

pemblokiran pembuluh getah bening di dalam payudara. Jumlah kasus yang

terjadi tidak sampai 5% dari total kasus kanker payudara.

5. Faktor Resiko

Berbagai jenis faktor resiko kanker payudara menurut Priscilla Lemone

(2016):

a. Usia dan jenis kelamin. Wanita 100 kali lebih sering mengalami kanker

payudara dibanding pria, dengan seiring usia. Dua dari tiga kanker

payudara invasif dijumpai pada wanita berusia 55 tahun dan lebih. Resiko

kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

b. Faktor risiko genetik. Sekitar 5% sampai 10% kanker payudara diyakini

merupakan perubahan yang diwariskan langsung akibat mutasi genetik

dari salah satu orang tua.

c. Riwayat kanker payudara dalam keluarga. Kerabat dari pihak ibu tau ayah

dalam keluarga. Mempunyai kekerabatan generasi pertama (ibu, saudara

perempuan atau anak perempuan) yang menderita kanker payudara dan

kira-kira melipat gandakan risiko dan mempunyai dua orang kekerabatan

generasi pertama meningkatkan resiko menjadi lima kalinya. Mempunyai

anggota keluarga laki-laki yang menderita kanker payudara juga

menimbulkan peningkatan resiko.

d. Jaringan payudara padat. Jaringan payudara padat (dilihat pada

mammogram) mempunyai jaringan glandular lebih banyak dan jaringan

13
lemak lebih sedikit, yang meningkatkan risiko perkembangan risiko

perkembangan kanker payudara.

e. Riwayat pribadi kanker payudara. Wanita yang menderita kanker pada

satu payudara mempunyai tiga sampai empat kali peningkatan risiko

mengalami kanker baru pada payudara yang lain atau pada bagian lain di

payudara yang sama.

f. Iradiasi dada sebelumnya. Radiasi dada saat anak-anak atau remaja untuk

kanker lain (seperti penyakit hodgkin) secara signifikan meningkatkan

risiko. Risiko lebih besar pada wanita yang pernah mendapatkan iradiasi

selama perkembangan payudara pada remaja.

g. Riwayat menstruasi. Wanita yang mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun

atau yang mengalami monopause setelah usia 55 tahun berisiko sedikit

lebih tinggi, kemungkinan akibat pajanan terhadap estrogen dan

progesteron seumur hidup yang lebih tinggi.

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi kanker payudara dapat mencakup benjolan tanpa nyeri tekan

pada payudara (paling sering di kuadran luar atas, daerah yang paling banyak

jaringan glandular), rapas puting tidak normal, ruam di daerah sekitar puting,

retraksi puting, pelesungan kulit, atau perubahan posisi puting. Mungkin juga

terdapat nyeri puting, bersisik, ulserasi, iritasi kulit, atau rabas. Kanker payudara

biasanya tidak nyeri, tetapi sebagian wanita melaporkan rasa terbakar atau

tersengat. Banyak wanita penderita kanker payudara tidak menunjukan

14
manifestasi dan tumor mereka dideteksi melalui mammogram. Namun, banyak

kanker payudara ditemukan oleh wanita sendiri atau oleh pasangannya.

Manifestasi kanker payudara (Priscilla Lemone, 2016) :

a. Massa atau penebalan payudara

b. Benjolan tidak lazim di bawah ketiak atau di atas tulang leher

c. Ruam kulit menetap dekat daerah puting

d. Pecah atau erupsi dekat puting

e. Pelesungan, penarikan, atau retraksi di area payudara

f. Rabas puting

g. Perubahan posisi puting

h. Rasa terbakar, tersengat, atau tertusuk

7. Stadium Kanker Payudara

Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat

mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh

manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar

maupun penyebaran ke tempat jauh misalnya ke paru-paru, liver, tulang, otak.

Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan

ditungan dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopalogi atau PA,

rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT Scan, scintigrafi, sehingga

dapat dinilai keadaan kanker dan penyebarannya ke jaringan sekitar dan

metastasisnya. Stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang

direkomendasikan oleh UICC (Union Againts Cancer) dari WHO, sebagai

berikut :

15
a. T (Tumor size), ukuran tumor

1) T0 : tidak ditemukan tumor primer.

2) T2 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang.

3) T3 : ukuran tumor diameter 2-5 cm.

