Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS DASAR

Disusun oleh:

Kelas : 1KC

Kelompok : 3

1. Wahyuni Sinta Dewi (061930400576)

2. Siti Rahma Salsabilah (061930400590)

3. Kemas Adrian Prima AP (061930401320)

4. Nabilah Khairani (061930401322)

5. Rahmadhani Putri W (061930401326)

6. Tasha Aurellia (061930401327)

7. Umai Rianto (061930401328)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

2019
TITRASI REDOKS (PENENTUAN BESI)

1.TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini dirahapkan mahasiswa mampu melakukan
standardisasi dan penentuan cuplikan dengan titrasi redoks

2. PERINCIAN KERJA
1. Melakukan standardisasi larutan KMnO4
2. Menentukan kadar besi dalam larutan

3. TEORI
Titrasi redoks merupakan titrasi yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi
antara analit dan titran. Titrasi redoks banyak digunakan untuk penentuan sebagian
besar logam-logam. Indikator yang digunakan pada titrasi ini menggunakan
berbagai cara kerja. Pada titrasi yang menggunakan KMnO 4 tidak menggunakan
suatu larutan indicator,tetapi larutan KMnO 4 itu ssendiri dapat bertindak sebagai
indicator.
3.1 Kalium Permanganat
Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama
seratus tahun lebih. Zat ini merupakan pereaksi yang mudah di peroleh,tidak
mahal,dan tidak memerlukan suatu indicator kecuali kalau digunakan larutan-
larutan yang sangat encer.satu tetes KMnO4 0,1 N memberikan suatu warna merah
muda yang jelas pada larutan dalam titrasi. Perrmanganat mengalami reaksi kimia
yang bermacam-macam,karena mangan dapat berada dalam keadaan-keadaan
oksidasi +2,+3,+4,+6,+7.Untuk reaksi berlangsung dalam larutan yang sangat asam
akan terjadi reaksi:
MnO4- +8H++5e⇄Mn2+ +4H2O
Sedangkan untuk reaksi dalam larutan berasam rendah:
MnO4- +8H++3e ⇄MnO2(P)+2H2O
Reaksi yang paling banyak digunakan adalah reaksi pada larutan yang sangat
asam,dimana permanganat bereaksi sangat cepat.
3.2 Natrium Oksalat
Senyawa ini merupakan standar primer yang baik bagi permanganat dalam
larutan berasam.dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi,stabil pada
pemanasan dan tidak higroskopis.reaksi dengan permanganat agar kompleks dan
sekalipun banyak penelitian yang telah dilakukan,namun mekanisme yang tepat
tidak jelas. Reaksinya lambat pada suhu kamar,oleh karena itu biasanya larutan
dipanaskan pada suhu 600C. Pada kenaikan suhu,pada awalnya reksi berjalan
lambat,tetapi kecepatan meningkat setelah ion mangan(II) terbentuk.mangan (II)
bertindak sebagai suatu katalis dan reaksinya dinamakan otokatalik karena katalis
dihasilkan oleh reaksinya sendiri.ion nya mungkin efek kataliknya dengan cepat
bereaksi dengan permanganat untuk membentuk mangan dari keadaaan oksidasi
antara +3 dan +4 yang selanjutnya dengan cepat mengoksidasi ion oksalat,kembali
ke keadaan divalent.adapun reaksinya adalah :
5 C2O42- + 2 MnO4 + 16H+ → 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O
Fowler dan bright melakukan suatu penelitian yang sangat mendalam terhadap
kesalahan-kesalahan yang mungkin didalam titrasi.mereka menemukan beberapa
bukti dari pembentukan peroksida.
O2+H2C2O4→ H2O2+2CO2
Dan apabila peroksida terurai sebelum bereaksi dengan permanganat,terlalu sedikit
larutan permanganate yang diperlukan sehingga dari perhitungan normalitasnya
tinggi.mereka menyarankan agar hamper semua permanganat ditambahkan dengan
cepat dalam larutan yang telah diasamkan pada suhu kamar. Setelah reaksi
sempurna larutan di panaskan sampai 600C dan titrasi diselasaikan pada suhu ini.
4. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
• Neraca analitis
• Kaca arlogi 2
• Erlenmeyer 250 ml,500 ml 3,3
• Buret 50 ml 2
• Pipet ukur 25 ml 4
• Gelas kimia 250 ml 3
• Labu takar100ml,250ml,500ml 2,3,1
• Sepatula 2
• Bola karet 4
• Hot plate 3
• Thermometer 3

5.GAMBAR ALAT(TERLAMPIR)
6.BAHAN YANG DIGUNAKAN
• Na2C2O4 padatan
• H2SO4 pekat
• KMnO4padatan
• FeSO4 .7H2O

7.KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker untuk
menangani larutan asam sulfat.

8.PROSEDUR PERCOBAAN
8.1 STANDARISASI LARUTAN KMnO4
• Membuat larutan 0,1 N KMnO4 250 ml
• Mengeringkan Natrium Oksalat dalam oven pada suhu 150-1100C selama 2
jam setelah itu didinginkan dalam desikator
• Menimbang natrium oksalat sebanayak 300 mg, masukkan ke dalam
Erlenmeyer
• Melarutkan 12,5 ml H2SO4 Pekat dilarutan dalam air 250 ml (hati-hati)
• Memasukkan larutan H2SO4 tersebut kedalam Erlenmeyer yang berisi
natrium oksalat. Kocok,dinginkan sampai 240C
• Mentitrasi dengan 0,1 N KMnO4 sampai volume 35 ml. Lalu dipanaskan
sampai 55-600C dan lanjutan titrasi setetes hingga berubah warna yaitu
merah muda.

8.2 PENENTUAN BESI DENGAN KMnO4


• Melarutkan 4 gram cuplikan (FeSO4.7H2O) dalam air demineral 100 ml.
• Mempipet 25 ml larutan cuplikan ke dalam Erlenmeyer berukuran 250 ml
dan tambahkan 25 ml 0,5 M H2SO4
• Mentitrasi dengan larutan standar 0,1 N KMnO4sampai warna merah muda
tidak berubah lagi.

9. DATA PENGAMATAN
9.1 STANDARISASI LARUTAN KMnO4
No. Gram analit (Na oksalat) Volume Titran (KMnO4)
1. 300 mg 35 + 15 ml
2. 300 mg 35 + 14,6 ml
Rata-rata 300 mg 49,8ml

9.2 PENENTUAN BESI DENGAN KMnO4


No. Volume analit (FeSO4 . 7 H2O) Volume titran (KMnO4)
1. 25 ml 39,9 ml
2. 25 ml 40 ml
3. 25 ml 39 ml
Rata-rata 25 ml 39,6333 ml

10.PERHITUNGAN
10.1 STANDARISASI LARUTAN KMnO4
Menentukan normalitas KMnO4
Gr Na2C2O4/ BE Na2C2O4 = V KMnO4 × N KMnO4
300 mg / 67 mek/ml = 49,8 ml × N KMnO4
4,4776 mg/mek/ml
N KMnO4= 49,8 ml
N KMnO4= 0,0899 N
10.2 PENENTUAN BESI DENGAN KMnO4
Menentukan % Besi
% Fe = V KMnO4 ×N KMnO4×BE Fe / gr sampel ×100%
39,6333 𝑚𝑙 ×0,0899 𝑁 × 56 𝑚𝑙/𝑚𝑒𝑘
= 25 𝑚𝑙 ×100%
4000 𝑚𝑔 × 100 𝑚𝑙

= 0,1995 ×100%
= 19,95 %
% Fe Teori = BA Fe / BM FeSO4 .7H2O ×100%
= 56 gr/mol / 278 gr/mol ×100%
= 20,14 %
%kesalahan = Teori – Praktek / Teori ×100%
= 20,14 % − 19,95 % / 20,14 % × 100%
= 0,94 %
11.PERTANYAAN
1. 1.Tuliskan beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan larutan
standar KMnO4 sebagai pereaksi oksidasi !
2. a. mengapa pada standarisasi dengan Na-oksalat, KMnO4 diberikan secara
cepat ? b. mengapa larutan tersebut harus dipanaskan sampai 60oC ?
3. Suatu sampel As2O3 seberat 0,2248 gr dilarutkan dan memerlukan 44,22 ml
KMnO4 untuk titrasi. Hitung molaritas dan normalitasnya !

Jawab :
➢ Keuntungannya adalah mudah didapat, tidak mahal, dan tidak memerlukan
indicator sedangkan kerugiannya adalah reaksi lambat pada suhu kamar
serta permanganate harus ditambah dengan cepat.
➢ a. KMnO4 diberikan secara cepat karena apabila peroksidasi terurai sebelum
terpakai dengan permanganat,terlalu sedikit larutan permanganat yang
diperlukan dan diperhitungan normalitas tinggi.
b. larutan harus dipanaskan sampai 60oC karena suhu kamar menjadikan
reaksi berjalan lambat tetapi kecepatannya meningkat setelah ion mangan
(II) berbentuk ion tersebut bertindak sebagai katalis yang dihasilkan oleh
pereaksinya sendiri.
➢ Dik : gr As2O3 = 0,2248 gr = 224,8 mg
V KMnO4 = 44,22 ml
BM 197,8422 Mg/Mek
BE As2O3= = = 49,4605 mg/mek
4 4
Dit : M dan N ?
Jawab
Gr As2O3/ BE As2O3 = V KMnO4 × NKMnO4
224,8 mg/49,4605 mg/mek = 44,22 ml × NKMnO4
NKMnO4 = 0,1027 N
BE KMnO4 =BM KMnO4 maka normalitasnya sama molaritas yaitu 0,1027
N
12. ANALISIS PERCOBAAN
Pembuatan KMnO4 250 ml, mengeringkan Na-oksalat dalam oven kemudian
ditimbang 300 mg. Dilarutkan dalam Erlenmeyer lalu ditambah 12,5 ml H 2SO4
pekat, encerkan sampai 250 ml larutan berwarna bening lalu dititrasi dengan
KMnO4 sampai volume 35 ml (warnanya berubah ungu namun berangsur-angsur
beubah menjadi bening).Titrasi lagi dengan KMnO 4 hingga berwarna merah meda
da tidak berubah lagi.
Penentukan besi dengan KMnO4,pertama menimbang 4 gr FeSO4 . 7H2O dan
larutkan hingga 100 ml ditambahkan 25 ml 0,5 M H 2SO4 dan warna larutannya
bening kemudian ditirasi dengan KMnO4 hingga menjadi warna merah muda.

13. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
➢ Normalitas KMnO4 adalah 0,0899 N
➢ % Fe dalam FeSO4 .7H2O adalah 19,95% (Praktek) dan 20,14 (Teori)
dengan % kesalahan adalah 0,94%

14. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet penuntun praktikum “Kimia Analisis Dasar” 2019 Politeknik Negeri
Sriwijaya
GAMBAR ALAT

Kaca arloji Spatula

Gelas kimia Labu takar

Bola karet

Pipet ukur Buret

Hot plate Termometer


Neraca analitis Erlenmeyer
TITRASI REDOKS
(PENENTUAN VITAMIN C/ ASAM ASKORBAT)

1. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat melakukan penentuan kadar vitamin C pada tablet hisap
vitamin C dengan metoda titrasi redoks.