4) T4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau

dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau

bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di

luar tumor utama.

b. N (Node), kelenjar getah bening regional atau KGB

1) N0 : tidak terdapat metastasis pada KGB regional di ketiak atau aksila.

2) N2 : ada metastasis ke KGB aksila yang masih dapay digerakkan.

3) N2 : ada metastasis ke KGB aksila yang dulit digerakkan.

4) N3 : ada metastasis ke KGB diatas tulang selangka (supraclavicula)

atau pada KGB di mammary interna di dekat tulang sternum.

c. M (Metastasis), penyebaran jauh

1) Mx : metastasis jauh belum dapat dinilai.

2) M0 : tidak tedapat metastasis jauh.

3) M1 : terdapat metastasis jauh.

Setelah masing-masing faktor T,N,M didapatkan, ke tiga faktor tersebut

kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

a. Stadium 0 : T0 N0 M0

b. Stadium I : T1 N0 M0

c. Stadium II A : T0 N1 M0 atau T1 N1 M0 atau T2 N0 M0

16
d. Stadium II B : T2 N1 M0 atau T3 N0 M0

e. Stadium III A : T0 N2 M0 atau T1 N2 M0 atau T2 N2 M0 atau T3 N1 M0

atau T2 N2 M0

f. Stadium III B : T4 N0 M0 atau T4 N1 M0 atau T4 N2 M0

g. Stadium III C : Tiap T N3 M0

h. Stadium IV : Tiap T, Tiap N, M1

8. Penatalaksanaan

Diagnosis kanker payudara dimulai dengan deteksi. Ketika deteksi

ditegakkan, tersedia beberapa pilihan pengobatan. Pilihan pengobatan

tergantung pada beberapa faktor, seperti stadium kanker, usia wanita, dan pilihan

wanita (Priscilla Lemone, 2016) :

a. Diagnosis

Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan

payudara klinis (CBE, clinical breast examination) dan mammogram.

Mamografi dapat mendeteksi tumor payudara 2 tahun sebelum mencapai

ukuran yang dapat diraba, sebagian besar tumor telah muncul selama 8

sampai 10 tahun.

b. Medikasi

Bifosfonat dapat digunakan untuk membantu memperkuat dan

mengurangi resiko fraktur pada tulang yang melemah akibat kanker payudara

metastatik dan dapat membantu mencegah penipisan tulang akibat

pengobatan dengan inhibitor aromatase atau akibat monopause dini sebagai

efek samping kemoterapi.

17
c. Pembedahan

Diseksi kelenjar akibat umumnya dilakukan selama pembedahan untuk

semua karsinoma payudara invasif untuk mengetahui stadium tumor. Oleh

karena pembedahan ini dapat menyebabkan limfedema (penumpukan cairan

pada jaringan lunak yang disebabkan oleh pengangkatan saluran limfe) pada

lengan di bagian operasi, kerusakan saraf, dan perlengketan, dan arena peran

kelenjar limfe pada fungsi sistem imun, digunakan metode non-bedah untuk

mendeteksi kelenjar limfe yang terkena. Biopsi kelenjar sentinel sebelum

diseksi kelenjar dilakukkan dengan meyuntikan zat radioaktif atau zat warna

ke dalam regio tumor.

d. Terapi Radiasi

Terapi radiasi biasanya digunakan setelah bedah kanker payudara untuk

menghancurkan sel kanker yang masih ada yang dapat menyebabkan

kekambuhan atau metastasis. Jika tumor berukuran sangat besar, radiasi dapat

digunakan untuk mengecilkan tumor sebelum pembedahan. Radioterapi

intraoperatif diberikan melalui dosis radiasi tunggal terkonsentrasi. Selama

pembedahan, sebuah probe dimasukkan ke dalam rongga yang dibuat lewat

lumpektomi dan radiasi yang sama dengan 6 minggu dosis dipancarkan

selama 25 menit.

e. Kemoterapi

Kemoterapi Neoadjuvan adalah kemoterapi yang diberikan sebelum

pembedahan, ini dapat mengecilkan tumor besar sehingga cukup kecil untuk

diangkat lewat lumpektomi buka mastektomi.