2. RINCIAN PERCOBAAN
1. Standarisasi larutan baku
2. Penentuan kadar asam askorbat pada tablet hisap vit. C

3. TEORI
3.1 Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C atau asam askorbat merupakan zat pereduksi dan dapat
ditetapkan dengan titrasi redoks yang menggunakan larutan iod sebagai titran.
O O
CH2OH-CHOH-CH-COH=COH-C=O + I2CH2OH-CHOH-CH-C-C=O + 2H++
2I-
OO
Asam Askorbat Asam
Dehidroaskorbat
Karena molekul itu kehilangan dua electron dalam titrasi ini, bobot ekivalennya
adalah separuh berat molekuknya, atau 88,07 g/ek.
3.2 Indikator Kanji
Iod hanya sedikit dapat larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 0C),
namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iod membentuk
kompleks triodida dengan iodida
I2 + H2O I3-
Iod cenderung dihidrolisis, dengan membentuk asam idodida dan
hipoiodit.
I2 + H2O HIO + H+ + I-
Kondisi yang meningkatkan derajat hidrolisis haruslah dihindari. Titrasi tak
dapat dilakukan dalam larutan yang sangat biasa, dan larutan standar iod
haruslah disimpan dalam botol gelap untuk mencegah penguraian HIO oleh
cahaya matahari,
2HIO → 2H+ + 2I- + O2(g)
Asam hipoiodit dapat juga diubah menjadi iodat dalam lautan basa,
3HIO + 3OH- 2I- + IO3- + 3H2O
3.3 Standardisasi
Larutan iod standar dapat disiapkan dengan menimbang langsung iod
murni dan melarutkannya serta mengencerkannya dalam sebuah labu
volumetric. Iod itu dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan ke dalam
larutan KI pekat, yang ditimbang dengan tepat sebelum maupun sesudah
penambahan iod. Tetapi larutan itu biasanya distandardisasi dengan standar
primer yaitu As2O3.
3.4 Indikator Kanji
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai
indikatornya sendiri. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung
pada pelarut seperti karbon tetra klorida atau kloroform, dan kadang-kadang
digunakan dalam mendeteksi titik akhir titrasi. Tetapi lebih lazim digunakan
suatu larutan kanji, karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai
uji kepekatan terhadap iod. Kepekatan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam
daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida.
Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat
dihambat dengan sterilisasi atau dengan penambahan suatu pengawet. Hasil
uraiannya mengkonsumsi iod dan berubah kemerahan. Merkurium (II) iodida,
asam borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet. Kondisi yang
menimbulkan hidrolisis atau koagulasi kanji hendaknya dihindari. Kepekaan
indicator akan berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan
organik seperti metil dan metil alkohol.
4. ALAT YANG DIGUNAKAN
• Neraca analitis
• Kaca arloji
• Erlenmeyer 250 ml
• Buret 50 ml
• Pipet ukur 25 ml
• Gelas kimia 100 ml, 250 ml
• Labu takar 100 ml, 250 ml
• Spatula
• Bola karet
5. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

6. BAHAN YANG DIGUNAKAN


• Tiga tablet vit. C
• Indikator kanji
• Iod mutu reagensia
• KI
• As2O3
• NaOH
• Indikator pp
• HCl 1:1
• Na2CO3 sebagai buffer
7. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti sarung tangan dan masker
dalam menangani larutan asam pekat.

8. LANGKAH KERJA
8.1 Pembuatan Larutan Iod
• Menimbang 6,35 g iod, taruh dalam gelas kimia 250 ml.
• Menambahkan 20 g kalium iodida dan 25 ml air, mengaduk,
memindahkan ke labu ukur 500 ml, mengencerkan dan
menghomogenkanya.

8.2 Pembuatan Larutan As2O3


• Menimbang As2O3 1,25 g, taruh dalam gelas kimia 250 ml
• Menambahkan 3 g NaOH dan 10 ml air. Melarutkannya.
• Kemudian menambahkan 50 ml air, 2 tetes idicator pp
• Menambahkan 1 ml HCl 1:1
• Memindahkan larutan ke dalam labu ukur 250 ml, mengencerkan
sampai tanda batas

8.3 Pembuatan Larutan Indicator Kanji


• Menimbang 0,25 g indikator kanji (C6H10O5), menaruhnya di dalam
gelas kimia 250 ml
• Menambahkan 50 ml aquadest
• Memanaskannya hingga larutan menjadi bening

8.4 Standardisasi Larutan Iod


• Mempipet 25 ml larutan arsenit ke dalam Erlenmeyer 250 ml
• Mengencerkan dengan 50 ml air
• Menambahkan 3 g NaHCO3 untuk membuffer larutan
• Menambahkan 5 ml indicator kanji
• Mentitrasi dengan iod sampai pertama kali munculnya warna biru
tua yang bertahan + 1 menit

8.5 Penentuan Vitamin C


• Menimbang dengan tepat tiga tablet vitamin C, dan taruh dalam
Erlenmeyer 250 ml
• Melarutkan dalam 50 ml air
• Mempolang-palingkan labu agar vitamin C larut
• Menambahkan 5 ml indikator kanji
• Mentitrasikan dengan larutan I2 sampai muncul warna biru tua
pertama kali yang bertahan + 1 menit
9. DATA PENGAMATAN

9.1 Standardisasi Larutan Iod


No. Percobaan Volume Iod (ml)

1 25,5 ml

2 24,7 ml

3 24,3 ml

Rata – rata 24,8333 ml

9.2 Penentuan Vitamin C

Pada Tablet

No. Vol. Iod (ml)


Percobaan
1 2 ml

2 2,1 ml

3 2,4 ml

Rata-rata 2,1666 ml

Pada YOU C1000


No. Vol. Iod (ml)
percobaan
1 9 ml

2 8,6 ml

3 8,5 ml

Rata-rata 8,7 ml
10. PERHITUNGAN

10.1 Standardisasi Larutan Iod


g As2O3
= VI2 × NI2
BE As2O3
25 𝑚𝑙
1250 𝑚𝑔 ×
250 𝑚𝑙
𝑚𝑔 =
49,46 ⁄𝑚𝑒𝑘

24,8333 ml × NI2
2,5272 mek =
24,8333 ml × NI2
2,5272 mek
NI2= = 0,1017 N
24,8333 𝑚𝑙

10.2 Penentuan Vitamin C


Dalam 25 mg ( label kemasan )
𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐
= VI2 × NI2
𝐵𝐸 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐
𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐
𝑚𝑔 = 2,1666 ml × 0,1017 mek⁄ml
88,07 ⁄𝑚𝑒𝑘
𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐 = 0,2203 × 8807 𝑚𝑔
= 19,4018 mg

Dalam 1 botol UC 1000 ( 140 ml )


𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐
= VI2 × NI2
𝐵𝐸 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐
𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐
𝑚𝑔 = 8,7 ml × 0,1017 𝑚𝑒𝑘⁄𝑚𝑙
88,07 ⁄𝑚𝑒𝑘

𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝑐 = 8,7 × 0,1017 × 88,07 𝑚𝑔


= 77,9234 mg

Dalam 1000 mg ( label kemasan )


140 𝑚𝑙
× 77,9234 𝑚𝑔 = 1,090,9276 𝑚𝑔
10 𝑚𝑙

11. PERTANYAAN

1) Apakah perbedaan iodometrik dan iodimetrik?


Jawab :
• Iodometrik adalah titrasi dimana analit bertindak sebagai oksidator,
mula-mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian
iodium yang terjadi dititrasikan dengan larutan sulfat.
• Iodimetrik adalah titrasi dimana analit bertindak sebagai reduktor
langsung dititrasikan dengan larutan iodium ( titrasi langsung).
2) Unsur atau senyawa apakah yang dapat ditentukan pada iodimetrik?
Jawab :
• Ferosianida
• Arsentrik (III)
• Atimun (III)
• Timah (II)
• Belerang
• Perosamida
• Tiosulfat
• Vitamin C

12. ANALISIS PERCOBAAN


Dari percobaan yang telah dilakukan, pada pembuatan larutan Iod
ditimbang sebanyak 3,175 g dan ditaruh di dalam gelas kimia. Kemudian
ditambahkan 10 gr KI dan dilarutkan dalam 25 ml air. Lalu dimasukkan ke
dalam labu takar 250 ml. Encerkan dan homogenkan. Pada pembuatan
larutan kanji larutan harus dipanasakan.
Pada standarisasi As2O3, As2O3 dititrasi dengan Iod sebelum itu
ditambahkan 5 ml indikator kanji. Titrasi sampai bewarna biru tua. Lalu saat
penentuan vitamin C, kami menggunkan Tablet dan Cairan. Untuk berat
masing-masing ialah 0,1333 g ditambahkan indikator kanji 5 ml. Kemudian
dititrasi dengan Iod kemudian untuk cairan diambil 10 ml kemudian
ditambah 5 ml indikator kanji dan dititrasikan.

13. KESIMPULAN
Dalam melakukan percobaan, kami dapat menimpulkan bahwa:
• N larutan Iod adalah0,1017 N
• Kadar vitamin C dalam 25 mg tablet adalah 19,4018 mg
• Kadar vitamin C dalam 1000 mg UC1000 adalah 1090,9276 mg

14. DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktikum (jobsheet) Kimia Analisis Dasar Politeknik Negeri


Sriwijaya Tahun 2014/2015
GAMBAR ALAT

Neraca anallitis Bola karet

Buret
Kaca arloji

Pipet Ukur
Gelas kimia
Labu Takar Spatula

Masker Sarung tangan


ANALISIS AIR (PENENTUAN COD)

1. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu menetapkan COD pada air buangan

2. PERINCIAN KERJA
· Standardisasi FAS
· Menetapkan COD air buangan

3. TEORI SINGKAT
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah
jumlah oksigen (mg. O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis
yang ada dalam 1 liter sample air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan
sebagai sumber oksigen (oxygen agent)
Angka COD merupakan ukuran bagi pencamaran air oleh zat-zat organis
yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air.
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara
angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan.

Jenis Air BOD/COD


Air buangan domestic (penduduk) 0,40-0,60
Air buangan domestic setelah pengendapan primer 0,60
Air buangan domestic setelah pengolahan secara 0,20
biologis
Air sungai 0,10

Tabel. Perbandingan Rata-rata Angka BOD/COD Beberapa Jenis Air


Sebagian besar zat orgnis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan
K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih :

CaHbOc + Cr2O72- + H+ → CO2 + H2O + Cr23+


Zat organis Ag2SO4

Warna kuning warna hijau

Selama reaksi yang berlangsung + 2 jam ini, uap direfluk dengan alat
kondensor, agar zat organis volateli tidak lenyap keluar.
Perak sulfat Ag2SO4ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat
reaksi. Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan
klorida yang pada umumnya ada di dalam buangan.
Untuk memastikan bahwa hamper semua zat organis habis teroksidasi maka
zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluk. K2Cr2O7 yang
tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk menetukan berapa oksigen
yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan
ferro ammonium sulfat (FAS), dimana reaksi yang berlangsung adalah sebagai
berikut :

6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ 6Fe→ 3+ + 2Cr3+ + 7H2O

Indikator ferroin digunakan untuk menentukan titikakhir titrasi yaitu disaat


warna hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K 2Cr2O7 dalam
larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak
mengandung zat organis yang dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.

4. ALAT YANG DIGUNAKAN


Peralatan refluks (Erlenmeyer 250 ml, penangas, pendingin tegak)
•Buret 50 ml 2
•Erlenmeyer 250 ml 3
•Pipet ukur 10 ml, 25 ml
• Labu ukur
•Spatula
• Bola karet
•Botol winker 500 ml coklat
•Labu ukur 100 ml, 1 liter
•Beker gelas 200 m

5. BAHAN YANG DIGUNAKAN


•K2Cr2O7
•Ag2SO4
•H2SO4 pekat
• FAS, Fe(NH 4)(SO4)2. 6H2O
• Indikator ferroin
• HgSO 4 kistal
• Asam Sulfamat

6. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan keselamatan kerja seperti masker dan sarung tangan
dalam menangani larutan asam sulfat pekat.
7. LANGKAH KERJA
7.1 Pembuatan reagen
a. Larutan standar K2Cr2O7 0,250 N
Menggunakan labu ukur 50 ml untuk melarutkan 0,61g K 2Cr2O7C
selam 2 jam dan didinginkan di dalam desikator untuk menghilangkan
kelembaban, kemudian menambahkan air suling sampai 50 ml ( BM =
294, 216, BE = 49,036) p.a. yang telah dikeringkan dalam oven = 105
b. Larutan standar FAS
Menggunakan labu takar 250 ml untuk melarutkan 9,75 g Fe
(NH2)2(SO4)2.6H2O di dalam 125 ml air suling. Kemudian
menambahkan 5 ml asam sulfat pekat, akibatnya larutan menjadi hangat.
mendinginkan larutan misalnya dengan merendam labu takar di dalam
air yang mengalir. Dan menambahkan air aquades sampai 1 liter. Larutan
ini harus distandardisasikan dengan larutan dikromat. Larutan FAS ini
tidak stabil karena dapat dioksidasi oleh oksigen dari udara. (BM = BE =
390 )
7.2 Standardisasi Larutan FAS
• Mengencerkan 10 ml larutan standar K2Cr2O4 dengan air suling sampai 100
ml dalam beker gelas.
• Menambahkan 30 ml H2SO4 pekat
• Mendinginkan, kemudian menambahkan indikator ferroin 2-3 tetes
• Mentitrasi dengan FAS sampai warna larutan berubah dari hijau kebiru-
biruan menjadi orange kemerah-merahan.
7.3 Penetapan COD
• Memipet sebanyak 25 ml sampel air kedalam erlenmeyer 500 ml yang
berisi 5-6 batu didih
• Menambahkan 400 g HgSO4
• Menambahkan 10 ml K2Cr2O7 0,25 N
• Menambahkan 35 ml asam sulfat pekat (yang telah dicampur AgSO4)
• Memanaskan selama 2 jam sampai mendidih dengan alat refluk
• Mendinginkan, menambahkan aquadest 50 ml
• Menambahkan 3 tetes indikator ferroin
• Mentitrasi dengan FAS, mencatat volume titran
• Melakukan titrasi blanko, air sampel diganti dengan aquadest.
8. DATA PENGAMATAN
8.1 Standardisasi FAS