18
f. Terapi Hormon

Tamoksifen sitrat (nolvadex) dan toremifen (fareston) adalah obat-obatan

oral yang menghambat aktivitas estrogen. Tamoksifen dapat digunakan untuk

menoati kanker payudara metastatik dan bila di minum selama 5 tahun setelah

pembedahan, dapat mengurangi risiko kekambuhan kanker sampai

separuhnya. Inhibitor aaromatse menghentikan produksi estogen pada wanita

pasca menopause dengan menghambat enzim aromtase (yang mengubah

androgen menjad sejumlah kecil estrogen di tubuh ).

9. Deteksi Dini Kanker Payudara

Deteksi dini kanker payudara bertujuan untuk menurunkan insidensi kanker

payudara dan secara tidak langsung akan menurunkan angka kematian penderita

kanker payudara. Dalam mendeteksi kanker payudara secara dini dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satu cara yang lebih mudah dan

efisien untuk dapat mendeteksi kelainan payudara oleh diri seniri adalah dengan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) atau bisa disebut dengan Brest Self

Examination (BSE). SADARI ini penting dilakukan karena 85% penderita

kanker menemukan kanker payudaranya sendiri (Suryaningsih & Sukaca, 2009).

C. Gambaran Umum tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

1. Definisi SADARI

SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara wanita. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan dengan menggunakan cermin dan berbaring yang dilakukan oleh

wanita yang berusia 20 tahun keatas. Sebaiknya jangan tunggu ada benjolan di

19
payudara karena jika hal itu sudah terjadi, maka kemungkinan menderita kanker

payudara di stadium I lebih besar. Pemeriksaan ultrasonografi dan mammografi

harus dilakukan secara berkala. Untuk wanita yang berusia 50 tahun ke atas,

disarankan setiap tahun. Sementara yang berumur di bawah itu bisa tiga tahun

sekali. Meski begitu, jika ada benjolan yang terdeteksi kanker payudara dari lima

wanita yang merasa adan benjolan paling hanya satu (Olfah dkk, 2013).

2. Indikasi SADARI

Menurut Olfah, dkk (2013), wanita yang dianjurkan melakukan SADARI

untuk mengurangi kejadian kanker payudara waktu pelaksanaan SADARI

sebagai berikut :

a. Hari ke 7-10 setelah hari pertama haid

b. Setiap wanita berusia diatas 20 tahun perlu melakukan pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI) setiap bulan

c. Untuk wanita usia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan

payudara oleh diri sendiri, maupun perawat, bidan atau dokter setiap

tahunnya, dan

d. Wanita yang berisiko tinggi yaitu usia 50 tahun ke atas disarankan

melakukan ultrasonografi dan mammografi setiap tahun.

3. Tujuan SADARI

Menurut Olfah dkk (2013), tujuan SADARI sangat perlu dilakukan untuk

mendeteksi sedini mungkin ada tidaknya kanker dalam payudara wanita.

20
4. Manfaat SADARI

Keuntungan dari deteksi dini bermanfaat untuk meningkatkan kemungkinan

harapan hidup pada wanita penderita kanker payudara. Hampir 95% wanita yang

terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari

lima tahun setelah terdiagnosis, sehingga dokter merekomendasikan agar para

wanita menjalani SADARI secara rutin. Selain hal itu, SADARI adalah metode

termudah, tercepat, termurah, dan paing sederhana yang dapat mendeteksi secara

dini kanker payudara (Olfah, dkk. 2013).

5. Waktu untuk Melakukan SADARI

Waktu melakukan SADARI dianjurkan pada 7-10 hari setelah menstruasi

karena pada saat itu pengaruh hormon ovarium sudah hilang sehingga

konsistensi payudara tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi (Chalasani,

2017), sedangkan pada wanita yang monopause SADARI dilakukan setiap

bulannya ditanggal yang sama (Indriasari, 2009). SADARI biasanya pertama

kali diajarkan pada saat pemeriksaan kesehatan remaja dan harus ditinjau dan

dilakukan kembali setiap 2 sampai 3 tahun.

6. Karakteristik Pemeriksaan SADARI

Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan SADARI untuk mengurangi

resiko terjadinya kanker payudara secara dini. Menurut Nisman (2011), wanita

yang dianjurkan untuk melakukan SADARI yaitu sebagai berikut :

a. Wanita usia subur : 7-10 hari setelah menstruasi.

b. Wanita pascamonopause, pada waktu tertentu setiap bulan.