No Percobaan Volume FAS (ml)

1 27 ml

2 25,7 ml

3 25,3 ml

Volume rata-rata 26 ml

8.2 Penetapan COD

No Percobaan Bahan Percobaan Volume FAS (ml)

1 Blanko (Aquadest) 17,9 ml

2 Air Buangan 18 ,5 ml

9. PERHITUNGAN
9.1 Standardisasi FAS
Diketahui :
Massa K2Cr2O7 = 0.61 gram V FAS = 24.5 ml
BE K2Cr2O7 = 49.036

Sehingga :
Gr K2Cr2O7 / BE K2Cr2O7 = V FAS X N FAS

0,61 gr x 10 ml / 50 ml / 49,036 gr/mek = 26 ml x N FAS

N FAS X 26 ml 0,0024 mek


N FAS = 0,9230 x 10 -4 mek/ml
N FAS = 0,092 EK/L
9.2 Nilai COD
Diketahui :
a=17,9 ml(volume blanko) N FAS = 0.10 N
b= 18,5ml(volume sampel)
sehingga :
COD = (a-b) ml x N FAS X O/2 X 1000 / 25 ml (mg/L)

COD = ( 18,5 – 17,9 ) ml x 0,092 ek/L x 16/2 x 1000 / 25 ml

COD = 0,6 ml x 0,092 ek/L x 8 x 1000 / 25 ml


COD = 17,664 mg / L

10. ANALISA PERCOBAAN


10.1 Pembuatan Reagen:
1. larutan standar K2Cr2O7 0.25 N
Dari percobaan yang dilakukan dapat dianalisa bahwa analisis air
(penentuan COD) dapat dilakukan dengan standardisasi larutan FAS,
pertama membuat larutan K2Cr2O7 0,250 N dalam labu takar 50 ml,
sebanyak 0,61 g, yang dikeringkan dalam oven = 105 C selama 2 jam, lalu
didinginkan dalam desikator, tambahkan 50 ml air suling.
2 . Larutan Standar FAS
Kemudian mengambil 4.875 g Fe(NH4)2(SO4)2. 6H2O
dan melarutkan dengan air suling 250 ml dalam labu takar 250 ml, dan
menambah 5 ml asam sulfat pekat. Dan mendinginkannya, setelah itu
menambahkan 1 liter air aquadest, dan standardisasi dengan larutan
dikromat.

10.2 standardisasis larutan FAS


Standardisasi larutan FAS, dengan mengencerkan 10 ml larutan standar
K2Cr2O7 dengan air suling 100 ml dalam beker gelas, tambahkan 30 ml
H2SO4 pekat, dinginkan, tambahkan 2-3 tetes indicator ferroin, titrasi dengan FAS
sampai larutan berubah warna dari hijau kebiru-biruan menjadi orange kemerah-
merahan. Mencatat Volume titran yang dihasilkan.

10.3 penetapan COD


Penetapan COD, dengan 25 ml sample air ke dalam Erlenmeyer 500 ml
yang berisi 5-6 batu didih, tambahkan 400 mg HgSO4, 10 ml K2Cr2O7 0,25 N,
tambahkan 35 ml asam sulfat pekat (yang telah dicampur Ag2SO4), panaskan
selama 2 jam sampai mendidih dengan alat refluk, dinginkan, tambahkan aquadest
50 ml, Mencatat volume titran yang dihasilkan. Setelah itu, lakukan langkah-
langkah diatas blanko, dengan cara air sample diganti dengan aquadest.
11. PERTANYAAN
1) Apakah perbedaan antara COD dan BOD ?
Jawab :
COD adalah jumlah oksigen (mg. 02) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sample air, dimana
pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen.
BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses-proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air.

2) Pada penetapan COD terjadi reaksi antara FAS sebagai titra dengan
K2Cr2O7 sebagai analit. Termasuk titrasi apakah penetapan COD ?
Jawab :
Termasuk titrasi bikromatometri. Karena kadar suatau zat dalam suatu
bahan uang reduktor dengan menggunkan larutan standar K 2Cr2O7 sebagai
oksidator dalam suasana asam.

12. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukun, dapat disimpulkan :
• COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat
organis dalam 1 liter sampel air
• Dalam penentuan COD, pengoksidasi K2Cr2O4 digunakan sebagai sumber
oksigen
• Standardisasi FAS adalah 0,092 ek/L
• Nilai COD adalah 17,664 mg / L

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Dasar. Politeknik Negeri
Sriwijaya: Palembang.
GAMBAR ALAT

1. gelas kimia 2. Labu ukur 3. Bola karet

4. spatula 5. Botol winker 6. Erlenmeyer

7. buret
ANALISIS AIR (PENENTUAN KESADAHAN/ION Ca2+)

1. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu melakukan penentuan kesadahan pada sampel air dengan metoda
titrasi kompleks.

2. PERINCIAN KERJA
• Standardisasi larutan EDTA
• Penentuan kesadahan ( ion Ca2+)

3. DASAR TEORI
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga
oleh Mn2+, Fe2+, dan semua kation bermuatan dua. Air yang kesadahannya tinggi
biasanya terdapat paada air tanah di daerah yang bersifat kapur, di mana Ca2+ dan
Mg2+ berasal.
Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya
hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan dengan molekul sabun
menyebabkan sifat sabun/deterjen hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32-(salah
satu ion alkalinity) mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang
disebabkan oleh endapan kalsium karbonat CaCO3. Kerak ini akan mengurangi
penampang basah dari pipa dan menyulitkan pemanasan air dalam ketel.
Kesadahan air dapat ditentukan dengan titrasi langsung dengan titran asam
etilen diamin tetra asetat (EDTA) dengan menggunakan indicator Eriochrome
Black T atau Calmagite. Sebelumnya EDTA distandardisasi dengan larutan standar
kalsium, biasanya standar primer yang digunakan adalah CaCO3.

Etilen Diamin Tetra Asetat:

EDTA merupakan suatu senyawa yang membentuk kompleks 1:1 dengan ion
logam, larut dalam air dan karenanya dapat digunakan sebagai titran logam EDTA
juga merupakan ligan seksidentat yang berpotensi, yang dapat berkoordinasi
dengan ion logam dengan pertolongan kedua nitrogen dan empat gugus karboksil.
Misalnya dengan ion kobalt,membentuk kompleks EDTA oktahidrat.
Pada titrasi ini indicator yang digunakan adalah indicator metalokromik yang
merupakan senyawa organic berwarna, yang membentuk kelat dengan ion logam.
Khelatnya mempunyai warna yang berbeda dengan warna indicator bebasnya.

Struktur Eriochrome Black T :

4. ALAT –ALAT YANG DIGUNAKAN


• Labu ukur 250ml, 500 ml 2
• Erlenmeyer 250 ml 6
• Buret 50 ml 2
• Gelas kimia 100 ml 4
• Pipet ukur 25 ml 2
• Pipet volume25 ml 2
• Bola karet 2
• Pipet tetes 2
• Corong 2
• Kacaarloji 2
• Spatula 2

5. BAHAN YANG DIGUNAKAN


• CaCO3.pa
• Dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat
• MgCl2.6H2O
• HCl
• Indicator eriochrome black T
• Aquadest
• Larutan buffer pH 10

6. LANGKAH KERJA
6.1 Pembuatan larutan EDTA
• Menimbang 1 gram dinatrium dihidrogen EDTA dihidrat dan 0,025 gram
MgCl2.6H2O
• Memasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml,melarutkan dalam air
• Memindahkan ke dalam labu ukur 250 ml,menambahkan air sampai 250
ml. Menghomogenkan.

6.2 Pembuatan larutan buffer


• Melarutkan 6,75 g amonium klorida dalam 57 ml amonia pekat
• Mengencerkan sampai 100 ml dalam gelas ukur 100 ml. pH larutan
sedikit lebih besar dari 10.
6.3 Pembuatan indikator Eriochrome Black T.
Melarutkan 0,5 g EBT dalam 100 ml alkohol
6.4 Pembuatan larutan baku CaCO3
• Menimbang dengan teliti 0,1 gram CaCO3murni yang telah dikeringkan
• Melarutkan dalam botol ukur 250 ml degan 50 ml aquadest
• Menambahkan setetes demi setetes HCl 1:1 sampai berhenti bergelegak
dan larutan menjadi jernih
• Mengencerkan sampai garis tanda, mengocok sampai homogen.

6.5Standardisasi larutan natrium EDTA


• Memipet 50 ml larutan kalsium karbonat ke dalam erlenmeyer 250 ml
• Menambahkan 5 ml larutan buffer
• Menambahkan 5 tetes indiaktor eriochrom black T
• Menitrasi dengan larutan EDTA, hingga warna merah anggur berubah
menjadi biru. warna merah harus lenyap sama sekali
6.6Penentuan kesadahan
• Memipet 50 ml air sampel dalam Erlenmeyer 250 ml
• Menambahkan 1 ml buffer
• Menambahkan 5 tetes indicator
• Menitrasikan dengan larutan baku EDTA sampai terjadi perubahan
warna dari merah anggur menjadi biru

7. DATA PENGAMATAN
7.1 Standardisasi Larutan EDTA
Perubahan warna
No. gram analit (CaCO3) Volume titran (EDTA)
1 0,1 gr 18,2 ml
2 0,1 gr 18,1 ml
Merah anggur
menjadi biru
3 0,1 gr 17,8 ml

7.2 Penentuan Kesadahan


Volume titran Perubahan warna
No. Analit
(EDTA)
50 ml 11,2 ml Merah anggur
1 Sampel 1 50 ml 11,1 ml menjadi biru
50 ml 11,2 ml
50 ml 4 ml
Merah anggur
2 Sampel 2 50 ml 3,7 ml
menjadi biru
50 ml 3,3 ml

8. PERHITUNGAN
8.1 Standardisasi larutan EDTA
𝑚𝑔 𝐸𝐷𝑇𝐴
𝑁 𝐸𝐷𝑇𝐴 =
𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝐵𝐸 𝐸𝐷𝑇𝐴
100𝑚𝑔 𝑥 50𝑚𝑙/250𝑚𝑙
=
18,0333 𝑚𝑙 𝑥 100𝑚𝑔/𝑚𝑒𝑘
20
= mek/ml
1803,33
= 0,0110 mek/ml
8.2 Penentuan kesadahan
a) Sampel 1
• Percobaan 1,2 & 3 ; V.EDTA Rata-rata = 11,1666 ml
mg CaCO3 = V EDTA X N EDTA X BE CaCO3
= 11,1666ml X 0,011mek/ml X 100 mg/mek
= 12,2832 mg

mgCaCO3/ liter atau (ppm) = 1000ml/liter . mgCaCO3


mlcontoh
𝑚𝑙
1000𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 .12,2832 𝑚𝑔
=
50 𝑚𝑙
= 245,664 mg / literatau ppm
b) Sampel 2
• Percobaan 1,2 & 3 ; V.EDTA rata rata = 3,6666 ml
mg CaCO3 = V EDTA X N EDTA X BE CaCO3
= 3,6666 ml X 0,011 mek/ml X 100 mg/mek
= 4,0332 mg
mgCaCO3/ liter atau (ppm) = 1000ml/liter . 4,0332 mg
50 ml
= 80,664 mg/literatau ppm

9. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud deengan kompleksometri?
Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks. Jadi membentuk hasil berupa kompleks. Titrasi
kompleksometri adalah salah satu metode kuantutatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya,
yang umum adalah EDTA.

2. Jelaskan istilah-istilah berikut:


a. Kompleks inert
Suatu kompleks yang mengalami subtitusi gugus ligan yang sangat
lambat disebut juga non labil.
b. Kelatlogam
Cincin heterositik yang terbentuk oleh interaksi suatu ion logam dengan
dua atau lebih gugus fungsional dalam logam
c. Penopengan
Pengguanaan suatu reagensia untuk membentuk suatu kompleks stabil
dengan sebuah ion yang tanpa pembentukan itu ion akan menyangga
reaksi yang diingnkan.
d. Ligan heksidentat
Ligan yang mengadung enam buah atom donor pasangan elektro yang
melalui kedua atom N dan empat atom O.
e. Bilangan koordinasi
Banyakanya ikatan yang dibentuk oleh suatu atom sentral dalam suatu
kompleks.