21
c. Setiap wanita berusia diatas 20 tahun perlu melakukan SADARI setiap

bulan.

d. Wanita yang beresiko tinggi sebelum mencapai 50 tahun perlu melakukan

mammpgrafi setiap tahun, pemeriksaan oleh dokter setiap 2 tahun.

e. Wanita yang berusia 20-40 tahun :

1) Mamogram awal atau dasar antara usia 35 sampai 40 tahun.

2) Melakukan pemeriksaan oleh dokter setiap 3 tahun.

f. Wanita yang berusia 40-49 tahun melakukan pemeriksaan payudara pada

dokter dan mammografi setiap 1-2 tahun.

g. Wanita yang berusia diatas 50 tahun melakukan pemeriksaan payudara

pada dokter dan mammografi setiap tahun.

7. Cara Melakukan SADARI

Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara

dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis, sehingga banyak

dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani SADARI pada saat

menstrusi yaitu pada hari ke 7 sampai 10 di rumah secara rutin dan menyarankan

dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada

payudara. Waktu untuk melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat

perubahan bentuk payudara dengan cata berbaring (Olfah, dkk. 2013).

a. Melihat Perubahan Payudara di Hadapan Cermin

1) Tahap 1 : melihat perubahan bentuk dan besarnya payudara, perubahan

puting susu, serta kulit payudara di depan kaca. Sambil berdiri tegak

depan cermin, posisi kedua lengan lurus ke bawah di samping badan.

22
2) Tahap 2 : periksa payudara dengan tangan diangkat di atas kepala.

Dengan maksud untuk melihat retraksi kulit atau perlekatan tumor

tehadap otot atau fascia dibawahnya.

3) Tahap 3 : berdiri tegak di depan cermin dengan tangan di samping

kanan dan kiri. Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat

perubahan pada payudara.

23
4) Tahap 4 : menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak

pinggang, tangan menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan

otot di daerah axilla.

b. Melihat Perubahan Bentuk Payudara dengan Berbaring

1) Tahap 1 : persiapan melaukan SADARI

Dimulai dari payudara kanan, baring menghadap ke kiri dengan

membengkokan kedua lutut. Letakkan bantal atau handuk mandi yang

telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikkan bagian

yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan di bawah kepala.

Gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan. Gunakan

telapak jari-jari untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebaran.

2) Tahap 2 : pemeriksaan payudara dengan vertical strip

24
Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang

selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah

antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak. Gunakan tangan

kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan

kuat untuk merasakan benjolan. Gerakan tangan perlahan-lahan ke

bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atau

menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke

atas ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang

ditunjuk.

3) Tahap 3 : pemeriksaan payudara dengan cara memutar

Berawal dari bagian atas payudara, buat putaran yang besar.

Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang

luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke

puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan

ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan rupa periksa bagian

bawah areola mammae.

25
4) Tahap 4 : pemeriksaan cairan di puting payudara

Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara untuk melihat

adanya cairan abnormal dari puting payudara.

5) Tahap 5 : memeriksa ketiak

Letakkan tangan kanan ke samping dan rasakan ketiak dengan eliti,

apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

26
D. Gambaran Umum Mengenai Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui indera penginderaan (telinga) dan indera penglihatan (mata)

(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan itu dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan

sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan

pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Akan tetapi, perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang

bependidikan mutlak berpengetahuna rendah pula. Pengetahuan seseorang

tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek

positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif

terhadap objek tertentu (Wawan & Dewi, 2011).

27
2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoatmodjo, 2010), sebagai berikut :

a. Tahu (Knowing)

Merupakan tingkat pengetahuan paling rendah “tahu” diasrtikan sebagai

mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu termasuk

ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat di lihat dari pengunaan kata kerja.

e. Sintesis (Syntesis)

28
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru atau dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formalasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukkan penilaian

terhadap suatu materi obyek yang didasarkan pada suatu kriteria.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara Kuno untuk Memperoleh Pengetahuan

1) Cara coba-coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang seblum adanya kebudayaan dan bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban yang dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan yang lain sampai masalah dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoriter

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoriter, tanpa terlebih dahulu

membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun

berdasarkan masa lalu.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

sebuah pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

29
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

diharapkan pada masa lalu.

4) Melalui jalan pikiran

Demi memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi.

Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan

khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah

pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyaatn umum kepada yang

khusus.

b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut

metodelogi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Franeuis

Bacor (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Dallien

akhirnya lahir suatu cara penelitian yang dewasa kita kenal sebagai

metodologi penelitian ilmiah.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan & Dewi (2011), mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal

yang menunjnagn kesehatan sehingg dapat meningkatkan kualitas hidup.

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat

30
mempengaruhi seseorang termasuk juga dalam perilaku seseorang akan

pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau

profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah sering

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

3) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.

31
5. Pengukuran Pengetahuan

Menurut (Arikunto dalam Wawan dan Dewi, 2011) pengukuran dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur

pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut

tahapannya. Membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga

tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%

b. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%

c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya ≤ 55%

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan

menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai

berikut:

a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 50%

b. Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%

Menurut (Notoatmodjo, 2010), menyatakan bahwa dalam membuat suatu

pertanyaan di dalam melakukan pengukuran pengetahuan terdapat 2 bentuk

prinsip pertanyaan yaitu sebagai berikut :

a. Bentuk pertanyaan terbuka (open ended)

1) Free response question, pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada

responden untuk menjawab. Pada umumnya jenis pertanyaan ini

digunakan untuk memperoleh jawaban mengenai pendapat atau motif

tertentu dari responden.

32
2) Directed response question. Sama dengan free response jenis

pertanyaan ini juga memberikan kebebasan menjawab bagi responden,

tetapi sudah sedikit diarahkan.

b. Bentuk pertanyaan tertutup (closed ended)

1) Dichotomous choice, dalam pertanyaan ini hanya disediakan dua

jawaban alternatif dan respondennya hanya memilih satu diantaranya.

2) Multiple choice, pertanyaan ini menyediakan beberapa jawaban

alternatif dan respondennya hanya memilih satu diantaranya yang

sesuai dengan pendapatnya.

3) Check list, bentuk ini hanya dimodifikasi dari multiple choice. Bedanya

responden diberikan kebebasan untuk memilih jawaban sebanyak

mungkin yang sesuai dengan apa yang dikatakan, dilihat, dipunyai atau

pendapatnya. Jawaban responden lebih dari satu, bahkan mungkin

semua jawaban yang tersedia semua (di check).

4) Rangking question. Seperti pada check list, tetapi jawaban responden

diurutkan dari jawaban-jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat,

pengetahuan atau perasaan responden.

Jadi berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan mahasiswi mengenai penyakit

tentang keganasan yang telah didapat selama pembelajaran akan dapat

memberikan pengaruh karena banyaknya informasi yang diterima serta

bagaimana cara mereka berespon terhadap stimulus yang telah diterima atau

33
didapatkan. Karena menurut Notoatmodjo (2010) orang yang berpengetahuan

baik akan mengupayakan kemampuan dan menerapkan pengetahuan didalam

kehidupan sehari-hari.

34
16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Metode

penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan

yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Setiadi, 2013). Penelitian yang akan

dilakukan bertujuan untuk mendapatkan Gambaran Pengetahuan Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) pada Remaja.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu Sekolah Menengah Atas atau

Kejuruan (SMA/SMK) di kota Bandung yang akan dilaksanakan pada bulan Mei

2018. Penelitian ini mengidentifikasi gambaran pengetahuan SADARI pada

remaja.
17

C. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep yang digunakan adalah berdasarkan landasan teori yang

diuraikan pada tujuan purstaka, maka kerangka konsep dalam penelitian dapat

digambarkan dalam bentuk seperti :

1. Pengetahuan
SADARI
2. Kemampuan

Karakteristik Responden :
1. Umur
2. Riwayat Kesehatan

Keterangan :
: Variable yang di teliti

D. Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah sega;a sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini

menggunakan beberapa variable, yaitu :


18

1. Pengetahuan Remaja Putri SMA/SMK tentang SADARI

2. Kemampuan Remaja Putri SMA/SMK tentang SADARI

3. Usia Remaja Putri SMA/SMK

4. Riwayat Keluarga Menderita Gangguan Payudara Remaja Putri SMA/SMK

E. Definisi Operasional

1. Pengetahuan Remaja Putri di SMA/SMK tentang SADARI

Pengetahuan ialah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai

pengertian, tujuan, manfaat, waktu, serta langkah-langkah melakukan

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada remaja putri di SMA/SMK.