3. Sebuah contoh murni CaCO3 seberat 0,2428 gram dilarutkan dalam asam
kloridadan diencerkan menjadi 250 ml dalam suatu botol kukur. Sebuah
aliokot 50 ml memerlukan 42,74 ml. larutan EDTA untuk titrasi, hitung
molaritas larutan EDTA

Diketahui: gr sampel= 0,2428 gram


Volume sampel = 250 ml
Volume alikot = 50 ml
Volume EDTA =42,74 ml
Beratmoilekul=100,09 gr/mol
Ditanya: Molekul EDTA =…?
Jawab:

Gr CaCO3 = gram alikot


V CaCO3 V alikot
0,2428 gram = gram alikot
250 ml 50 ml
Gram alikot = 0,04856 gram

Gram alikot = V EDTA X M EDTA


BM CaCO3

0,04856 gr = 0,04272 liter X M EDTA


100,09 gr/mol

M EDTA = 0,1135mol/liter

10. ANALISIS DATA

Pada percobaan ini dapat dianalisis bahwa untuk menentukan kesadahan pada
suatu sampel perlu melakukan bebarapa tahapan. Awalnya kami melakukan
standarisasi larutan EDTA dengan larutan std primer CaCO3. Kemudian melakukan
penentuan kesadahan.
Pada percobaan standarisasi, CaCO3 bertindak sebagai analit sedangkan
larutan EDTA sebagai titran.Pertamakitamembuatlarutan EDTA
untuksebagaititran, kitamenimbang 1 gram EDTA dan MgCl2 6H2O 0,025 gr
masukkankedalamgelaskimia , setelahitupindahkankedalamlabuukur 250 ml.
tambahkan air sampaitandabatas 250 ml sertahomogenkan.
Setelahitukitamembuatlarutan buffer denganmenimbang 6,75 gram ammonium
karbonatsertamenambahkan 57 ml ammonia pekat di lemariasam ,
kemudianmasukkankedalamlabuukur 100 ml, setelahitutambahkanalkohol
sampaitandabatas. Setelahlarutan EDTA dan Buffer dibuat ,
kitamembuatlarutanbaku CaCO3pertamakitamenimbang CaCO3 sebanyak 0,1 gram
yang murnitelahdikeringkandidalam oven 100oC,
kemudianmasukkankedalamlabuukurtambahkan 50 ml aquadest, tambahkansetetes
demi tetes 1 : 1 sampailarutanmenjadijernih.
Kemudianencerkansampaitandabatassertahomogenkan.
Setelahlarutandiatastelahdibuatsemua ,kitamenstandarisasilarutan CaCO 3.
Larutan CaCO3 dipipet sebanyak 50 ml kemudian menambahkan 5 ml larutan buffer
dan menambahkan 5 tetes indicator EBT. Kemudiam melakukan titrasi dari titran
ke analit. Saat proses titrasi, terjadi perubahan warna yang semula berwarna merah
anggur menjadi biru. Titrasi ini dilakukan sebanyak 3 kali. Normalitas EDTA yang
didapat dari hasil standardisasi yaitu 0,011 mek/ml.
Selanjutnya yaitu melakukan penentuan kesadahan. Pada penentuan
kesadahan ini terdapat 2 sampel berbeda yang diuji. Masing-masing sampel dipipet
50ml kedalam erlenmeyer kemudian menambahkan 1ml larutan buffer dan 5 tetes
indicator EBT, dilakukan 3 kali percobaansetiapsampel. Kemudian melakukan
titrasi dari titrannya yaitu larutan EDTA ke analitnya yaitu sampel yang diuji
tersebut.

11. KESIMPULAN
• Adapun hasil dari percobaan didapat sebagai berikut :
Pada standardisasi larutan EDTA
- Normalitas EDTA = 0,011 N
Penentuan kesadahan
- Mg pada sampel 1 = 12,2832 mg
kesadahan = 245,664 mg/literatau ppm (kesadahan tinggi karena
berada di rentang 150-350 ppm)
- Mg pada sampel 2 = 4,0332 mg
kesadahan = 80.664 mg/literatau ppm (kesadahan sedang karena
berada di rentang 75-150 ppm)

12. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet.2019.Kimia Analisis Dasar “Analisis Air (Penentuan Kesadahan/Ion
Ca2+).Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
GAMBAR ALAT (LAMPIRAN)

Erlenmeyer Labu ukur


Buret

Botol Aquades
Neraca Analitik Corong

Spatula Pipet Tetes Pengaduk

Bola Karet
Pipet Ukur
Gelas kimia

Kaca Arloji
Penentuan Asam Lemak Bebas (ALB)
Pada Minyak Goreng
1. TUJUAN

Mahasiswa dapat melakukan penentuan asam lemak pada minyak goreng


dengan cara titrasi.

2. ALAT DAN BAHAN


a. Alat Yang Digunakan
· Kaca arloji 2
· Erlenmeyer 250 ml 6
· Buret 50 ml 2
· Pipet ukur 25 ml, 10 ml 2
· Gelas kimia 100 ml 250 ml 2
· Labu takar 250 ml 2
· Spatula 2
· Pengaduk 2
· Neraca analitik 1
· Bola karet 4

b. Bahan Yang Digunakan


· Minyak goreng ( curah )
· Minyak goreng ( jelantah )
· CPO
· KOH 0,1 N
· Asam palmitat
· Indikator thymol blue
· Aquadest

Rincian Kerja
v Standardisasi larutan baku KOH
v Penentuan kadar asam lemak bebas pada CPO

3. DASAR TEORI

Minyak kelapa sawit mempunyai peranan penting dalam perdangangan dunia


berbagai industri. Baik pangan maupun non pangan banyak mengunakannya
sebagai bahan baku. Beradasarkan peran dan kegunaan minya sawit itu, maka mutu
dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan harga dan nilai
komoditas ini.Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar
mutu internasional yaitu meliputi kadar ALB, air ,kotoran, logam, peroksida dan
ukuran pemucatan.
ALB dengan konsentrasi tinggi dalam minyak kelapa sawit sangat merugikan.
Tingginya ALB ini mengakibatkan rendeman minyak turun sehingga mutu minyak
menjadi menurun. Apabila kadar ALB pada CPO meningkat melebihi standar mutu
yang telah ditetapkan maka CPO tersebut tidak dapat dijual. Hal ini menyebabkan
kerugian pada perusahaan penghasil CPO.
Kenaikan kadar ALB ditentuka pada saat tandan buah sawit dipanen sampai
tandan diolah dipabrik. Pembentukan ALB pada buah disebabkan pecahya
membran vacuola (yang memisahkan minyak dari komponen sel ), sehingga
minyak bercampur dengan air sel. Dengan dikatalisir oleh enzim lipase, lemak
terhidrolisa membentuk ALB dan gliserol. Semakin lama reaksi ini berlangsung,
maka semakin banyak ALB yang terbentuk . Reaksi hidrolisa pada
minyak sawit:
O
CH2-O-C-R CH2-OH
O O
PANAS , AIR
CH -O-C-R KEASAMAN , ENZIM CH –OH + R-C -OH
O