Pengetahuan responden diukur pada saat respoden menyetujui untuk dilakukan

penelitian dan diukur sebanyak satu kali. Pengukuran pengetahuan responden

menggunakan kuesioner tertutup dengan menggunakan skala Guttman, tiap item

pernyataan apabila jawaban benar dengan pernyataan positif (favorable) akan

memperoleh nilai 1 sedangkan apabila responden menjawab dengan salah

dengan pernyataan negative (unfavorable) maka akan memperoleh nilai 1

dengan total skor ialah 12 dengan kriteria penilaian = skor tertinggi – interval =

100 - 50 = 50 %.

Kriteria objektif :

Baik : jika skor responden ≥ 6

Kurang baik : jika skor responden ≤ 6

2. Kemampuan Remaja Putri SMA/SMK tentang SADARI

Kemampuan ialah responden mampu melakukan langkah-langkah

pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) yang terdiri dari 4 aspek diantaranya


19

yaitu posisi berdiri didepan cermin dengan tangan diletakkan di samping badan,

tangan diletakkan di pinggang, tangan diletakkan diatas bahu dan posisi

berbaring dengan bantal dibahu. Pengukuran kemampuan dilakukan pada Ibu

Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Palangga dan diukur setelah

pengetahuan responden diukur. Kemampuan responden diukur menggunakan

lembar observasi sebanyak satu kali. Apabila responden melakukan langkah-

langkah setiap pemeriksaan maka akan diberikan tanda centang. Nilai akhir

didapatkan dengan rumus jumlah centang x banyaknya langkah x 100%.

Kriteria Objektif :

Mampu : Bila skor responden ≥ 80

Tidak Mampu : Bila skor responden ≤ 80

3. Usia Remaja Putri di SMA/SMK

Usia adalah waktu yang dapat diketahui mulai dari responden lahir sampai

dengan sekarang. Usia responden diketahui menggunakan lembar kuesioner

yang berisi data demografi responden. Pembagian klasifikasi usia berdasarkan

WHO 2016.

Kriteria Objektif :

Remaja Pertengahan :

Remaja Akhir :

4. Riwayat Keluarga Menderita Gangguan Payudara

Riwayat keluarga menderita gangguan payudara adalah responden memiliki

keluarga tingkat pertama (Ibu, saudara, sepupu 1 kali) yang pernah atau sedang
20

menderita tumor atau kanker payudara. Riwayat keluarga responden diketahui

menggunakan lembar kuesioner yang berisi data demografi responden.

Kriteria Objektif :

Ada : apabila memiliki keluarga riwayat gangguan payudara.

Tidak ada: apabila tidak memiliki keluarga riwayat gangguan payudara.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi suatu penelitian merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja

putri yang memasuki masa remaja pertengahan dengan 14-17 tahun yang berada

di tingkat Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK) kelas X sampai

dengan kelas XI.

a. Kriteria Inklusi

1). Remaja putri yang masih aktif mengikuti pembelajaran selama

penelitian dilakukan.

2). Remaja putri yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

b. Kriteria Ekslusi : Remaja putri yang tidak hadir saat penelitian.

2. Sample

Menurut Sugiyono (2014), dampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Notoatmodjo (2010)

sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

penelitian disebut sampel peneliti.


21

a. Teknik Sample

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

teknik stratified proporsional random sampling (sampel acak bertingkat)

yakni pengambilan subyek dari setiap strata secara seimbang atau sebanding

dengan banyaknya subjek masing-masing. Teknik pengambilan sampel

dalam tiap kelas menggunakan teknik random melalui metode undian yaitu

dengan cara memasukkan nomor urut absen, kemudian dikocok atau

diguncang sampai memenuhi jumlah sampel tiap kelas yang telah ditentukan

sebelumnya, nomor yang keluar dari kocokan tersebut adalah unit sampel

(orang yang akan menjadi responden).

b. Jumlah Sample

Menurut Notoatmofjo (2010) menetapkan jumlah sampel suatu peneliti

bertujuan untuk menentukan batas maksimal dan minimal dari besarnya

sampel. Jumlah sampel yang akan diikutsertakan dalam penelitian ini dapat

ditentukan dengan rumus besaran sampel menurut Slovin, sebagai berikut :

N
n=
1+N (d2 )

Keterangan :

N : Jumlah populasi

a : Jumlah sampel (Notoatmodjo, 2010)

d : Tingkat kesalahan (Presisi)

10% (0,1)

5% (0,05)

1% (0,01) (Arikunto, 2010)


22

Dalam perhitungan jumlah sampel ini peneliti menggunakan tingkat

kesalahan 10% (0,1).

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian di bagi menjadi 3 bagian yaitu tahap persiapan (surat izin

dan studi pendahuluan), tahap pelaksanan penelitian, dan akhir penelitian.

1. Tahap Persiapan

Setelah proposal disetujui oleh penguji dan pembimbing selanjutnya peneliti

melakukan persiapan sebagai berikut:

a. Melakukan periapan kuesioner satu minggu sebelum penelitian dimulai.

b. Pengurusan perizinan di tempat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah penelitian mendapatkan izin dari tempat penelitian untuk penelitian

selanjutnya yang dilakukan sebagai berikut :

a. Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan penjelasan maksud dan

tujuan penelitian kepada responden kemudian menjelaskan kesediaan dari

yang bersangkutan untuk dijadikan responden. Kemudian peneliti

memberikan kuesioner pada remaja putri SMA/SMK yang berada di kelas

X dan XI.

b. Peneliti meminta responden untuk mengisi lembar kuesioner dengan

didampingi peneliti agar dapat memberikan penjelasan terhadap

pertanyaan yang kurang dimengerti.

3. Tahap Akhir Penelitian


23

Tahap akhir penelitian, peneliti memberikan laporan kepada pihak

SMA/SMK bahwa penelitian sudah selesai. Setelah itu peneliti menyusun

laporan penelitian setelah semua data terkumpul dan untuk responden yang telah

ditentukan telah terpenuhi. Peneliti dalam laporannya membuat pembahasan,

kesimpulan dan saran yag akan dilaporkan kembali ke SMA/SMK untuk di

tindak lanjuti demi kepentingan masa depan.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan

data (Notoatmodjo, 2010), sedangkan instrumen yang dipakai pada penelitian ini

adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik atau alat pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014). Bentuk pertanyaan tertutup

(closed ended) yang mempunyai keuntungan mudah mengarahkan responden dan

juga mudah di olah (tabulasi) (Notoatmodjo, 2010). Instrumen ini digunakan untuk

mendapatkan data dalam mengukur pengetahuan mahasiswi mengenai kanker

payudara untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswi di

SMA/SMK.

Untuk kuesioner pengetahuan tentang kanker payudara dan SADARI,

pengukuran digunakan menggunakan angket dengan menyatakan isi materi yang

ingin di ukur dari responden. Terdapat dua bentuk pertanyaan, yang pertama

pertanyaan tertutup (multiple choice) dimana pertanyaan ini menyediakan beberapa

jawaban alternatif dan respondennya hanya memilih satu diantaranya yang sesuai

dengan pendapatnya. Dan yang kedua dichotomous choice dimana dalam


24

pertanyaan ini hanya disediakan dua jawaban alternatif dan respondennya hanya

memilih satu diantaranya.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu

data yang diambil secara langsung dari responden dengan menggunakan metode

kuesioner mengenai pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada

remaja di SMA/SMK di kota Bandung. Tata cara pengisian kuesioner adalah

responden memberi tanda ceklis (√) pada lembar kuesioner sesuai apa yang

diketahui.

J. Etika Penelitian

Hal-hal atau pun etika penelitian yang harus dilakukan peneliti saat melakukan

penelitian kepada sampel peneliti yaitu:

1. Inform Consent (Persetujuan)

Pada tahap penelitian, peneliti melakukan izin kepada partisipan yang akan

diteliti dan menjelaskan prosedur penelitian yang akan dilakukan, apabila

partisipan bersedia untuk diwawancara maka peneliti meminta partisipan untuk

menandatangani lembar persetujuan dan informed consent, tetapi jika partisipan

menolak untuk diwawancara maka peneliti mencoba menjelaskan kembali

tujuan penelitian dan manfaat penelitian, jika partisipan tetap menolak maka

peneliti tetap menghargai hak partisipan dengan tidak memaksa untuk menjadi

partisipan pada penelitian ini.