CH2-O-C-R CH2- OH

MINYAK SAWIT GLISEROL ALB

O O

R-C –OH + KOH R-C-OK + H2O

Penentuan mimyak ALBpada CPO menggunakan metode titrasi asam basa,


dengan menggunakan titran larutan KOH dengan indikator thymol blue.
Sebelumnya larutan KOH distandardisasi terlebih dahlu dengan asam palmintat.

4. LANGKAH KERJA
4.1 Standardisasi Larutan baku KOH dengan asam Palmintat
1. Membuat larutan 0,1 N KOH sebanyak 250 ml dan memasukkanya kedalam
labu
ukur
2. Menempatkannya ke dalam buret 50 ml
3. Menimbang 1 gr asam palmitat yang telah dilarutkan dengan etanol 96% 25
ml
kedalam erlenmeyar 250 ml
4. Menambahkan didalamnya indikator thymol blue 2-3 tetes
5. Menitrasikan dengan KOH , kemudian mencatat volume titran
6. Menghitung normalitas larutan KOH

4.2 Penentuan Kadar ALB pada CPO


1. Menempatkan 1 gr CPO didalam erlenmeyer 250 ml
2. Melarutkan dengan etanol 96% 25 ml
3. Menambahkan 2-3 tetes indikator thymol blue
4. Menitrasi dengan KOH sampai terjadi perubahan warna dari kuning bening
menjadi kebiru-biruan.
4. Mengulangi percobaan sebanyak tiga kali

4.3 Penentuan Kadar ALB pada Minyak Goreng Curah


1. Menempatkan 1 gr minyak goreng curah didalam erlenmeyer 250 ml
2. Melarutkan dengan etanol 96% 25 ml
3. Menambahkan 2-3 tetes indikator thymol blue
4. Menitrasi dengan KOH sampai terjadi perubahan warna dari kuning bening
menjadi kebiru-biruan.
5. Mengulangi percobaan sebanyak tiga kali

4.4 Penentuan Kadar ALB pada Minyak Goreng Jelantah


1. Menempatkan 1 gr minyak goreng jelantah didalam erlenmeyer 250 ml
2. Melarutkan dengan etanol 96% 25 ml
3. Menambahkan 2-3 tetes indikator thymol blue
4. Menitrasi dengan KOH sampai terjadi perubahan warna dari kuning bening
menjadi kebiru-biruan.
5. Mengulangi percobaan sebanyak tiga kali

5. DATA PENGAMATAN
5.1 Standardisasi larutan baku KOH dengan Asam palmintat

No percobaan Volume KOH Hasil Pengamatan

1 58,4 ml Kebiruan

2 58,8 ml Kebiruan

3 60 ml Kebiruan

Volume Rata – Rata


59,066 ml

5.2 Penentuan Kadar ALB pada CPO

No percobaan Volume KOH Hasil Pengamatan

1 ml Kebiruan

2 ml Kebiruan

3 ml Kebiruan

Volume Rata – Rata ml

5.3 Penentuan Kadar ALB pada minyak goreng jelantah

No percobaan Volume KOH Hasil Pengamatan

1 ml Kebiruan

2 ml Kebiruan

3 ml Kebiruan

Volume Rata – Rata ml

6. PERHITUNGAN
6.1 Standarisasi penentuan Normalitas KOH
gr KOH = M KOH x V x BM
= 0,1 mol/l x 0,25 l x 56 gr/mol
= 1,4 gr
Standarisasi
gr . As.palmitat
V KOH x M KOH =
BM As.palmitat
1000 mg
59,066 x M =
256, 439 / mol
3,8996 mmol
M =
59, 066
M = 0,660 M

6.2 Penentuan Kadar ALB pada CPO


1. MinyakBaru
% ALB= V KOH x N KOH x 256 x 100%
Gr CPO x 1000
=1,5ml x 0,066 N x 256 x 100%
1 gr x 1000
= 0,02534 x 100%
= 2, 5344 %

2. pada Minyak goreng bekas

% ALB= V KOH x N KOH x 256 x 100 %


Gr sampel x 1000
= 0,7ml x 0,066 N x 256 x 100 %
1 gr x 1000
= 0,0118 x 100 %
= 1,18 %
7. PERTANYAAN
1. Dari percobaan diatas zat apakah yang merupakan:

-standar primer
-standar sekunder
-analit
-indikator
Jawab:
-standar primer : KOH
-standar sekunder : Asam Palmitat
-analit : CPO dan Minyak goreng
-indikator : Thymol Blue

2. Tuliskan standar primer yang digunakan untuk titrasi asam basa?


Jawab:
KHP, asam sulfat, natrium karbonat, kalium hidrigen iodat,
8. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan kali ini yang harus dilakukan pertama yaitu membuat
larutan KOH

9. KESIMPULAN
· Asam Lemak Bebas (ALB) merupakan asam yang di bebaskan pada
hidrolisa lemak.
· Berdasarkan percobaan, maka
v Normalitas KOH distandarisasi = o, 0660 N
v Kadar ALB dalam sampel minyak baru adalah 2,5344%
v Kadar ALB dalam sampel minyak gorengbekas 1,18%
· “Karena kesalahan pada saat titrasi, kadar ALB pada minyak baru menjadi
lebih besar”

DAFTAR PUSTAKA
• Joob sheet Penuntun praktikum Kimia Analisis Dasar Politeknik Negeri
Sriwijaya 2016/2017
• Laporan sementara kelompok 2 ( Penentuan Asam Lemak Bebas )
GAMBAR ALAT

Gelas kimia Neraca Analitik

Pipet Volum Buret

Kaca Arloji
Labu Takar
Boa Karet Spatula

Anda mungkin juga menyukai