2. Anonymity (Tanpa nama)


25

Untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak mencantumkan

nama partisipan pada penelitian ini, cukup dengan memberikan nomer partisipan

yang diisi oleh peneliti. Tetapi jika diperlukan untuk membuka data, maka

peneliti akan meminta izin kepada partisipan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Informasi yang terkait dengan responden, maka kerahasiaannya harus

terjamin oleh peneliti. Peneliti tidak akan memberikan informasi ini kepada

orang lain. Data yang didapatkan hanya dilaporkan pada laporan hasil penelitian.

Kerahasiaan pada penelitian ini selalu dijaga oleh peneliti, data dan hasil yang

diperoleh peneliti hanya diketahui oleh peniliti dan pembimbing , peneliti akan

memberikan data dan hasil penelitian ini, apabila diperlukan untuk pertanggung

jawaban penelitian.

4. Justice (keadilan)

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian akan

memperoleh perlakuan yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis dan

sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti tidak akan membeda-bedakan

partisipan baik usia, pendidikan, dan agama. Partisipan mendapat perlakuan

yang sama dan tidak akan di beda-bedakan.

5. Beneficience dan non malaficence

Sebuah penelitian hendaknya memaksimalkan manfaat yang dapat diperoeh

dan berusaha meminimalkan dampak negatif yang dapat merugikan responden.

Pada penelitian ini, peneliti memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari


26

pengetahuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan peneliti berusaha

untuk meminimalkan ketidakbermanfaatan dalam penelitian ini.

K. Analisis Data

Analisa data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu penelitian,

karena dengan analisa data mempunyai arti atau makna yang dapat berguna untuk

memecahkan masalah (Setiadi, 2013). Data yang diolah baik secara manual

maupun menggunakan program komputer, tidak akan ada maknanya tanpa di

analisis.adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variable penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung

pada jenis datanya, untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata,

median dan standar deviasi (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui

distribusi frekuensi serta persentase variable pengetahuan dan perilaku

dengan rumus sebagai berikut :

Rumus persentase :

𝑓
𝑝= 𝑥 100%
𝑛

Keterangan :

P : Presentasi

n : Total responden

f : Frekuensi

2. Analisis bivariat, apabila dilakukan analisis univariat tersebut di atas,

hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variable, dan dapat
27

dilanjutkan dengan analisis bivariat. Analisis ini dilakukan pada dua variabel

yang diduga berhubungan atau korelasi.

Pada penelitian ini analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan

gambaran kemampuan dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

pada Remaja Putri di SMA/SMK menggunakan SPSS (Statistical Program for

Social Science).
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, L. (2009). Aku Sembuh dari Kanker Payudara Mendeteksi Gejala Dini,
Pecegahan, dan Pengobatan. TUGU PUBLISHER.

Hadrianti, S. (2017). Skripsi Gambaran Pengetahuan dan Kemampuan dalam


Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Ibu Rumah
Tangga di Wilayang Puskesmas Pallangga Kabupaten Gowa. Makassar:
Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.

Irnawati. (2016). Skripsi Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Remaja


Putri Kelas IV,V,VI Tentang Menarche di SDN Karangkidul II Kecamatan
Benjeng Kabupaten Gresik. Surabaya: Program Studi Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Mutiarawati, R. (2017). Skripsi Hubungan Pengetahuan Mengenai Kanker


Payudara dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada
Mahasiswi Di STIKep PPNi Jawa Barat. Bandung: Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan PPNI Jawa Barat.

Noviani, R. (2018). Skripsi Gambaran Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara


di Cancer Centre Santosa Hospital Bandung Kopo. Bandung: Sekolah
Tinggi Ilmu Keperawatan PPNI Jawa Barat.

Potter, P., & Perry, A. (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 1.


Indonesia: Salemba Medika.

Sholihin, R. (2002). Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer, "Kanker".


Semarang: Pustaka Widyamara.

Sinaga, C. F., & Ardayani, T. (2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN


SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DETEKSI DINI KANKER
PAYUDARA MELALUI PERIKSA PAYUDARA SENDIRI DI SMA
PASUNDAN 8 BANDUNG TAHUN 2016. ILMIAH FARMASI, 16-19.

Yulinda, A., & Fitriyah, N. (2018). EFEKTIVITAS PENYULUHAN METODE


CERAMAH DAN AUDIOVISUAL DALAM MENINGKATKAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG SADARI DI SMKN 5
SURABAYA. Promkes, 116-128.

42

Anda mungkin juga menyukai